Anda di halaman 1dari 2

UNIVERSITAS GADJAH MADA

FAKULTAS ILMU BUDAYA


JURUSAN ARKEOLOGI

KONSEP MANDALA DI ASIA TENGGARA

Mata Kuliah: Arkeologi Asia Tenggara (BDP 1236)


Semester II 2015/2016

Dosen Pengampu:

Dr. Mahirta M.A.


Dwi Pradnyawan S.S, M.A.

Dikerjakan Oleh:

Sandy Maulana Yusuf (15/383876/SA/17983)

Tanggal Akhir Pengumpulan Tugas:

24 Maret 2016

Tugas Diterima Tanggal:

…………………………….
Mandala adalah sebuah istilah yang digunakan beberapa ahli sejarah Barat (terutama O.W.
Walters dan I.W. Mabbett) untuk menghindari kata “Negara” dalam penyebutan sistem
politik kerajaan-kerajaan kuno di wilayah Asia Tenggara. Hal ini dikarenakan perbedaan
mendasar antara makna Negara dalam sisi konvensional dengan sistem politik yang dipakai
pada masa kerajaan-kerajaan kuno tersebut.

Seperti yang kita ketahui, kawasan Negara dalam arti konvensional ditentukan oleh suatu
garis perbatasan yang jelas dan aparat birokrat. Hal ini berbanding terbalik dengan sistem
politik yang diterapkan kerajaan-kerajaan kuno di wilayah Asia Tenggara dimana kesatuan
politik ditentukan oleh pusat atau inti kekuasaan daripada perbatasannya, dan dapat tersusun
atas beberapa unit politik bawahan tanpa integrasi administratif lebih lanjut.Untuk lebih
mudahnya, kita bisa membayangkan sistem ini layaknya sebuah persekutuan beberapa
kerajaan yang dipersatukan oleh kerajaan induk atau kumpulan kerajaan-kerajaan bawahan
(vasal) yang tunduk pada satu pusat kekuasaan.

Pada awalnya, mandala dikenal sebagai kumpulan prinsip hidup yang mengajarkan cara
terbebas dari ilusi dunia (samsara). Kemudian, konsep ini berkembang lebih jauh lagi
menjadi suatu sistem politik yang berkembang di India (dipopulerkan Kautilya). Persebaran
Hindu-Buddha di wilayah Asia Tenggara membuat konsep ini mulai berkembang di daerah
tersebut. Namun menurut (Wolters, 1999:25) konsep Mandala yang ada di Asia Tenggara
mendapat pengaruh yang besar dari Cina. Hal ini dibuktikan dengan kesamaan sistem
pemberian upeti yang dilakukan kerajaan dengan level rendah kepada kerajaan penguasa atau
dalam kasus Cina yaitu dinasti yang berkuasa sebagai salah satu bentuk kepatuhan kepada
kerajaaan atau dinasti penguasa

REFERENSI:

Dellios, R, "Mandala: from sacred origins to sovereign affairs in traditional Southeast Asia"
(2003). CEWCES Research Papers. Paper 8.

Anda mungkin juga menyukai