Disusun Oleh :
Fahrurrozi
Ratmini
Puji syukur kami panjatkan khadirat Allah SWT sebab atas rahmat dan karunia-Nya
kamibisa mentata dan menyelesaikan makalah ini. Sholawat dan salam semoga tetap tercurah
kepada Nabi Besar Muhammad SAW. Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada bapak
Hasanul Muttaqian S,Pd.I M,Pd.I Selaku dosen pengampu mata kuliah Pedoman Agama Islam
yang senantiasa memimbing kami dalam menyelesaikan tugas makalh ini.
Makalah yang berjudul “Konsep Dan Prinsip Sosial, Politik, Pemerintahan Dalam Islam
Tentang Demokrasi Dan Ham, Kontribusi Umat Islam Dalam Perpolitikan Nasional” ini disusun
untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Pedoman Agama Islam dan Apabila ada sejumlah
kekeliran yang ada pada makalah ini, izinkan kami mengucapkan permohonan maaf. karena,
makalah ini tiada sempurna dan masih memiliki banyak kekurangan. Kami juga berharap
pembaca bisa memberikan kritik dan sarannya kepada kami.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca untuk menambah wawasan, ilmu
pengetahuan, dan menjadi acuan untuk menulis makalah lainnya.
Kelmpok 9
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………1
A. Latar Belakang…………………………...……………………………………….…..1
B. Tujuan Pembahasan…………………………………………………………….…....1
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………….2
A. Kesimpulan……………….………………………………………………………….8
B. Daftar Pustaka…………….………………………………………………………..9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam merupakan pandangan hidup bagi umat muslim yang komprehensif, tidak
ada yang menjadi alasan mengapa politik dan Islam merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisah. Akan tetapi, pertentangan politik dalam perspektif Islam disertai dengan
keterlibatan para tokoh ulama dan aktivis Islam lainnya masih menjadi pro-kontra di
kalangan masyarakat hingga saat Ini. Jika ditinjau dari sisi positifnya, eksistensi ulama
dalam politik berpengaruh terhadap jalannya politik Islam dari waktu ke waktu, sikap
kepemimpinan, demokrasi, dan hak asasi manusia yang telah hadir semenjak era
kenabian.
Dalam konteks yang lebih luas, demokrasi didefinisikan sebagai sebuah paham
dalam mewujudkan kedaulatan rakyat, dimana kekuasaan yang sesungguhnya adalah
milik rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Kehadiran akivis Islam dalam berbagai
peristiwa yang terjadi dalam berdemokrasi melatarbelakangi kehadiran warna baru
demokrasi di Indonesia. Islam dan demokrasi tidak memilki keterikatan dari segala
aspek. Hal tersebut melatarbelakangi bahwa membandingkan antara Islam dan demokrasi
tidaklah tepat.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian dari politik dan demokrasi?
2. Bagaimana sistem demokrasi diIndonesia menurut dari perspektif Islam?
3. Bagaimana kontribusi umat islam terhadap kehidupan politik diIndonesia?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari politik dan demokrasi
2. Untuk mengetahui sistem demokrasi diindonesia menurut perspektif Islam
3. Untuk mengetahui kontribusi umat islam terhadap kehidupan politik diindonesia
BAB II
PEMBAHASAN
Terjadi silang pandangan kaum muslimin dalam masalah demokrasi, dan secara
umum ada tiga pandangan yang sangat kontradiktif pertama yang memandang demokrasi
sebagai sesuatu kekufuran mutlak muncul di tahun tahun terakhir ini berbagai macam
tulisan buku, majalah, makalah yang mengkafirkan demokrasi dan seluruh yang terlibat
dalam demokrasi secara mutlak, baik menjadikan demokrasi sebagai idiologi atau
menjadikan demokrasi sebagai stategi, berikut ini saya paparkan apa yang diungkapkan
oleh para penulis aktifis tersebut disertai argumen mereka.
Kedua karena demokrasi adalah kekuasaan rakyat atau berkuasanya thaghut
berdasarkan Undang undang bukan berdasarkan syari’at Allah. Ketiga sesungguhnya
demokrasi merupakan buah dari sekularisme dan anak yang tidak syah. Ini karena
sekularisme adalah idiologi kafir yang bertujuan menyingkirkan diri dari kehidupan, atau
memisahkan diri dari Negara dan kekuasaan, sedangkan demokrasi adalah kekuasaan
rakyat atau kekuasaan thaghut.
Masyarakat Islam lainnya menerima adanya hubungan antara Islam dan demokrasi,
tetapi dengan memberikan catatan kritis. Mereka tidak sepenuhnya menerima dan tidak
seutuhnya menolak hubungan antara Islam dan demokrasi. Bahkan, ada beberapa
intelektual Muslim Indonesia yang berusaha mengembangkan sintesis hubungan antara
Islam dan demokrasi. Hubung antara Islam dan demokrasi dalam perspektif kelompok
ini.
C. Kontribusi umat Islam terhadap kehidupan politik di Indonesia
Islam bukan hanya agama namun bisa dikategorikan sebagai ideologi yang sudah
lama dibangun dan menjadi prinsip hidup manusia khususnya umat muslim, karena
didalamnya mencakup aturan-aturan yang berhubungan dengan kehidupan manusia.
Didalam islam terdapat aturan, undang-undang dan budaya yang menjadi pedoman utama
tata kehidupan umat muslim secara keseluruhan, mulai dari hal-hal yang bersifat individu
hingga urusan sosial masyarakat secara luas. Sesuai dengan namanya, Islam adalah
keselamatan, kedamaian keselarasan dan kesejahteraan yang dibangun atas dasar
ketaatan. Islam hanya akan menjadi konsep belaka apabila tidak dibarengi dengan
integralitas dan perfeksitas Islam oleh para pemeluknya yang memiliki keimanan tersebut
(Novi Rizka Amalia, 2017).
Islam sebagai sebuah ajaran yang mencakup persoalan spiritual dan politik telah
memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap kehidupan politik di Indonesia.
Pertama, ditandai dengan munculnya partai-partai berasaskan Islam serta partai nasionalis
berbasis umat Islam dan kedua, ditandai dengan sikap pro-aktifnya tokoh-tokoh politik
Islam dan umat Islam terhadap keutuhan negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),
sejak proses awal kemerdekaan, hingga era reformasi saat ini. Berkaitan dengan keutuhan
negara, misalnya, Muhammad Natsir pernah menyerukan umat Islam agar tidak
mempertentangkan Pancasila dengan Islam.Dalam pandangan Islam, perumusan
Pancasila bukan merupakan suatu yang bertentangan dengan ajaran Al-Qur’an, karena
nilai-nilai yang terdapat dalam pancasila juga merupakan bagian dari nilai-nilai yang
terdapat dalam Al-Qur’an.Dengan alasan keutuhan dan persatuan bangsa, umat Islam rela
menghilangkan tujuh kata dari sila ke satu dari Pancasila, yaitu kata-kata “Dengan
kewajiban melaksanakan syariat Islam bagi para pemeluknya”. Namun sebagian umat
Islam menyesalkan dan merasa kecolongan dilepaskannya tujuh kata tersebut. (Rois
Mahfud, 2011).
Perdebatan antara yang mengusulkan, menolak dan menerima tujuh kata dalam
rancangan teks UU tersebut merupakan gambaran peta ideologis umat Islam pada masa-
masa awal. Dari kalangan Islam di tim sembilan perumus UU, terpetakan ke beberapa
kelompok Islam, yakni modernis, tradisional, fundamentalis dan nasionalis. Perdebatan
antara menolak dan menerima memerlihatkan bagaimana ideologi organisasi memberikan
pengaruh dalam perumusan sebuah ideologi negara.
A. Kesimpulan
Politik dan demokrasi merupakan sistem kepemerintahan yang banyak digunakan
di negara-negara yang ada didunia. Kedua hal tersebut berasal dari dunia barat dan
akhirnya menyebar keseluruh dunia. Tersebarnya politik dan demokrasi menimbulakan
keberagam yang berbeda disetiap negaranya. Dinegara bercorak islam meskipun sebagian
masyarakat yang ada kontra terhadap sistem tersebut, faktanya banyak masyarakat yang
justru mendukung sistem tersebut dengan catatan bahwa hukum tersebut telah
disesuaikan dengan ajaran agama dan berpedoman terhadap kitab suci Al-Qur’an dan
hadis Nabi.
Adapun hak asasi manusia merupakan satu-satunya yang tidak dapat ditolak oleh
kedua belah pihak. Dengan adanya Al-Qur’an sebagai pedoman, islam menghadirkan hak
asasi manusia yang lebih rasional dan dapat menerapkan politik, demokrasi, dan hak asasi
manusia sangat diaharuskan bepedoman pada Al-Qur’an dan hadist Nabi.
B. Saran
Dengan ditulisnya makalah ini, maka penulis berharap agar setiap pembaca
mendapatkan ilmu yang bermanfaat, bagi agama maupun Negara dan semoga makalah ini
dapat menjadi pelajaran dan motivasi bagi kita semua
DAFTAR PUSTAKA
Faisal Reza, S (2019) Politik dalam Perspektif Islam. Jakarta: Cipta Jaya
Yefri. (2005). Hak Asasi Manusia dalam Perspektik Hukum Islam. Bandung:Mizan
Dahl Robert A. (1992), Demokrasi dan para Pengeritiknya. Jakarta: Ichtihar Baru van Hoeve