Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap negara pasti memiliki suatu kisah sejarah masing-masih yang nantinya dapat
menentukan nasib suatu negara, entah dipengaruhi oleh adanya campur tangan pihak luar
atau faktor eksternal, maupun terjadi karena faktor internal. Seperti hanya negara lain,
Prancis memiliki suatu kisah sejarah yang sangat menentukan masa depan negara Prancis,
yaitu revolusi Prancis yang terjadi pada tahun 1789- 1799. Tidak hanya memiliki dampak
abadi pada negara Prancis, secara keseluruhan kejadian ini juga memiliki dampak pada
benua Eropa. Kejadian ini dimulai dari adanya ketidakadilan politik, munculnya krisis
ekonomi dan kekuasaan raja yang absolut, yang berarti raja selalu benar. Yang mana
penjara Bastille dibangun untuk mereka yang menentang kekuasaan raja. Selain itu
munculnya filsuf-filsuft pembaharu juga memiliki peran yang besar dalam meletusnya
Revolusi Prancis ini, dengan pengaruh paham Rasionalisme mereka, yang nantinya
melahirkan Renaisans.

Napoleon Bonarpate sendiri adalah seorang pemimpin militer dan politik yang lahir
pada 15 Agustus 1759 di Ajaccio, Prancis. Mulai terkenal saat perang Revolusioner
sebagaai Napoleon I, juga merupakan kaisar Prancis dari tahun 1804 sampai tahun 1815.
Napoleon Bonaparte sendiri ikut andil dalam Revolusi Prancis. Selain itu pada masa
kepemimpinannya sebagai kaisar Prancis, Napoleon banyak melakukan perombakan pada
Prancis.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa latar Belakang Terjadinya Revolusi Prancis?
2. Bagaimana Revolusi Prancis Berakhir?
3. Menjelaskan Siapa Itu Napoleon Bonaparte Atau Napoleon I?
4. Bagaimana Napoleon Memerintah Prancis ?
C. Tujuan Makalah
1. Menjelaskan Latar belakang terjadinya Revolusi Prancis.
2. Menjelaskan Bagaimana Revolusi Prancis Berakhir.
3. Menjelaskan Siapa Itu Napoleon Bonaparte.
4. Menjelaskan Napoleon Selama Menjadi Kaisar Prancis.

D. Manfaat Makalah
1. Mengetahui Latar Belakang Terjadinya Revolusi Prancis.
2. Mengetahui Bagaimana Revolus Prancis Berakhir.
3. Mengetahui Siapa Itu Napoleon I.
4. Mengetahui Bagaimana Napoleon Memerintah Prancis Sebagai kaisar.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Perancis Pada Masa Ancien Régime


Revolusi Prancis (1789-1799) merupakan suatu masa dimana pergolakan politik dan
sosial terjadi di Prancis yang berdampak pada perubahan struktur sosial politik Perancis.
Monarki Absolut yang selama ratusan tahun tegak berdiri harus kandas oleh pergerakan
rakyat. Berbagai stratifikasi sosial seperti feodalisme, aristokrasi, dan monarki diruntukhlan
oleh kelompok radikal sayap kiri, oleh massa di jalan, dan oleh masyarakat petani di
pedesaan yang melululantahkan Paris.

Kondisi Sosial politik sebelum Revolusi Perancis ditandai oleh kekuasaan absolut
yang pada era ini dipegang oleh Raja Louis XIV. Louis XIV menjunjung tinggi
kekuasaannya, dan berkata bahwa “La Etat C’est Moi” (negara adalah saya). Kekuasaan
raja tidak terbatasi oleh undang-undang oleh atau lembaha dewan legislatif sejak masa
Louis XIV. Badan legislatif yang ada yaitu Etats Généraux telah dinonaktifkan.

Raja Louis XVI dan permaisurinya, Marie Antoinette melakukan pemborosan


keuangan kerajaan ditengah krisis ekonomi yang melanda Prancis yang diakibatkan
membiayai Perang Tujuh Tahun melawan Inggris dan membantu Revolusi Amerika.

2.1.1. Sistem Politik dan Administrasi

Yang disebut Ancien Régime (“Rezim Lama”) adalah C Oleh karena itu, rakyat
hanya diwajibkan untuk mematuhi perintah raja dan semua alur dalam negara dipimpin
oleh raja seperti penerbitan buku dan surat kabar yang harus melalui sensor dan
pemberlakuan agama yang dianut raja yaitu agama Katolik menjadi agama negara yang
mewajibkan seluruh rakyat menjadi pengikut Katolik. Rakyat pun hanya menjadi objek
pemuas keinginan raja yang sewenang-wenang menyita harta benda mereka dan menerobos
semua system hukum dengan kekuasaannya. Meskipun kekuasaan raja tampak tak terbatas
kenyatannya sifat absolut kekuasaan raja lebih teoritis daripada riil karena secara de facto
kewenangan raja dibatasi oleh parlemen.1

1
Jean Carpentier dan Francois Lebrun, Sejarah Prancis (Jakarta: PT Gramedia, 2017), hal. 251.

3
Pada masa pemerintahan Louis XVI lebih tepatnya tahun 1787, raja menghendaki
pembentukan Assemblée provinciale ( Dewan propinsi) atas desakan opini publik yang
terdiri dari golongan bangsawan, agamawan dan ketiga dan pada 1788 raja berjanji akan
membentuk Etas provincial ( Majelis propinsi) di seluruh wilwyah Prancis.

Sistem administrasi terpusat yang digunakan pada masa Louis XVI tesahkan dalam
hukum, namun kondisi masyarakat mengatakan hal lain. Di seluruh wilayah Prancis tidak
ada yang namanya keseragaman, Undang-undang memiliki pemberlakuan yang berbeda di
setiap daerah bahkan satuan panjang pun memiliki perbedaan, apalagi pajak yang
dibebankan pada rakyat semuanya berantakan dan melenceng dari hukum yang ada.

2.1.2. Sistem Kemasyarakatan

Sstem kemasyarakatan Perancis dibagi menjadi tiga golongan: Golongan agamawan


(Orde du Clergé), golongan bangsawan ( Orde de la Noblesse) dan golongan ketiga (Orde
du Tiers Etat) meskipun golongan ketiga merupakan mayoritas di Prancis mereka tidak
mendapatkan hak istimewa apapun berbeda dengan dua golongan lainnya. Meskipun ketiga
golongan sudah ditetapkan garis sosial yang ada di setiap golongan masih terbentuk denagn
adanya kasta terselubung di dalam kasta yang lain menimbulkan pengelompokan sosial di
dalam kelompok (Albert Malet dan J. Issac, 1989: 11). Namun masing-masing kelompok
besar masih memiliki kekuatannya sebagai ketiga golongan dalam pemerintahan.2

2.2. Pra-Revolusi
2.2.1. Gagasan Revolusi

Masa krisis dan keinginan perubahan atas pemerintahan yang tidak adil memang
menjadi alasa dibalik terjadinya Revolusi 1789 namun semua itu diperparah dan diperluas
dengan munculnya gagasan-gagasan yang menyerukan kebebasan. Jean-Jacques Rousseau
adalh filusuf yang paling brpengaruh dalam gagasan revolusioner. Setelah Rousseau wafat
(1778) filusuf Abbe Mably dan Condorcet meneruskan gagasan revolusioner yang
menggerakkan semangat peubahan Perancis dengan usulan pembentukan suatu monarki
republik dan pendefinisian dan penyelarasan hak-hak manusia. Adapun para penentang
gerakan revolusi mulai membuka mata setelah Revolusi Amerika (1774-1783) yang
berhasil menghidupkan gagasan perubahan dalam gerakan yang nyata.

2
Albert Malet dan J. Issac, Revolusi Perancis 1789-1799 (Jakarta: PT Gramedia, 1989), hal. 11.

4
2.2.2. Tiga Krisis Ancien Regime

Krisis yang terjadi sebenarnya berpusat pada Turgot, Necker dan Calonne yang
tidak mampu menghadapi egoisme kaum aristokrat untuk melepas hak-hak istimewanya.
Pemerintahan Louis XVI mengalami kemerosotan harga gandum dan anggur akibat panen
yang terlalu berlimpah ditambah musim kering panjang pada 1785 dan pada 1788 musim
dingin yang hebat menghancurkan perkebunan gandum dan membekukan sungai-sungai.
Tidak cukup dengan krisis pertanian Prancis diterjang krisis ekonomi dimana Spanyol
mengisolasi perdagangan tekstil dan produk industri Inggris yang merajalela di Perancis
mengakibatkan banyak pabrik yang tutup dan buruh yang menganggur. Krisis ekonomi
memperparah krisis keuangan Perancis yang memburuk karena pengeluaran dalam
Revolusi Amerika. Hingga pada 1786 Pengawas Umum Keuangan Perancis yaitu Calonne
de Brienne yang diilhami oleh usulan Turgot di masa lalu yakni diberlakukannya pajak
kedaerahan pada setiap pemilik tanah yang artinya adalah pembebasan hak istimewa dan
menyamarataan hak setiap warga negara, hal ini mendapat banyak penolakan dari para
pemilik hak istimewa dan yang lainnya untuk melindungi kepentingannya masing-masing.3

2.2.3. Pergerakan Rakyat

Louis XVI membentuk Assemblée des Notables (Dewan Orang-orang Terkemuka)


yang terdiri dari 144 bangsawan, perwira, agamawan tertinggi, pejabat tinggi peradilandan
anggota Etats provinciaux (22 Februari-25 Mei 1787) yang menghasilkan penolakan
terhadap Calonne dan memaksa raja untuk memecatnya dan digantikan dengan uskup
agung Lomenie de Brienne. Parlemen Paris pun menolak pemberlakuan pajak teterritorial
dan para bangsawan berharap dapat mengendalikan Etats Generaux agar dapat menggant
monarki absolut menjadi monarki aristokratik sehingga mereka bisa mmaksa dan
menggerakkan raja.

Penolakan Parlemen meletuskan konflik hebat dimana raja Louis XVI menghapus
dan memecat Parlemen. Para anggota parlemen yang tidak terima melontarkan kritik dan
mengorganisasikan pawai besar di jalan dan bergabung dengan para pemberontak. Protes
bangsawan yang belangsung sekitar satu tahun menenggelamkan Perancis dalam anarki
yang paling keras adalah di Dauphiné setelah pembubaran prlemen Grenoble, akhirnya
pemerintah kota Grenoble meminta dukungan rakyat untuk pembentukan kembali Etats
Provinciaux di Dauphiné yang telah dihapuskan oleh pemerintahan Louis XIII. Kemudian
sebuah dewan mengumumkan bahwa tidak ada pajak yang bisa diambil di luar persetujuan
Etats Generaux, dan di saat yang sama Assemblée du Clergé (Majelis rohaniawan)

3
Carpenter dan Lebrun, Op.Cit.,258-259

5
menuntut adanya pertemuan Etats Generaux. Louis XVI terdesak dan akhirnya
mengumumkan bahwa sidiang Etats Genaraux akan dilaksanakan pada 1 Mei 1789 dan
memecat Lomenie de Brienne.

Selama proses perombakan monarki absolut kaum bangsawan didukung oleh


golongan ketiga yakni kaum borjuis yang kemudian mereka berdebat mengenai jumlah
perwakilan golongan ketiga dan pemungutan suara dalam Etats Generaux. Dimana setap
golongan memiliki wakilnya sendiri dengan jumlah yang hampir sama dan setiap golongan
dihitung sebagai satu suara dan bermusyawarah secara terpisah dan keputusan akan
dihitung berdasarkan perhitungan kelompok, masalahnya adalah golongan ketiga yang
memegang jumlah populasi sebanyak 96% harus dikalahkan oleh kaum bangsawan dan
agamawan yang merupakan pemegang hak istimewa sehingga keluhan golongan ketiga
tidak pernah terwujudkan.

Hingga muncullah kelompok Nationaux atau patriot yang menhendaki adanya


perombakan dalam Etats Generaux dimana proporsi jumlah perwakilan untuk golongan
ketiga harus digandakan, hasil pemungutan suara harus berdasarkan suara per orang bukan
kelompok dan musyawarah bersama. Kaum patriot sendiri gencar melakukan propaganda
berupa brosur yang tersebar di seluruh Perancis, adapun yang mendapat sukses besar adalah
brosur karya Abbe Sieyes yan berjudul Qu’est-ce que le Tiers Etat? (Apa itu Golongan
Ketiga?).

Akhirnya pada bulan Desember1788 atas desakan Necker, Louis XVI menyetujui
penggandaan perwakilan, pertmuan berkala Etats Generaux, persamaan pajak,
pembaharuan administrasi dan jaminan kebebasan individu teapi Louis XVI tidak
menyinggung soal musyawarah bersama maupun penhitungan suara per orang.

2.2.4. Etats Generaux

Pemilihan untuk Etats Généraux dilaksanakan dari bulan Februari sampai bulan Mei
1789. Suasana waktu itu digoncang oleh demam politik, oleh kebencian yang meluap antara
para pemilik hak istimewa dan rakyat, dan oleh kemiskinan di kalangan petani dan buruh.

Merunut keputusan pemerintah. setiap baillage akan menjadi wilayah pemilihan


umum. Hak memilih diatur secara liberal tetapi tidak seragam. Semua bangsawan menjadi
pemilih dan dapat langsung memilih wakil-wakil mereka. Bagi Golongan Agamawan, para
imam yang berasal dari Golongan Ketiga mejadi pemilih seperti juga agamawan tinggi.
Dalam Golongan Ketiga, hak pilih diberikan kepada semua pria Perancis di atas umur dua
puluh lima tahun dan yang terdaftar pada buku pajak. Walaupun demikian, pemilihan

6
berlangsung melalui dua, tiga, atau pun empat tahap. Misalnya di kota: para pemilih
bergabung menurut jemaat gereja, kampung atau corporation untuk memilih wakil mereka
di dewan Golongan Ketiga di kota. Dewan itu memilih wakilnya untuk dewan Golongan
Ketiga di baillage dan dewan baillage-lah yang memilih wakil Golongan Ketiga setempat
untuk Etats Généraux. Para wakil berjumlah 1154 orang, terdiri dari 578 wakil Golongan
Ketiga, 291 wakil Golongan Agamawan dan 285 wakil Golongan Bangsawan. Abbé Sieyes
(agamawan) dan comte de Mirabeau (bangsawan) yang telah disingkirkan oleh Golongan
mereka masing-masing, dipilih oleh Golongan Ketiga. Yang pertama dipilih di Paris, yang
kedua di Aix-en-Provenoe. Di antara wakil-wakil Golongan Agamawan terdapat 206 imam
desa yang bersedia memihak Golongan Ketiga, melawan Golongan Bangsawan. Di antara
wakil-wakil Golongan Bangsawan terdapat suatu minoritas kuat bangsawan liberal, di
antaranya La Fayrtte dan duc d'Orltans'. sepupu raja. Jadi kelompok Patriot yang telah
menanh pemilihan umum sudah pasti mendapatkan mayoritas di Etats Generaux.4

Pada waktu para pemilih mengadakan pemilihan umum dan sesuai dengan tradisi
Etats Généraux. para pemilih ketiga golongan menyusun cahier doléances (“buku
pengaduan”), yaitu pernyataan pengaduan dan harapan mereka. Cahier itu menjadi saksi
penting keinginan-keinginan rakyat Perancis sebelum terjadinya Revolusi.

Ketiga Golongan bersepakat untuk melaksanakan suatu Revolusi Kebebasan. Bagi


mereka. keseiwenang-wenangan raja merupakan alasan semua penderitaan bangsa. Oleh
karena itu, mereka berkesimpulan bahwa kekuasaan raja perlu dibatasi dengan penetapan
Undang-undang Dasar yang akan rnengatur “hak raja dan hak bangsa”. Dalam hal itu
kemauan umum begitu kuat sehingga sebagian besar pemilih melarang wakil mereka untuk
menyetujui pemberian dana apa pun kepada raja sampai diumumkannya prinsip-pn'nsip
Undang. undang Dasar. Ketiga Golongan juga meminta pengurangan kekuasaan para
intendant dan pembentukan Etats provinciaux di seluruh kerajaan. Undang-undang Dasar
juga harus menjamin kebebasan individual bagi semua orang. Selain itu, Golongan Ketiga
dan Golongan Bangsawan (bukan Golongan Agamawan) menuntut penghapusan sensor,
yaitu kebebasan pers.

Sebaliknya tidak ada kesepakatan lagi antara pemilik hak istimewa dan orang
Perancis lainnya dalam suatu hal penting, yaitu hal persamaan. Mayoritas anggota
Golongan Agamawan dan Bangsawan menyetujui prinsip pajak bagi semua orang, setidak-
tidaknya dengan berbagai syarat tertentu. Tetapi mereka menuntut untuk tetap mendapatkan
hak-hak kehormatan dan droits féodaux yang memungkinkan mereka berkuasa atas petani.

4
Ibid., hal. 27.

7
Secara keseluruhan Cahier yang disusun dengan sangat moderat menjadi saksi akan
kesetiaan kuat terhadap monarki. Seluruh Perancis menyatakan. Sebenarnya Louis XVI
tidak melepas kedaulatan ketuhanan. Ia menyetujui untuk menyidangkan Etats Géne’raux
hanya untuk mendengar pendapat dan ia sama sekali tidak bermaksud membagi
kewenangannya dengan bangsa. Itulah yang akan segera mengecewakan Golongan Ketiga
dan yang akan menimbulkan tuduhan bahwa Louis XVI munafik dan berkhianat. Tuduhan-
tuduhan itu akan menyebabkan tergulingnya kekuasaan raja pada tahun 1792 yang diikuti
dengan eksekusi raja pada tahun 1793. Tetapi untuk sementara seluruh negara Perancis
merasa yakin dan gembira.

2.3. Revolusi Peransis


2.3.1. Runtuhnya Ancien Régime

Keputusan Louis XVI untuk penggandaan jumlah wakil Golongan Ketiga


menimbulkan ambiguitas tentang musyawarah dan pemungutan suara mendorong
Golongan Ketiga untuk bertindak dengan meminta kepada Golongan Agamawan dan
Golongan Bangsawan bergabung dalam pengecekan agar dapat dilakukan bersama-sama
dalam suatu ruangan, namun keduanya menolak hingga Abbe Sieyes menyerukan agar
Golongan Ketiga segera mengambil tindakan. Pada tanggal 17 Juni 1789 dengan anggapan
mereka mewakili jumlah mayoritas 96% bangsa, para wakil dari Golongan Ketigan
menyatakan bahwa jumlah mereka cukup untuk membentuk Assemblée Nationle (Dewan
Nasional) dan mengambil langkah kedaulatan dengan melakukan aksi revolusioner tentang
pajak, keuangan dan meruntuhkan kekuasaan mutlak raja dan akhirnya blok pemilik hak
istimewa terpecah dengan Golongan Agamawan yang memutuskan bergabung dengan
Golongan Ketiga.

Meski terkesan tidak peduli namun Louis XVI merasa kewenangan dan
kewibawaannya diusik dia memutuskan menghadiri sidang Eats Generaux dengan tujuan
untuk membatalkan semua keputusan yang diambil pada 17 Juni 1789. Pada 20 Juni
ruangan yang biasa dipakai Golongan Ketiga yakni ruangan Menus Plaisirs ditutup dengan
alas an perbaikan seelum siding umum dan akhirnya para wakil Golongan Ketiga
melakukan pertemuan di ruangan sebelahnya. Di bawah pimpinam astronom Bailly dan
atas usul Mounier mereka semua (kecuali satu) mengucapkan sebuah sumpah yang disebut
“Sumpah Jeu de Paume” yang berbunyi “tidak akan berpisah, akan bersatu, dimana pun
situasi memaksa, sampai Undang-undang Dasar kerajaan terbentuk dan kukuh di atas
landasan yang kuat.

8
Pada tanggal 27 Juni raja Louis XVI memerintahkan agar Golongan Agamawan dan
Bangsawan bergabung bersama Golongan Ketiga sehingga Etats Generaux ditiadakan, dan
pada 9 Juli Dewan Nasional mengambil nama Dewan Nasional Konstituante (Assemblee
Nationale Constituante disebut Assamblee Constituante) yang mulai membuat rancangan
Undang-undang Dasar.

Atas desakan saudara-saudaranya (Comte de Provence dan Comte d’Artois) serta


permaisuri Marie-Antoinette, ia memusatkan sekitar 20.000 prajurit terutama dari resimen
asing untuk berjaga-jaga di sekitar Versailles. Kemudian ia memecat Necker (satu-satunya
menteri yang disukai rakyat) pada 11 Juli dan membentuk pemerintahan yang siap tempur.
Sudah beberapa bulan rakyat Paris berada dalam gejolak kerkurangan bahan pangan, kaum
borjuis melihat ada penurunan dalam suku bunga dan khawatir akan kebangkrutan. Setelah
mendengar pemecatan Necker seluruh kota murka, di taman Plais Royal muncul orator-
orator seperti jurnalis muda Camille Desmoulins yang mengajak rakyat mempersenjatai diri
untuk bertahan melawan kemungkinan penyerangan oleh pasukan keamanaan.

Dibentuklah Dewan Kota baru di kota Paris, untuk menjaga keamanan Dewan Kota
Paris membentuk pasukan yang juga beranggotakan bangsawan dan agamawan yang
kemudian diberi nama ”Pengawal Nasional” (Garde Nationale). Pada tanggal 14 Juli,
pemberontakan bertambah keras didukung oleh resimen Pengawal Perancis yang
memberontak. Rakyat (termasuk borjuis) menyerbu Hotel des Invalides untuk merebut
senjata, kemudian berbondong-bondong menuju benteng Bastille untuk merampas senapan
dan meriam. Setelah pertempuran selama empat jam akhirnya Bastille berhasil ditaklukkan.
Komandan Bastille, walikota Paris dan intendant Paris dihajar sampai tewas dengan
tuduhan penghiaatan, anggota Dewan Konstituante Bailly diangkat menjadi walikota dan
La Fayette diangkat menjadi komandan Pengawal Nasional.

Kemenangan pada tanggal 14 Juli menjadi momentum runtuhnya Ancien Régime


baik dari segi sosial maupun politik. Louis XVI meminta pasukan meninggalkan Versailles
dan memanggil kembali Necker. Dan pada 17 Juli, ia pergi ke Hotel de Ville Paris atas
sambutan Bailly dan La Fayette ia menerima kokar yang baru pertama kali dibuat berwarna
biru, putih dan merah (putih sebagai symbol warna raja, sedangkan biru dan merah warna
dari kota Paris).5

Pada bulan Juli sampai Agustus rakyat Prancis dihantui serangkaian kepanikan yang
disebut Grande Peur. Dewan Konstituante merasa cemas akan adanya pemberontakan
petani melawan orang kaya baik bangsawan maupun borjuis dan meskipun kepanikan

5
Albert Malet dan J. Issac, Op.Cit., hal. 36.

9
sudah surut, para penati tidak mau untuk melepas senjatanyadan bertekad untuk tetap didak
membayar drits feodaux. Akhirnya pada tanggal 4 Agustus Dewan Konstituante
memutuskan untuk menghapus droits feodaux, awalnya ada Dewan yang tidak setuju
namun akhirnya semua anggota Dewan meniadakan semua hak istimewa (orang, kota,
propinsi dan lain-lain) pun dengan jual beli jabatan. Inilah rvolusi sosial besar-besaran yang
menciptakan persamaan bagi semua orang.

Pada 26 Agustus Dewan Konstituante menetapkan Deklarasi Hak-hak Manusia


(Déclaration des Droits de I’Homme) dan menetapkan garis besar rencana Undang-undang
Dasaryang hanya memberikan kekuasaan terbatas pada raja. Karena peristiwa 1 Oktober
penduduk Paris menjadi sangat geram, apalagi situasi di kota Paris sedang kacau (rakyat
kekurangan roti dan para pengacau memprovokasi kemarahan rakyat). Pada tanggal 5
Oktober ribuan wanita bersenjata yang membawa meriam berangkat ke Versailles dengan
tujuan meminta roti, ribuan pria pun ikut dan menuntut agar raja menandatangani surat
keputusan tanggal 4 Agustus, sesampainya di Versailles Louis XVI yang baru pulang
berburu menandatangani surat perjanjin tersbut.

Pada 6 Oktober para pemberontak telah memasuki Versailles di pagi hari dan untuk
keselamatan raja dan permaisurinya La Fayette meminta mereka untuk pergi dari Versailles
menuju puri Tuileries di Paris, beberapa hari kemudian anggota Dewan Konstituante
pindah ke puri tersebut karena Versailles sudah diambil alih dan bukan ibukota Perancis
lagi. Di luar Dewan Konstituante banyak kelompok yang bertentangan di Club des
Jacobins dan di koran-koran, Societe des Amis de la Constitution (Klub Pendukung
Undang-undang Dasar) yang telah dibentuk pada November 1789 berkumpul I suatu biara
yang tidak terpakai lagi (bekas milik ordo Jacobin) dari sanalah asal nama klub Jacobin. Di
dalam klub itu juga terdapat elite kaum borjuis kota Paris. Saat Etats Generaux melakukan
sidang, banyak koran terbit yang isinya diungkapkan scara bebas karena sensor telah
dihapuskan.

2.3.2. Dewan Konstituante

Pada awal reorganisasi Perancis yakni 26 Agustus 1789 Dewan Konstituante


menetapkan Déclaration des Droits de I’Homme et du Citoyen (Deklaasi Hak-hak Manusia
dan Warga Negara). Pernyataan konstitusional petama dari Revolusi adalah
memproklamasikan hak-hak orang Prancis, jadi individu memegang peranan utama. Status
individu berubah dari rakyat milik kerajaan menjadi warga negara, begitu pula tujuan
negara sekarang adalah melindungi hak-hak individu, dengan demikian muncullah
individualisme dalam revolusi karena semua orang boleh menuntut hak yang sama, maka
semua orang memiliki kedudukan yang sama di mata hukum. Tetapi hak-hak yang

10
diproklamasikan oleh Dewan Konstituante bukan hanya milik orang-orang Prancis tapi
untuk semua manusia yang disebut “Hak-hak Manusia”.

Pada tahun 1789, tidak seorang pun bemaksud menghapus monarki tetapi semua
orang sepakat untuk membatasi kekuasaan raja. Monarki absolut diganti dengan monarki
konstitusional artinya suatu rezim yang menentukan dengan tepat hak raja dan hak warga
negara melalui suatu Undang-undang Dasar. Jadi, Louis XVI tetap seorang raja dengan
gelar “Raja Rakyat Prancis” (Ri des Francias) sebagai ganti dari “Raja Prancis dan Navarre”
(Roi de France et de Navarre), ia harus bersumpah akan mematuhi Undang-undang Dasar,
sebagai pemegang kekuasaan eksekuif raja memberhentikan menteri sekehendak hatinya
tanpa dapat memilih menteri dari anggota Dewan Legislatif. Agar dapat diberlakukan
perintah raja harus diketahui dan ditandatangani oleh seorang menteri. Raja pun berhak
menolak memberi prsetujuan untuk undang-undang yang ditetapkan oleh Dewan Lgislatif
tetapi hanya selama dua masa jabatan Dewan Legislatif. Dan jika undang-undang yang
sama ditetapkan lagi pada masa jabatan yang ketiga maka undang-undang itu akan berlaku.

Dalam menghadapi krisis keuangan Dewan Konstituante menetapkan bahwa harta


gereja diserahkan kepada negara. Untuk mendapatkan uang yang dibtuhkan Dewan mulai
menjual assignat, yaitu obligasi yang dikeluarkan oleh kantor perbendaharaan negara,
obligsi itu dapat ditukarkan dengan “Harta Milik Negara” yaitu nama yang diberikan untuk
harta dari gereja ditambah dengan harta raja, dan tanah-tanah yang ditinggalkan oleh
bangsawan yang beremigrasi, dan pada akhirnya assignat benar-benar menjadi uan kertas
yang bernilai penuh disamping uang logam. Karena terlalu banyak assignat yang
dikeluarkan akibatnyabiaya idup meningkat dan assignat kehilanan nilainya. Sebaliknya
dalam bidang sosial dan politik assignat memiliki kedudukan yang penting, tanah-tanah
yang sampai saat itu dimiliki oleh gereja, raja atau sebagian kecil bangsawan telah
berpindah tangan kepada paa pemilik baru terutama kaum borjuis dan para petani kaya.

Dewan Konstituante menghapuskan sistem keuangan yang lama, sejak saat itu
semua warga negara membayar kontribusi sesuai dengan pendapatan mereka. Dewan
Konstituante mengganti kata “pajak” menjadi “kontribusi” untuk menunjukkan bahwa
semua warga negara berpartisipasi dalam negara.

Setelah menjamn kebebasa dan persamaan bagi semua oang Prancis, Dewan
Konstituante ingin memproklamasikan persatuan bangsa Prancis dalam suatu pesta nasional
besar-besaran. Dewan Konstituante memutuskan untuk mengorganisasikan sutu Upacara
Federasi Nasional, pda tanggal 14 Juli 1790 (hari ulang tahun penaklukan penjara Bastille)
14.000 Pengawl Nsional datang berkumpul di lapangan Champ de Mars di Paris dan

11
bersumpah di depan khalayak “akan selalu setia pada bangsa, hukum dan raja” dan “bersatu
dengan semua orang Prncis dalam ikatan persaudaraan yang tak terputuskan”.

Pada akhir 1790 mulai meluasnya ide-ide republikan yang menginginkan negara
yang lebih baik dengan adanya pemilihan umum hingga munculnya petisi di kalangan
masyarakat, namun kaum aristokrat yang menentang revolusi semakin bersitegang dengan
perkembangan sosial yang ada di masyarakat.

Setelah penolakan bantuan penyerangan oleh Kaisar Austria, Louis XVI


memutuskan untuk melarikan diri dari Tuileries pada Juni 1791 bersama keluarganya untuk
bergabung bersama pasukan di kota Metz, namun di tengah jalan dia dikenali oleh
masyarakat dan ditangkap di kota Varennes akhirnya kekuasaannya dicabut oleh Dewan
Konstituante. Setelah Dewan Konstituante mencabut kekuasaan dan pemerintahan raja,
bangsa Prancis sadar bahwa mereka tidak membutuhkan seorang raja, dengan demikian
pelarian Louis XVI berakibat semakin cepat berkembangnya gagasan-gagasan dan aliran
republik.

Masyarakat mulai membuat petisi yang menuntut dhapuskannya monarki, namun


Dewan Konstituante berpikir bahwa pembentukan republic akan menyeret Prancis ke dalam
anarki, oleh karena itu Dewan Konstituante memutuskan untuk menyerahkan kembali nama
baik Louis XVI. Keputusan itu menimbulkan konflik di Paris dengan penandatangana
masal petisi dari klub Jacobin untuk menggulingkan Louis XVI di lapangan Champ de
Mars pada 17 Juli yang berakhir dengan penembakan deonstran oleh Pengwal Nsional atas
perintah Dewan Konstituante lewat Undang-undang militer.

Penembakan di Champ de Mars berakhir dengan perpecahan kelompok patriot di


Dewan Konstituante, mayoritas kelmpok patriot membentuk kelompok baru dengan alasan
untuk tetap setia pada Undang-undang Dasar dengan keinginan agar kaum borjuis tetap
memegang kekuasaan. Di lain pihak, semua anggota yang menginginkan pelengseran raja
Louis XVI membentuk kelompok lain tanp memandang mereka epublikan atau bukan.
Kemudan Dewan Konstituante merevisi Undang-undang dan menyerahkannya pada raja
agar ditandatangani, setelah itu Dewan Konstituante menyerahkan kembali kekuasaannya
kepada Louis XVI sebagai raja konstitusional dan membubarkan diri pada 1791.

2.3.3. Dewan Legislatif

Dewan Konstituante memutuskan bahwa anggotanya tidak boleh merangkap


menjadi anggota Dewan Legislatif, dengan demikian 745 wakil yang berkumpul
merupakan anggota baru. Sekitar 260 anggota membentuk sayap kanan yang disebut

12
sebagai Feuillant karena mereka tergabung dalam klub Feuillant, mereka sepakat untuk
mempertahankan kerajaan dari aksi rakyat seperti yang dilakukan di Champ de Mars . Di
sayap kiri tergabung sekitar 140 anggota, dengan semangat berapi-api dan penuh rasa
curiga terhadap raja dan bersiap menggulingkannya bila ia tidak tegas dalam menerapkan
Undang-undang Dasar, waktu itu mereka dinamakan Brissotin namun ahli sejarah
menamakan mereka Gironde. Sisanya, mayoritas sebanyak 300 orang membentuk
golongan Tengah dan mereka bertekad mempertahankan karya Revolusi, mereka juga lebih
sering memihak sayap kiri.

Kemunculan para emigran dan tuntutannya menjadi permasalahan dalam negeri,


dimana bayang-bayang adanya perang memberi goncangan pada Dewan Legislatif, pada
golongan Feuillant memperkirakan adanya perang terbatas dengan para di Jerman
sedangkan golongan Gironde menganggap perang sebagai salah satu jalan untuk
mempertinggi perasaan revolusioner. Sedangkan bagi Louis XVI merasa bahwa Prancis
akan menghadapi kekalahan dan rakyat akan meminta bantuannya, jadi tidak lain raja
hanya membuat rencana politiknya sendiri.

Perancis harus melakukan proteksi keamanan akan perang yang dikoarkan oleh
Austria dan Prusia pada tahun 1792, perang yang terjadi menghimpun warga Perancis
untuk mempertahankan negara disamping pasukan perang dan Pengawal Nasional yang
telah banyak berkurang. Dalam menghadapi serangan Dewan Legislatif membuat dua
keputusan oleh Feuillant dan Gironde namun raja Louis XVI memveto kedua keputusan
tersebut dan malah memecat menteri Dumouriez, seperti keputusannya akan pemecatan
Necker rakyat Prancis tidak terima dan melakukan demonstrasi sambil membawa senjata
menghadap Dewan Legislatif untuk menyerahkan petisi dan menyerbu istana Tuileries
sambil mencaci maki raja dan permaisuri meski begitu aksi itu berakhir sia-sia karena raja
tetap mempertahankan keputusannya.

Beberapa hari kemudian, karena menduga akan masuknya pasukan Prusia di daerah
Lorraine, Dewan Legislatif menyatakan tanah air dalam keadaan bahaya (11 Juli 1792) dan
mengerahkan para sukarelawan dalam angkatan bersenjata. Pernyataan yang tampaknya
mengutuk kesalahan raja itu, menyebabkan emosi yang meluap-luap di seluruh Perancis.
Walaupun adanya hak veto raja, pada saat yang bersamaan membanjirlah pasukan
Pengawal Nasional di Paris untuk merayakan ulang tahun Upacara Federasi lagu Le Chant
de guerre de I'armee du Rhin (“Mars perang tentara Rhein")yang baru dikarang di
Strasbourg oleh kapten Rouget de Lisle dinyanyikan oleh pasukan Pengawal Nasional kota
Marseille. Oleh karena itu, lagu itu disebut La Marseillaise. Bait-baitnya yang membakar

13
semangat patriotik dan revolusioner menggugah rakyat Paris, semangat rakyat bertambah
karena koran-koran Feuillant mengharapkan kemenangan musuh.

Semakin banyak petisi yang meminta digulingkannya Louis XVI, "pengkhianat


negara", sampai di Dewan Legislatif. Tetapi pemimpin-pemimpin kelompok Gironde takut
akan kekacauan yang ditimbulkan dengan sengaja itu dengan tujuan menakut-nakuti raja.
Sekarang mereka hanya menginginkan adanya pendekatan dengan raja untuk membentuk
pemerintah baru. Para revolusioner yang paling nekad (kelompok Jacobin dan
Cordelier)mulai mempersiapkan pemberontakan yang bertujuan menggulingkan monarki,
tetapi di luar Dewan Legislatif dan berlawanan dengan niat dewan itu. Gerakan ini menjadi
kekuatan yang tak terkalahkan pada tanggal 1 Agustus saat Manifes Braunschweig sampai
di Paris.

Semangat patriotik yang indah itu dikotori oleh pembantaian mengerikan, yaitu
pembantaian di penjara-penjara Paris. Sejak berbulan-bulan tumbuh dalam pikiran ribuan
penduduk kota Paris bahwa pasukan-pasukan tidak boleh menuju ke perbatasan sebelum
membantai para "warga negara yang buruk” yaitu Aristokrat dan terhukum pidana yang
ditahan di penjara. Menurut orang-orang Paris itu,rakyat yang berkedaulatan berhak dan
wajib menyingkirkan “musuh Tanah Air”. Selama lima hari dari tanggal 2 September, saat
rakyat Paris mengetahui pendudukan kota Verdun sampai tanggal 6 September sekitar1.200
orang dibunuh, terutama terhukum perdata di beberapa penjara Paris.

Pada saat yang bersamaan berlangsung pemilihan Konvensi. Kalangan moderat


yang takut tidak berani memilih. Hanya kalangan revolusioner yang benar-benar bersuara
yang hampir semuanya partisan Republik, jadi walaupun ada hak pilih untuk umum,
Konvensi merupakan ungkapan bukan dari seluruh rakyat Perancis tetapi dari sebagian
rakyat yang telah bertekad.

2.3.4. Konvensi

Setelah aksi 10 Agustus, Konvensi dipilih untuk memberikan suatu Undang-undang


Dasar baru bagi Prancis. Para anggota Dewan Konvensi dipilih oleh minoritas kaum
revolusioner yang hamper semuanya adalah republikan. Sejak siding pertma pada tanggal
21 September yang dihadiri oleh 300 orang dari 780 anggota, dengan suara bult system
kerajaan dihapuskan. Keesokan harinya nama republik digunakan pada semua akta publik
dan tanggal 22 September menjadi tanggal resmi awal dari republik Prancis.

14
2.3.4.1. Gironde dan Montagne

Walaupun sepakat untuk menghapus sistem kerajaan, anggota-anggota Konvensi


memiliki kecenderungan yang berbeda. Sejak hari pertama telah nampak pertentangan
antara kelompok kanan dan kiri yaitu kelompok Montagne dan Gironde. Kelompok
Gironde memiliki 160 anggota sedangkan kelompok Montagne memilii 140 anggota,
namun mayoritas anggota membentuk kelompok tengah yang disebut Plaine, mereka
sangat terikat pada cita-cita revolusi dan sangat menginginkan persatuan seluruh republikan.

Meskipun program-program mereka berbeda namun situasi yang terjadi pada Juli
1792 yang semakin membuat kelompok Montagne dan Gironde bermusuhan. Keompok
Montagne banyak menyetujui gagasan kelompok Gironde seperti penolakan tekanan public
atas Dewan dan campur tangan pemerintah atas ekonomi dan seperti kelopok Gironde juga
mereka berasal dari kaum borjuis. Namun pertentangan antar kelompok semakin menjadi
hingga masing-masing kelompok yang betentangan ingin menendang kelompok lain keluar
dari Konvensi, kelompok Gironde dengan anggota yang lebih banyak mula-mula menuntut
adanya pengailan dan hukuman mati untuk musuh-musuhnya.

Walau demikian, kedua kelompok bersepakat akan urusan politik, begitu wilayah
Perancis bebas dari pasukan asing Perancis langsung menyrang daerah perbatasan. Pada
saat Perancis menakuti raja-raja di Eropa dengan invansinya, Perancis juga membuat
mereka murka dengan pelaksanaan eksekusi raja Louis XVI pada 21 Januari 1793 dengan
guillotine. Peneyangan oleh Inggris dan Austria juga pemberontakan Vendee (Kaum Putih)
yang tidak terima atas eksekusi imam-imam pembangkang menjadi masalah panjang dalam
Dewan Konvensi yang berujung penangkapan anggota kelompok Gironde yang menjadi
kemenangan kelompok Montagne.

2.3.4.2. Montagne dan Pemerintahan Revolusioner

Pada tanggal 2 Juni 1793 keompok Montagne memutuskan suatu Undang-undang


Dasar yang sangat liberal dan tidak mungkin untuk segera diberlakukan karena Perancis
masih dalam ancaman perang untuk itu mereka mebuat rezim pemerintahan sementara yang
disebut sebagai Pemerintahan Revolusioner. Pada 10 Oktober 1793 Dewan Konvensi
menetapkan “Pemerintahan sementara Perancis dinyatakan revolusioner samapi keadaan
damai kembali”. Pembentukan Pemerintahan Revolusioner berlangsung lambat dan tak
henti-hentinya diadakan perubahan menurut situasi.

Kekuasaan tertinggi tetap dipegang oleh Konvensi dan kebanyakan keputusannya


menyetujui usulan-usulan Komite Keselamatan Publik. Agar dapat memiliki kekuasaan

15
Komite Kselamatan Publik harus melenyapkan segala bentuk oposisi dengan bantuan dari
Dewan Konvensi, setiap keputusan Konvensi terkesan seenaknya dan dilakukan dengan
tindak kekerasan dan pemaksaan hingga disebut sebagai terror. Dengan dikeluarkannya
Undang-undan Dasar banyak keputusan Dewan Konvensi yang sensasional dan
menimbulkan konflik dalam masyarakat seperti keputusan dalam pengadilan, pengglongan
tersangka dan penangkapannya juga penghapusan aturan-aturan keagamaan, penutupan
biara dan penggunaan kalender revolusioner sebagai ganti kalender tradisional yang tidak
mencantumkan perayaan agama, ini merupakan usaha radikal dalam proses dekristianisasi.

Kebangkitan kembali Perancis yang dibawa oleh Kapten artileri Bonaparte


bukannya meredam gelora politik namun semakin mengobarkannya. Di Konvensi terjadi
pertentangan hebat antara aliran yang disebut Indulgent (grup politik yang lembek) dan
aliran Ultra-revolusioner. Pengikut aliran Indulgent seperti Danton dan Camile
Desmoulinsingin megakhiri terror, sedangkan pengikut aliran Ultra-revolusioner justru
ingin lebih menghidupkannya.

Robespierre dari Komite Keselamatan Publik merupakan seorang Montagne yang


memiliki peran dalam revolusi, dia berkeinginan membentuk rakyat Perancis emjadi orang
yang berkecukupan dan bukannya kaya atau miskin. Masa kekuasaannya yang berkeadilan
dan fanatik meuntunnya untuk menuduh setiap orang yang tiak sepndapat denagnnya
sebagai penghianat, dia memberikan masa terror besar bagi rakyat Perancis dengan
berbagai konflik meskipun Robespierre pada awalnya adalah orang yang sangat diagungkan
kejayaannya.

2.3.5. Reaksi Thermidor

Kelompok berpengaruh yang menggulingkan Robespirre disebut sebagai kelompok


Thermidor yang pernah berperan dalam pemerintahan terror namun, rakyat mempercayai
mereka dan memaksa mereka untuk menghentikan terror. Setelah itu kelompok Tengah
mulai mengambil alih kekuasaan dalam Konvensi, revolusi Konvensi menuju suatu rezim
pemerintahan yang lebih moderat disebut Reaksi Thermidor. Yang lebih terfokuskan pada
empat bidang:

1. Pengorganisasian kembali sistem pemerintahan


2. Kebijaksanaan terhadap pemberontak daerah-daerah Barat (Bretagne dan Vendee)
3. Politik keagamaan
4. Penyusunan suatu Undang-undang baru

16
Dalam waktu beberapa bulan (Agustus-Desember 1794) dinamika pemerintahan
menurun dan pemerintah kehilangan kekuatan serta keberlanjutan, agama Katolik hadir
kembali walaupun masih ada pertentangan dalam Konvensi. Atas desakan paa penganut
agama Katolik, semua gedung gereja dipulihkan namun larangan kegiatan keagamaan di
luar ruangan masih berlaku.6

Konvensi Thermidor membentuk Undang-undang Dasar Tahun III, dan menolak


setiap gagasan dalam Undang-undang Dasar Tahun I yang lebih demokratik dan egaliter.
Dengan membentuk sistem yang rumit dalam pemerintahan Konvensi Thermidor bertujuan
untuk mencegah kediktaktoran dalam politik kekuasaan. Konvensi Thermidor juga
merombak aturan dalam penetapan harga maksimal yang berujung pada tingkat kelaparan
dan kemiskinan tinggi di Perancis akibat ketidakmampuan warga dalam membeli bahan
makanan yang sangat ditentang oleh klub Jacobin. Meski begitu pertentangan antara
Thermidor dan klub Jacobin memberi keuntungan bagi para pendukung raja untuk
menyelinap dalam urusan politik setelah ditumpasnya klub Jacobin oleh Konvensi
Thermidor dan menimbulkan banyak konflik berbahaya bagi masyarakat. Demi
keselamatan public dan demi keselamatannya sendiri, Konvensi Thermidor menetapkan
Surat Keputusan Dua pertiga, menurut surat keputusan itu dua pertiga dari anggota
Legislatif harus dipilih di antara mantan anggota Konvensi yang semuanya republikan.

2.3.6. Direktori (1795-1799)

2.3.6.1. Rezim Baru

Pemerintahan yang dipimpin Perancis sejak berakhirnya Konvensi (1795) sampai


terjadinya kudeta dsebut Direktori, karena selama empat tahun itu kekuasaan ksekutif
dipercayakan pada suatu “Direktori” yang beranggotakn lima orang direktur.

Berdasarkan Surat Keputusan Dua pertiga mayoritas dewan-dewan terdiri dari


mantan anggota Konvensi. Kelima orang Direktur terpilih adalah mantan anggota Konvensi
yaitu Barras, Reubell, La Revelliere, Le Tourneur, dn Carnot. Pada kenyataannya keuasaan
tidak beralih tangan, Direktori tetap meneruskan Reaksi Thermidor, satu-satunya hal yang
berubah adalah Republk keluar dari masa revolusioner untuk masuk ke dalam masa
legalitas konstitusional. Direktori mendapat ancaman dari kelompok Jacobin dan kelompok
pendukung raja. Dengan demikian kadang politiknya memukul sayap kiri dan kanan dan
tidak pernah ragu untuk melakukan kudeta.

6
Ibid., hal. 105.

17
Masalah yang ada pada masa Direktori adalah uang kertas assignat yang terus
kehilangan nilainya hingga mencapai 99%, Direktori memutuskan untuk menarik assignat
dengan cara meminjam paksa dan menghapus assignat sebagai mata uang dengan
menggantinya dengan uang kertas lain yaitu mandate territorial yang hanya dalam beberapa
minggu nasibnya sama dengan assignat yaiitu penurunan nilai. Krisis keuangan mendesak
Derektori mengambil tindakan di antaranya politik luar negeri dan penaklukan dengan
tujuan mengisi kas negara dengan kontribusi yang dipungut dari negara-negara yang
dikalahkan.

Musuh pertama yang menghadang kekuasaan Direktori adalah kelompok Jacobin,


pada awal 1796, para buruh sangat menderita oleh kelaparan dan kedinginan, dalam
suasana penderitaan itulah meletus Conspiration des Egaux pada Mei 1796. Yang
merupakan hasil pemikiran seorang wartawan, Babeuf. Ia bukan hanya menutut
diberlakukannya kembali Undang-undang Dasar Tahun I, tetapi juga penghapusan hak
milik tanah pribadi dan pembentukan rezim. Babeuf menuntut pemerintah untuk
mengumpulkan semua bahan pangan dan membagikannya sama rata kepada seluruh rakyat.
Menurut pendapat Babeuf revolusi sosial baru dapat terwujud sesudah kekuasaan politik
dipegang oleh komunis, pada awal 1796 Babeuf dan teman-temannya berkomplot untuk
menggulingkan kekuasaan Direktori, mereka membentuk suatu organisasi rahasia yang
terdiri dari beberapa orang komunis serta sejumlah besar Jacobin yang tidak puas, akibat
penghianatan salah satu anggota yang melapor pada Direktori, Babeuf dan tokoh-tokoh
utamanya ditangkap dan dieksekusi.

Walau mengalami kegagalan Conspiration de Egaux mempunyai peranan penting


dalam sejarah, dengan hadirnya sebuah komplotan komunis yang menyatakan perlunya
merebut kekuasaan poliik dengan kekerasan untuk mencapai tujuan. Kegagalan kelompok
Jacobin membawa kembali harapan kepada para pendukung raja yng mulai memasuki
pilitik lewat kaum moderat yang didekati oleh pemerintah saat peistiwa Conspiration de
Egaux, dengan begitu pemerintah bersikap acuh kepada para imigran dan pembangkang
yang memasuki Perancis. Atas dorongan Carnot mereka melancarkan taktik untuk menarik
dukungan public yang akan memenangkanny dalam pemilihan unum 1797 dengan
menyebarkan propaganda-propaganda yang dibiayai Inggris, dengan memiliki mayoritas
anggota dalam Konvensi mereka bisa membenuk kembali monarki. Dengan tujuan tersebut
mereka membentuk Lembaga Sahabat Keamanan yang menenangkan rakyat akan
keemasan kelompok komunis. Dengan demikian, pada pemilihan umum pada April 1797
para pendukung raja memperoleh kemenangan besar, begitu dewan mulai bersidang
goongan kanan segera bertindak dengan memilih Barthelemy yang merupakan pendukung
raja sebagi Direktu baru, Dewan Lima Ratus memilih Jendral Pichegru sebagai ketua.

18
Di antara mayoritas dewan dan ayoritas Direktori muncul suatu konflik yang tidak
dapat dihindari, dan karaena Undang-undang Dasar tahun III tidak memperkirakan hal itu,
maka konflik tersebut hanya bisa diselesaikan dengan kekerasan. Masing-masing pihak
bersiap, Tiga Direktur yang diancam memdahului mengambil sikap dengan melakukan
kudeta pada 18 Fructidor tahun V (4 September 1798) dengan dukungan tentara yang
memiliki semangat republic. Atas persetujuan dari jendral yang paling berpengaruh (Hoche
dan Bonaparte) mereka mengumpulkan 30.000 prajurit yang dipusatkan di sekitar Paris dan
menyerahkan komando divisi militer Perancis kepada Jenderal Augereau yang khusus
datang dari pasukan Italia. Pada 18 Fructidor, Augereau memerintahkan penangkapan
Barthelemy, Pichegru dan anggota-anggota penting dari kelompok mayoritas namun carnot
berhasil melarikan diri. Setelah diadakan rapat darurat, kelompok republikan yang
merupakan minoritas di Dewan membatalkan hasil pemilihan umum di 49 departemen dan
menjatuhkan hukuman pembuangan yang juga disebut “Guillotine bersih” kepada 53
anggota Dewan. Dengan kelompok republikan berubah menjadi kelompok mayoritas
setelah 177 orang dikeluarkan dari Dewan.

Kebangkitan Ekonomi Sementara itu kesulitan keuangan dan kudeta-kudeta tidak


dapat menghalangi kebangkitan aktivitas ekonomi. Dari tahun 1796 sampai tahun 1799
hasil panen baik, hasil tanaman kentang, tembakau. hijauan lemak dan terutama anggur
semakin cerah. Produksi batu bara berlipat ,industri jam yang dulu diimpor dari Swiss
berkembang di Besancon. Industri tekstil cetak yang didirikan oleh Oberkampf di kota Jouy
dekat Paris pada awal pemerintahan Louis XVI, juga mengalami masa jaya seperti pada
masa sebelum tahun 1789. Percetakan besar di departemen Essonnes, Firmin Didot,
meningkatkan proses percetakannya dan menerbitkan buku-buku indah Conlé
memproduksi pinsil-pinsil karena sudah tidak mungkin lagi diimpor dari Inggris. Menteri
Dalam Negeri Francois de Neufchateau yang telah memerintahkan sensus penduduk dan
penyusunan statistik pertanian untuk pertama kalinya. mengorganisasikan pameran industri
yang pertama pada tahun 1798 di Paris. Keinginan untuk melindungi produksi Perancis dari
persaingan dengan produksi Inggris dapat menjelaskan politik dagang pemerintahan
Direktori. Pemerintah menyatakan bahwa semua kapal netral yang mengangkut barang-
barang produksi Inggris atau yang telah berlabuh di pelabuhan Inggris boleh ditangkap.
Pemerintah menarik garis duane Perancis sampai mencakup “republik-republik sahabat”
(yaitu negara-negara bawahan Perancis seperti Belanda dan Swiss) dan berusaha menutup
kemungkinan dagang Inggris dengan negara-negara yang selama ini mempunyai hubungan
diplomatik baik dengan Perancis seperti Prusia, Spanyol dan Jerman. Dengan cara
demikian Direktori menyiapkan jalan bagi Napoleon dan politik blocus continental-nya.

19
2.3.6.2. Reformasi Militer

Sementara perang terus berlangsung, masalah penataan angkatan bersenjata menjadi


sama parahnya dengan masalah keuangan. Sejak tanggal 9 Thermidor angkatan bersenjata
dalam keadaan memprihatinkan. Para prajurit dan perwira tidak teratur menerima gajinya
dan harus mencuri untuk dapat hidup. Hal itu mempengaruhi disiplin. Para jenderal selalu
melawan “komisaris” yang ditempatkan oleh Direktori di antara mereka. Beberapa di antara
Jenderal-jenderal itu seperti Bonaparte tampak tidak bermaksud menaati pemerintah.
Pendek kata angkatan bersenjata telah kehilangan hubungan dengan negara. Di angkatan
bersenjata hanya tinggal serdadu-serdadu profesional yang sepenuhnya mengabdi dan siap
melaksanakan apa pun dari jenderal mereka.

Tetapi yang terutama adalah adanya krisis kekurangan anggota yang melanda sejak
Oktober 1794 dari 1.100.000 orang yang tercatat sebagai tentara, hanya ada 750.000 orang
yang tetap tinggal di pos masing-masing dan pada tahun 1795 hanya 410.000 orang.
Kemerosotan itu akibat dari tingginya angka mortalitas yang disebabkan oleh penyakit dan
terutama karena adanya desersi massal. Banyak sukarelawan yang berpikir bahwa karena
musuh sudah berhasil diusir dari wilayah Perancis, mereka mempunyai hak untuk pulang
ke rumah tangga mereka. Lagi pula sejak tahun 1793 pemerintah tidak lagi mengadakan
perekrutan baru.

Untuk meyakinkan adanya perekrutan yang cukup. Direktori menetapkan suatu


undang-undang wajib militer, hasil pemikiran Jenderal Jourdan. Setiap orang Perancis
dikenai wajib militer dan jika dibutuhkan, harus masuk wajib militer sejak umur 20 sampai
25 tahun. Jika jumlah sukarelawan tidak mencukupi, pemerintah memobilisasi sejumlah
mantan wajib militer dimulai dari kelompok yang paling muda.

Masalah politik kembali muncul pada bulan April 1799. Pada waktu itu pemilu
anggota dewan merupakan kegagalan bagi pemerintah yang mulai saat itu harus
menghadapi dua musuh yang sama-sama berbahaya bagi pemerintah. Yaitu Revisionis dan
Neo-Jacobin.

Yang disebut Revisionis adalah sekelompok politisi yang menganggap bahwa


Undang-undang Dasar harus direvisi. Rencana mereka adalah memperkuat kekuasaan
eksekutif dan menyerahkan jalannya pemerintahan kepada kanal borjuis kaya. Di antara
kelompok itu terdapat Talleyrand, Daunou, La Revelliere, Merlin dan Reubell.
Pemimpinnya adalah Sieyes* yang baru saja diangkat sebagai Direktur pada bulan Mei
1799. Neo-Jacobin adalah para republikan berpikiran maju yang tidak dapat memaafkan
Direktori yang telah meletuskan kudeta Floreal melawan mereka dan yang menguasai

20
Dewan Lima Ratus dan Dewan Senior. Mereka juga mencela Direktori yang telah
mentolerir penghambatan yang dilakukan para bankir dan sikap provokatif para jenderal.
Dengan mengeksploitasi perasaan yang disebabkan kegagalan tentara Perancis di Jerman
dan Italia, kaum Neo-Jacobin memutuskan agar dewan menyingkirkan tiga orang Direktur
melalui tekanan moral, terutama La Revelliére. Memang pada kenyataannya ketiga
Direktur itu ditekan untuk mengundurkan diri. Proses itu disebut Kudeta 30 Prain'a1(18luni
1799). Reaksi masyarakat tetap dingin menghadapi perubahan-pembahm itu. “Perasaan
masyarakat lumpuh dan seperti hampa.” Suatu kudeta baru, yang keempat, akan
menentukan nasib Direktori secara pasti. Itulah Kudeta 19 Brumaire. Kudeta itu dilakukan
oleh seorang jenderal muda yang baru memperoleh kemenangan gemilang di Italia dan
Mesir yang membuatnya termasyhur.

2.4. Akhir Revolusi


2.4.1. Bonaparte, Perang dan Ekspedisi

Kita sudah mengetahui bahwa Prusia, Nederland dan Spanyol telah meletakkan
senjata pada tahun 1795, tetapi Austria dan Inggris terus berperang. Carnot telah
menyiapkan suatu strategi serangan besar-besaran untuk melawan Austria pada tahun 1796.
Tiga pasukan Perancis harus bergerak menuju Wina: dua yang paling penting dipimpin oleh
Jourdan dan Moreau, menyeberangi Jerman, dan yang ketiga menjebak di Italia bagian
Utara di mana Austria menduduki daerah Milano. Serangan Jourdan dan Moreau berhasil
digagalkan oleh Pangeran muda Karl, jenderal Austria yang paling terkenal, yang juga
saudara Kaisar Franz 11. Tetapi pasukan Bonaparte yang hampir selalu mencapai
kemenangan di mana-mana selama setahun itu, berhasil memaksakan kesepakatan
perdamaian kepada pemerintah Wina. Pasukan Bonaparte itu biasa disebut Pasukan Italia,
karena berperang di wilayah Italia.

Napoleon Bonaparte dilahirkan di kota A'jaccioi tahun 1769, beberapa bulan setelah
Korsika dibeli oleh Louis XV dari Republik Genoa dan menjadi wilayah Perancis. Ia adalah
putra seorang bangsawan kecil yang memihak Perancis, bersekolah atas beasiswa dari raja
di College de Brienne (daerah Champagne). Sesudah bersekolah selama setahun di Ecole
Militaire di Paris. ia dilantik menjadi letnan dua (sous-lieutenant) artileri pada tahun 1785.
Ia adalah seorang prajurit yang aneh: selalu mengambil cuti. seringkali tanpa ijin resmi,
menolak bergabung dengan angkatannya bahkan pada waktu Dewan Legislatif menyerukan
bahwa tanah air dalam keadaan bahaya. Seluruh waktu luangnya dilewatkan di Korsika
yang tampak seperti tanah airnya yang sebenarnya. Ia berharap dapat berperan besar di sana
dengan memanfaatkan adanya Revolusi, karena ia adalah seorang ambisius, dan segera

21
menyatakan dirinya Patriot bersemangat. Ketika pada tahun 1793 musuh-musuh Konvensi
memutuskan untuk menyerahkan pulau Korsika kepada Inggris, Bonaparte mencoba untuk
menentangnya. Ia gagal dan karena diancam hukuman mati, kemudian melarikan diri ke
Provence bersama dengan seluruh keluarganya. Setelah itu barulah ia merasa benar-benar
menjadi orang Perancis.

Sebagai pendukung Montagne yang berapi-api, pada tahun 1793 ia berpartisipasi


dalam perebutan Marseille dari tangan kaum federalis dan Toulon dari tangan Inggris.
Adanya perlindungan dari adik Robespierre yang waktu itu menjadi wakil dalam misi di
Perancis Selatan, memungkinkannya mandapat jabatan komandan artileri pasukan Alpen
dengan pangkat jenderal. Dipenjarakan setelah Aksi 9 Thermidor dengan tuduhan
mendukung Robespierre tetapi segera dibebaskan. Bonapane ditunjuk untuk memimpin
brigade infanteri di Vendée, tapi ia menolak berangkat ke posnya dan dicoret dari daftar
kader militer. Ia berencana untuk mengabdi pada Sultan Kekaisaran Ottoman dan
mereorganisasikan artileri Turki, tetapi ia beruntung dipilih oleh Barras untuk menumpas
pemberontakan para pendukung raja, tanggal 5 Oktober 1795 (13 Vendemiaire). Aksi itu
menentukan sebagian nasibnya.

Untuk menyatakan terima kasih, Barras memberinya jabatan panglima pasukan


Italia, bulan Maret 1796. Beberapa hari sebelum meninggalkan Paris, Bonaparte menikahi
janda seorang jenderal yang telah di-guillotine, Josephine de Beauharnais.

Pasukan Italia yang dipusatkan di dekat Genoa harus berhadapan dengan pasukan
Piemonte dan pasukan Austria. Bonaparte menyelinap di antara kedua pasukan itu dan
mengalahkannya berturut-turut sebanyak empat kali dalam waktu sepuluh hari. Raja
Piemonte-Sardinia segera mengetahui bahwa daerah Savoie dan Nice telah dimiliki oleh
Perancis (Mei 1796). Pasukan Austria yang juga dikalahkan, terutama yang ada di Lodi
(tempat penyeberangan sungai Adda), meninggalkan Milano dan menyebar di Mantova.
Bonaparte tidak dapat membiarkan kota strategis itu jatuh ke tangan musuh. Ia segera
mengepungnya.

Kepungan Mantova berlangsung selama delapan bulan (Juni 1796- Februari 1797).
Tentara Austria berusaha mengirimkan bantuan dari Jerman sabanyak empat kali, mereka
melewati pegunungan Alpen untuk mencoba membebaskan kota Mantova. Sesekali
Bonaparte harus menghadapi bahaya besar, misalnya di Jembatan Arcole (November 1796)
ia bahkan harus menerima beberapa kegagalan. Tetapi ia berhasil meraih sejumlah besar
kemenangan di Castiglione (Agustus 1796) dan Rivoli (Januari 1797). Akhirnya, pada awal
bulan Februari 1797, Mantova menyerah. Beberapa hari kemudian Paus Pius VI

22
melepaskan Comtat Venaissin dan kota Avignon dan menyerahkan bagian utara
wilayahnya, kota Bolonia dan Ferrare.

Setelah Mantova ditaklukkan, Bonaparte melanjutkan perjalanannya ke timur. Pada


bulan April 1797, pasukan garis depannya berada paling tidak seratus kilometer dari Wina.
Austria dipaksa meletakkan senjata, stelah menyetujui usul gencatan senjata Leoben, enam
bulan kemudian Austria menerima Perjanjian Campo-Formio (Oktober 1797). Austria
menyerahkan Nederland dan daerah Milano kepada Perancis, selain itu dengan diam-diam
Austria juga mengakui ditambahkannya wilayah sebelah sungai Rhein dari sebelah utara
Alsace sampai ke Koblenz menjadi wilayah Perancis. Sebagai gantinya Austria
mendapatkan wilayah milik gereja di Jerman dan bagian timur Republik Venesia di Italia
yang baru direbut oleh Bonapane.

Dengan sisa bagian daerah-daerah Veneto, Milano, Modena dan bagian utara
Wilayah Kepausan, Bonaparte mendirikan suatu negara baru, di bawah Perancis, yaitu
Republik Alpen. Pada saat yang sama Republik Genoa dipaksa mengubah undang-undang
dasarnya, dan dengan nama Republik Liguria harus menerima campur tangan Perancis
dalam hal politik.

Kampanye militer Italia membuka bakat militer Bonaparte. Memang ia dibantu oleh
jenderal-jenderalnya: Augerau, Lannes, Masséna, Joubert, Mumt dan komandan staf
perwiranya Berthier. Para prajurit di bawah pimpinan jenderal-jenderal seperti itu berhasil
melakukan hal-hal hebat, walaupun mereka seringkali membandel dan merampok. Tetapi
rencana dan pelaksanaan kampanye militer itu adalah karya Bonaparte sendiri. Serangkaian
kemenangan yang luar biasa membuat jenderal berusia 28 tahun itu sejajar dengan
pemimpin-pemimpin besar pada jaman kuno seperti Iskandar Agung, Hannibal dan Caesar.

Bonaparte tidak hanya memperlihatkan bahwa ia adalah pemimpin besar


peperangan. Sejak keberhasilan-keberhasilan awalnya, ia telah bertindak sebagai pemimpin
besar. ia berunding sendiri dengan pihak Piemonte dan Austria dan memerintah sendiri
wilayah-wilayah yang didudukinya. Walaupun telah ada perintah resmi dari Direktori, ia
mengubah status politik Italia Utara. Dengan alasan bahwa telah terjadi pembantaian
terhadap serdadu Perancis di Verona. Ia nekad dan atas kemauannya sendiri, menghapus
dari peta Eropa Republik Venesia yang telah berumur 800 tahun. Bonaparte bekerja lebih
banyak bagi dirinya sendiri dibandingkan bagi Perancis. Ia mendirikan Republik Alpen dan
mendapatkan kepulauan Ionia karena ia ingin membentuk supremasi Perancis di Laut
Tengah dan di Timur. Timur menghantuinya, ia ingin melakukan ekspedisi-ekspedisi hebat.
Tetapi politik petualangan ini, tanpa ada hubungan dengan tradisi Perancis, tentu saja akan
menyeretnya ke peperangan baru.

23
Perang melawan Inggris terus berlanjut. Sejak Konvensi memutuskan hubungan
pada bulan Februari 1793, pemerintah London memberi dana pada koalisi, tetapi tidak
berperan besar dalam operasi-operasi militer di benua Eropa. Pasukan-pasukan Inggris
membantu pasukan Austria di Flandre, menguasai Toulon dan Korsika selama beberapa
bulan, tetapi mereka tidak secara serius mencoba melakukan pendudukan di wilayah Barat,
kecuali di Quiberon yang berakhir dengan kegagalan. Sebaliknya, di lautan eskadron-
eskadron Inggris berhasil menggempur eskadron Perancis. Salah satu penggempuran itu
sangat terkenal, yaitu yang menimpa eskadron Admiral Villaret-Joyeuse pada bulan Juni
1794 di Selat Ouessant Pasukan Villaret-Joyeuse menghadapi serangan Inggris untuk
memberi kesempatan kepada iring-iringan kapal yang memuat gandum dari Amerika
mencapai daratan Perancis.

Sejak awal masa berkuasanya, Direktori mengorganisasikan pendaratan di Irlandia


yang berakhir dengan kegagalan (Desember 1795). Sementara itu pada tahun 1797,
kesulitan-kesulitan keuangan yang gawat, keluhan kelas rendah menghadapi kenaikan
harga kebutuhan hidup, bahkan pemberontakan angkatan laut membuat pemerintah Inggris
mengusulkan perdamaian. Tetapi tindakan Direktori menolak meninggalkan Nederland dan
membatalkan politik dagang anti-Inggrisnya, ditambah lagi adanya Kudeta 18 Fructidor,
membuahkan kegagalan pada setiap negosiasi.

Pada saat perdamaian Campo-Formio memungkinkan Perancis membelokkan


semua kekuatan ke arah barat, Direktori melantik Bonaparte menjadi panglima perang
melawan Inggris. Tetapi saat itu angkatan laut Inggris baru saja menggempur habis habisan
angkatan laut negara-negara sekutu Perancis, Spanyol dan Nederland. Lagi pula pendaratan
seperti itu tampaknya meragukan. Dengan persetujuan Talleyrand yang menjadi menteri
luar negeri, Bonaparte mengusulkan dan berhasil memperoleh persetujuan dari Direktori
untuk mengadakan ekspedisi ke Mesir.

Memang benar bahwa Mesir adalah wilayah Kekaisaran Ottoman. Tetapi selain
memungkinkan menguasai LautTengah bagian Timur dan membuka kembali perdagangan
Perancis kearah Laut Merah, Mesir juga dapat menjadi wilayah jajahan yang sangat
menguntungkan. Mesir juga memberi kemungkinan dasar operasi untuk menghancurkan
dominasi dan perdagangan Inggris di India yang merupakan sumber utama kekayaan
Inggris. Pendek kata, ekspedisi Mesir mengobarkan antusiasme Bonaparte yang sejak
dahulu dihantui oleh Timur. Ekspedisi itu adalah suatu kenekadan luar biasa. Dengan
menyerbu Mesir, Perancis seolah-olah menyongsong peperangan dengan Turki, salah satu
dari sedikit negara-negara Eropa yang selalu menjalin hubungan dengan Perancis sejak

24
1792. Lagi pula jika angkatan laut Inggris mempertahankan Laut Tengah, Bonaparte dan
pasukannya akan terkurung di tanah jajahannya.

Pada bulan Mei 1798 Bonaparte mengangkat sauh di Toulon bersama pasukannya
yang terdiri dari 40.000 orang, dua jenderal terbaik Perancis, yaitu Kleber dan Desaix, dan
suatu regu penamping yang terdiri dari 150 orang insinyur, ilmuwan, sastrawan dan
seniman. Dalam perjalanan, pasukan Perancis itu merebut pulau Malta, kemudian mendarat
di Abukir dan menduduki Al-Iskandariyah. Dalam Pertempuran Piramid (21Juli 1798),
mereka menggilas kavaleri Mameluk yang gagah berani dan kemudian menguasai Kairo.
Tetapi beberapa hari sesudah itu admiral Inggris Nelson menghancurkan eskadron Perancis
yang berlabuh di Abukir. Setelah mematahkan kekuasaan para Bei dan Memeluk,
Bonaparte memerintah bersama-sama dengan para pemimpin pribumi. Ia membentuk suatu
dewan yang terdiri dari 200 orang bepangkat. Di setiap propinsi jenderal Perancis itu
didampingi oleh beberapa tokoh penting. Negara Mesir dibangun, sistem irigasi diperbaiki,
jalan-jalan dibuka, para insinyur mencoba menghidupkan kembali kanal yang pada jaman
kuno yang menghubungkan Laut Tengah dan Laut Merah, kultur-kultur baru diperkenalkan
termasuk kincir angin. Selain itu para ilmuwan dan seniman Perancis mempelajari sisa-sisa
peninggalan kebudayaan Mesir Kuno. Aktivitas itu adalah asal mula pengaruh intelektual
yang dimasukkan oleh Perancis ke Mesir sampai penangahan abad XX. Sementara itu
Sultan Kekaisaran Ottoman menyatakan perang terhadap Perancis dan tentara Turki yang
berasal dari Suriah telah mulai bergerak ke Mesir. Bonaparte menyongsongnya, dan
memukulnya di Gunung Thabor (April 1799), tetapi tidak berhasil merebut pelabuhan Akka.
Dalam perjalanan pulang, para serdadu mengalami penderitaan luar biasa karena kehausan
dan terjangkit penyakit kusta. Akhirnya suatu pasukan Turki yang lain mendarat di delta
sungai Nil. Bonaparte mengusirnya kembali ke lautan dalam Pertempuran Abukir yang
kedua (25 Juli 1799).

Tak lama kemudian, Bonaparte mendengar kabar tentang situasi Perancis yang
genting karena diserang oleh Koalisi Kedua. Mendahului perintah pemanggilan Direktori,
ia diam-diam segera meninggalkan Mesir dan menyerahkan kepemimpinan kepada Kléber
(Agustus 1799).

Sebenarnya perang berkobar lagi gara-gara kesalahan Direktori, kama politik


aneksasi yang dilakukan Direktori sepanjang tahun 1798. Pada masa damai Direktori
seringkali sengaja menimbulkan goncangan untuk menciptakan alasan agar dapat
melakukan intervensi, Direktori menguasai Wilayah Kepausan, mengubahnya menjadi
Republik Roma dan mengasingkan Paus Pius VI ke Perancis sehingga akhirnya ia
meninggal sebagai tawanan pada tahun berikutnya. Kemudian Direktori mengganti

25
Konfederasi Swiss menjadi Republik Helvetika yang terpusat seperti Perancis, menguasai
kedua Republik kecil, yaitu Mulhouse dan Jenewa serta Kepangeranan Montbéliard, dan
bahkan Piemonte. Operasi-operasi itu pada umumnya diikuti dengan kontribusi perang
yang berat dan pampasan perang. Pada saat yang sama Direktori mencoba lagi melakukan
suatu pendaratan di Irlandia yang berakhir dengan kegagalan seperti yang Pertama. Politik
brutal itu, ditambah lagi dengan Ekspedisi Mesir, membuat Eropa murka. Turki, Austria,
Kerajaan Napoli dan Rusia (diperintah oleh Tsar Paul I sangat membenci ide-ide
revolusioner) bersekutu dengan Inggris dan membentuk koalisi kedua.

Mula-mula Direktori menang dan berhasil merebut Kerajaan Napoli yang diubah
menjadi Republik Napoli. Tetapi musuh jauh lebih unggul dalam jumlah dan Perancis harus
mempertahankan diri di gans depan yang luas, yang membentang dari sebelah utara
Nederland sampai bagian selatan Italia. Sekali lagi archiduc Karl menggempur pasukan
Jenderal Jourdan di Rhein. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, pasukan-pasukan Rusia
muncul di Italia dan pemimpin mereka, Suvorof yang sudah berpengalaman dan pernah
mengalahkan pasukan Turki dan Polandia, berhasil mengalahkan tentara Perancis. Pada
bulan Agustus 1799, di Italia, Perancis hanya memiliki kota Genoa.

Sementara itu, dari bulan September sampai Oktober, tampaknya Dewi Fortuna
berpaling ke Perancis. Di Swiss, Jenderal Masséna dua kali melumat pasukan-pasukan
Rusia di dekat Zurich dan di pegunungan Saint-Gothard. Di Nederland, jenderal Brune
memaksa pasukan Anglo-Rusia meletakkan senjata. Pada bulan Oktober itu juga,
Bonaparte mendarat di Provence. Walaupun datang terlambat untuk memainkan peranan
sebagai penyelamat dengan memimpin pasukan, ia datang tepat pada waktunya untuk ikut
campur dalam pertarungan antara semua pihak, bangkit mengatasi mereka dan merebut
kekuasaan. dan merebut kekuasaan.

2.4.2. Kudeta Brumaire, Akhir Revolusi Perancis

Situasi politik pada saat itu menguntungkan Bonaparte. Pemerintahan yang gagal
karena adanya oposisi-oposisi kelompok Revisionis dan Neo-Jacobin, merupakan makanan
empuk bagi suatu kudeta. Tiga orang Direktori telah dipaksa mengundurkan diri pada
Kudeta 30 Prairial tahun VII. Sementara itu kelompok pendukung raja memberontak di
Barat, di Belgia dan di lembah Garonne. Para emigran bergabung dengan sekutu dan
merencanakan suatu invasi ke Perancis. Menghadapi bahaya-bahaya itu kelompok Neo-
Jacobin berhasil dalam menuntut suatu keputusan perekrutan massal, pemaksaan pajak
kepada orang-orang kaya, dan akhirnya undang-undang sandera Bedasarkan undang-
undang itu, semua saudara emigran atau pendukung raja yang memberontak dapat dituduh

26
bertanggung jawab atas semua kekacauan yang terjadi di wilayah commune tempat mereka
tinggal.

Munculnya kembali tindakan-tindakan revolusioner seperti tahu 1793 menakutkan


kelompok moderat, umat Katolik dan pengusaha-pengusaha. Mereka meminta kepada
kedua Direktur revisionis, Sieyés dan Roger Ducos, segera melakukan kudeta untuk
mengganti Undang-undang Dasar, menciptakan kekuasaan eksekutif yang kuat dan
menumpas kelompok Neo-Jacobin. Pada saat itu Bonaparte kembali dari Mesir,
berketetapan akan merebut kekuasaan. Semua perhatian beralih kepada Bonaparte karena
orang menganggap ialah yang akan mengembalikan kedamaian di luar dan di dalm negeri.
Semua pihak berusaha menariknya. Dengan sangat cerdik. Bonaparte tidak menolak pihak
mana pun. Tetapi, setelah mengamati situasi, ia menjalin hubungan dengan pihak Sieyes.

Kedua tokoh itu segera bersepakat. Para Direktur harus mengundurkan diri, baik
secara sukarela maupun dengan paksaan. Kemudian Dewan Lima Ratus dan Dewan Senior
akan mempercayakan kekuasaan eksekutif yang kosong kepada Sieyes, Ducos dan
Bonaparte dan memberi tugas kepada mereka untuk melakukan perubahan yang diperlukan
bagi Undang-undang Dasar Tahun III. Persetujuan Direktur Barras dibeli, mereka yakin
terhadap mantan menteri luar negeri Talleyrand, Menteri Kehakiman Cambacérés,
mayoritas Dewan Senior, Lucien Bonaparte, adik Napoleon yang bertugas sebagai Ketua
Dewan Lima Ratus, mereka mengharapkan niat baik Menteri Kepolisian Fouché. Para
pemilik modal yang marah karena diharuskan memberi pinjaman kepada negara memberi
bantuan dana yang diperlukan.

Pada awalnya, semua hal berjalan dengan baik. Pada tanggal 18 Brumaire (9
November 1799) Dewan Senior memutuskan bahwa menghadapi subversi kelompok
Jacobin di Paris, Dewan Legislatif untuk sementara akan bersidang di Samt-Cloud, di
bawah perlindungan Bonaparte yang ditunjuk sebagai komandan pasukan Paris. Pada saat
yang bersamaan Sieyes, Roger Ducos dan Barras meletakkan jabatan, kedua Direktur yang
lain dikawal dengan ketat. Tidak ada lagi kekuasaan eksekutif.

Tetapi keesokan harinya tanggal 19 Brumaire, segalanya hampir gagal. Ketika


Bonaparte memasuki ruang sidang Dewan Lima Ratus, ia disambut dengan teriakan
“Menyerahlah diktator!" Sambil terhuyung-huyung karena diterjang oleh para anggota
Dewan yang marah, ia diseret ke luar oleh pasukannya, sementara para anggora Dewan
menuntut pemungutan suara untuk menyatakannya “di luar perlindungan hukum”,
keputusan yang sama dengan yang telah menjatuhkan Robespierre. Pengaruh saudaranya,
Lucien, menyelamatkan Bonaparte. Lucien berusaha menangguhkan pemungutan suara,
kemudian keluar dari ruang sidang, berpidato di depan pasukan pengawal Dewan

27
Legislatif . Pasukan yang terdiri dari republikan setia itu masih ragu-ragu. Lucien
menyatakan bahwa kelompok oposisi dalam Dewan adalah pengkhianat yang telah dibeli
oleh Inggris dan memerintahkan pasukan pengawal Dewan untuk membubarkan mereka.
Serdadu segera menurut dan para anggota Dewan tinggal lari tunggang-langgang.

Pada malam harinya, beberapa orang anggota Dewan Lima Ratus dan Dewan Senior
menyatakan penghapusan Direktori dan mempercayakan kekuasaan eksekutif kepada tiga
Konsul sementara, yaitu Sieyés, Roger Ducos dan Bonaparte dengan mandat melaksanakan,
dengan persetujuan dua komisi yang masing-masing terdiri dari dua puluh lima anggota
Dewan, reformasi administrasi yang diperlukan, memulihkan situasi di dalam negeri dan
mewujudkan perdamaian di luar negeri. Sebenamya Perancis mengangkat seorang majikan
yaitu Jenderal Bonaparte. Tanggal 19 Brumaire itu dianggap sebagai akhir Revolusi.

28
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Revolusi Prancis (1789-1799) merupakan suatu masa dimana pergolakan politik dan
sosial terjadi di Prancis yang berdampak pada perubahan struktur sosial politik Perancis.
Monarki Absolut yang selama ratusan tahun tegak berdiri harus kandas oleh pergerakan
rakyat. Berbagai stratifikasi sosial seperti feodalisme, aristokrasi, dan monarki diruntukhlan
oleh kelompok radikal sayap kiri, oleh massa di jalan, dan oleh masyarakat petani di
pedesaan yang melululantahkan Paris. Berbagai stratifikasi sosial seperti feodalisme,
aristokrasi, dan monarki diruntukhlan oleh kelompok radikal sayap kiri, oleh massa di jalan,
dan oleh masyarakat petani di pedesaan yang melululantahkan Paris.Kondisi Sosial politik
sebelum Revolusi Perancis ditandai oleh kekuasaan absolut yang pada era ini dipegang oleh
Raja Louis XIV. Sstem kemasyarakatan Perancis dibagi menjadi tiga golongan Masa krisis
dan keinginan perubahan atas pemerintahan yang tidak adil memang menjadi alasa dibalik
terjadinya Revolusi 1789 namun semua itu diperparah dan diperluas dengan munculnya
gagasan-gagasan yang menyerukan kebebasan. Oleh karena itu bisa dikatakan revolusi
Parancis sendiri merupakan cerminan ketidakpuasan sebagian masyarakat terhadap system
pemerintahan yang absolut atau sering dikatakan kekuasaan yang tidak terbatas praktik
pemerintahan absolut sendiri berlangsung hamper diseluruh Eropa. Kemudian pada
ekspedisi Napoleon Bonaparte berawal pada tanggal 2 juni 1789 M sampai dengan tanggal
31 Agustus 1801. Dari ekspedisi tersebut bertujuan untuk mematahkan hubungan inggris
dengan india. Situasi politik bisa dikatakan menguntungkan Bonaparte. Pemerintahan yang
gagal karena adanya oposisi-oposisi kelompok Revisionis dan Neo-Jacobin, merupakan
makanan empuk bagi suatu kudeta. Semua hal berjalan dengan baik. Pada tanggal 18
Brumaire (9 November 1799) Dewan Senior memutuskan bahwa menghadapi subversi
kelompok Jacobin di Paris, Dewan Legislatif untuk sementara akan bersidang di Samt-
Cloud, di bawah perlindungan Bonaparte yang ditunjuk sebagai komandan pasukan Paris.
Sebenamya Perancis mengangkat seorang majikan yaitu Jenderal Bonaparte. Tanggal 19
Brumaire itu dianggap sebagai akhir Revolusi.

29
B. Saran
Agar makalah ini dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran terhadap Revolusi Prancis
dan era napoleon Bonaparte, sehingga kita dapat memahami dan mengerti akan apa yang
melatarbelakangi terjadinya revolusi prancis berserta dampaknya dan kita dapat mengetahui
akan pemerintahan pada era napoleon Bonaparte.

30
DAFTAR PUSTAKA

Malet, Albert dan J. Issac. 1989. Revolusi Perancis 1789-1799. (diindonesiakan oleh Tim
Penerjemah CCF Bandung). PT Gramedia: Jakarta

Carpentier, Jean dan Francois Lebrun. 2017. Sejarah Prancis. (diindonesiakan oleh Tim
Forum Jakarta-Paris). PT Gramedia: Jakarta

Hart, Michael. 1985. Seratus Tokoh yang Plaming Berpengaruh Dalam Sejarah
(diindonesiakan oleh H. Mahbub Djunaidi). Pustaka Jaya: Jakarta

Markham, Felix. 2009. Napoleon: Sang Manusia Hebat Pencipta Sejarah. Ircisod:
Yogyakarta

31

Anda mungkin juga menyukai