Anda di halaman 1dari 20

1

Pertemuan7pmg
REVOLUSI PERANCIS, REVOLUSI INDUSTRI, PERKEMBANGAN IDEOLOGI KAPITALISME, SOSIALISME,
LIBERALISME DAN DEMOKRASI DAN DAMPAKNYA BAGI MASYARAKAT
DUNIA, PERKEMBANGAN MASYARAKAT JEPANG SEJAK RESTORASI MEIJI DAN
DAMPAKNYA DI DALAM DAN LUAR NEGERI
Oleh: Ratna P
Cirebon, 8 April 2019
1. Revolusi Perancis
Sebelum meletus revolusi, masyarakat Prancis terbagi ke dalam tiga golongan politik:
pertama, golongan bangsawan kaya yang berjumlah sekitar 400.000 orang; kedua, terdiri dari
golongan gereja atau agamawan yang berjumlah sekitar 100.000 yang terdiri dari rahib dan
biarawan katolik, pendeta dan uskup; dan ketiga, meliputi sekitar 99% warga negara Prancis.
Golongan ketiga ini pun dibagi ke dalam tiga bagian: (1) golongan menengah (borjuis) seperti ahli
hukum, dokter, pedagang, pengusaha dan pemilik pabrik; (2) kaum buruh dan pekerja, dan; (3)
golongan petani. Hak-hak politik dan hak-hak istimewa antar golongan tidak terbagi secara merata.
Berbagai masalah pun muncul yang pada akhirya timbul lah gerakan revolusi Perancis.
a. Latar Belakang Revolusi Perancis
Latar belakang terjadinya revolusi perancis disebabkan oleh tiga faktor yaitu: faktor ketidak
adilan politik, kekuasaan raja yang absolut, krisis ekonomi, dan munculnya paham baru. Dalam
bidang politik, kaum bangsawan memegang peranan yang sangat penting dalam bidang politik,
sehingga segala sesuatunya ditentukan oleh bangsawan sedangkan raja hanya mengesahkan saja.
Ketidakadilan dalam bidang politik dapat dilihat dari pemilihan pegawai-pegawai pemerintah yang
berdasarkan keturunan dan bukan berdasarkan profesi atau keahlian, Hal ini menyebabkan
administrasi negara menjadi kacau dan berakibat munculnya tindakan korupsi. Ketidakadilan politik
lainnya adalah tidak diperkenankannya masyarakat kecil untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan
pemerintahan.Pemerintahan Louis XIV bersifat monarki absolut, di mana raja dianggap selalu benar.
Semboyan Louis XIV adalah l'etat c'est moi (negara adalah saya). Untuk mempertahankan
keabsolutannya itu, ia mendirikan penjara Bastille. Penjara ini diperuntukkan bagi siapa saja yang
berani menentang keinginan raja. Penahanan juga dilakukan terhadap orang-orang yang tidak
disenangi raja. Mereka ditahan dengan surat penahanan tanpa sebab (lettre du cas).
Absolutisme Louis XIV tidak terkendali karena kekuasaan raja tidak dibatasi undang-
undang.Sebab lain terjadinya Revolusi Prancis adalah adanya krisis keuangan. Kehidupan raja dan
para bangsawan istana serta permaisuri Louis XVI ,yakni Maria Antoinette (terkenal dengan sebutan
Madame deficit) yang hidup penuh dengan kemewahan dan kemegaha. Di samping itu, adanya
warisan hutang dari Raja Louis XIV dan Louis XV menjadikan hutang negara makin menumpuk. Satu-
satunya cara untuk mengatasi krisis keuangan ini adalah dengan cara memungut pajak dari kaum
bangsawan, tetapi golongan bangsawan menolak dan menyatakan bahwa yang berhak menentukan
pajak adalah rakyat. Raja Prancis, Louis XVI menyadari bahwa masalah keuangan negara dapat
teratasi bila setiap orang atau golongan membayar pajak. Akan tetapi karena mereka tidak memiliki
kewibawaan dalam menindak golongan I dan II, maka golongan tersebut tetap memiliki hak-hak
istimewa dan bebas dari pajak. Selain faktor ketidak adilan politik dan krisi ekonomi, munculnya
filsuf-filsuf pembaharu juga turut andil dalam meletusnya revolusi Prancis dengan pengaruh paham
rasionalisme mereka. Paham ini hanya mau menerima suatu kebenaran yang dapat diterima oleh
akal. Paham ini telah melahirkan renaisans dan humanisme yang menuntun manusia bebas berpikir
dan mengemukakan pendapat. Oleh karena itu, muncullah ahli-ahli pikir yang karya-karyanya
berpengaruh besar terhadap masyarakat Eropa pada saat itu termasuk tokoh masyarakat Prancis,
seperti berikut.
1. John Locke ( 1685–1753) dengan karyanya yang berjudul Two Treaties of Government yang
mengumandangkan ajaran kedaulatan rakyat.
2. Montesquieu (1689–1755) dengan karyanya L'es prit des Lois (Jiwa Undang-Undang). Dalam
buku itu terdapat teorinya tentang trias politika yakni tentang pemisahan kekuasaan antara

1
2

legislatif (pembuat undang-undang), eksekutif (pelaksana undang-undang, dan Judikatif


(pengatur pe-ngadilan segenap pelanggaran terhadap undang-undang yang berlaku. Hal ini
semua dimaksudkan agar tidak terjadi sewenang-wenang).
3. J.J. Rousseau ( 1712–1778) dengan karyanya Du Contract Social (Perjanjian Masyarakat).
Rousseau mengatakan bahwa menurut kodratnya manusia sama dan merdeka. Setiap
manusia pada prinsipnya sama dan merdeka dalam mengatur kehidupannya kemudian
membentuk semacam perjanjian sesama anggota masyarakat atau contract social. Melalui
perjanjian bersama itu, dibentuk suatu badan yang diserahi kekuasaan untuk mengatur dan
menyelenggarakan ketertiban masyarakat yaitu pemerintah. Dengan demikian, kedaulatan
sebenarnya bukan pada badan (pemerintah), melainkan pada rakyat.
b. Proses Terjadinya Revolusi Prancis
Untuk mengatasi krisis ekonomi, raja memanggil Dewan Perwakilan Rakyat (Etats Generaux).
Dewan ini ternyata tidak mampu mengatasi masalah sebab dalam sidang justru terjadi pertentangan
mengenai hak suara. Golongan I dan II menghendaki tiap golongan memiliki satu hak suara,
sementara golongan III menghendaki setiap wakil memiliki hak satu suara. Jika dilihat dari proporsi
jumlah anggota Etats Generaux yang terdiri atas golongan I, 300 orang, golongan II 300 orang, dan
golongan III 600 orang, dapat disimpulkan bahwa golongan I dan II menghendaki agar golongan III
kalah suara sehingga rakyat tidak mungkin menang. Jika kehendak golongan III yang dimenangkan,
golongan I dan II terancam sebab di antara anggota mereka sendiri ada orang-orang yang bersimpati
pada rakyat. Pada tanggal 17 Juni 1789, anggota Etats Generaux dari golongan III mengadakan
sidang sendiri, didukung oleh sebagian kecil anggota dari golongan I dan II. Peserta sidang
menyatakan diri sebagai Majelis Nasional yang bertujuan memperjuangkan terbentuknya konstitusi
tertulis bagi Prancis.
Raja berusahamembubarkan organisasi yang dipimpin Jean Bailly dengan dukungan Comtede
Mirabeau ini, baik dengan jalan perundingan maupun dengan kekerasan. Sikap raja yang berusaha
membubarkan Majelis Nasional dengan jalan kekerasan menimbulkan kemarahan rakyat dan
terjadilah huru-hara. Puncak huru-hara terjadi tanggal 14 Juli 1789, ketika rakyat menyerbu dan
meruntuhkan penjara Bastille, lambang kekuasaan mutlak raja. Penyerangan ini didukung oleh
Tentara Nasional yang dipimpin Lafayette. Ketika terjadi pemberontakan oleh rakyat, Louis XVI
melarikan diri ke luar negeri. Kesempatan ini dipergunakan oleh rakyat untuk membentuk
pemerintahan baru yang demokratis. Dewan Perancang Undang-Undang yang terdiri dari Partai
Feullant dan Partai Jacobin segera membentuk Konstitusi Prancis pada tahun 1791. Partai Feullant
adalah partai yang proraja, sedangkan Partai Jacobin adalah partai yang prorepublik. Partai Jacobin
beranggotakan kaum Geronde dan Montague. Partai ini dipimpin oleh tiga sekawan, Robespiere,
Marat, Danton. Keadaan negara yang semakin berbahaya membuat Dewan Legislatif membentuk
pemerintahan republik pada tanggal 22 September 1792. Raja Louis XVI dan istrinya dijatuhi
hukuman pancung dengan quillotine pada tanggal 22 Januari 1793. Setelah Raja Lous XVI dan
istrinya dijatuhi hukuman mati, Prancis pun mengalami berbagai jenis pemerintahan, diantaranya:

1. Pemerintahan Monarki Konstitusional (1789-1793)


14 Juli 1789 merupakan langkah awal yang diambil oleh pemerintah revolusi, yaitu dengan
dibentuk Pasukan Keamanan Nasional yang dipimpin oleh Jendral Lafayette. Selanjutnya dibentuk
Majelis Konstituante untuk menghapus hak-hak istimewa raja, bangsawan, dan pimpinan gereja.
Semboyan rakyat segera dikumandangkan oleh J.J. Rousseau yaitu liberte, egalite dan fraternite.
Dewan perancang undang-undang terdiri atas Partai Feullant dan Partai Jacobin. Partai Feullant
bersifat pro terhadap raja yang absolut, sedangkan Partai Jacobin menghendaki Prancis berbentuk
republik. Mereka beranggotakan kaum Gerondin dan Montagne di bawah pimpinan Maxmilien
de’Robespierre, Marat, dan Danton. Pada masa ini juga raja Louis XVI dijatuhi hukuman pancung
(guillotine) pada 22 Januari 1793 pada saat itu bentuk pemerintahan Prancis adalah republik.
2. Pemerintahan Teror atau Konvensi Nasional (1793-1794)

2
3

Pada masa ini pemegang kekuasaan pemerintahan bersikap keras, tegas, dan radikal demi
penyelamatan negara. Pemerintahan teror dipimpin oleh Robespierre dari kelompok Montagne. Di
bawah pemerintahannya setiap orang yang kontra terhadap revolusi akan dianggap sebagai musuh
Prancis. Akibatnya dalam waktu satu tahun terdapat 2.500 orang Prancis dieksekusi, termasuk
permaisuri Louis XVI, Marie Antoinette. Hal ini menimbulkan reaksi keras dari berbagai pihak.
Akhirnya terjadi perebutan kekuasaan oleh kaum Girondin. Robespierre ditangkap dan dieksekusi
dengan cara dipancung bersama dengan 20 orang pengikutnya. Pada Oktober 1795 terbentuklah
pemerintahan baru yang lebih moderat yang disebut Pemerintahan Direktori.
3. Pemerintahan Direktori atau Direktorat (1795-1799)
Pada masa Direktori, pemerintahan dipimpin oleh lima orang warga negara terbaik yang
disebut direktur. Masing-masing direktur memiliki kewenangan dalam mengatur masalah ekonomi,
politik sosial, pertahanan-keamanan, dan keagamaan. Direktori dipilih oleh Parlemen. Pemerintah
direktori ini tidak bersifat demokratis sebab hak pilih hanya diberikan kepada pria dewasa yang
membayar pajak. Dengan demikian wanita dan penduduk miskin tidak memiliki hak suara dan tidak
dapat berpartisipasi. Pada masa pemerintahan direktori, rakyat tidak mempercayai pemerintah
karena sering terjadinya tindak korupsi yang dilakukan oleh pejabat pemerintah yang berakibat
terancamnya kesatuan nasional Prancis. Akan tetapi, dari segi militer Prancis mengalami kemajuan
yang pesat, hal ini berkat kehebatan Napoleon Bonaparte. Ketidakpercayaan rakyat terhadap
pemerintah ini berhasil dimanfaatkan Napoleon untuk merebut pemerintahan pada tahun 1799.
4. Pemerintahan Konsulat (1799-1804)
Pemerintahan konsulat dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu Napoleon sebagai Konsulat I,
Cambaseres sebagai Konsulat II, dan Lebrun sebagai Konsulat III. Akan tetapi dalam perjalanan
sejarah selanjutnya Napoleon berhasil memerintah sendiri. Di bawah pimpinan Konsulat Napoleon,
Perancis berhasil mencapai puncak kejayaannya. Tidak hanya dalam bidang militer akan tetapi juga
dalam bidang sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Pada tahun 1803 Napoleon terpilih sebagai kaisar
Prancis atas dasar voting dalam sidang legislatif. Penobatannya dilaksanakan pada 2 Desember 1804
oleh Paus VII.
5. Masa Pemerintahan Kaisar (1804-1815)
Napoleon sebagai kaisar dimulai dengan pemerintahannya yang bersifat absolut. Hal ini jelas
tidak disukai oleh rakyat Prancis. Napoleon memiliki keinginan untuk mengembalikan kekuasaan raja
secara turun-temurun dan menguasai seluruh wilayah Eropa. Ia mengangkat saudara-saudaranya
menjadi kepala negara terhadap wilayah yang berhasil ditaklukannya. Oleh karena itu, pemerintahan
Napoleon disebut juga pemerintahan nepotisme.
Pemerintahan kekaisaran berakhir setelah Napoleon ditangkap pada tahun 1814 setelah kalah
oleh negara-negara koalisi dan dibuang di Pulau Elba. Karena kecerdikannya Napoleon berhasil
melarikan diri dan segera memimpin kembali pasukan Prancis untuk melawan tentara koalisi selama
100 hari. Namun, karena kekuatan militer yang tak seimbang, akhirnya Napoleon mengalami
kekalahan dalam pertempuran di Waterloo pada tahun 1915. Dia dibuang ke pulau terpencil di
Pasifik bagian selatan, St. Helena sampai akhirnya meninggal pada tahun 1821.
6. Pemerintahan Reaksioner
Rakyat merasa tidak senang terhadap sistem pemerintahan absolut yang dilakukan oleh
Napoleon. Oleh karena itu rakyat kembali memberi peluang pada keturunan Raja Louis XVIII untuk
menjadi raja di Prancis kembali (1815-1842). Raja yang berkuasa pada saat sistem pemerintahan
Reaksioner, selain Raja Louis XVIII, adalah Raja Charles X (1824-1840) dan Raja Louis Philippe (1830-
1848).
c. Dampak Revolusi Perancis
Revolusi Perancis telah membawa pengaruh yang besar, baik di dalam negeri maupun di luar
negeri yang meliputi bidang politik, ekonomi dan sosial. Jiwa, semangat dan nilai-nilai revolusi sudah
tertanam secara luas dan mendalam di hati rakyat dengan semboyan liberte, egalite, dan fraternite
(kebebasan, persamaan, dan persaudaran).

3
4

1. Di bidang politik, tampak jelas dengan meluasnya paham liberal di Spanyol, Italia, Jerman,
Austria dan Rusia. Rakyat menuntut agar kekuasaan raja dibatasi dengan undang-undang
sehingga terbentuklah pemerintahan monarki konstitusional. Berkembangnya semangat
nasionalisme. Hal ini muncul setelah Perancis menghadapi Perang Koalisi. Mereka
menentang intervensi asing, semangat ini juga menjalar ke negara-negara lain. Di samping
itu juga berkembang paham demokrasi di kalangan rakyat, mereka menuntut dibentuknya
Dewan Perwakilan Rakyat, negara republik, dan sebagainya.
2. Di bidang ekonomi, dihapuskannya pajak feodal dan petani yang semula hanya sebagai
penggarap tanah menjadi petani pemilik tanah sendiri. Di samping itu, dihapuskannya sistem
gilde sehingga perindustrian dan perdagangan menjadi berkembang.
3. Di bidang sosial, dihapuskannya susunan masyarakat feodal yang terbagi menjadi tiga
golongan dan digantikannya dengan masyarakat baru yang berdasarkan spesialisasi kerja,
seperti cendekiawan, pengusaha, petani dan sebagainya.
Pengaruh pemikiran yang dihasilkan oleh revolusi Perancis terhadap pergerakan kemerdekaan
Indonesia adalah usaha untuk mewujudkan suatu negara merdeka yang bebas dari belenggu
penjajahan. Pada saat penyusunan bentuk pemerintahan, para pendiri negara (The Founding
Fathers) tidak memilih bentuk kerajaan akan tetapi memilih bentuk Republik. Hal ini tampaknya
secara tidak langsung mendapatkan pengaruh dari revolusi Prancis karena bentuk negara Republik
memungkinkan untuk terbangunnya suasana pemerintahan yang demokratis. Seperti ditunjukkan
oleh penyebab timbulnya revolusi Prancis, walau bagaimanapun bentuk kerajaan akan cenderung
mengarahkan pada munculnya kekuasaan raja yang absolut dan tirani apabila tidak dibatasi dengan
undang-undang.
Oleh karena itu, pembentukan negara Republik Indonesia didasarkan pada Undang-undang
Dasar yang dapat menjadi pengontrol jalannya kekuasaan. Di Indonesia juga diberlakukan pola
pembagian kekuasaan seperti yang dikemukakan oleh Montesquieu. Kekuasaan eksekutif dipegang
oleh presiden beserta jajaran menterinya, kekuasaan legislatif dipegang oleh DPR dan MPR,
sementara kekuasaan yudikatif dipegang oleh Mahkamah Agung Konstitusi, dan Mahkamah Yudisial.
Revolusi Industri
Revolusi Industri merupakan periode antara tahun 1750-1850 di mana terjadinya perubahan
secara besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi, dan teknologi
serta memiliki dampak yang mendalam terhadap kondisi sosial,ekonomi, dan budaya di dunia.
Revolusi Industri dimulai dari Britania Raya dan kemudian menyebar ke seluruh Eropa
Barat, Amerika Utara, Jepang, dan akhirnya ke seluruh dunia.
Revolusi Industri menandai terjadinya titik balik besar dalam sejarah dunia, hampir setiap
aspek kehidupan sehari-hari dipengaruhi oleh Revolusi Industri, khususnya dalam hal peningkatan
pertumbuhan penduduk dan pendapatan rata-rata yang berkelanjutan dan belum pernah terjadi
sebelumnya. Selama dua abad setelah Revolusi Industri, rata-rata pendapatan perkapita negara-
negara di dunia meningkat lebih dari enam kali lipat. Seperti yang dinyatakan oleh pemenang Hadiah
Nobel, Robert Emerson Lucas, bahwa: “Untuk pertama kalinya dalam sejarah, standar hidup rakyat
biasa mengalami pertumbuhan yang berkelanjutan. Perilaku ekonomi yang seperti ini tidak pernah
terjadi sebelumnya”.
Inggris memberikan landasan hukum dan budaya yang memungkinkan para pengusaha untuk
merintis terjadinya Revolusi Industri. Faktor kunci yang turut mendukung terjadinya Revolusi Industri
antara lain: (1) Masa perdamaian dan stabilitas yang diikuti dengan
penyatuan Inggris dan Skotlandia, (2) tidak ada hambatan dalam perdagangan antara Inggris dan
Skotlandia, (3) aturan hukum (menghormati kesucian kontrak), (4) sistem hukum yang sederhana
yang memungkinkan pembentukan saham gabungan perusahaan (korporasi), dan (4) adanya pasar
bebas (kapitalisme).
Revolusi Industri dimulai pada akhir abad ke-18, dimana terjadinya peralihan dalam
penggunaan tenaga kerja di Inggris yang sebelumnya menggunakan tenaga hewan dan manusia,
yang kemudian digantikan oleh penggunaan mesin yang berbasis menufaktur. Periode awal dimulai

4
5

dengan dilakukannya mekanisasi terhadap industri tekstil, pengembangan teknik pembuatan besi
dan peningkatan penggunaan batubara. Ekspansi perdagangan turut dikembangkan dengan
dibangunnya terusan, perbaikan jalan raya dan rel kereta api.[4] Adanya peralihan dari perekonomian
yang berbasis pertanian ke perekonomian yang berbasis manufaktur menyebabkan terjadinya
perpindahan penduduk besar-besaran dari desa ke kota, dan pada akhirnya menyebabkan
membengkaknya populasi di kota-kota besar di Inggris.
Awal mula Revolusi Industri tidak jelas tetapi T.S. Ashton menulisnya kira-kira 1760-1830.
Tidak ada titik pemisah dengan Revolusi Industri II pada sekitar tahun 1850, ketika kemajuan
teknologi dan ekonomi mendapatkan momentum dengan perkembangan kapal tenaga-uap, rel, dan
kemudian di akhir abad tersebut perkembangan mesin pembakaran dalam dan
perkembangan pembangkit tenaga listrik
Faktor yang melatarbelakangi terjadinya Revolusi Industri adalah terjadinya revolusi ilmu
pengetahuan pada abad ke 16 dengan munculnya para ilmuwan seperti Francis Bacon,René
Descartes, Galileo Galilei serta adanya pengembangan riset dan penelitian dengan pendirian
lembaga riset seperti The Royal Improving Knowledge, The Royal Society of England, dan The French
Academy of Science. Adapula faktor dari dalam seperti ketahanan politik dalam negeri,
perkembangan kegiatan wiraswasta, jajahan Inggris yang luas dan kaya akan sumber daya alam.
Istilah “Revolusi Industri” sendiri diperkenalkan oleh Friedrich Engels dan Louis-Auguste
Blanqui di pertengahan abad ke-19. Beberapa sejarawan abad ke-20 seperti John
Clapham dan Nicholas Crafts berpendapat bahwa proses perubahan ekonomi dan sosial yang terjadi
secara bertahap dan revolusi jangka panjang adalah sebuah ironi.[6][7]Produk domestik bruto (PDB)
per kapita negara-negara di dunia meningkat setelah Revolusi Industri dan memunculkan sistem
ekonomi kapitalis modern.[8] Revolusi Industri menandai dimulainya era pertumbuhan pendapatan
per kapita dan pertumbuhan ekonomi kapitalis.[9] Revolusi Industri dianggap sebagai peristiwa paling
penting yang pernah terjadi dalam sejarah kemanusiaan sejak domestikasi hewan dan tumbuhan
pada masa Neolitikum.
Revolusi industri adalah suatu gerakan yang mengakibatkan terjadinya perubahan di bidang
industri yang sebelumnya menggunakan tenaga manusia dan hewan menjadi tenaga penggerak
mesin. Revolusi Industri pertama kali berlangsung di negara Inggris pada tahun 1750. Peristiwa
Revolusi Industri di Inggris kemudian berkembang ke seluruh negara di Eropa.
Tenaga manusia dan hewan pada awalnya dimanfaatkan sebagai tenaga penggerak dalam kegiatan
sehari-hari. Tetapi saat Revolusi Industri terjadi, maka kedua jenis tenaga tersebut digantikan oleh
tenaga uap air yang mampu menggerakkan mesin-mesin industri dan tenaga penggerak lainnya.
Sejak saat itu, manusia dibebaskan dari peranannya sebagai sumber tenaga di berbagai pusat
kegiatan industri dan pabrik.
Revolusi industri yang bermula di Inggris menimbulkan usaha-usaha industri dan pabrik secara
besar-besaran dengan menggunakan tenaga mesin pada abad ke-18. Hal ini didukung oleh perang
kemerdekaan Amerika yang membutuhkan senjata untuk meningkatkan usaha di bidang penyediaan
senjata, amunisi dan alat angkut perang. Di lain pihak, Revolusi Perancis dan ekspansi Napoleon
Bonaparte juga membutuhkan senjata perang yang tidak sedikit.
Akibat Revolusi Industri di Bidang Sosial
Sejak saat itu, Revolusi Industri juga mengubah wajah Inggris dengan semakin banyaknya
berdiri pusat-pusat industri di negara kerajaan tersebut. Keadaan ini menimbulkan proses urbanisasi
ke pusat-pusat industri yang dilakukan oleh para petani. Mereka meninggalkan lahan pertaniannya
untuk bekerja sebagai buruh pada pabrik-pabrik industri di kota Manchester, Birmingham, Liverpool,
Lancashire, dan sejumlah kota lainnya.
Akibat lain dari terjadinya industrialisasi adalah menimbulkan masalah sosial karena lahirnya
golongan-golongan baru dalam masyarakat. Golongan baru itu adalah golongan buruh dan golongan
pengusaha. Golongan pengusaha berupaya untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya
dengan memberikan upah rendah dan pemberlakuan jam kerja yang lama.

5
6

Sebaliknya, kaum buruh mendambakan jam kerja yang pendek, upah kerja tinggi, dan jaminan sosial
yang baik. Akibat dari pertentangan ini adalah kedua golongan menyusun kekuatan baru dalam
bentuk organisasi politik. Golongan buruh membentuk Partai Buruh yang memperjuangkan
perbaikan nasib dan kesejahteraan sosial. Sedangkan kaum majikan membentuk Partai Liberal yang
mengutamakan kebebasan dalam bisnis dan kehidupan.
Revolusi bisa diartikan sebagai perubahan secara cepat atau perubahan yang cukup mendasar
dalam suatu bidang atau di suatu tempat. Sementara Industri artinya proses membuat atau
menghasilkan suatu barang. Perubahan yang terjadi di Inggris pada abad ke-18 merupakan
perubahan dalam memproduksi barang-barang dari penggunaan tenaga manusia kepada
mesinmesin. Jadi Revolusi Industri adalah perubahan cara membuat atau menghasilkan barang yang
semula menggunakan tenaga manusia beralih ke tenaga mesin. Nah, pada kesempatan kali ini Zona
Siswa akan mencoba menghadirkan penjelasan lengkap mengenai Revolusi Industri baik dari segi
latar belakang, proses revolusi dan dampaknya.
a. Latar Belakang Revolusi Industri
Istilah revolusi industri diperkenalkan untuk pertama kalinya oleh Friedrich Engels dan Louis-
Auguste Blanqui pada pertengahan abad ke-19. Tidak jelas penanggalan secara pasti tentang kapan
dimulainya revolusi industri. Tetapi T.S. Ashton mencatat permulaan revolusi industri terjadi kira-kira
antara tahun 1760-1830. Revolusi ini kemudian terus berkembang dan mengalami puncaknya pada
pertengahan abad ke-19 , sekitar tahun 1850, ketika kemajuan teknologi dan ekonomi mendapatkan
momentum dengan perkembangan mesin tenaga-uap, rel, dan kemudian di akhir abad tersebut
berkembang mesin kombusi dalam serta mesin pembangkit tenaga listrik.
Revolusi Industri terjadi pada pertengahan abad ke-18. Awalnya didahului oleh revolusi
agraria. Ada dua tahap revolusi agraria. Revolusi Agraria I adalah tahapan terjadinya perubahan
penggunaan tanah yang semula hanya untuk pertanian menjadi usaha pertanian, perkebunan, dan
peternakan yang terpadu. Revolusi Agraria II mengubah cara mengerjakan tanah yang semula
tradisional dengan penggunaan mesin-mesin atau mekanisasi. Revolusi Industri terjadi di Inggris
karena sebab-sebab berikut.
1. Situasi politik yang stabil. Adanya Revolusi Glorius tahun 1688 yang mengharuskan raja
bersumpah setia kepada Bill of Right sehingga raja tunduk kepada undang-undang dan
hanya menarik pajak berdasarkan atas persejutuan parlemen.
2. Inggris kaya bahan tambang, seperti batu bara, biji besi, timah, dan kaolin. Di samping itu,
wol juga yang sangat menunjang industri tekstil.
3. Adanya penemuan baru di bidang teknologi yang dapat mempermudah cara kerja dan
meningkatkan hasil produksi, misalnya alat-alat pemintal, mesin tenun, mesin uap, dan
sebagainya.
4. Kemakmuran Inggris akibat majunya pelayaran dan perdagangan sehingga dapat
menyediakan modal yang besar untuk bidang usaha. Di samping itu, di Inggris juga tersedia
bahan mentah yang cukup karena Inggris mempunyai banyak daerah jajahan yang
menghasilkan bahan mentah tersebut.
5. Pemerintah memberikan perlindungan hukum terhadap hasil-hasil penemuan baru (hak
paten) sehingga mendorong kegiatan penelitian ilmiah. Lebih-lebih setelah dibentuknya
lembaga ilmiah Royal Society for Improving Natural Knowledge maka perkembangan
teknologi dan industri bertambah maju.
6. Arus urbanisasi yang besar akibat Revolusi Agraria di pedesaan mendorong pemerintah
Inggris untuk membuka industri yang lebih banyak agar dapat menampung mereka.
b. Proses Revolusi Industri
Pada akhir abad Pertengahan kota-kota di Eropa berkembang sebagai pusat kerajinan dan
perdagangan. Warga kota (kaum Borjuis) yang merupakan warga berjiwa bebas menjadi tulang
punggung perekonomian kota. Mereka bersaing secara bebas untuk kemajuan dalam perekonomian.
Pertumbuhan kerajinan menjadi industri melalui beberapa tahapan, seperti berikut.
1. Domestic System

6
7

Tahap ini dapat disebut sebagai tahap kerajinan rumah (home industri). Para pekerja bekerja
di rumah masing-masing dengan alat yang mereka miliki sendiri. Bahkan, kerajinan diperoleh
dari pengusaha yang setelah selesai dikerjakan disetorkan kepadanya. Upah diperoleh
berdasarkan jumlah barang yang dikerjakan. Dengan cara kerja yang demikian, majikan yang
memiliki usaha hanya membayar tenaga kerja atas dasar prestasi atau hasil. Para majikan
tidak direpotkan soal tempat kerja dan gaji.
2. Manufactur
Setelah kerajinan industri makin berkembang diperlukan tempat khusus untuk bekerja agar
majikan dapat mengawasi dengan baik cara mengerjakan dan mutu produksinya. Sebuah
manufactur (pabrik) dengan puluhan tenaga kerja didirikan dan biasanya berada di bagian
belakang rumah majikan. Rumah bagian tengah untuk tempat tinggal dan bagian depan
sebagai toko untuk menjual produknya. Hubungan majikan dengan pekerja (buruh) lebih
akrab karena tempat kerjanya jadi satu dan jumlah buruhnya masih sedikit. Barang-barang
yang dibuat kadang-kadang juga masih berdasarkan pesanan.
Factory System
Tahap factory system sudah merupakan industri yang menggunakan mesin. Tempatnya di
daerah industri yang telah ditentukan, bisa di dalam atau di luar kota. Tempat tersebut untuk untuk
tempat kerja, sedangkan majikan tinggal di tempat lain. Demikian juga toko tempat pemasaran hasil
industri diadakah di tempat lain. Jumlah tenaganya kerjanya (buruhnya) sudah puluhan, bahkan
ratusan. Barang-barang produksinya untuk dipasarkan.
Adanya penemuan teknologi baru, besar peranannya dalam proses industrialisasi sebab teknologi
baru dapat mempermudah dan mempercepat kerja industri, melipatgandakan hasil, dan
menghemat biaya. Penemuan-penemuan yang penting, antara lain sebagai berikut.
1. Kumparan terbang (flying shuttle) cipataan John Kay (1733). Dengan alat ini proses
pemintalan dapat berjalan secara cepat.
2. Mesin pemintal benang (spinning jenny) ciptaan James Hargreves (1767) dan Richard
Arkwright (1769). Dengan alat ini hasilnya berlipat ganda.
3. Mesin tenun (merupakan penyempurnaan dari kumparan terbang) ciptaan Edmund
Cartwight (1785). Dengan alat ini hasilnya berlipat ganda.
4. Cottongin, alat pemisah biji kapas dari serabutnya cipataan Whitney (1794). Dengan alat ini
maka kebutuhan kapas bersih dalam jumlah yang besar dapat tercukupi.
5. Cap selinder ciptaan Thomas Bell (1785). Dengan alat ini kain putih dapat dilukisi pola
kembang 200 kali lebih cepat jika dibandingkan dengan pola cap balok dengan tenaga
manusia.
6. Mesin uap, ciptaan James Watt (1769). Dari mesin uap ini dapat diciptakan berbagai
peralatan besar yang menakjubkan, seperti lokomotif ciptaan Richard Trevethiek (1804)
yang kemudian disempurnakan oleh George Stepenson menjadi kereta api penumpang.
Kapal perang yang digerakkan dengan mesin uap diciptakan olehRobert Fulton (1814).
Mesin uap merupakan inti dari Revolusi Industri sehingga James Watt sering dianggap sebagai Bapak
Revolusi Industri I'. Penemuan-penemuan baru selanjutnya, semakin lengkap dan menyempurnakan.
Hal ini merupakan hasil Revolusi Industri II dan III, seperti mobil, pesawat terbang, industri kimia dan
sebagainya.
c. Dampak Revolusi Industri
Revolusi industri telah menimbulkan perubahan besar dalam tatanan kehidupan masyarakat
Inggris. Revolusi Industri memberikan bermacam dampak positif dalam bidang ekonomi, sosial,
politik dan ilmu pengetahuan. Secara umum, dampak revolusi industri bagi kehidupan penduduk
Inggris antara lain sebagai berikut.
1. Bidang Sosial
Akibat berkembangnya industri, pusat pekerjaan berpindah ke kota. Terjadilah urbanisasi
besar-besaran ke kota. Para buruh tani pergi ke kota untuk menjadi buruh pabrik. Kota-kota
besar pun menjadi padat dan semakin sesak. Para buruh hidup berjejal-jejal di tempat

7
8

tinggal yang kumuh dan kotor. Tidak hanya itu, dalam pekerjaan, mereka menjadi objek
pemerasan majikan. Buruh bekerja rata-rata 12 jam dalam sehari, namun tetap miskin.
Kemiskinan berakibat langsung pada meningkatnya kejahatan dan ketergantungan pada
minuman keras. Dampak lain adalah pengangguran, wanita dan anak ikut bekerja, dan
kurangnya jaminan kesejahteraan.
2. Bidang Ekonomi
Pengaruh Revolusi Industri dalam bidang ekonomi ditandai dengan pembangunan daerah-
daerah industri dilakukan secara besar-besaran. Revolusi industri juga berpengaruh
terhadap munculnya kota-kota industri seperti Manchester, Liverpool, dan Birmingham.
Kemunculan kota-kota industri tersebut merupakan satu keniscayaan ketika industri
berkembang. Perkembangan pesat dalam bidang industri ternyata tidak hanya bersifat
kuantitas melainkan juga berpengaruh terhadap kualitas barang industri yang meningkat
tajam. Revolusi industri telah banar-benar mendorong warga Inggris untuk memperbaiki
segala sesuatu berhubungan dengan hasil pekerjaan mereka.
3. Bidang Politik
Dampak Revolusi Industri dalam bidang politik antara lain, (1) munculnya kaum borjuis
sebab kemajuan industri melahirkan orang-orang kaya baru yang merupakan penguasa
industri. (2) Tumbuhnya demokrasi dan nasionalisme. (3) Munculnya imperialisme modern,
yaitu upaya mengembangkan imperialisme yang berlandaskan kekuatan ekonomi, mencari
tanah jajahan, bahan mentah serta mengembangkan pasar bagi industrinya. (4)
Berkembangnya liberalisme yang awalnya hanya berkembang di Inggris ketika berlangsung
Revolusi Agraria dan Revolusi Industri. Dalam menentukan kebijakan politik dan ekonomi,
partai liberal sangat berpengaruh.
Bagi Indonesia, revolusi induestri memiliki dampak tersendiri. Revolusi Industri menimbulkan
adanya imperialisme modern yang bertujuan mencari bahan mentah, tenaga kerja murah, dan pasar
bagi hasil-hasil produksi. Perdagangan bebas melahirkan konsep liberalisme. Hal ini mengimbas pada
negara-negara koloni, seperti juga wilayah-wilayah di Asia yang menjadi jajahan bangsa Eropa.
Termasuk Indonesia.
Ketika Thomas Stamford Raffles, gubernur jenderal dari Inggris, berkuasa di Indonesia (1811 –
1816), ia berupaya memperkenalkan prinsip-prinsip liberalisme di Indonesia. Kebijakan yang
diberlakukannya, antara lain, memperkenalkan sistem ekonomi uang, memberlakukan pajak sewa
tanah untuk memberi kepastian siapa pemilik tanah, menghapus penyerahan wajib, menghapus
kerja rodi, serta menghapus perbudakan. Ketika Inggris menyerahkan Indonesia ke tangan Belanda,
dibuat perjanjian bahwa Belanda akan tetap memberlakukan perdagangan bebas.
Kapitalisme, Sosialisme, Liberalisme Dan Demokrasi
a. Kapitalisme
Kapitalisme semula merupakan paham ekonomi yang disandarkan pada filsafat
naturalisme, individualisme, liberalisme, materialisme dan pragmatisme. Namun, untuk
mewujudkan cita-citanya ia harus memasuki dan menguasai politik, maka muncullah paham
nasionalisme dan demokrasi ala kapitalisme dalam politik. Dan, pada perkembangan terakhir
ideologi ini memasuki segala wilayah kehidupan: budaya, keamanan, seni, dll.
Tokoh-tokohnya antara lain seperti John Locke (naturalis); Adam Smith (ekonomi klasik)
yang terkenal dengan teori supply and demand; David Ricardo (ekonom moralis) yang terkenal
dengan teori Hukum Pengurangan Penghasilan; Robert Malthus (ekonom pesimistis) yang terkenal
dengan teori kependudukan; Lord Keynes yang terkenal dengan teori pengangguran dan lapangan
kerja; dan David Hume penemu teori pragmatisme.
Bentuk-bentuk kapitalisme adalah kapitalisme perdagangan di mana pengusaha mengangkut
hasil produksi dari suatu tempat ke tempat lain sesuai dengan kebutuhan pasar; kapitalisme industri,
yakni ia memisahkan antara modal dan buruh dan manusia dengan mesin; sistem kartel, di mana
perusahaan-perusahaan besar bersepakat dalam pembagian pasar internasional; dan, sistem trust,

8
9

yakni penggabungan antarperusahaan besar yang berkompetisi dengan tujuan mengontro dan
menguasahi pasar.
Ide-ide pokok yang dikembangkan oleh ideologi kapitalisme, (1) pemilik modal lebih utama
daripada kaum pekerja; (2) motivasi utama berproduksi adalah untuk meraih keuntungan sebanyak-
banyaknya; (3) unsur material serta faktor-faktor produksi berada pada swasta; (4) perokonomian
harus dijalankan secara liberal dan tidak mengenal proteksi; (5) untuk kemajuan ekonomi harus ada
kompetisi dan mengikuti logika pasar.
Adapun ciri-ciri pokok ideologi ini sebagai berikut. (1) Tidak dapat tumbuh dan
berkembang tanpa riba dan monopoli; (2) penimbunan kekayaan di tangan pemilik modal dan
penyusutan secara relatif pemilikan oleh kaum pekerja; (3) menimbulkan kolonialisme dengan
apapun bentuknya; (4) keuntungan berlipat ganda dan tidak efisien sehingga melahirkan
kesenjangan sosial sosial; (5) materialisme, atheisme, dan sekularisme yang menolak agama; (6)
sangat menekankan hak milik pribadi dan menolak prinsip “sama rata sama rasa”.
b. Sosialisme
Sebagai mana kapitalisme, sosialisme merupakan paham ekonomi yang didasarkan pada
filsafat materialisme dan atheisme. Ia lahir sebagai antithesis terhadap kapitalisme. Jika kapitalisme
lebih mementingkan kaum bermodal atau majikan, maka sosialisme membela kaum buruh. Untuk
mewujudkan cita-citanya ia membangun manifesto dan memasuki wilayah politik yang kemudian
mendirikan partai komunis (karenanya ideologi ini sering juga disebut komunisme).
Tokoh-tokohnya antara lain seperti Karl Marx (1818-1883) dengan karyanya yang terkenal
Das Capital; Friedrich Engels (1820-1895) sebagai patner Marx, keduanya dari Jerman; Lenin (1870-
1924) pemimpin revolusi Bolsheviks; Joseph Stalin (1879-1954) sebagai sekretaris Partai Komunis;
dan, Trotsky (1879-1940), ketiganya dari Rusia.
Ide-ide pokok sosialisme antara lain sebagai berikut. (1) Bahwa kemutlakan hak milik untuk
kesejahteraan umum; tidak dimiliki atau demi kepentingan individu secara mutlak. (2) Sejarah
manusia merupakan pertarungan (dialektika) antara kaum borjuis dengan proletar. (3) Agama
merupakan candu masyarakat, babunya kapitalis, imperalis dan eksploitasi. (4) Segala perubahan
ditentukan oleh materi.
Adapun ciri-ciri utama ideologi ini adalah, (1) menolak agama, dan materialistik; (2)
perubahan harus melalui revolusi dan kekerasan; (3) sama rata sama rasa; (4) perjuangan kelas
buruh dan membasmi kelas majikan; (5) tumbuh secara kondusif pada keadaan tidak stabil atau
kemiskinan.
Perkembangan paham ini di negara-negara seperti Rusia, Cina, Cekoslovakia, Hongaria,
Bulgaria, Polandia, Jerman Timur, Rumania, Yugoslavia, Albania dan Kuba. Sementara itu, di masa
pascakemerdekaan, negara-negara Islam banyak menggandrunginya, seperti Mesir, Irak, Syiria,
Palestina, Yordania, Tunisia, Indonesia, dll. Namun, setelah runtuhnya di beberapa negara asal dan
disusul dengan usainya Perang Dingin, maka sosialisme di negeri-negeri Islam kurang populer, atau
mengalami modifikasi dengan kapitalisme atau yang lain.
c. Demokrasi
Kata democracy berasal dari bahasa Yunani demos yang berarti kekuasaan, kedaulatan dan
aturan; dan kratos yang berarti rakyat kebanyakan. Dengan demikian, demokrasi biasa diartikan
“kedaulatan di tangan rakyat”. Berbeda dengan kapitalisme dan sosialisme, akar pemikiran dan
filsafat paham demokrasi berasal dari Yunani Kuno, yakni filsafat moral publik. Namun, bentuk
demokrasi yang kita temui sekarang berbeda dengan akarnya dan dibangun pada abad akhir abad
ke-18 oleh Revolusi Amerika (1776) dan Revolusi Perancis (1789). Dalam paham modern ini
pelaksanaan demokrasi menggunakan pemikiran JJ. Rousseau tentang Triaspolitika, lembaga
legislatif, ekskutif dan yudikatif. Agar rakyat benar-benar dapat berdaulat, maka ketiga lembaga ini
harus berfungsi dan tegak. Dan, dalam prakteknya, paham ini meniscayakan liberasi dalam berbagai
hal: politik, ekonomi, budaya, dll. Maka, paham ini sangat erat, seperti kita lihat dewasa ini, dengan
kapitalisme-liberal. Misalnya, paham demokrasi mengandaikan kedaulatan di tangan rakyat, maka

9
10

kapitalisme juga mengandaikan ekonomi diserahkan penuh kepada rakyat atau swasta, bukan
dikuasai negara.
Tokoh-tokoh paham ini antara lain seperti: L.G. Address (1863) yang mempopulerkan
“pemerintah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat; JJ. Rousseau, penggagas Triaspolitika; John
Stuart Mill (1806-1872), pelopor demokrasi modern yang bergaya moderat antara kapitalisme dan
sosialisme; James Madison, salah seorang pendiri konstitusi Amerika Serikat; Jeremy Bentham,
seorang ekonom yang utilitarianis, dll.
Meskipun ide dasarnya sama atau mirip, namun dalam pelaksanaan paham demokrasi
mempunyai beberapa model yang berbeda-beda. Adapun model-model demokrasi dimaksud adalah,
demokrasi liberal yang berkembang di negara-negara industri maju seperti Amerika, Perancis, dan
Australia. Kedua, model demokrasi kerakyatan yang berkembang di negara-negara komunis seperti
Rusia, Cina, Kuba, Vietnam dan Eropa Timur. Ketiga, demokrasi radikal yang berkembang di
beberapa negara yang sparatis. Dan, keempat, model demokrasi negara ketiga seperti Indonesia
yang selalu mencari bentuk yang lebih tepat;demokrasi di sini biasanya disesuaikan dengan budaya
bangsanya, meskipun pada akhirnya cenderung terjebak ke dalam demokrasi liberal.
Adapun ide-ide dan ciri-ciri pokok paham demokrasi adalah, (1) kedaulatan sekaligus
pemerintahan di tangan rakyat, dari rakyat dan kembali kepada rakyat; (2) adanya kebebasan untuk
apa saja yang diberikan kepada rakyat; (3) persamaan hak-hak dan kewajiban bagi semua rakyat; (4)
kontrol kepada kekuasaan secara ketat oleh rakyat yang direpresentasikan oleh lembaga politik
maupun secara langsung seperti pers yang yang bebas; (5) partisipasi politik oleh seluruh komponen
masyarakat; (6) penguatan pada apa yang disebut civil society, yang sebagai akibatnya dominasi
militer ditolak; dan (7) agama di mata demokrasi menjadi urusan pribadi-pribadi atau rakyat.
Di Indonesia atau hampir di seluruh negara-negara ketiga dewasa ini dapat dikatakan
berkiblat pada paham ini, meskipun sebagaimana kita ketahui, belum ada jaminan dalam prakteknya
akan mampu memakmurkan suatu bangsa.
Analaisa mengenai ketiganya:
Liberalisme adalah ideologi yang didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai
polittik yang utama. Nilai inti dari liberalisme adalah individualisme, rasionalisme, kebebasan,
keadilan dan toleransi. Liberal percaya bahwa manusia adalah yang pertama dan utama, individual,
membantu dengan alasan, menyuatakan bahwa setiap individu akan menikmati kemungkinan
kebebasan maksimum yang tetap dengan merdeka. Walaupun individu dilahirkan sederajat dalam
arti moral yang sama, dan harus menikmati kesempatan yang sama, tetapi mereka harus di beri
penghargaan sesuai level talenta atau kemampuan bekerja, yang merupakan prinsip ”meritokrasi”.
Masyarakat liberal dikarakteristikan oleh perbedaan dan pluralisme diorganisasikan secara politik
pada dua keuntungan yang sama dari consent dan constitualisme, digabungkan dalam bentuk
demokrasi liberal. Perbedaan yang signifikan antara liberlisme klasik dan liberalisme modern.
liberalisme klasik menekan bahwa manusia mementingkan diri sendiri, dan memenuhi diri sendiri,
orang harus bertanggung jawab atas hidupnya sendiri. Sebagai doktrin ekonomi, liberalisme klasik
pada hakikatnya merupakan suyatu ideologi yang membenarkan penguasaan otoriter terhadap
seluruh masyarakat yang kaya. Dibanding dengan ideologi yang mendahuluinya, tak disangsikan
bahwa ia merupakan suatu langkah awal yang kita sebut demokrasi. Libaralisme klasik memuji
keuntungan dari pengaturan diri sendiripasar, dimana pencampura tanganan pemerintah dipandang
sebagai keburukan dan akibatnya.
Liberalisme klasik diekspresikan dalam teori keadilan alam, utilitarianisme. Liberalisme
modern mengarah pada tujuan yang lebih simpatik pada negara, lahir dari paham bahwa kapitalisme
yang tak teratur menghasilkan ketidak adilan. Campurtangan negara dapat meluaskan kebebasan
dengan melindungi individu dari kejahatan sosial yang merusak keberadaan orang banyak. Dengan
kata lain, liberalisme klasik memahami kebebasan sebgai istilah yang negatif, sebagai tidak adanya
pembatas pada individu. Liberalisme modern menjembatani kebebaasan pada perkembangan
perorangan dan realisasi diri sendiri.

10
11

Liberalisme menjadi ideologi yang kuat pada tradisi Barat. Beberapa gambaran, liberalisme sebagai
ideologi pada industrialisasi barat dan diidentifikasikan dengan masyarakat Barat secara umum.
Liberalisme awal mencerminkan aspirasi dari munculnya kelas industri menengah dan bentuk awal
liberalisme adalah doktrin politik. Liberalisme menyerang absolutisme dan hak istimewa kaum
feodal, termasuk membela konstitusional dan akhirnya menghadirkan pemerintahan. Pada abad 19,
liberalisme klasik dalam bentuk liberalisme ekonomi memuji kebaikan dari laissez-faire kapitalisme
dan menghapus segala bentuk campurtangan negara. Pada abad 19 bentuk dari liberalisme sosial
dimunculkan sebagai karakteristik dari liberalisme modern yang menguntungkan pada kesejahteraan
dan ekonomi.
Hal-hal yang menarik dari liberalisme adalah komitmennya pada kebebasasn individual, dan
seimbang dengan perbedaan. Liberalisme tidak hanya ideologi tetepi ’meta-ideologi’ dengan kata
lain, liberalisme nekerja keras untuk mencapai kondisi dimana orang dan kelompok dapat mendapat
kehidupan yang baik.
Liberalisme mendapat kritikan dari beberapa paham. Marxist mempermasalahkan dalm
mempertahankan kapitalisme, liberalisme mencoba melegitimasi ketidak samaan kelas kekuatan
dan konstitusi dalam bentuk ideologi buorgoise. Feminisme radikal memaksudkan pada hubungan
antara liberalisme dan patriarki yang diakarkan pada tafsiran memaksa wanita untuk menjadi seperti
pria dalam memenuhi kehidupan. Komunis mendakwa liberalisme pada kegagalan memajukan moral
sosial, mengatakan bahwa liberalisme adalah resep untuk egoisme dan keserakahan yang tidak
berakhir.
Sosialime
Sosialisme adalah paham yang bertujuan membentuk negara kemakmuran dengan usaha kolektif
yang produktif dan membatasi milik perseorangan. Inti dari paham sosialisme adalah suatu usaha
untuk mengatur masyarakat secara kolektif. Artinya semua individu harus berusaha memperoleh
layanan yang layak demi terciptanya suatu kebahagiaan bersama. Hal ini berkaitan dengan hakikat
manusia yang bukan sekedar untuk memperoleh kebebasan, tetapi manusia juga harus saling
tolong-menolong.
Ciri utama sosialisme adalah pemerataan sosial dan penghapusan kemiskinan. Ciri ini merupakan
salah satu faktor pendorong berkembangnya sosialisme. Hal ini ditandai dengan penentangan
terhadap ketimpangan kelas-kelas sosial yang terjadi pada negara feodal. Gerakan sosialis secara
tradisional menyumbang perhatian dari kelas pekerja industri/buruh. Gerakan sosialis bertujuan
untuk mengakhiri pembagian kelas atau class division.
Berikut merupakan para perintis sosialis
Robert Owen (1881 – 1858)
Pemikirannya tentang sosialisme dituangkan dalam buku berjudul “A View of Society, an Essay on
the Formation of human Character”. Dalam bukunya tersebut, ia menyatakan bahwa lingkungan
sosial berpengaruh pada pembentukan karakter manusia. Ia berusaha mencari caranya dengan
meningkatkan kesejahteraan pekerjanya.
Karl Heinrich Marx (1818 – 1883)
Ia menciptakan sosialisme yang didasarkan atas ilmu pengetahuan dan mengembangkan sosialisme
secara radikal. Karya Karl Marx yang terkenal adalah “Das Kapital” yang menyatakan bahwa sejarah
manusia adalah sejarah perjuangan kelas dan pemenang dari peperangan itu adalah kaum proletar
(kaum buruh). Sosialisme pada masa penjajahan banyak mendapat simpati dari bangsa pribumi.
Paham sosialisme semakin banyak berpengaruh setelah konsep ini dijadikan sebagai salah satu
senjata menghadapi kolonialisme dan imperialisme. Di negaranegara Asia – Afrika, banyak pemimpin
yang tertarik dengan ajaran sosialisme.
Sosialisme revolusionis tercermin pada tradisi komunis, dimana sosialisme hanya dikenakan
oleh para revolusioner yang menggulingkan sistem politik dan sistem sosial yang ada.
Sosialisme reformis (evolutioneri, parlementari,atau sosialisme demokrasi) dengan kata lain,
menganut sistem sosialisme melalui kotak suara dan merupakan prinsip dasar deokrasi seperti
perizinan, konstitusionalisme, dan persaingan partai, yang merupakan praktek sosialis.

11
12

Fundamentalis sosialisme di buat untuk mengakhiri dan menggantikan sistemi set kapitalis.
Revisionis sosialisme bertujuan tidak uintuk mengakhiri kapitalisme tetapai memperbaikinya,
berusaha menjangkau sebuah pertolongan antara effiisiensi dari pasar dan pandangan moral dari
sosialisme. Ini merupakan pandangan yang dipakai pada sosialisme demokrasi.
Unsur unsur yang mencolok dalam gerakan sosialis adalah sebagai berikut:
1. Agama
Attle menulis dalam bukunya The labour Party in prespective “tempat pertama bagi pengaruh-
pengaruh yang membangun gerakan sosialis harus diberikan kepada agama. Christian socialist
movement yang dipimpin oleh dua orang pebdeta Feredirck Maurice daan Charles Kingsley
memberikan konsep yang mengatakan sosialisme harus di Kristenkan dan agama Kristen di
sosialisasikan. George Lansbury, menulis dalam bukunya My England (1934) “sosialisme, yang
berarti cinta, kerja sama, dan persaudaraan dalam setiap bagian dalam urusan kemanusiaan adalah
satusatunya pernyataan keluar dari kepercayaan orang kristen. Saya barkeyakinan teguh apakah
mereka insaf atau tidak, semuua yang menyetujuia dan menerima persaingan dan perjuangan
diantara satu dengan yang lain sebagai cara untuk mendapatkan sepotong roti setiap
hari,sesungguhnya telah mengkhianati dan meniadakan Kemauan Tuhan”
2. Idealisme Etis dan Estetis
Idealisme Etis dan Estetis adalah sumber penting dalam sosialisme. Idealime etis bukanlah
satu program politik atau ekonomi, melainkan satu pemberontakan terhadap kehidupan yang kotor,
membosankan, miskin dibawah kapitalisme industri. Berkembang mula-mula di inggris, kapitalisme
enghasilkan kejelekan karena kaum industrialis tidak membayangkan apa yang akan di perbuat cara
hidup yang baru itu terhadap keindahan alam. Betapa cepat kota-kota dan kampung yang indah
menjadi cacat dengan munculnya daerah perkampungan yang padat dan pusat-pusat pabrik.
3. Empirisme Fabian
Empirisme Fabian adalah aspek yang paling khas dari gerakan buruh inggris. Fabian Society
yang didirikan pada tahun 1884, namanya diambil dari nama seorang jendral Romawi, Quintus
Fabius Maximus Contractor-“pengulur waktu”. Mottonya adalah “untuk mendapatkan waktu yang
tepat, engkau harus menunggu seperti yang dilakukan oleh Fabius. Tetapi apabila saat yang tepat itu
telah datang, engkau harus memukul dengan keras, jika tidak kepayahanmu menunggu akan sia-sia”.
Sydney Web menganggap sosialisme (sebelas tahun sebelum didirikannya partai buruh) sebagaian
hasil yang tidak dapat dicegah dari pelaksanaan demokrasi secara penuh.
Tetapi ia menegaskan bahwa pendapatnya mengenai “keharusan cara berangsur-angsur”
tajam sekali perbedaannya dari keharusan perubahan revolusioner yang menimbulkan bencana
seperti anjuran Marx.Sydney Web menegaskan dalam fabian essay bahwa pengarturan kehidupan
sosial hanya dapat terlaksana setapak demi setapak dan “perubahan-perubahan organis’ penting
hanya dapat berlangsung di bawah empat syarat. Pertama, perubahan-perubahan semacam itu
harus demokratis, dapat diterima oleh masyarakat, dan “dipersiapkan dalam pikiran semua orang”.
Kedua, perubahan harus dilaksanakan secara perlahan-lahan dan tidak menimbulakn dislokasi.
Ketiga, perubahan jangan dianggap melanggar kesusilaan oleh rakyat. Keempat, perubahan
haruskonstitusional dan bersifat damai.
4. Liberalisme
Liberalisme telah menjadi sumber yang semakin penting bagi sosialisme, terutama setelah
partai-partai liberal menjadi tidak berarti di banyak negara. Liberalis tidak begitu mudah masuk ke
dalam sosialis karena keinginan mereka yang kuat akan kebebasan perseorangan dan pembedaan
seseorang, masih tetep merupakan keyakinan khusus liberalis. Selain itu liberalisme telah banyak
menyumbangkan hal-hal yang berguna terus bagi sosialisme. Karena pengaruh liberal,
pemimpinpemimpin sosialis telah menjadi lebih moderet dan kurang doktriner, juga mempunyai
rasa hormat yang lebih dalam terhadap kemerdekaan perseorangan. Liberalisme telah merubah
Partai Buruh menjadi sebuah partai yang lebih bersifat nasional daripada partai yang didasarkan atas
kelas. Liberalisme juga telah mewariskan kepada Partai Buruh pesan liberal bahwa perombakan
keaadaan dapat dilakuakn tanpa menimbulkan kepahitan dan kebencian

12
13

Sosialisme bangkit sebagai reaksi melawan kondisi ekonomi dan sosial oleh pertumbuhan
industri kapitalisme di Eropa. Kelahiran ide sosialis berhubungan dekat pada perkembangan kelas
pekerja industri yan baru dan berkembang, yang menderita dari kemelaratan dan keburukan sebagai
simbol dari industrilisasi awal. Lebih dari dua ratus tahun sosialisme menyusun kekuatan melawan
kapitalis, dan menghubungkan penindasan dan keburukan di seluruh wilayah di dunia. Sosialisme
memprotes perbedaan tingkat sosialdan protes terhadap bahwa uang sebagai ikatan pokok diantara
manusia ( cash nexus). Pada abad 20 sosialisme pernah mati, penyebabnya adalah kejatuhan
komunis dalam Revolusi Eropa Timur 1989-91 yang sebagian menghasilkan globalisasi dan
pergantian struktur sosial dan sebagian menghancurkan sosialisme.
Kapitalisme
Kapitalisme adalah sistem ekonomi sebagai kepemilikan pribadi yang meyakini bahwa pemilik
modal bisa melakukan usahanya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Demi prinsip tersebut,
maka pemerintah tidak dapat melakukan intervensi pasar guna keuntungan bersama. Kapitalisme
muncul sekitarabad ke-16 hingga abad ke-19, berkembang dari masyarakat feodal. Praktek kapitalis
berakar dalam bentuk komersil pertanian yang diorientasikan pada pasar dan berkembang pada gaji
buruh dan budak kemudian lanjut pada masa perkembangan perbankan komersial Eropa di mana
sekelompok individu maupun kelompok dapat bertindak sebagai suatu badan tertentu yang dapat
memiliki maupun melakukan perdagangan benda milik pribadi, terutama barang modal, seperti
tanah dan manusia guna proses perubahan dari barang modal ke barang jadi. Untuk mendapatkan
modal-modal tersebut, para kapitalis harus mendapatkan bahan baku dan mesin dahulu, baru buruh
sebagai operator mesin dan juga untuk mendapatkan nilai lebih dari bahan baku tersebut. Kemudian
berkembang industri perusahaan produksi.
Ada satu perbedaan yang sangat besar diantara kapitpenlisme dan sistem-sistem pra-
kapitalis:. Ekonomi kapitalis memberikan lebih banyak kesempatan untuk mencari keuntungan dari
sistem-sistem ekonomi sebelumnya. Karena ada jaminan tiga macam kebebasan yang biasanya tidak
terdapat dalam sistem-sistem pra kapitalis: kebebasan untuk berdagang dan mempunyai pekerjaan,
kebebasan hak milik, dan kebebasan mengadakan kontrak. Di tempat-ten=mpat yang ada instuisi
perbudakan, orang-orang yang diperbudak tidak dapat ikut serta dalam sistem mencari keuntungan.
Nasib ekonomi mereka ditentukan oleh kedudukan sosial mereka.
Kaum borjuis Prancis abad ke 18 berusaha mengakhiri penguasaan ekonomi yang dikenal dengan
‘merukantilisme’. Pada perdagangan, penanaman modal, dan pengembangan usaha, kapitalis
berusaha menghilangkan pengaruh Gereja Kaolik sebagai pemilik harta kekayaan dan lembaga
ekonomi. Kapitalis menuntut pengurangan kekuasaan monarki dan penghapusan warisan hak-hak
istimewa dan status sosial yang membedakan para kapitalis dan kaum bangsawan. Kapitalis juga
menghendaki kontrol pada lembaga parlementer sebagai pengganti monarki; menuntut sistem
ekonomi perdagangan bebas yang berdasarkan kapitatalisme dan asas-asas laissez faire (negara
tidak campur tangan) sebagai pengganti merkantilisme: dan menginginkan agar semua orang
mendapat kesempatan yang sama untuk mengembangkan diri, sekurang-kurangnya ketika lahir,
tidak terbebani oleh perbedaan-perbedaan gelar dan derajat sebagau pengganti hak-hak ist
`Adam Smith adalah tokoh ekonomi kapitalis klasik yang menyerang merkantilisme yang
dianggapnya kurang mendukung ekonomi masyarakat. Ia menyerang para psiokrat yang
menganggap tanah adalah sesuatu yang paling penting dalam pola produksi. Gerakan produksi
haruslah bergerak sesuai konsep MCM (Modal-Comodity-Money, modal-komodita-uang), yang
menjadi suatu hal yang tidak akan berhenti karena uang akan beralih menjadi modal lagi dan akan
berputar lagi bila diinvestasikan. Adam Smith memandang bahwa ada sebuah kekuatan tersembunyi
yang akan mengatur pasar (invisible hand), maka pasar harus memiliki laissez-faire atau kebebasan
dari intervensi pemerintah. Pemerintah hanya bertugas sebagai pengawas dari semua pekerjaan
yang dilakukan oleh rakyatnya.
Sosialisme, libaralisme dan kapitalisme merupakan paham-paham yang saling bersaing satu
sama lain. Setiap paham berusaha untuk memberikan yang terbaik pada setiap orang yang menjadi
pengikut pahamnya. Namun setiap paham mempunyai kekurangan yang menjadi kelebihan pada

13
14

paham yang lain dan kelebihan yang m,enjadi kekurangan paham yang lain, sehingga bisa dikatakan
setiap paham merupakan penyempurnaan dari paham-oaham yang telah ada. Paham-pahan
tersebut telah bersaing hampir 400 tahun, baik persaingan yang mengakibatkan peperangan
kehancuran maupun kebaikan.
4. Restorasi Meiji
Restorasi Meiji (Meiji-ishin), dikenal juga dengan sebutan Meiji Ishin, Revolusi, atau
Pembaruan, adalah rangkaian kejadian yang menyebabkan perubahan pada struktur politik dan
sosial Jepang. Restorasi Meiji terjadi pada tahun 1866 sampai 1869, tiga tahun yang mencakup akhir
Zaman Edo (Sering disebut akhir Keshogunan Tokugawa) dan awal Zaman Meiji. Restorasi ini
diakibatkan oleh Perjanjian Shimoda dan Perjanjian Towsen Harris yang dilakukan oleh Komodor
Matthew Perry dari Amerika Serikat.
Pembentukkan Aliansi Sat-cho, yaitu antara Saigo Takamori, pemimpin Satsuma, dengan Kido
Takayoshi, pemimpin Choshu, adalah titik awal dari Restorasi Meiji. Aliansi ini dicetuskan oleh
Sakamoto Ryoma, dengan tujuan melawan Keshogunan Tokugawa dan mengembalikan kekuasaan
kepada Kaisar.
Keshogunan Tokugawa resmi berakhir pada tanggal 9 November 1867, ketika Shogun
Tokugawa ke-15, Tokugawa Yoshinobu “memberikan kekuasaannya ke Kaisar” dan 10 hari kemudian
mundur dari jabatannya. Titik ini adalah awal “Restorasi” kekuasaan imperial. Walau begitu,
Yoshinobu masih tetap memiliki kekuasaan yang signifikan.
Kemudian pada Januari 1868, dimulailah Perang Boshin (Perang Tahun Naga), yang diawali
Pertempuran Toba Fushimi, dimana tentara yang dipimpin Choshu dan Satsuma mengalahkan
tentara mantan shogun, dan membuat Kaisar mencopot seluruh kekuasaan yang dimiliki Yoshinobu.
Sejumlah anggota keshogunan melarikan diri ke Hokkaido dan mencoba membuat negara baru
(Republik Ezo).
Republik Ezo (Ezo Kyōwakoku) adalah sebuah bekas negara pecahan dari Jepang yang terletak
di pulau yang kini bernama Hokkaido. Republik ini berdiri dari 15 Desember 1868 sampai 17 Mei
1869.
Setelah kekalahan pasukan Keshogunan Tokugawa dalam Perang Boshin (1868–1869), salah
satu bagian dari angkatan laut shogun yang dipimpin Laksamana Enomoto Takeaki lari ke pulau Ezo
di utara, bersama dengan beberapa ribu tentara dan sekelompok penasehat militer Perancis serta
pemimpin mereka, Jules Brunet.
Pada 15 Desember 1868, mereka mendirikan sebuah negara republik yang merdeka bernama
Republik Ezo. Negara ini menganut model yang diadopsi dari Amerika Serikat, Enomoto Takeaki
dilantik sebagai presiden dan Matsudaira Taro sebagai wakil presiden. Ini adalah pemilu pertama
yang pernah dilaksanakan di Jepang. Para penguasa Republik Ezo berupaya untuk memperoleh
pengakuan internasional, namun gagal.
Pada masa musim dingin, mereka memperkuat pertahanan mereka di sepanjang semenanjung
selatan di Hakodate, di mana di tengahnya terdapat benteng Goryokaku.
Tak lama kemudian tentara kekaisaran berhasil mengkonsolidasikan kekuasaan mereka di Jepang
daratan, dan pada April 1869 mengirimkan satu armada dan satu pasukan infantri yang berjumlah
7.000 orang ke Ezo. Mereka maju dengan cepat dan menang dalam Pertempuran Hakodate.
Goryokaku kemudian dikelilingi pasukan kekaisaran. Enomoto memutuskan untuk menyerahkan diri
pada 18 Mei 1869 dan menerima kekuasaan Kaisar Meiji.
Enomoto dipenjara hingga tahun 1872 dan menerima jabatan sebagai pejabat pemerintah di
Badan Pertanahan Hokkaido. Ia kemudian menjadi duta besar Jepang untuk Rusia dan menjabat
dalam beberapa jabatan kementerian dalam pemerintah Meiji.
Kekalahan tentara mantan shogun adalah akhir dari Restorasi Meiji; dimana semua musuh kaisar
berhasil dihancurkan.

14
15

Runtuhnya Pemerintahan Tokugawa


Berbicara mengenai Tokogawa, maka sangat erat kaitannya dengan zaman Edo. Zaman Edo
(1603-1867) adalah zaman dimana Jepang diperintah oleh keluarga Tokugawa. Disebut zaman Edo
karena pemerintahan keshogunan Tokugawa waktu itu berpusat di kota Edo (Tokyo). Zaman Edo
atau sering juga disebut masa Tokugawa adalah zaman yang sangat berpengaruh bagi Jepang
modern, bukan hanya karena zaman ini adalah satu masa sebelum Restorasi Meiji yang menjadi
gerbang modernisasi di Jepang tetapi karena pada masa ini unsur-unsur budaya Jepang berkembang
dengan pesat. Berbagai kemajuan Jepang dicapai pada masa ini, mulai dari lahirnya berbagai bentuk
kesenian sampai sistem perekonomian yang maju, masyarakatnya pun tidak hanya mengalami
kemajuan tetapi juga menjadi landasan terbentuknya masyarakat Jepang modern.
Shinzaburo (dalam Situmorang, 1995 :41), membagi periode pemerintahan Tokugawa berdasarkan
kemantapannya atas 3 periode :
1. Periode pertama tahun 1603-1632
Periode pertama adalah masa shogun Ieyashu (1603-1605) sampai pada masa shogun Hidetada
(1605-1632). Pada periode ini berkembang aliran Konfusionis yang bertujuan demi kepentingan
politik.
2. Periode kedua tahun 1633-1854
Periode kedua adalah masa kemantapan keshogunan Tokugawa, yang diperintah oleh sepuluh
generasi Tokugawa, dari Iemitsu (1633-1651) sampai shogun Ieyoshi (1837-1853)
3. Periode ketiga tahun 1855-1867
Periode ketiga adalah masa kehancuran keshogunan Tokugawa hingga menyerahkan kekuasaan
kepada kekaisaran (1853-1867) diperintah oleh tiga generasi Tokugawa yaitu Shogun Iesada,
Iemochi dan Yoshinobu.
Adapun Daftar Shogun Tokugawa (1603-1867) secara lengkap adalah sebagai berikut:
1. Tokugawa Ieyasu (1603–1605)
2. Tokugawa Hidetada (1605–1623)
3. Tokugawa Iemitsu (1623–1651)
4. Tokugawa Ietsuna (1651–1680)
5. Tokugawa Tsunayoshi (1680–1709)
6. Tokugawa Ienobu (1709–1712)
7. Tokugawa Ietsugu (1713–1716)
8. Tokugawa Yoshimune (1716–1745)
9. Tokugawa Ieshige (1745–1760)
10. Tokugawa Ieharu (1760–1786)
11. Tokugawa Ienari (1787–1837)
12. Tokugawa Ieyoshi (1837–1853)
13. Tokugawa Iesada (1853–1858)
14. Tokugawa Iemochi (1858–1866)
15. Tokugawa Yoshinobu (1866–1867)
Selama periode Edo, kerabat shogun berpengaruh termasuk:
o Tokugawa Mitsukuni dari Mito domain
o Tokugawa Nariaki dari Mito domain
o Tokugawa Mochiharu cabang Hitotsubashi
o Tokugawa Munetake cabang Tayasu.
o Matsudaira Katamori cabang Aizu.
o Matsudaira Sadanobu, lahir ke dalam cabang Tayasu, diadopsi ke dalam Hisamatsu-Matsudaira
dari Shirakawa
Gate Sakurada di Istana Edo, pusat kekuasaan Tokugawa
Pemerintah Tokugawa mengalami masa kejayaan yang panjang tetapi pada abad ke-19, kekuasaan
Tokugawa mulai mengalami kemunduran. Kaum samurai makin mengalami kesulitan keuangan dan
hutang yang terus meningkat. Di kota-kota mulai terjadi ketegangan-ketegangan antara pedagang

15
16

kaya dengan rakyat miskin, di desa-desa mulai ada perbedaan antara yang memiliki tanah dan yang
tidak memiliki tanah (Suryohadiprojo,1982:21).
Selain penyebab diatas, faktor lain yang meyebabkan runtuhnya pemerintahan Tokugawa adalah
berikut ini:
A. Kaikoku (Pembukaan Negara)
Selama kurang lebih 250 tahun Jepang menutup diri dari pengaruh luar. Jepang tidak
menyadari adanya kemajuan-kemajuan yang diperoleh bangsa barat, terutama dalam bidang
industri. Perkembangan kapitalisme mengakibatkan revolusi industri, sehingga bangsa barat melihat
luar negeri untuk mencari daerah pemasaran bagi hasil industrinya dan mencari sumber bahan baku
yang baru. Menjelang akhir abad ke-17 bangsa barat mendesak untuk mengadakan hubungan
dagang dengan Cina dan Jepang. Bangsa barat yang pertama datang ke Jepang adalah Rusia
(Nurhayati,1987:33)
Pada tahun 1853 Amerika mengirimkan utusan yang dipimpin oleh Commodore Matthew.C.
Perry yang masuk ke Jepang melalui teluk Edo. Menurut Nurhayati (1987 ;35), Perry membawa surat
resmi dari presiden Amerika Serikat yang menyatakan ingin mengadakan hubungan dagang dengan
Jepang dan juga dijelaskan bahwa kedatangan Perry adalah untuk meminta :
1. Perlindungan bagi pelaut Amerika yang mengalami kecelakaan di laut.
2. Pembukaan kota-kota pelabuhan bagi kapal-kapal Amerika untuk melakukan perbaikan kapal dan
menambah perbekalan.
3. Pembukaan kota-kota pelabuhan untuk perniagaan.
Setelah surat itu disampaikan, pemerintahan bakufu meminta waktu satu tahun untuk
mempertimbangkan hal tersebut. Setahun kemudian Perry kembali lagi ke Jepang dengan membawa
armada perangnya untuk memaksa Jepang agar mau membuka hubungan dengan Amerika. Perry
tidak segan-segan mengancam dengan kekerasan. Rakyat Jepang menolak kedatangan bangsa asing
dan mereka menyerukan slogan yang dikenal dengan Sonno Joi yang berarti hormati Tenno dan usir
kaum biadab (maksudnya orang-orang asing). Mereka menunjukkan sikap yang anti terhadap bangsa
asing. Di beberapa wilayah rakyat Jepang mengadakan kekacauan-kekacauan untuk mengusir bangsa
Barat (Nurhayati,1987:45).
Pada tanggal 31 Maret 1854 pemerintah Tokugawa akhirnya menandatangani perjanjian
dengan Amerika di Kanagawa yakni sebuah kampung nelayan di Yokohama, lalu Amerika
menempatkan Konsul Jendral yang bernama Townsend Harris di Yokohama. Dengan demikian
akhirnya Jepang dibuka setelah pengasingan yang berlangsung sepanjang 250 tahun dan tidak lagi
merupakan sebuah negara terpencil dari masyarakat dunia (Nurhayati,1987:33).
B. Pemberontakan dalam Negeri
Sejak terjadinya pembukaan negara, pemberontakan dalam negeri semakin meningkat karena
rakyat Jepang tidak menginginkan perjanjian tersebut ditandatangani oleh pemerintahan Tokugawa,
terutama pihak kekaisaran karena perjanjian itu belum memperoleh izin dari kaisar.
Penandatanganan perjanjian ini menimbulkan kekesalan dan gerakan anti pemerintahan bakufu
yang diwakili oleh daimyo Tozama. Hal-hal yang mereka tentang antara lain adalah menentang
adanya hubungan dagang dengan orang asing, menginginkan pengembalian fungsi politik kepada
kaisar, dan ingin menegakkan kembali pemujaan terhadap Tenno dan agama Shinto serta kembali
pada Shintoisme yang murni sebagai reaksi dari Ryobu Shinto dan Budhisme (Nurhayati,1987:45).
Perjanjian dengan negara Barat juga membawa dampak dimana perdagangan berkembang pesat.
Golongan petani merupakan produsen yang sangat membantu kehidupan golongan lain. Tetapi
mereka sangat menderita karena diwajibkan membayar pajak yang sangat tinggi dengan sebagian
hasil panen mereka. Ada semboyan yang berbunyi “kepada petani jangan diberi kehidupan maupun
kematian” artinya bahwa setiap petani harus ditempatkan sebagai kelas masyarakat yang hanya
wajib berproduksi dan membayar pajak.
Akibatnya kehidupan petani semakin sulit dan akhirnya banyak yang meninggalkan lahan
pertaniannya dan menjadi buruh tani di tanah pertanian orang lain. Mereka juga mulai membentuk
kelompok-kelompok untuk membela haknya dengan kekerasan, memberontak, dan melawan

16
17

pemerintah (Nurhayati,1987:19). Pemberontakan petani yang tidak puas terhadap pemerintah


semakin hari semakin mengacaukan keadaan Jepang saat itu. Disamping bencana alam dan bahaya
kelaparan yang sering terjadi pada pemerintahan Tokugawa menambah semangat rakyat untuk
meruntuhkan kedudukan shogun.
Akibat dari penandatanganan perjanjian tersebut, pemerintah Tokugawa tidak lagi
memperoleh kepercayaan dari rakyat untuk melindungi mereka dari pengaruh luar dan tidak dapat
memberikan perlindungan terhadap rakyatnya.
Alasan ini dimanfaatkan oleh beberapa pihak yang ingin menggulingkan kekuasaan Tokugawa.
Setelah terjadi beberapa peristiwa buruk, maka pada tahun 1867 pemerintah Tokugawa
menyerahkan kekuasaan pada kaisar Meiji. Dengan demikian pemerintahan Tokugawa berakhir dan
kekuasaan penuh berada di tangan kaisar (Sihombing,1997:51).
Latar Belakang Restorasi Meiji
Pada tahun 1853, komodor Matthew C. Perry dari Amerika Serikat memasuki teluk Tokyo
dengan kekuatan satu kuadron, sebanyak empat kapal. Ia kembali tahun berikutnya dan berhasil
membujuk Jepang untuk membuat perjanjian persahabatan dengan negaranya. Pada tahun yang
sama menyusul perjanjian-perjanjian serupa dengan Rusia, Inggris dan Belanda, sehingga Jepang
kembali terbuka bagi dunia luar.
Perjanjian-perjanjian tersebut diubah empat tahun kemudian menjadi perjanjian
perdagangan, dan kemudian perjanjian yang serupa dibuat dengan Perancis.
Kejadian-kejadian tersebut berdampak meningkatkan tekanan arus sosial dan politik yang
meggerogoti fondasi struktur feodal. Selama kira-kira satu dasawarsa terjadi kekacauan besar,
sampai sistem feodal keshogunan Tokugawa runtuh pada tahun 1867 dan kedaulatan dikembalikan
sepenuhnya kepada kaisar dalam Restorasi Meiji pada tahun 1868.
Runtuhnya pemerintahan Tokugawa merupakan berakhirnya zaman Edo yang ditandai dengan
penyerahan kekuasaan Shogun Keiki kepada kaisar Meiji. Zaman baru ini disebut zaman Meiji yang
berlangsung antaa 1868-1912. Kaisar Meiji juga dipanggil sebagai kaisar Mutsuhito. Sebagai pusat
pemerintahan maka kota Edo diganti namanya dengan Kyoto, dan pada tahun 1869 ibu kota di
pindahkan dari Kyoto ke Tokyo (Suradjaja,1984:21).
Pada masa inilah Jepang bergerak memodernisasikan diri dalam segala bidang, yang dikenal
dengan Restorasi Meiji, dimana Jepang membangun sistem pemerintahan, ekonomi bahkan budaya
dengan mencontoh negara-negara Barat.
Masa Meiji (1868-1912) merupakan salah satu periode yang paling istimewa dalam sejarah
bangsa-bangsa. Di bawah pimpinan Kaisar Meiji, Jepang bergerak maju sehingga hanya dalam
beberapa dasawarsa mencapai apa yang diinginkan dimana di Barat memerlukan waktu berabad-
abad lamanya. Hal yang dicapai tersebut adalah pembentukan suatu bangsa yang modern yang
memiliki perindustrian modern, lembaga-lembaga politik modern, dan pola masyarakat yang
modern. Golongan-golongan lama yang selama masa feodal membuat masyarakat terbagi
dihapuskan. Seluruh negari terjun dengan semangat dan antusiasme ke dalam studi dan
pengambilalihan peradaban Barat modern.
Perekonomian pada masa Tokugawa masih sangat terbatas dan hanya bersifat perdagangan
antar daerah melalui laut pedalaman dan hanya berkisar pada beras dan tekstil. Ini dipengaruhi oleh
sikap samurai yang memandang rendah kepada perdagangan dan segala hal yang bersangkutan
dengan uang. Selain itu, pemerintah Tokugawa juga melarang untuk mengadakan hubungan dengan
luar negeri.Maka setelah Restorasi Meiji, perekonomian Jepang memperoleh kesempatan yang baik
untuk mulai berkembang dengan melakukan pembaharuan-pembaharuan. Pembaharuan yang
paling utama adalah penghapusan sistem feodal yang diterapkan oleh Tokugawa, sehingga
terbukalah peluang untuk rakyat Jepang terhadap pendidikan yang meniru sistem pendidikan dunia
Barat, selain dengan menerapkan sistem moneter, sistem pajak yang memungkinkan
berkembangnya kapitalis atau kaum pemodal. Selain itu, pemerintah Meiji juga mendatangkan
tenaga-tenaga ahli dan mengimpor mesin-mesin pabrik untuk ditiru, sehingga Jepang mampu
membangun dan memodernisasikan industrinya.

17
18

Gokajo No Goseimon
Tokugawa Yoshinobu, Shogun Tokugawa yang ke-15, menyampaikan pengunduran dirinya
kepada kaisar pada bulan November 1867, mengakhiri kekuasaannya yang kurang lebih dua abad
lamanya. Pada tanggal 3 Januari 1868 dikeluarkanlah sebuah pernyataan resmi tentang restorasi dan
kemudian dibentuk suatu pemerintahan yang sesuai dengan pola kuno dimana kaisar menangani
masalah-masalah politik. Pada tanggal 3 Januari itu pulalah para pendukung restorasi mengambil
keputusan-keputusan penting tentang peranan keluarga Tokugawa dalam rezim yang baru.
Pada tanggal 6 April 1868 kaisar mengeluarkan Sumpah Jabatan (Gokajo no Goseimon) yang
sangat penting yang terdiri dari lima pasal, yang menggambarkan garis besar asas-asas yang harus
dianut oleh pemerintahnya. Isi dari piagam tersebut yakni :
1. Dewan-dewan musyawarah akan dibentuk secara luas dan tiap-tiap kebijaksanaan akan
ditetapkan berdasarkan musyawarah ;
2. Golongan tinggi dan rendah harus bersatu dalam melaksanakan rencana-rencana bangsa dengan
penuh gairah;
3. Semua warga sipil dan pejabat militer dan rakyat diijinkan untuk memenuhi cita-cita mereka,
dengan demikian tidak ada ketidak puasan antara mereka.
4. Adat istiadat masa lalu yang tidak baik harus dihapus, dan asas-asas yang adil dan wajar haruslah
menjadi dasar kebijaksanaan kita ;
5. Pengetahuan harus dicari keseluruh dunia dan dengan demikian kesejahteraan kerajaan dapat
ditingkatkan.
Meskipun pasal yang pertama tidak dimaksudkan sebagai suatu pernyataan tentang
demokrasi modern, sumpah jabatan itu, bagaimanapun adalah sangat progresif untuk masa itu.
Sumpah itu menguatkan asas politik yang baru berupa mendengarkan pendapat umum dan
membuka negeri bagi hubungan persahabaan dengan semua negeri di dunia.
Pemerintah kerajaan segera mengumumkan satu rangkaian pemusatan otoritas politis di
dalam negara kesatuan, industrialisasi ekonomi, undang-undang pokok kaisar, wajib militer yang
universal, dan penciptaan suatu sistem pendidikan di seluruh negara. Dengan demikian di masa
datang tidak ada masyarakat yang buta huruf.
Perubahan-perubahan dalam pemerintahan ini disusul dengan langkah-langkah yang
meninggalkan tradisi lama. Pemerintah baru mencatat kenyataan bahwa Edo merupakan pusat
politik bangsa, dan dalam bulan November 1868 pemerintah secara resmi memberinya nama baru
Tokyo (ibukota sebelah timur). Dalam bulan November kaisar hijrah dari Kyoto ke ibukota baru itu
dalam suatu pawai kebesaran, dan menetapkan kediaman resmi tetapnya disana pada awal tahun
1869. .
Pada umumnya rezim baru itu menekankan pentingnya kaisar memerintah bangsa. Maka
setelah wafatnya kaisar Komei pada tahun 1866, anak laki-lakinya yang baru berumur empat belas
tahun yaitu Mutsuhito menggantikannya. Semua pengumuman resmi pemerintah baru dibuat atas
namanya. Pada bulan Oktober 1868 Kaisar mengumumkan bahwa masa tahun-tahun
pemerintahannya adalah ”Meiji” (pemerintahan yang cerah). Dengan demikian maka restorasi
kerajaan tahun 1867 – 1868 dikenal dengan nama Restorasi Meiji, dan tahun-tahun antara 1868 –
1912 disebut era Meiji, karena Mutsuhito wafat tahun 1912.
Haihan Chiken
Pemerintahan baru Meiji dengan cepat menyatakan persetujuan bahwa Jepang harus
dimodernkan mengikuti garis-garis yang ditempuh negara-negara maju di Barat, dan lebih jauh lagi
mereka percaya bahwa prasyarat yang penting sekali menuju modernisasi adalah penggantian
sistem desentralisasi pemerintahan daimyo dengan sistem pemerintahan daerah terpusat.
Langkah-langkah perrtama pemerintah menuju desentralisasi segera diambil setelah
runtuhnya perlawanan militer terhadap restorasi itu. Tanah-tanah bakufu yang kalah dan daimyo
yang menentang haluan kekaisaran disita dan diatur kembali sebagai satuan-satuan administratif
atau propinsi-propinsi (fu dan ken) di bawah pemerintah pusat. Tindakan-tindakan ini tidak
dikenakan terhadap para daimyo yang netral dan mereka yang telah mendukung restorasi. Jadi

18
19

sistem feodal harus terus berlangsung di bawah kepemimpinan kekaisaran sedangkan han, fu dan
ken berperan sebagai satuan-satuan dasar pemerintah setempat. Pemerintah baru, yang sebagian
besar terdiri dari wakil-wakil Satsuma, Choshu, Tosa, dan Hizen berusaha meningkatkan sentralisasi
lebih lanjut dengan membujuk para daimyo keempat han ini untuk mengembalikan kepada
pemerintah kekaisaran wewenang politik atas tanah dan penduduk mereka. Pada bulan Maret 1869
keempat daimyo itu secara bersama-sama mohon kepada tahta kerajaan untuk menerima
pengembalian tanah dan penduduknya yang merupakan fief (hanseki hokan), dan para daimyo lain
segera mengikuti teladan mereka.
Istana mengabulkan permohonan mereka dalam bulan Juli, dan memerintahkan daimyo lain
yang belum menawarkan demikian agar menyerahkan fief mereka. Segera setelah semua daimyo
tunduk kepada kebijaksanaan ini, pemerintah kemudian menunjuk mereka menjadi gubernur di han
masing-masing. Bagaimanapun juga, kebijaksanaan ini melibatkan jauh lebih banyak hal daripada
sekedar suatu perubahan tata nama, daimyo yang sebelumnya sudah menjadi penguasa-penguasa
setempat yang semiotonom di wilayah-wilayah kekuasaan mereka, kini menjadi pejabat-pejabat
pemerintah pusat yang mengabdi dengan persetujuan kaisar.
Program hanseki hokan mengakhiri eksistensi struktur politik feodal dalam bentuknya, tetapi
berpengaruh sedikit saja pada kehidupan politik di dalam tiap-tiap han. Maka untuk memadukan
daerah-daerah setempat secara lebih menyeluruh ke dalam struktur administrasi pusat, pemerintah
berupaya untuk menghapus sama sekali han dan mendirikan propinsi-propinsi (ken) sebagai
gantinya. Kaena memperkirakan akan ada perlawanan senjata, pemerintah membentuk pasukan
pengawal kekaisaran yang terdiri dari pasukan-pasukan dari Satsuma, Choshu, dan Tosa sebelum
melanjutkan rencana-rencananya. Akan tetapi, banyak gubernur eks-daimyo yang tidak mau
memikul tanggung jawab keuangan guna memerintah wilaya-wilayah kekuasaan mereka dan secara
aktif mendorong pemerintah agar menghapus han mereka. Sebagai akibatnya maka pemerintah
dapat menghapuskan han dan membentuk propinsi-propinsi atau Prefektur (Haihan chiken) pada 29
Agustus 1871 tanpa menghadapi tantangan militer terhadap perintah-perintahnya. Dihapuskannya
sistem han dan ditetapkan sistem daerah administrasi Prefektur (Haihan Chiken) sebagai suatu
tindakan untuk menggantikan sistem Han yang tradisional dan memperkenalkan pemerintah lokal
yang baru.
Dalam percobaan untuk menghapuskan feodalisme di Jepang, pemerintahan Meiji yang baru
yang menggantikan shogun Tokugawa menghapuskan ratusan feodal klan atau han.
Para gubernur bekas daimyo itu semuanya ditempatkan di Tokyo dan digantikan oleh
gubernur-gubernur baru (fu-chiji dan ken-rei, atau kemudian ken-chiji) dan banyak di antara mereka
berasal dari Satsuma dan Choshu. Pada waktu yang sama, jumlah satuan-satuan administratif
digabungkan secara besar-besaran, yaitu dari lebih 260 han menjadi 72 ken dan 3 fu (satuan-satuan
propinsi yang penting ialah Tokyo, Osaka, dan Kyoto). Penggabungan lebih lanjut terjadi pada tahun
1889 ketika jumlah ken diperkecil menjadi hanya 43 (empat puluh tiga).

19
20

Referensi
Agung, Leo S. 2006. Sejarah Asia Timur 2. Surakarta: UNS Press.
Andressen, Curtis. 2002. A Short History of Japan from Samurai to Sony. New South Wales: Allen &
Unwin.
Beasley. W. 1972. The Meiji Restoration. Stanford: Stanford University Press.
Budiajo,miriam.2008.Dasar-Dasar Ilmu Politik-edisi revisi.Jakarta:PT.Gramedia Pustaka Utama
Ebstein,William.2006.Isme-Isme yang Mengguncang Dunia.Yogyakarta:Penerbi Narasi.
Huffman, James. L. 2010. Japan in World History. Oxford: Oxford University Press.
Jansen. Marius. B (ed.). 1989. The Cambridge History of Japan: Volume 5. Cambridge: Cambridge
University Press.
Sims, Richard. 2001. Japanese Political History since the Meiji Renovation 1868-2000. New York:
Palgrave.
http://id.wikipedia.org/wiki/Restorasi_Meiji
http://id.wikipedia.org/wiki/Zaman_Meiji
http://en.wikipedia.org/wiki/Meiji_Restoration
http://en.wikipedia.org/wiki/Tokugawa_Shogunate
http://id.wikipedia.org/wiki/Republik_Ezo
http://en.wikipedia.org/wiki/Republic_of_Ezo
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16234/3/Chapter%20II.pdf
www.scribd.com (situs di akses 28 desember 2009 )
www.globaljust.org (situs di akses 28 desember 2009 )

20

Anda mungkin juga menyukai