Anda di halaman 1dari 3

ADAKAH HUBUNGAN AGAMA DAN POLITIK ?

Oleh : Masludi S
*) Dokter Umum, Mahasiswa Pascasarjana Hukum Kesehatan

Sebuah bangsa yang sangat beragam, sangat heterogen, dapat dipecah belah dengan
sangat mendalam oleh agama. Elite-elite politik mengembangkan tema kampanye dan
menggunakan citra keagamaan untuk membangun koalisi yang sebagian, didasarkan pada
seruan-seruan keagamaan.
Dalam kehidupan masyarakat Indonesia, agama merupakan interplay dominan. Hampir
tidak ada ranah kehidupan yang absen dari pengaruh agama, salah satunya yatu dunia
perpolitikan. Pengaruh agama tampak nyata seperti dalam era otonomi daerah dan Pilkada. Tidak
heran jika Islam selalu menjadi primadona bagi para elite politik di negeri ini. Pada setiap
perhelatan politik seperti PILPRES (Pemilihan Presiden) yang akan diadakan bulan juni di tahun
2014 ini, PILKADA (Pemilihan Kepala Daerah), PILBUD (Pemilihan Bupati), dan pemilihan-
pemilihan yang lain, umat Islam merupakan jumlah massa yang sangat signifikasi sehingga
selalu diperhitungkan. Fakta ini juga bisa dilihat dari perjalanan sejarah dunia politik Indonesia
saat agama memainkan atau dimainkan sebagai kekuatan politi.
Keyakinan-keyakinan dan kelompok-kelompok keagamaan merupakan fondasi suatu
budaya. Pandangan-pandangan dunia keagamaan memberikan makna transendental bagi dunia.
Pandangan-pandangan dunia keagamaan terdiri dari nilai-nilai yang menempatkan klaim unit
terhadap kebenaran serta merasionalisasi hubungan sosial dan tujuan masyarakat. Agama
mendapatkan kekuatan yang terus bertahan dan makna politiknya dari keyakinan bahwa yang
sakral berada di belakang norma-norma sosialnya. Emile Durkheim berpendapat bahwa,
kekuatan keagamaan hanyalah sentimen-sentimen yang diinspirasikan oleh kelompok kepada
anggotanya, tetapi diproyeksikan ke luar kesadaran yang dialami mereka, dan
dimanifestasikan. Kekuatan keagamaan bergantung pada hubungan yang tidak dapat dipisahkan
antara pandangan dunia.
Agama merupakan seperangkat kepercayaan, doktrin, dan norma-norma yang dianut dan
diyakini kebenarannya oleh manusia. Keyakinan manusia tentang agama, diikat oleh norma-
norma dan ajaran-ajaran tentang cara hidup manusia yang baik, tentu saja dihasilkan oleh adanya
pikiran atau perilaku manusia dalam hubungannya dengan kekuasaan yang tidak nyata
(Ghazali,2011).
Agama sebagai salah satu sumber nilai merupakan hal yang sangat penting bagi
masyarakat Indonesia (Ghazali,2011). Kedudukan agama memberi satu penegasan terhadap
kemajemukan bangsa Indonesia. Menempatkan persoalan agama secara asasi bagi kehidupan
masyarakat Indonesia patut menjadi titik fokus pengamatan sebagai kajian dalam membicarakan
faktor-faktor pemersatu bangsa Indonesia
Istilah politik dalam perspektif Islam, menurut Pulungan adalah kata politik dalm bahasa
Arab disebut siyasat, yaitu berasal dari kata sasa. Kata ini dalam kamus al-Munjid dan lisan Al-
Arab berarti mengatur, mengurus, dan memerintah. Siyasat bisa juga berarti pemerintahan dan
politik atau membuat kebijaksanaan (Nasiwan, 2012). Siyasah menurut bahasa mengandung
beberapa arti, yaitu mengatur, mengurus, memerintah, memimpin, membuat, membuat
kebijakan, pemerintahan dan politik (Nasiwan, 2012). Secara terminologi dalam Lisan Al-Arab,
siyasah adalah mengatur atau memimpin sesuatu dengan cara yang membawa kepada maslahatan
(Nasiwan, 2012)
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik (politics) adalah usaha untuk menetukan
peraturan-peraturan yang dapat diterima baik oleh sebagian besar warga, untuk membawa
masyarakat ke arah kehidupan yang lebih harmonis. Usaha menggapai the good life ini
menyangkut bermacam-macam kegiatan yang antara lan menyangkut proses penentuan tujuan
dari sistem, serta cara-cara melaksanakan tujuan itu (Budiardjo, 2008)
Bahwa pada umumnya umat Islam mempunyai suatu asumsi teologis bahwa Islam
merupakan agama yang bersifat holistik, universal. Didalamnya berisi beberapa pokok ajaran
yang dapat diimplementasikan dalam seluruh aspek kehidupan manusia. Atas keyakinan
semacam itu, Islam sebagai agama, kemudian dibedakan dengan konsep agama dalam
pandangan Barat yang membatasi wilayah kerja agama pada persoalan yang bersifat pribadi.
Islam memandang politik merupakan tugas keagamaan dan keduniawian sekaligus. Politik
dengan demkian, tidak hanya dipandang sebagai pemenuhan tugas keduniawian yang lebih
banyak mengejar kepentingan prgamatis yang bersifat jangka pendek. Akan tetapi, Islam
memiliki pandangan bahwa politik juga mengandung muatan keagamaan yakni, nila-nilai dan
moralitas keagamaan sehingga politik menemukan kenyataan hakikinya sebagai refleksi
tanggung jawab manusia, baik secara kemanusiaan maupun secara ketuhanan. Kalaupun
orientasi politik dalam rangka mendapatkan kekuasaan, maka kekuasaan di sini diperoleh dengan
menggunakan pertimbangan moralitas politik dan orientasi kekuasaan bukan untuk kekuasaan
sendiri, melaikan lebih diperuntukan untuk kemanusiaan secara unversal.
Budaya politik di Indonesia memang di dominasikan dengan nilai-nilai agama. Tetapi
walaupun didominasikan dengan nilai-nilai agama, para pejabatnya masih mempersepsikan
dirinya sebagai penguasa, dari pada sebagai abdi masyarakat dan abdi negara yang siap melayani
masyarakat dengan baik. Apalagi dimasa seperti sekarang ini, yang dimana masa sekarang ini
disebut sebagai masa Orde Baru, biokrasi telah mendapat tempat istimewa karena memiliki
kekuasaan yang besar.
Menurut penulis, di masa reformasi sekarang ini, ternyata tidak serta merta budaya politik
birokrasi di Indonesia berubah kepada arah yang lebih baik. Memang, sudah ada perubahan,
namun masih tampak kuat para pejabat publik atau birokrasi yang berorientasi pada kekuasaan
ketimbang sebagai abdi masyarakat dan abdi negara. Hal ini dapat terlhat nyata dari perilaku
para pejabat dan para elit politik hanya mementingkan dirinya, kelompoknya atau konco-
konconya dibaningkan dengan memperjuangkan kepentingan aspirasi dan kesejahteraan rakyat.
Jadi, kepentingan kesejahteraan rakyat di mata pejabat dan elit politik dijadikan nomor sekian.
Akibatnya, tingkat pelayanan birokrasi terhadap masyarakat rendah. Mereka tidak bertanya
kepada masyarakat : Apa yang dapat saya lakukan sebagai pejabat untuk anda semua sebagai
rakyat?, akan tetapi sebaliknya: Apa yang dapat anda dapat lakukan sebagai rakyat untuk saya
sebagai pejabat?. Karena itu banyak masyarakat yang kecewa dan tidak puas terhadap
pelayanan birokrasi.
Demikian halnya, banyak partai politik tidak lagi berlandaskan pada ideologis sebagai
dasar perjuangan politiknya, namun lebih bersifat pragmatis, misalnya bagaimana
memperebutkan kekuasaan dan posisi politik yang menguntungkan dirinya. Rakyat hanya diberi
janji-janji manis saja. Setelah pemilu selesai, rakyat terlupakan.
Penulis menjelaskan bahwa hubungan politik dan agama terdapat respons yang berbeda,
yaitu:
a. Ada yang mengatakan bahwa membolehkan tokoh Islam bahkan dianjurkan untuk terlibat
didalam pemilu atau pilkada, baik sebagai kandidat maupun sebagai tim sukses juga
menggunakan isu agama dalam kampanye.
b. Melarang keterlibatan agama dalam politik praktis. Karena mengganggap bahwa politik
itu terpisah dengan agama.
Kesimpulanya Agama adalah kepercayaan, dan norma-norma yang dianut dan diyakini
kebenarannya oleh manusia. Sedangakan politik adalah salah satu saja dari bentuk pelembagaan
sebagai wujud ekspresi ide-ide, pikiran-pikiran, pandangan, dan keyakinan bebas dalam
masyarakat demokratis. Di samping itu dapat tergabung dengan partai politik, bentuk ekspresi
lainnya terjelma juga dalam wujud kebebasan pers, kebebasan berkumpul, ataupun kebebasan
berserikat melalui organisasi-organisasi non partai politik seperti lembaga swadaya masyarakat
(LSM), organisasi-organisasi kemasyarakatan (Ormas), organisasi non pemerintah (NGOs), dan
lain sebagainya.
Jangan sampai agama dijadikan sebagai komoditas politik, kesucian agama tidak patut
dan tidak selayaknya digunakan sebagai komoditas untuk tujuan perebutan kekuasaan semata.
Di indonesia, sudah banyak daerah yang terjadi konflik berdarah akibat SARA (suku, ras, agama
dan antargolongan) dipakai untuk urusan politik.
Bermunajat kepada Allah SWT agar senantiasa memberikan petunjuk dan melindungi
bangsa Indonesia dari ancaman perpecahan, kekacauan sosial dan hilangnya akhlakul karimah.
Semoga Allah SWT melindungi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Adeng Muchtar Ghazali. Antropologi Agama. Bandung, Alfabeta, 2011.
Miriam Budiardjo. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta, PT Ikrar Mandiriabadi, 2008.
Nasiwan. Teori-Teori Politik. Yogyakarta,Ombak, 2012.

Anda mungkin juga menyukai