IKATAN MAHASISWA TAPANULI SELATAN (IMATAPSEL) DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan didirikannya negara-negara dan adanya agama adalah untuk merealisasikan kepenentingan hidup publik dan mencegah ancaman yang akan mengganggu mereka. Dengan negara, dimaksudkan agar keadilan dapat ditegakkan dan kesewenang-wenangan dapat dicegah. 1 jika maksud dan tujuan agama itu adalah untuk menegakkan keadilan dan kebajikan dimuka bumi ini, maka sudah pasti semua agama menghendaki keadilan dan kebajikan dapat terealisir dan berlangsung untuk selama-lamanya. Islam (contoh) menegakkan kekuassaan yang memiliki dua aspek : Aspek keagmaan dan aspek keduniaan. Keduanya berjalan tanpa dikotomi (pembagian atas dua kelompok yg saling bertentangan). Kekuasaan keagamaan mengatur tata hubungan antar individu menurut garis-garis norma hukum yang terdapat didalam hukum keperdataan dan berbagai aturan lainnya yang terkait. Islam memiliki korelasi yang sangat erat dengan kekuasaan seperti hubungan pilar dengan sebuah bangunan. Agama menjadi fondasi dan penuntun arah kekuasaan. Dalam agama islam sangat sulit memisahkan persoalan yang mungkin disebut bidang keagamaan murni atau politik murni. Sebab segala sesuatu yang berkaitan dengan akidah, ibadah, etika dan pendidikan adalah persoalan agama. Semua visi agama agar dapat berkembang luas pasti membutuhkan kekuatan (power) yang mampu memberikan perlindungan dan para pengikut setia yang menyebarluaskan ajarannya, membangun tatanan keagamaan dan politik. Poilitik adalah sebagai implementasi agama. Politik harus didasarkan pada agama. Karena tujuan akhir dari pemerintahan sebuah negara adalah terealisasinya kepentingan publik dan terlindunginya rakyat dari berbagai ancaman yang membahayakan. Pembentukan pemerintahan suatu negara dimaksudkan untuk menegakkan keadilan dan mencegah tindakan anarkis. Secara integral semua agama mencakup urusan agama dan dunia. Dan selama pemegang kendali pemerintahan terdiri dari orang-orang yang kaya ide, tidak memaksakan kehendak atau diminopoli oleh sekelompok orang, maka politik didalam agama tidak akan lepas dari prinsip karena kepentingan publik dan tidak akan membawa hal-hal yang deskrukif. Tetapi akan lain kenyataannya apabila para pemegang kekuasaan bersikap korup. Maka suatu negara akan hancur dan rakyat akan tersiksa. B. Rumusan Masalah 1. Apa itu yang disebut dengan agama dan politik ? 2. Bagaimana persinggungan agama dan politik ?
1 ) A. Gaffar Aziz. 2000. Berpolitik Untuk Agama. Pustaka pelajar : yogyakarta. Hal 6 BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Politik Dan Agama a.) Politik Secara etimologi politik berasal dari bahasa Yunani polis dan bahasa Inggris politics yang pada hakikatnya merujuk pada arti yang sama yakni kebijaksanaan. Definisi politik juga dapat dibedakan dari berbagai pendapat para tokoh, yaitu : 1. Politik merupakan studi khusus tentang cara-cara manusia memecahkan permasalahan bersama dengan manusia lainnya (Maran ; 1999) 2. Aristoteles mengatakan politik merupakan master of science. Bahwa politik merupakan kunci untuk memahami lingkungan. Baginya politik berarti mengatur apa yang seharusnya. 3. Hoogerwerf mendefinisikan politik sebagai pertarungan kekuasaan 4. Hans J. Morgenthau menyatakan politik adalah usaha untuk mencari kekuasaan 5. David Easton mengartikan politik sebagai usaha semua aktivitas yang memengaruhi kebijaksanaan itu dilaksanakan Dan masih banyak lagi definisi-definisi tentang politik dari berbagai sudut pandang. Mirriam Boediarjo menjelaskan bahwa politik adalah bermacam-macam kegiatan dalam sistem negara yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan- tujuan yang didalamnhya terdapat proses pengambilan keputusan. Politik merupakan proses penyelesaian dari konflik-konflik manusia ; dengan membuat keputusan ataupun mengembangkan kebijakan-kebijakan tertentu dan mengalokasikan sumber-sumber dan nilai tertentu, berupa pelaksanaan kekuasaan dan pengaruh didalam masyarakat (Rush & Althoff ; 2005). 2 Politik terkait dengan kekuasaan, negara dan pengaturan hidup bersama dalam upaya mencapai kebaikan masyarakat. 3
Sehingga penulis mengambil kesimpulan bawha politik merupakan pemahaman tentang wewenang dan hak, kekuasaan, proses pembuatan keputusan dalam masyarakat yang membawa banyak manfaat. Akan tetapi banyak yang mendefinisikan politik ini hanya sepenggal saja, yakni kekuasaan. Jika hanya mengacu pada pengertian ini (kekuasaab), maka definisi politik yang sesngguhnya akan tidak sempurna. Sehingga terjadi penyelewengan. Seperti yang sudah kita lihat bersama pada saat ini.
2 ) Komaruddin Sahid.2011. memahami sosiologi politik. (Bogor ; Ghalia Indonesia) 3 ) Basrowi dkk. 2012. Sosiologi politik. (Bogor ; Ghalia Indonesia) b.) Agama Menurut Ensiklopedia Indonesia agama berasal dari bahasa Sansekerta, a tidak dan gam pergi atau berjalan dan a berarti keadaan. Maka agama adalah keadaan yang tidak pergi, lestari, kekal, abadi, tidak berubah. Maka dengan demikian agama didefinisikan sebagai pedoman untuk mencapai hidup kekal. 4 Agama pada intinya merupakan sebuah system kepercayaan dan sarana menuju kebahagiaan, secara normative agama mengajarkan harmoni dan kasih sayang. Beberapa pendapat juga menyatakn bahwa kata agama berasal dari bahasa sanskerta "A" berarti tidak dan "GAMA" berarti kacau. Sehingga agama berarti tidak kacau. Atau dapat diartikan suatu peraturan yang bertujuan untuk mencapai kehidupan manusia ke arah dan tujuan tertentu. Dilihat dari sudut pandang kebudayaan, agama dapat berarti sebagai hasil dari suatu kebudayaan, dengan kata lain agama diciptakan oleh manusia dengan akal budinya serta dengan adanya kemajuan dan perkembangan budaya tersebut serta peradabannya. Bentuk penyembahan Tuhan terhadap umatnya seperti pujian, tarian, mantra, nyanyian dan yang lainya, itu termasuk unsur kebudayaan. Dilihat dari sudut pandang sosiologi, agama adalah salah satu tindakan pada suatu sistem kemasyarakatan (sosial) yang terdapat pada diri seseorang tentang kepercayaan terhadap kekuatan tertentu (magis atau spiritual) serta berfungsi untuk perlindungan dirinya dan orang lain. Suatu kepercayaan dapat dikatakan sebagai Agama apabila mengandung tiga unsur yaitu; manusia, penghambaan dan Tuhan. Karena maksud dari agama adalah penghambaan manusia kepada Tuhannya. Dan agama dalam pemahaman sosiologi tidak ditimba dari pewahyuan yang datang dari dunia luar, akan tetapi diangkat dari eksperiensi atau melihat realitas konkrit yang terjadi dalam masyratakat. 5
B. Persinggungan Agama dan politik Titik persinggungan antara dua hal yang berbeda dan sama-sama dianggap sakral, yaitu agama dan politik. Keduanya terdapat dimensi paralel sehingga orang tidak mungkin melepaskan aspek agama dalam politik agama dengan misi sucinya memberikan legitimasi dan justifikasi atas apa yang dibawanya. Sementara realitas sosial politik merupakan internalisasi dan aktualisasi sosiologis masyarakatnya. 6
Keduanya berbeda dianggap berseberangan, bersinggungan satu sama lain, alias saling menguatkan, namun bisa juga saling membunuh.
4 ) By Agus M. Hardjana. 2005. Religiositas, Agama, Dan Spiritualitas. (Yogyakarta ; Kanisius ). Hal 50 5 ) D. Hendropuspito. 1983. Sosiologi Agama.. ( Yogyakarta ;Kanius) 6 ) Zuly, Qodir. 2001. Agama dalam Bayang-bayang kekuasaan. (Yogyakarta ; pustaka pelajar) Fenomena semacam ini sudah lazim terjadi, dan kita sudah sering mendengarnya baik di negara ini maupun negara-negara yang mendasarkan diri pada salah satu agama tertentu maupun tidak. Seperti negara Arab (Pakistan, Iran, Aljazair). Agama dijadikan sebagai kendaraan politik oleh mereka yang memiliki interes/ kepentingan tertentu agar cita- cita tercapai. Akan tetapi, politik juga sering ditunggangi oleh agama, sehingga persengketaan, permusuhan dan peperangan atas nama agamapun tidak dapat terelakkan. Padahal, kenyataannya tidak ada. Keduanya terpisahkan. Itulah perselingkuhan antara agama dan politik. Tidak bisa dihindarkan dalam jagat nyata sekarang. Sangat memprihatinkan situasi politik zaman sekarang, terutama di negeri tercinta ini. Tampaknya apa yang sering kita rasakan sebagai tunggang-menunggang dua wilayah sakral itu marak dan menguat kembali. Dengan bangkitnya kembali apa yang dikenal dengan politik aliran. PARPOL selalu bernanung dibawah bendera agama tertentu untuk merebut massa dalam pemilihannya. Sudah banyak PARPOL yang datang dari latar belakang agama, seperti PKB (partai kebangkitan bangsa) dibawah naungan NU, trus partai Bulan Bintang, PAN dan lain sebagainya. Fenomena ini sangat perlu untuk kita perhatikan. Mulai dari rezim orde baru partai politik ini tidak pernah diperhitungkan sama sekali, dan sampai sekarang agama menjadi idola rezim. Hal penting lain yaitu dimensi moralitas agama itu sendiri dalam praktek politik. Karena sering kali politik berjalan jauh dari rel agama yang sebelumnya disakralkan. Aktivitas politik dan agama terlepas dari sejarah dan tanggung jawab kemanusiaan yang merupakan misi suci agama yang harus dipraktekkan dalam realitas sosial. Dengan demikian agama, pada akhirnya memang dihadirkan oleh pengemban titah agama sebagai penghianatan terhadap agama. Agama dihadirkan hanya sebagai legitimasi dan justifikasi kepentingan elit politik yang sedang memainkan suatu orde politik. Agama-agama dihadirkan sebagai kendaraan aktor politik. Disisni saya tidak mengahikimi para aktor politik, perlu dipikirkan kembali posisi agama ditengah kebangkitan partai-partai yang berlabel agama. Siapapun yang menjadi pemimpin, selalu menyangkut persoalan besar masa depan bangsa yang sedang dilanda kepercayaan, kebudayaan, ekonomi dan politik. Moralitas agama penting dalam aktivitas politik sesorang dan akan tetapi moralitas politik dalam beragama sehingga yang beragama tidak apriori terhadap politik. Akibat dari perebutan kekuatan PARPOL sehingga masyarakat yang harus menanggung derita dan beban berat. Masyarakat dibuat menunggu-nunggu janji suci dari semua PARPOL agar lahirnya sebuah komitmen sosial yang benar-benar mampu menjadi pengayom atas sebuah masyrakat yang plural.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan/power dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara yang bersifat ingin menguasai. Adanya politik karena tingginya tingkat kepentingan dalam kehidupan. Perlu diketahui bahwa Power berbeda dengan force. Power merupakan adanya kemampuan yang dapat difungsikan untuk melakukan dan mengoperasionalkannya (kemampuan), sehingga bisa memiliki kekuatan untuk berkuasa yang bersifat meninggikan derajat/status sosialnya, dan ini terjadi akibat tingginya kepentingan. Karena bisa mempengaruhi (to influence), mengendalikan (to control), mendominasi (to dominate) dan memperbudak (to exploitasi). Sedangkan force adalah kekuatan yang dipakai dalam kemiliteran. Yakni adu kekuatan fisik. Agama merupakan sebuah keyakinan dan kepercayaan yang dianut oleh orang perorangan. Agama merupakan jalan hidup yang harus ditempuh oleh manusia untuk mewujudkan kehidupan yang aman, tentram dan sejahtera. Bahwa jalan hidup tersebut berupa aturan, nilai atau norma yang mengatur kehidupan manusia yang dianggap sebagai kekuatan mutlak, gaib dan suci yang harus diikuti dan ditaati. aturan tersebut ada, tumbuh dan berkembang bersama dengan tumbuh dan berkembangnya kehidupan manusia, masyarakat dan budaya. Perpaduan antara agama dan politik banyaj membawa dampak negatif, sehingga banyak pihak yang dirugikan. Dan tidak dapat dipungkiri bahwa agama memiliki hubungan erat dengan politik. Kepercayaan agama dapat mempengaruhi hukum. Seringakali agamalah yang memberi legitimasi kepada pemerintahan. Agama sangat melekat dalam kehidupan rakyat dalam masyarakat industri maupun nonindustri, sehingga kehadirannya tidak mungkin tidak terasa di bidang politik. Sedikit atau banyak, sejumlah pemerintahan di seluruh dunia menggunakan agama untuk memberi legitimasi pada kekuasaan politik.