Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH KESEHATAN JIWA DITENGAH PANDEMI COVID-19

Nurul Wahidah
e-mail: 4190064918nurul.wahidah247@students.unnes.ac.id

Melonjaknya Kasus COVID-19


Meningkatnya kasus virus corona atau disebut dengan COVID-19 hampir dialami seluruh
wilayah di dunia berimba pada segala aspek kesehatan, yaitu salah satunya kesehatan jiwa. Masa
pandemi ini mebuat masalah kesehatan jiwa semakin tinggi dan tentan menyerang orang yang
sehat, maupun orang yang sudah pernah mengalami sakit mental akibat pengaruh emosi, pola
pikir, dan perilaku penderitanya dalam persoalan hidup.
Jumlah kasus virus corona terus meningkat di Indonesia. Data kasus positif COVID-19
mencapai 43.803, dengan 17.349 orang sembuh, dan 2.373 orang meninggal dunia. Beberapa
negara seperti Italia, Filipina, Malaysia, dan yang lainnya sudah menerapkan lockdown terhadap
negaranya. Beberapa provinsi di Indonesia juga turut menerapkan lockdown dan pembatasan
sosial berskala besar (PSBB) untuk menekan penyebaran virus yang dapat menyerang saluran
pernafasan tersebut.
Kondisi pembatasan sosial berskala besar (PSBB) atau social distance dapat memicu
tekanan psikologis karena saat ini masyarakat diliputi kecemasan karena ketidakpastian kapan
pandemi ini segera berakhir. Segala informasi terkait tentang virus corona ini dapat
meningkatkan stress pada beberapa orang sehingga masyarakat mengalami kepanikana membeli
barang kebutuhan pokok (panic buying), serta tidak bebas melakukan rutinitas seperti biasanya.
Merangkum dari berbagai macam sumber, berikut tips untuk mempertahankan kesehatan jiwa
selama pandemi corona masih berlangsung saat ini (Irawati and Munandar 2019).

Hal-Hal yang Dapat Menimbulkan Masalah Kejiwaan di Tengah Pandemi COVID-19


Sejak pandemi corona, pemerintah meminta semua kegiatan atau aktivitas masyarakat
dilakukan di rumah (social distancing dan physical distancing) termasuk menyelasaikan bekerja
dan sekolah demi memutus mata rantai penyebaran virus corona. Himbauan untuk tetap dirumah
bagi masyarakat membuat masyarakat memiliki rasa ingin tahu terhadap informasi yang terjadi
diluar rumah tentang informasi mengenai virus corona seiring dengan meningkatnya jumlah
penderita virus tersebut dan meluasnya daerah jangkaun lokasi yang terpapar. Akibat dari rasa
keingintahuan yang tinggi dan paparan informasi yang berkaitan dengan virus corona berjalan
terus menerus, maka dapat menimbulkan dampak psikis terhadap seseorang, salah satunya adalah
stress. Selain itu, sebagian masyarakat dapat mengalami dampak psikologis selama kondisi
pembatasan sosial atau social distance yang mengakibatkan kecemasan karena ketidakpastian
kapan pandemi ini berakhir.
Selama beberapa bulan anjuran ini diberlakukan, tidak semuanya berdampak baik bahkan
ternyata juga memiliki dampak yang buruk bagi banyak orang dikarenakan stress yang dialami
mereka naik dan rawan mengalami masalah kejiwaan. Salah satu faktor pentingnya adalah rasa
kebosanan dan kecemasan. Rasa cemas ini bisa menjadi pendorong seseorang mengalami
gangguan kesehatan jiwa. Bukan hanya kebosanan saja yang timbul akibat terbatasnya ruang
selama menghadapi pandemi COVID-19 ini, namun adapula kesedihan muncul karena rasa
kekhawatiran yang begitu tinggi. Selain itu, persoalan ekonomi karena menurunnya pendapatan,
mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK), kesulitan berusaha dan sebagainya. Hal ini bisa
saja menimbulkan persoalan kesehatan akibat pandemi COVID-19 yaitu ODMK hingga ODGJ
(Sulistyawati 2020).
Gareth Hugh mengatakan bahwa depresi dan kecemasan di kalangan anak-anak dibawah
17 tahun menjadi lebih umum, sementara di kalangan mahasiswa permintaan untuk konseling
meningkat lebih tajam. Penyebab dibalik peningkatan ini tidak jelas. Samira Shackle dari
Guardian pernah menuliskan penyebab diantaranya adalah dampak dari media sosial, kurang
tidur kibat perangkat elektronik, efek dunia kerja yang tidak pasti, masalah finasial hingga
layanan publik yang terbatas (Harususilo 2020).
Menurut UU Kesehatan Jiwa Nomor 18 tahun 204, orang dengan masalah kejiwaan
(ODMK) adalah orang yang mempunyai masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan dan
perkembangan dan atau kualitas hidup sehingga memiliki resiko mengalami gangguan jiwa.
Sementara, orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) adalah orang yang mengalami gangguan dalam
pikiran, perilaku, dan perasaan yang bermanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan atau
perubahan perilaku yang bermakna serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam
menjalankan fungsi orang sebagai manusia (Daerah 2014).
ODMK adalah orang yang mengalami kekhawatiran atau kecemasan, namun masih dapat
beraktivitas secara normal akan tetapi mengalami perasaan tidak nyaman dan luka batin. Selain
itu, kecemasan secara terus menerus akan menjadi masalah serius jika berlebihan, tidak
terkendali, dan rasional dalam menghadapi virus ini. Kekhawatiran yang berlebihan juga dapat
membuat orang merasa gelisah, poerubahan pola makan dan sulit tidur, merasa lelah, mudah
marah, berkeringat, gemetaran, serta berperilaku tidak berani keluar rumah dan bertemu orang
lain sehingga apabila sudah memiliki ciri-ciri seperti itu statusnya meningkat dari orang dengan
masalah kejiwaan (ODMK) menjadi orang dengan gangguan kejiwaan (ODGJ) (Haris 2020).

Peran Pemerintah dalam Mengatasi Masalah Kesehatan Jiwa


Ditengah pandemi COVID-19, Pemerintah memiliki peran penting dalam mengatasi
masalah ini yang dialami oleh masyarakatnya. Kantor Staff Presiden (KSP) bersama dengan tujuh
lembaga lainnya meluncurka layanan psikologi nasional untuk kesehtan jiwa yang dinamai
dengan “Sejiwa”. Layanan ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan jiwa masyarakat
ditengah pandemi corona. Selain KSP tujuh kementrian dan lembaga yang ikut berkolaborasi
dalam layanan ini antara lain Kementrian Komunikasi dan Informatika, Kementrian
Pemberdayaan Perempuan dan Anak (KPPA), Kementrian Kesehatan, Gugus Tugas Percepatan
Penanganan Covid-19, PT Telkom, Infomedia dan Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi)
(Evandio 2020).
Nursita Tyasutami, penyintas Covid-19 kasus pertama di Indonesia menceritakan, saat
dinyatakan positiv Covid-19 ada tekanan yang luar biasa. Tekanan itu mempengaruhi kekebalan
tubuh yang makin menurun. Ia mengapresiasi upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk
membuka layanan konseling psikologi ini. Layanan Sejiwa ini merupakan tindak lanjut arahan
Presiden Joko Widodo agar layanan psikologi nasional bisa diwujudkan. Layanan ini diberikan
sebagai bentuk nyata negara bahwa negara hadir untuk menjaga warganya, salah satunya untuk
menjaga kesehatan jiwa melalui layanan konseling dan edukasi kepada masyarakat yang
terdampak Covid-19. Layanan ini dapat diakses oleh masyarakat melalui sambungan telepon 119
ext 8. Layanan 119 selama ini juga dikhususkan untuk memberikan pelayanan kesehatan seputar
Covid-19 (Evandio 2020).

Solusi dalam Menghadapi Masalah Kejiwaan di Tengah Pandemi COVID-19


WHO menyarankan beberapa langkah solusi meminimalisir kecemasan yang dapat
mempengaruhi kondisi kejiwaan di saat wabah COVID-19. Cara mengendalikan rasa cemas,
panik yang mengakibatkan stress di tengah pandemi ini, WHO telah merangkum beberapa
penjelasan tentang bagaimana mengendalikan masalah ini, ditambah dengan beberapa sumber
lainnya, yaitu:
1. Berbicaralah dengan orang yang dapat dipercaya, tetap tersambung dengan orang-orang
tercinta disekitar anda. Jika mereka berada jauh dari anda, maka usahakan menelepon tau
melakukan video call pada orang-orang yang anda sayangi.
2. Jika anda harus tetap tinggal dirumah, sebaiknya menjaga gaya hidup sehat termasuk pola
makan, tidur, olahraga yang baik dan hubungan sosial dengan orang-orang terkasih dirumah.
Lakukan cuci tangan lebih sering, setidaknya 20 detik dengan air bersih yang mengalir dan
sabun. Lakukan cuci tangan ini sebelum makan maupun setelah makan atau menyiapkan
makanan, serta sesudah bepergian, bersin, batuk, atau ke toilet.
3. Hindari merokok, minum alkohol atau menggunakan obat-obat yang lainnya untuk mengatasi
perasaan anda. Jika sudah merasa tidak sanggup, sebaiknya menghubungi tenaga kesehatan
atau konselor untuk membuat rencana petugas mana yang dituju dan bagaimana mencara
pertolongan kesehatan fisik dan jiwa jika diperlukan.
4. Dapatkan fakta yang tepat dengan mencari informasi yang akan membantu anda dalam
menentukan secara akurat resiko yang dihadapi sehingga dapat melakukan pencegahan yang
sesuai. Meski beragam informasi tersebut disebar oleh keluarga atau teman, sebaiknya lebih
hati-hati karena tidak menutup kemungkinan bahwa berita yang disebar itu adalah hoaks.
Carilah sumber yang dapat dipercaya seperti situs WHO, situs web resmi COVID-19, dan
Kementrian Kesehatan atau Dinas Kesehatan setempat.
5. Kurangi menonton atau mendengarkan laporan media yang tidak menyenangkan. Kurangi
menonton, membaca atau mendengarkan berita yang membuat anda gelisah dan cemas.
Usahakan mencari berita hanya 1-2 kali dalam sehari dan pada waktu yang spesifik.
Pemberitaan yang mendadak dan hampir terus menerus yang berkaitan dengan wabah akan
membuat orang cemas.
6. Lakukan cara-cara yang membantu anda dalam menangani kesulitan untuk membantu
mengelola emosi dalam situasi sulit menghadapi kejadian wabah saat ini dengan cara
bercerita dan berbagi canda, sehingga perasaan kita akan menjadi tentram. Lakukan kegiatan-
kegiatan yang positif untuk mengalikan diri dari paparan berita dirumah dengan keluarga
seperti berolahraga, bermain musik, mengaji, berkaraoke, berkebun, memasak, membuat kue,
merakit sesuatu, dan lain sebagainya.
7. Selalu berpikir positif dan optimis dengan memikirkan hal-hal yang baik dan menyenangkan
dalam hidup anda.
8. Selama tinggal dirumah, anda juga dapat memperbanyak doa untuk ketenangan diri.
9. Hindari merasa kelelahan dengan istirahat yang cukup. Karena pandemi ini diperkirakan akan
berlanjut dalam beberapa waktu kedepan sehingga penting sekali untuk memiliki waktu
istirahat. Anxiety Inggris menyarankan beberapa langkah untuk mengatasi kecemasan:
- Menerima : Sadari dan terima segala ketidakpastian yang terlintas di pikiran.
- Berhenti sejenak: Jangan bereaksi seperti biasanya. Jangan bereaksi sama sekali. Berhenti
sejenak dan tarik napas.
- Tarik diri: Katakan pada diri anda bahwa ini hanya kekhawatiran anda, dan tidak perlu
mengkhawatirkan hal yang belum terwujud. Ini hanyalah perasaan dan pikiran. Jangan
percaya semua yang anda rasakan karena perasaan bukanlah pernyataan atau fakta.
- Lepaskan: Lepaskan pikiran dan perasaan, karena semua akan berlalu dan tidak perlu
merespons sesaat.
- Jelajahi: Jelajahi apa yang terjadi saat ini, karena saat ini semua baik-baik saja. Rasakan nafas
dan sensasi bernafas. Sadari tanah dibawah kaki anda. Lihat sekeliling dan rasakan. Lalu
alihkan perhatian anda pada hal lain, pada apa yang harus anda kerjakan dan bukan pada apa
yang anda khawatirkan. Lakukan hal yang perlu dengan penuh kesadaran.

SIMPULAN
Pandemi COVID-19 yang saat ini terjadi memiliki dampak yang sangat besar bagi semua
orang. Di masa pandemi ini juga membuat penyakit kejiwaan semakin tinggi dan rentan
menyerang orang sehat, maupun bagi mereka yang pernah mengalami sakit mental karena
disebabkan oleh pikiran. Selain itu, sebagian masyarakat dapat mengalami dampak psikologis
selama pembatasan sosial atau social distance yang mengakibatkan kecemasan karena
ketidakpastian kapan pandemi ini berakhir. Rasa cemas ini bisa menjadi faktor pendorong
seseorang mengalami gangguan kesehatan jiwa. Selain itu, persoalan ekonomi juga dapat
diakibatkan karena menurunnya pendapatan, mengalami pemutusan hubungan kerja, kesulitan
berusaha dan sebagainya.Kecemasan secara terus menerus akan menjadi masalah serius jika
berlebihan, tidak terkendali, dan rasional dalam menghadapi virus ini.

DAFTAR PUSTAKA
Daerah, Pemerintah. 2014. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004.
https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-18-2014-kesehatan-jiwa.
Evandio, Akbar. 2020. “Pemerintah Sediakan Layanan Psikologi Untuk Hadapi Covid-19.”
www.lifestyle.bisnis.com.
https://lifestyle.bisnis.com/read/20200429/106/1234517/pemerintah-sediakan-layanan-
psikologi-untuk-hadapi-covid-19- (June 20, 2020).
Haris, Abdul. 2020. “Ketua Umum PP HIMPSI: Pandemi COVID-19 Juga Berdampak Pada
Kesehatan Jiwa.” www.akurat.co. https://akurat.co/gayahidup/id-1116548-read-ketua-
umum-pp-himpsi-pandemi-covid19-juga-berdampak-pada-kesehatan-jiwa pada 15 Mei 2020
(May 23, 2020).
Harususilo, Yohanes Enggar. 2020. “Kesehatan Mental Mahasiswa Jadi Isu Utama Global, Lalu
Apa Solusinya?” www.kompas.com.
https://edukasi.kompas.com/read/2020/01/11/09554991/kesehatan-mental-mahasiswa-jadi-
isu-utama-global-lalu-apa-solusinya?page=all (June 19, 2020).
Irawati, Kellyana, and Arif Munandar. 2019. “RESIKO KESEHATAN MENTAL PADA
ORANG DALAM PEMANTAUAN ( ODP ) CORONA :”
Sulistyawati, Rr Laeny. 2020. “Pandemi Corona Bisa Timbulkan Masalah Kesehatan Jiwa.”
www.republika.co.id. https://republika.co.id/berita/qabh2z428/pandemi-corona-bisa-
timbulkan-masalah-kesehatan-jiwanbsp (May 23, 2020).
Biodata Diri

Perkenalkan nama saya Nurul Wahidah. Lahir di Berau,


Kalimantan Timur pada tanggal 24 Juli 2001. Saya adalah anak
pertama dari enam bersaudara. Saya memulai pendidikan mulai
dari TK Anisa pada tahun 2005. Pada tahun 2007, saya
menempuh pendidikan di SDN 016 Tanjung Redeb dan lulus
dari sek0lah dasar pada tahun 2013. Saya melanjutkan
pendidikan sekolah menengah pertama di SMPN 1 Berau dan
lulus pada tahun 2016. Setelah lulus di bangku SMP, saya
melanjutkan pendidikan di SMAN 4 Berau dan lulus pada tahun 2019. Saat ini saya menempuh
pendidikan di Universitas Negeri Semarang, yaitu di Prodi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn). Hobi saya adalah memasak dan travelling. Saya memiliki cita-cita
seorang guru/dosen dan pengusaha. Harapan saya adalah membanggakan kedua orang tua saya
dan saudara saya yang telah memberikan dukungan moril dan moral, nasehat. Selain itu harapan
saya semoga saya bisa menjadi manusia yang bermanfaat dan memiliki rasa peduli kepada
sesama.

Anda mungkin juga menyukai