Anda di halaman 1dari 18

MAX WEBER UNTUK

ANTROPOLOGI INDONESIA
OLEH:
NURSYIRWAN EFFENDI – UNIVERSITAS ANDALAS

Bahan Pemaparan Bedan Buku –


Max Weber dan Antropologi
Karya Tony Rudyansjah, Ph.D
12 November 2020 –
Daring Meeting
PENDAHULUAN
 Secara pribadi dan kelembagaan saya menyampaikan salut kepada sahabat Tony
Rudyansjah atas terbitnya buku ini.
 Saya dapat membayangkan kerja keras yang telah dicurahkan untuk menciptakan
buku ini dan tidak semua orang memiliki motivasi, keseriusan dan minat yang besar
menulis khusus tentang Max Weber dalam rumah besar ilmu antropologi di Indonesia.
 Setelah saya membaca buku ini, saya justru mendapat tambahan pencerahan tentang
Max Weber, terutama tentang karya-karya ilmiah yang tidak merupakan hasil studi
empiris yang ekstensif, tetapi mampu menjadi rujukan yang luar biasa bagi ilmu
sosial dari seluruh dunia.
 Hal ini saya teringat buku tentang karya buku “Minangkabau dan Negeri Sembilan”,
dari seorang antropolog budaya Belanda, Josselin de Jong PE (1922, terjemahan
1951), yang menjadi rujukan penting, namun karyanya tidak berdasarkan studi
lapangan di Minangkabau, Sumatra.
ULASAN UMUM BUKU
MAX WEBER DAN ANTROPOLOGI
 Bab 1:
 Deskripsi dalam bab 1 ini mengetengahkan apa, bagaimana dan mengapa buku yang
tersaji ini dapat lahir dan tujuan untuk menghadirkannya.
 Penulis memiliki relevansi yang kuat dan sudah lama berkecimpung memahami
karya-karya Max Weber, terutama isu metodologis yang penting yakni metode
Verstehen dan Tipe Ideal yang sangat perlu diangkat kembali dalam wacana ilmiah
kekikinian.
 Penulis menguatkan relevansi karya buku ini untuk membicarakan isu masa kini yang
kurang lebih serupa dengan masa lalu, sehingga tidak selalu harus memulainya dari
nol.
 Penulis menekankan bahwa pemikiran Max Weber tentang rasionalitas, tindakan
sosial, agama dan kapitalisme dianggap masih relevan untuk memahami persoalan
masa kini.
 Bab 2: Riwayat singkat Max Weber

 Dalam bab ini riwayat hidup dari seorang Max Weber sosok ilmuan yang luar biasa
dan jenius (Genial; Jerman) lahir 1864 dan meninggal 1920, di usia masih muda dan
produkti,f 56 tahun.
 Sosok Max Weber adalah pribadi yang lengkap, dinamis dan penuh tantangan hidup,
mulai dari lingkup keluarga, lingkup pergaulan, karir akademis yang luar biasa,
lingkup politik dan ekonomi negara.
 Sosok yang telah menjadi sarjana yang brilian pada usia 27 tahun dan menjadi
profesor political economy, pada usia 30 tahun.
 Karya-karyanya menunjukkan kompleksitas pemikiran yang Max Weber miliki (hlm
13).
 Bab 3: Pertarungan Metode, Analisis Verstehen, dan Tipe Ideal
 Max weber sedikit menghasilkan karya-karya substantif berdasarkan investigasi empiris
yang ekstensif, dan tidak pernah mendukung teori-teori yang bersifat total dan
menyeluruh (hlm 13).
 Max Weber termasuk dalam Mahzab historis ekonomi politik Jerman yang menekankan
arti penting manusia sebagai makhluk sosial-budaya-politik, ketimbang melihat manusia
yang ditentukan oleh pasar atau kekayaan untuk memenuhi hasrat dan kenikmatan
pribadi.(hlm. 18).
 Dalam bab ini dijelaskan tentang isu ‘pertarungan metode” (Methodestreiten) yang
dirumuskan dalam 4 persoalan utama (hlm 25-28).
 Mengemukakan tentang kritik terhadap isu generalisasi empiris yang harus berhati-hati di
dalam merumuskannya, karena bila tidak akan mengalami kosong isi empiris. (hlm 34)
 Analisis Interpretasi (Verstehen) dan Konstruksi Tipe Ideal
 Bab 4: Agama, Rasionalitas , Tindakan dan Kapitalisme
 Max weber adalah ilmuan yang memiliki basis kuat memahami agama melalui studi
perbandingan antar agama di dunia: Konfusionisme, Hinduisme, Budhisme, Islem,
Kristen dan Yudaisme. Asumsinya adalah agama ada kaitannya dengan kehidupan sosial.
 Max Weber memusatkan perhatian kepada peranan yang dimainkan agama-agama
terhadap pembentukan etika ekonomi, dan inter-relasi antara etika ekonomi dengan
organisasi ekonomi (hlm 93).
 Rasionalitas, yang membawa kepada tipe ideal tindakan sosial. Ada 4 tipe ideal
rasionalitas yakni rasional instrumental, rasional nilai, rasional afeksi, dan rasional
tradisional (hlm 98.)
 Kapitalisme, yang dikorelasikan dengan analisis tindakan sosial dan etika Protestan.
Salah satu kaca kunci berlangsungnya kapitalisme karena munculnya reformasi
(hlm120).
 Bab 5: Kesimpulan
 Max Weber mengkritisi pertarungan metode yang dianggapnya masing-masing kubu
(Idealisme vs Positivisme) memiliki “penyakit” (hlm 156).
 Manusia dan tindakannya sangat dipengaruhi oleh cita-cita ideal, namun tidak
menjadi penentu mutlak.
 Manusia selalu memberi makna pada gejala yang menarik dan kemudian melakukan
kalkulasi untuk melakukan tindakan.

 LAMPIRAN INFOGRAFIS TENTANG MAX WEBER (hlm 165-166) memberikan


gambaran komprehensif tentang Max Weber.
 12 Tulisan Max Weber menjadi inti acuan dari buku ini.
PEMIKIRAN MAX WEBER DALAM
ANTROPOLOGI
 Sejumlah buku-buku antropologi yang memasukkan pemikiran Max
Weber antara lain:
 1. Erickson, Paul A & Liam d. Murphy. 2010. Readings for A History of
Anthropological Theory. Idalam Bagian 1: The Early History of Anthropological
Theory. Tulisan Weber tentang “The Sociology of Charismatic Authority”.
 2. Moore, Henretta L dan Todd Sanders, 2014. Anthropology in Theory: Issues in
Epistemology. “Puritanism and Spririt of Capiralism” dalam issue tentang Coherence
and Contigency, hlm 286-292.
 3. Carrier, James G. (ed.) 2005. A Handbook of Economic Anthropology. Khususnya, buku
Max Weber tentang General Economies History (1927):
Isu tentang:
a. rasionalitas. “ rational calculation of profit in enterprises depends on the capitalist’s
ability to control product and factor markets, especially that for labour (hlm. 166).
b. Ekonomi yang terikat kepada nilai-nilai dan karenanya terbelenggu kepada kebudayaan.
“economies depend upon our values, and thus are culturally bound. (hlm 306).
c. The culture(s) of capitalism (hlm 345-350): remember, time is money. He that can earn
ten shillings a day by his labour, and goes abroad, or sits idle, one half of that day,
though he spends but sixpence during his diversion od idleness, ought not to reckon that
the only expense; he has really spent, or rather thrown away, five shilling besides.
d. Caste, religion and economic activity (530-531).
 4. Cohen, Jeffrey H and Norbert Dannhaeuser (eds.). 2002. Economic
Development: An Anthropological Approach. Dalam Pendahuluan
“Development in Practice and Theory: A Positive Role for
Anthropology”., khususnya rujukan buku Max Weber (1904/1905 : The
Protestant Ethic and the Spirit of Capilasim:
 “Affect development outcomes and the likelihood of a society gaining
sustained growth through market-driven processes”.
 Mengacu halaman 16, (Buku Penulis) Max weber dianggap juga
antropologis, dengan mengacu kepada pendapatnya “ ilmuan seharusnya
menghasilkan satu kajian substantif mengenai problema-problema riil
yang ada dalam kehidupan sosial daripada sekedar menuliskan tanpa
habis-habisnya sesuatu yang abstrak”.
 Karya-karya antropologi sudah biasa tidak terjebak dalam tulisan
abstrak, melainkan pada deskripsi empiris dan objektif tentang realitas
sosial budaya.
 Buku ini memperkuat posisi pemikiran Max Weber, meskipun fixed
diklaim sebagai sosiolog, dalam antropologi. Meskipun bapak
antropologi Indonesia, guru abadi kita, tidak memperkenalkannya ke
kita saat berkuliah dengan beliau dulu waktu di strata 1.
 Dalam buku Sejarah Teori Antropologi (bab 5), tokoh-tokoh sosiologi
yang diperkenalkannya adalah Emile Durkheim, Macell Mauss, Lucien
Levy-Bruhl.
 Terkait isu tentang ‘pertarungan metode’; Saya tertarik pada Persoalan
keempat pada halaman 30 tentang bagaimana Weber menyatakan bahwa
tidak ada gejala sosial budaya yang berbicara mengenai diri mereka
sendiri… tidak ada wacana pengamatan yang netral secara teoritis dan
sekaligus independen secara logis tanpa tergantung pada ciri si peneliti
melihat dan mempertanyakan gejala tersebut.
 Kutipan ini jelas menjadi sintesis perdebatan dalam filsafat ilmu apakah
ilmu pengetahuan itu bebas nilai atau terikat nilai? Weber masuk dalam
pandangan bahwa ilmu pengetahuan tidaklah bebas nilai.
 Mengacu kalimat hal 18: Max Weber termasuk ke dalam kategori ahli
ekonomi”.
 Pemikiran Max Weber banyak dijadikan acuan dalam sub disiplin
antropologi ekonomi, sebagai salah satu mata kuliah yang saya ampu
 Beberapa catatan bisa diangkat:
 Dalam buku Richard R. wilk : Economies and Cultures: Foundations of Economic
Anthropology, terutama hal 108-112, soal Rationality and History
 Dalam bagian ini pemikiran Weber ditempatkan di dalam rangakaian
epistemologi tentang akar-akar Moral ekonomi, bersamaan dengan B.
Malinowski dan Franz Boas.
 Catatan tentang Weber dalam halaman itu adalah: Weber (1968: Economy
and society) believed that ideas and values produced by historical
circumstances make people act in a particular way. Each culture therefore
has to be understood as a unique whole…we would see things from their
point of view (108). Dia juga menyatakan bahwa pada dasarnya modern
industrial capitalism adalah sebuah hasil sejarah yang unik untuk konteks
Barat, melalui proses “rasionalisasi” yang telah meresap dan masuk ke
seluruh relasi sosial manusia. Sehingga dia tidak optimis bahwa prinsip
“kapitalisme” dapat dipakai pada tipe masyarakat tradisional.
 Hal yang menarik yang dituliskan adalah Weber tidak terlalu suka
dengan upaya ilmu melahirkan generalisasi empiris (GE), seperti
layaknya ilmu alam. Produk GE ini justru melahirkan kekosongan isi
secara empiris.
 Isu ini perlu didiskusikan, karena banyak ilmuan dan juga birokrat suka
dengan kesimpulan-kesimpulan yang berkarakter generalisasi empiris ,
namun kosong isinya secara empiris. Banyak fakta empiris yang tidak
masuk ke dalam GE tersebut. GE cenderung mengubah isi dan makna
dari realitas yang pada dasarnya kompleks.
KESIMPULAN
 Buku ini sangat baik dan strongly recommended, untuk dibaca dan
sebagai acuan utama belajar teori-teori antropologi.
 Buku ini telah mengisi kekosongan dan pelepas dahaga bagi antropolog
yang memerlukan pemahaman pemikiran dari ilmuan dari disiplin ilmu
sosiologi. Faktanya, banyak antropolog yang gemar mendalami teori-
teori sosiologi, namun tidak hanya sosiolog yang juga gemar mendalami
teori-teori ilmu antropologi.
 Buku ini sangat direkomendasikan untuk menjadi buku pegangan
mempelajari pemikiran Max Weber untuk perkembangan ilmu
Antropologi di Indonesia.
BEBERAPA USULAN
 1. Berkaitan dengan kata kunci metode dalam buku ini, saya menganjurkan
alangkah baiknya ada satu bab yang ditulis tentang bagaimana metode ini secara
practical digunakan dalam studi/riset antropologi dewasa ini. Mengingat tidak
mudahnya implementasi praktis metode ini dipakai, terutama oleh mahaiswa
antropologi strata 1.
 2. sebagai orang yang juga bisa menulis dan menuturkan bahasa Jerman, ada
baiknya kata-kata benda bahasa Jerman yang dikutip ditulis dengan kapital. Semua
kata benda dalam bahasa Jerman ditulis awal kapital. Seperti verstehen, menjadi
Verstehen, zweckrationalitet, menjadi Zweckrationalität (a Umlaut), atau kalau tidak
pakai ä, diganti dengan ae. Jadi Zweckrationalitaet. Kata wissenschaften ditulis
Wissenschaften.
 Koentjaraningrat dalam buku STA 1, mempertahankan penulisan kata asli dari
Jerman.

Anda mungkin juga menyukai