c. Absolutisme Monarki
f. Pemerintahan Reaksioner
Mari kita ajak si tukang roti, dan istrinya ke Paris, biar mereka tahu
betapa miskinnya kami. Maka berteriaklah perempuan-perempuan itu
dihadapan istana Versailles meminta raja pindah ke Paris. Raja
mengabulkan permintaan mereka, dan rombongan perempuan itu
bagaikan menyeret kereta keluarga raja, menuju Paris, sambil mereka
bernyanyi-nyanyi, kami tidak akan kekurangan roti lagi, karena si
tukang roti, istrinya dan anaknya (putra mahkota) telah kami bawa ke
Paris untuk mengolah roti kami. Sejak itu keluarga Louis XVI,
mendiami kembali sitana tua, Louvres di tengah-tengah kota paris,
(sekarang digunakan sebagai museum). Lukisan-lukisan yang
diabadikan oleh seorang pelukis Perancis tentang kemarahan
perempuan-perempuan itu, tersimpan dalam museum ini.
Marrat, Dia adalah seorang yang pergi dari satu kota ke kota yang
lain, di Perancis untuk mengumpulkan nama-nama dari orang-orang
yang dicurigai masih menjadi pengikut raja. Biasanya nama yang
telah dalam daftarnya tak akan lolos lagi dari penyembelihan. Disaat
itu partai Yacobijn telah hancur berantakan terjadi tuduh menuduh
diantara mereka. Maka Marrat berpidato dengan berapi-api mencela
pemimpin-pemimpin yang menurut dia adalah pengkhianat bangsa.
Dimusim semi bulan April 1793 itu, dia berada di Gaen, daerah
Bregtagne. Sementara itu disalah satu pojok taman itu, seorang gadis
dengan tekun mendengarkan pidato Marrat. Nama gadis itu,
“Charlotte Corday” rupanya gadis itu tak tahan lagi mendengarkan
keganasan-keganasan yang dianjurkan Marrat. Maka dia mengikuti
Marrat ke Paris. Sesampai di kantor Marrat gadis yang lugu itu
berkata: ” Saya datang dari Gaen ingin bertemu tuan Marrat”. Malihat
gadis itu dengan segera Marrat berkata: “Manakah nama-nama
pengkhianat dari negerimu ? Marrat duduk untuk menuliskan nama-
nama, tetapi dengan cepat gadis itu menusukkan pisau yang sangat
tajam ke dada Marrat. Maka berakhirlah hidupnya di musim semi
tahun 1793 itu. Kematian keempat ahli terror ini dicatat dalam sejarah
Eropa sebagai pemburu-pemburu kekuasaan yang tak segan-segan
menjadikan rakyat yang lugu sebagai korban permainan politik
mereka.