Anda di halaman 1dari 4

Kumpulan Abstrak Disertasi

Semester Gasal 2008/2009


Pendidikan Bahasa Indonesia (IND)
148 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009

Penggunaan Tindak Tutur Siswa dalam Percakapan di Kelas

Arifin

Abstrak
Penggunaan tuturan siswa dalam percakapan siswa terhadap guru dan terhadap siswa di kelas dapat
dikatakan sebagai penggunaan tindak tutur siswa dalam percakapan di kelas. Karena adanya pengaruh konteks
penggunaannya termasuk norma sosial budaya penuturnya, penggunaan tindak tutur siswa dalam percakapan di
kelas dapat bervariasi, yang ada pada suatu tempat berbeda dengan yang ada di tempat lain, yang ada pada suatu
daerah berbeda dengan yang ada di daerah lain, yang ada pada suatu negara berbeda dengan yang ada di negara
lain. Berdasarkan hal tersebut, kajian terhadap penggunaan tindak tutur siswa dalam percakapan di kelas di SMA
Lab IKIP Singaraja menarik dan perlu dilakukan.
Penelitian ini berupaya menjawab masalah sebagai berikut. Bagaimanakah penggunaan tindak tutur
siswa dalam percakapan di kelas di SMA Lab IKIP Singaraja? Masalah tersebut mencakup hal sebagai berikut.
Bagaimanakah penggunaan bentuk, fungsi, dan strategi penyampaian direktif dan asertif siswa dalam percakapan
di kelas di SMA Lab IKIP Singaraja?
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang tergolong studi kasus tunggal, yang menggunakan
ancangan sosiolinguistik dan pragmatik. Data penelitian terdiri atas dua jenis, yaitu: (1) data tuturan dan (2) data
catatan lapangan. Data tuturan mengandung bentuk, fungsi, dan strategi penyampaian direktif dan asertif. Data
catatan lapangan meliputi catatan lapangan deskriptif dan catatan lapangan reflektif. Data pertama diperoleh
melalui teknik perekaman menggunakan tape recorder dan data kedua diperoleh melalui observasi dan
wawancara. Data dianalisis dengan menggunakan model analisis interaktif. Prosedur analisis data menggunakan
model tersebut melalui empat tahap, yaitu: (1) pengumpulan data, (2) pereduksian data, (3) penyajian data, dan (4)
penyimpulan temuan dan verifikasi. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh temuan penelitian sebagai berikut.
Penggunaan bentuk direktif dan asertif siswa dalam percakapan di kelas berupa tuturan bermodus
deklaratif, interogatif, dan imperatif. Dalam percakapan siswa-guru dan percakapan siswa-siswa, tuturan tersebut
digunakan untuk menyampaikan berbagai kategori fungsi direktif dan asertif sesuai kebutuhan komunikasi
mereka. Bentuk direktif dan asertif yang digunakan untuk menyampaikan berbagai fungsi tindak tutur tersebut
menggunakan BI dengan varian linguistik bervariasi yang memperlihatkan adanya kewajaran dan kesantunan
berbeda-beda. Penggunaan bentuk direktif dan asertif siswa yang demikian itu mencerminkan penggunaan BI
berdasarkan norma sosial budaya dalam percakapan di kelas yang dilatari norma sosial budaya penggunaan BL-
Singaraja. Hal itu berarti bahwa siswa SMA sebagai suatu masyarakat tutur dalam percakapan kelas mempunyai
bentuk direktif dan asertif yang diwujudkan dengan piranti linguistik bervariasi untuk membedakan
hubungan sosial mereka.
Penggunaan fungsi direktif dan asertif siswa dalam percakapan di kelas cukup bervariasi. Dalam
percakapan siswa-guru, penggunaan fungsi direktif siswa berupa: pertanyaan dan permintaan. Dalam percakapan
siswa-siswa, penggunaan fungsi direktif berupa permintaan, pertanyaan, perintah, dan pengizinan. Penggunaan
fungsi asertif siswa, baik dalam percakapan siswa-guru maupun dalam percakapan siswa-siswa berupa
penyampaian laporan, penyampaian pendapat, penerimaan, dan penolakan. Berbagai kategori fungsi direktif dan
asertif tersebut masing-masing diwujudkan dengan tuturan imperatif, deklaratif, atau imperatif yang
diformulasikan menggunakan BI dengan varian linguistik yang bervariasi yang memperlihatkan adanya kewajaran
dan kesantunan berbeda-beda. Penggunaan fungsi direktif dan asertif siswa yang demikian itu mencerminkan
penggunaan BI berdasarkan norma sosial budaya dalam percakapan di kelas yang dilatari norma hubungan sosial
budaya penggunaan BL-Singaraja. Hal itu berarti bahwa siswa SMA sebagai suatu masyarakat tutur dalam
percakapan di kelas mempunyai fungsi direktif dan asertif bervariasi dan mempunyai piranti linguistik dengan
variasi tersendiri untuk menyatakan masing-masing fungsi tindak tutur tersebut.
Penggunaan strategi penyampaian direktif dan asertif siswa berupa strategi langsung dan tidak
langsung. Strategi langsung digunakan untuk menyampaikan berbagai kategori fungsi direktif dan asertif yang
terkait langsung dengan topik pembelajaran. Strategi tidak langsung digunakan untuk menyampaikan berbagai
kategori fungsi direktif dan asertif yang terkait dan tidak terkait langsung dengan topik pembelajaran. Strategi
penyampaian fungsi direktif dan asertif tersebut diwujudkan dengan tuturan dalam berbagai bermodus yang
menggunakan BI dengan varian linguistik bervariasi yang memperlihatkan adanya kewajaran dan kesantunan
berbeda-beda. Penggunaan fungsi direktif dan asertif siswa yang demikian itu mencerminkan penggunaan BI
berdasarkan norma sosial budaya dalam percakapan di kelas yang dilatari norma sosial budaya penggunaan BL-
Singaraja. Hal itu berarti pula bahwa siswa SMA sebagai suatu masyarakat tutur dalam percakapan di kelas
mempunyai strategi penyampaian direktif dan asertif yang diwujudkan dengan piranti linguistik untuk menyatakan
fungsi-fungsi direktif dan asertif mereka dengan gaya kontekstual berbeda-beda.

147
Program Studi S3 IND 149

Berdasarkan uraian tersebut, dapat dirumuskan simpulan sebagai berikut. (a) Siswa SMA sebagai
suatu masyarakat tutur dalam percakapan di kelas mempunyai bentuk direktif dan asertif yang diwujudkan
dengan piranti linguistik bervariasi untuk membedakan hubungan sosial mereka. (b) Siswa SMA sebagai
suatu masyarakat tutur dalam percakapan di kelas mempunyai fungsi direktif dan asertif bervariasi dan
mempunyai piranti linguistik dengan variasi tersendiri untuk mengekspresikan masing-masing fungsi tindak
tutur tersebut. (c) Siswa SMA sebagai suatu masyarakat tutur dalam percakapan di kelas mempunyai strategi
penyampaian direktif dan asertif yang diwujudkan dengan piranti linguistik untuk mengekspresikan fungsi-fungsi
direktif dan asertif mereka dengan gaya kontekstual berbeda-beda.
Sesuai dengan hasil penelitian tersebut, disarankan hal-hal sebagai berikut. Bagi guru, hasil penelitian
ini dapat menjadi acuan untuk merancang aktivitas belajar mengajar yang dapat menumbuhkan dan memelihara
motivasi siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal. Bagi kepala sekolah, temuan penelitian ini
dapat memberi masukan untuk merencanakan dan menciptakan suasana pendidikan dan pengajaran yang kondusif
di sekolah yang dipimpinnya. Bagi peneliti berikutnya, dalam rangka replikasi, jangkauan penelitian ini dapat
diperluas.

Kata kunci: bentuk tindak tutur, fungsi tindak tutur, strategi penyampaian tindak tutur

Pengembangan Model Pe-nilaian Sebaya untuk Meningkatkan Hasil Pembelajaran Menulis


di SMP

Imam Agus Basuki

Abstrak
Penilaian sebaya (PS) merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran bahasa Indonesia di
sekolah, khususnya pembelajaran menulis. Penilaian sebaya menjadi penting karena PS sedang digalakkan
dalam dunia pendidikan seiring dengan berkembangnya orientasi pembelajaran. Orientasi pembelajaran
berubah dari pembelajaran yang berorientasi pada guru menjadi pembelajaran yang berorientasi pada siswa.
Di sisi lain, PS sebagai salah satu basis/teknik dalam pembelajaran menulis belum banyak dikembangkan.
Sejalan dengan uraian di atas, penelitian pengembangan ini, secara umum, bertujuan mengembang-
kan model PS untuk meningkatkan hasil pembelajaran menulis di SMP. Secara rinci tujuan penelitian ini
adalah (1) mengembangkan perangkat PS untuk meningkatkan hasil pembelajaran menulis di SMP dan (2)
mengkaji efektivitas PS dalam pembelajaran menulis di SMP. Perangkat PS yang dikembangkan meliputi (a)
rencana pembelajaran berbasis PS, (b) alat PS, (c) model pembelajaran berbasis PS, dan (d) panduan
pengembangan PS untuk meningkatkan hasil pembelajaran menulis di SMP. Efektivitas PS yang diuji
meliputi (a) pengaruh PS dalam meningkatkan hasil pembelajaran menulis dan (b) perbedaan pengaruh PS
terhadap hasil pembelajaran menulis di SMP.
Untuk mencapai tujuan di atas digunakan desain pengembangan RDR (research, development, and
research) dan R2D2 (recursive, reflective design and development). Penelitian ini dilakukan dengan tiga
tahap, yaitu prapengembangan, pengembangan, dan uji produk. Prapengembangan dilakukan dengan studi
pendahuluan untuk mengumpulkan informasi awal tentang pembelajaran berbasis penilaian sebaya, dan
dengan kolaborasi guru untuk menyusun kesepakatan pengembangan pembelajaran berbasis PS. Tahap
pengembangan dilakukan dengan menyusun empat draf produk. Uji produk dilakukan dengan dua cara, yaitu
uji coba produk (validasi teoretik dan validasi empirik) dan uji eksperimentasi produk. Validasi teoretik
melibatkan ahli (ahli evaluasi menulis, ahli pembelajaran bahasa, dan ahli teknologi pembelajaran) dan
praktisi (guru di tiga sekolah). Uji coba empirik dilakukan dengan teknik uji coba berulang sampai
ditemukannya produk yang mantap, dengan melibatkan guru dan siswa (13 kelas). Uji eksperimentasi produk
dilakukan dengan desain praeksperimen dan kuasieksperimen pada sembilan kelas.
Data hasil uji coba produk berupa data kualitatif, sedangkan data uji eksperimen berupa data
kuantitatif. Analisis data kualitatif dilakukan dengan teknik analisis domain dengan prinsip kritis, kreatif, dan
reflektif, sedangkan data kuantitatif dianalisis menggunakan SPSS 16,0 for windows untuk menguji pengaruh
PS.
Hasil pengembangan ini berupa perangkat PS dalam pembelajaran menulis beserta deskripsi
efektivitasnya. Perangkat PS yang berhasil dikembangkan memiliki kekhasan yang membedakannya dengan
yang lain. Kekhasan RPP terletak pada indikator, materi, dan langkah pembelajaran. Indikator dan materi
pembelajaran ditambah hal yang mengindikasikan adanya PS. Langkah pembelajaran dikemas dengan
menghadirkan kegiatan PS yang meliputi pembahasan kriteria penilaian, praktik menilai karangan sebaya,
150 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009

pembahasan hasil penilaian, dan penyempurnaan karangan. Alat PS yang berhasil dikembangkan berupa
rubrik dan rambu-rambu penilaian yang memungkinkan teman sebaya mudah melakukan penilaian. Model
pembelajaran yang dikembangkan berupa paparan tulis dan rekaman VCD. Paparan tulis model pembelajaran
berupa uraian langkah-langkah yang perlu dilakukan guru dalam melaksanakan pembelajaran menulis
berbasis PS. Rekaman VCD berisi rekaman visual proses pembelajaran menulis berbasis PS, mulai guru
masuk kelas sampai dengan guru meninggalkan kelas. Panduan pengembangan PS berisi uraian teknis yang
membantu guru dalam merancang, mengembangkan, dan melaksanakan PS.
Hasil eksperimen menunjukkan bahwa PS memiliki beberapa keunggulan. Pembelajaran berbasis
PS berpengaruh positif secara signifikan terhadap hasil pembelajaran menulis. Pembelajaran menulis berbasis
PS memiliki pengaruh lebih tinggi secara signifikan terhadap hasil pembelajaran dibandingkan dengan
pembelajaran konvensional. Hasil pembelajaran berbasis PS lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran
berbasis penilaian diri, meskipun perbedaan keduanya tidak signifikan. Pembelajaran berbasis PS mengguna-
kan rambu-rambu tidak memiliki perbedaan pengaruh dibandingkan dengan pembelajaran berbasis PS
menggunakan rubrik. Tinggi rendahnya hasil pembelajaran keduanya tidak konsisten.
Hasil uji coba dan angket siswa juga menunjukkan adanya keunggulan pembelajaran ini. Pembela-
jaran menulis berbasis PS ini menjadikan siswa lebih bergairah dan lebih semangat. Suasana kelas menjadi
lebih hidup karena pembelajaran berfokus pada aktivitas siswa. Siswa melakukan berbagai aktivitas yang
memungkinkan mereka saling berinteraksi dan berkomunikasi. Hasil angket siswa juga menunjukkan bahwa
pembelajaran menulis berbasis PS ini dianggap berguna, menambah wawasan, melatih berkomunikasi,
melatih menerima masukan, melatih menghargai pendapat teman, dan belajar menilai tulisan orang lain. Di
sisi lain, pembelajaran berbasis PS yang terus-menerus juga menimbulkan kebosanan dan ketidakseriusan
siswa.
Sejalan dengan hal tersebut, pembelajaran berbasis PS ini perlu dikembangkan lebih lanjut dan perlu
disosialisasikan kepada pihak terkait, khususnya guru bahasa Indonesia. Guru dapat memanfaatkan produk
ini dalam pembelajaran dan menjadikan PS sebagai salah satu variasi dalam pembelajaran. Sosialisasi produk
penelitian ini sudah dilakukan dengan memasukkannya dalam situs UM (www.um.ac.id) dan memasukkan
model pembelajaran ini ke dalam produk LP3 UM.

Kata kunci: penilaian sebaya, penilaian diri, pembelajaran, menulis, hasil pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai