Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Islam hadir sebagai agama yang membincangkan banyak hal, salah satu di antara pokok
pembicaraan yang penting ialah politik. Meskipun Islam bicara politik, namun Islam sendiri tidak
secara eksplisit menyebutkan bentuk sistem politik yang ideal. Dalam konteks ini, wacana tentang
rumusan politik yang ideal menjadi urgensi tersendiri di dalam tubuh umat Islam itu sendiri,
terkhusus di hadapan peradaban Barat yang, bisa dibilang, telah menggempur umat Islam dengan
kebudayaannya (karena dunia Islam itu sendiri sedang mengalami keterpurukan). Di tengah
kondisi itulah Fazlur Rahman hadir sebagai pemikir Islam yang mencoba menghadirkan konsep
politik Islam yang “ideal”. Penelitian ini akan berkisar di tema berkenaan dengan Konsep Politik
Islam Menurut Fazlur Rahman. Penelitian ini didasarkan pada metode analitis-deskriptif yang
didasarkan pada penelitian pustaka. Adapun hasil penelitian ini adalah: pertama, bahwa Islam tidak
menyebutkan secara eksplisit sistem politik Islam yang ideal. Kedua, Fazlur Rahman sendiri dalam
lanskap tipologi politik masuk ke dalam tipologi moderat. Meskipun ia menolak formasi negara
Islam, ia masih menegaskan bahwa asas-asas Islam substantif mesti diterapkan dalam sistem
negara. Ketiga, Fazlur Rahman menegaskan bahwa negara mesti didasarkan pada pola syura, yang
terdiri dari dewan legislatif dan eksekutif. 1
Sejarah politik dalam Islam dalam pembahasannya tentunya harus merujuk pada teks-teks Al-
Qur’an (nash) karena di dalamnya terdapat sejumlah unsur-unsur politik berupa keadilan,
musyawarah, toleransi, hak-hak dan kewajiban, amar ma’rufi dan nahi munkar, kejujuran, serta
penegakkan hukum. Selain itu, praktik politik Rasulullah SAW juga dapat menjadi sunnah dalam
penyelenggaraan pemerintahan Islam. Dua sumber normatif ini menjadi dokumen yang
menyajikan bagaimana Nabi dan Khulafa’ Ar-Rasyidin melakukan politik pemerintahan di dalam
sejarah Islam. Masalah politik termasuk salah satu bidang studi yang menarik perhatian
masyarakat pada umumnya. Hal ini antara lain disebabkan karena masalah politik selalu
mempengaruhi kehidupan masyarakat. Masyarakat yang tertib, aman, damai, Sejahtera lahir batin,
dan seterusnya tidak bisa dilepaskan dari sistem politik yang diterapkan. Pada masa sekarang ini,
perkembangan ilmu politik semakin maju. Hal ini membuktikan bahwa politik merupakan salah
satu unsur yang penting dalam kehidupan manusia.2
Politik pada dasarnya merupakan suatu fenomena yang berkaitan dengan manusia yang selalu
hidup bermasyarakat, karena itulah politik selalu merupakan gejala yang mewujudkan diri manusia

1 Riky, Yudha, 2018. JAQFI: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam, Vol. 3, No. 2, hlm : 35-54.
2 Ayi Sofyan, Etika Politik Islam. (Bandung : CV Pustaka Setia, 2012). hlm : 15-16.
dalam rangka proses perkembangannya. Manusia adalah inti utama dari politik, maka apapun
alasannya pengamatan atau telaah politik tidak begitu saja meninggalkan faktor manusia. 3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Politik
Politik berasal dari bahasa Yunani yaitu polis yang artinya negara. Dalam arti luas, politik
adalah suatu aktivitas yang dibuat, dipelihara, dan di gunakan untuk masyarakat untuk
menegakkan peraturan yang ada di dalam masyarakat itu sendiri.
Menurut Miriam Budiarjo (2012 : 16) politik adalah kegiatan yang menyangkut cara
bagaimana suatu kelompok-kelompok mencapai keputusan-keputusan yang bersifat kolektif dan
mengikat melalui usaha untuk mendamaikan perbedaan-perbedaan diantara anggota-anggotanya.
Menurut Joyce Mitchell (2014 : 15) politik adalah pengambilan keputusan politik atau
pembuatan kebijaksanaan umum untuk Masyarakat seluruhnya.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa politik adalah suatu
kegiatan atau cara untuk mendapatkan kekuasaan untuk memimpin dalam masyarakat dan
masyarakatikut andil dalam setiap pengambilan keputusan dan kebijakan dalam memilih
pemimpinnya.
Secara spesifik politik diartikan sebagai pengetahuan mengenai ketatanegaraan (sistem
pemerintahan) atau segala urusan dan tindakan (kebijakan, siasat) mengenai pemerintahan negara
atau dapat pula diartikan sebagai cara bertindak dalam menghadapi dan menangani suatu masalah.
4
Loren Bagus pun ikut menjelaskan beberapa pengertian politik atau politikos (Yunani), yang
antara lain adalah perkara yang berkaitan dengan mengelola, mengarahkan dan menyelenggarakan
kebijaksanaan umum atau kebijaksanaan yang menyangkut partai-partai politik yang berperan
dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.5
Politik tidak bisa dipisahkan oleh dua aspek yaitu konflik dan kerja sama. Dalam sebuah
peraturan, bisa saja ada pihak yang tidak dapat menerima peraturan yang telah di tetapkan.
Mungkin mereka memiliki perbedaan pendapat, perbedaan kepentingan dan ketidakcocokan
tentang aturan itu sendiri. Hal seperti itu bisa menimbulkan sebuah konflik. Di sisi lain, dalam
membuat atau menjalani sebuah aturan, seseorang membutuhkan orang lain agar mendapat tujuan

3
Abdulkadir B. Nambo dan Rusdiyanto, 2005. Memahami Tentang Beberapa Konsep Politik. Jurnal Mimbar Vol. XXI, hlm :
262-285.
4
Lukman, Ali, dkk., 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (Balai Pustaka, Jakarta),
hlm : 780.
5
Loren, Bagus, 2000. Kamus Filsafat, (Gramedia Pustaka Utama, Jakarta), hlm : 857.
yang mereka inginkan. Oleh sebab itu, muncullah keinginan untuk bekerja sama sehingga konflik
dan kerja sama tersebut merupakan hal yang tidak terlepas dari politik. Tetapi bagaimanapun juga,
politik seharusnya digunakan untuk menyelesaikan sebuah masalah daripada untuk mencapai
suatu tujuan dari suatu golongan tertentu6.
Berdasarkan definisi secara terminology dan etimologi, maka dapat disimpulkan secara
istilah yang dimaksud dengan politik adalah mengatur, memimpin dan mengendalikan sebuah
negara beserta warganya dari segala aspek secara bijaksana, sedangkan politik islam adalah
mengatur, memimpin dan mengendalikan suatu negara beserta warganya dari segala aspek secara
bijaksana berdasarkan ajaran islam untuk kesejahteraan umat manusia.

B. Prinsip-Prinsip Politik dan Budaya Islam


Politik adalah aspek penting dalam kehidupan manusia yang mempengaruhi tatanan sosial,
ekonomi, dan budaya suatu masyarakat. Islam, sebagai agama yang komprehensif, memiliki
pandangan tersendiri mengenai politik yang tercermin dalam ajarannya. Prinsip-prinsip politik
islam yakni :
1. Tauhid: Pemahaman tentang Kebesaran Allah
Dasar pertama dalam politik Islam adalah konsep tauhid, yaitu keyakinan akan keesaan
Allah. Dalam Islam, semua keputusan politik dan tindakan harus berdasarkan pemahaman
bahwa Allah adalah satu-satunya yang memiliki otoritas tertinggi. Ini mengingatkan
pemimpin, dan pemerintah bahwa mereka adalah hamba Allah dan harus bertanggung jawab
atas tindakan mereka kepada-Nya.
2. Keadilan Sosial: Prinsip Kesetaraan
Islam menekankan pentingnya keadilan sosial dan kesetaraan di dalam masyarakat. Prinsip ini
mencakup distribusi sumber daya yang adil, perlindungan hak asasi manusia, dan penanggulangan
kemiskinan serta ketidaksetaraan.
Rasulullah Muhammad SAW bersabda, "Kekuasaan itu akan menjadi beban pada hari kiamat,
kecuali bagi pemimpin yang adil dan orang yang bertanggung jawab yang melaksanakan
keadilan”.
3. Konsultasi (Shura): Partisipasi Masyarakat dalam Pengambilan Keputusan
Konsep konsultasi (shura) dalam Islam adalah suatu prinsip penting dalam politik. Ini berarti
pemimpin harus mendengarkan pandangan, dan pendapat rakyatnya sebelum mengambil

6Badan Kesatuan Bangsa dan Politik, 2019. Pengertian dan Fungsi Partai Politik.
https://lamongankab.go.id/beranda/bakesbang/post/9439#:~:text=Politik%20tidak%20bisa%20dipisahkan%20oleh,peraturan%20
yang%20telah%20di%20tetapkan.
keputusan penting. Shura mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pembuatan kebijakan dan
pengambilan keputusan yang memengaruhi kehidupan mereka.
4. Akuntabilitas: Pertanggungjawaban Pemimpin
Islam mengajarkan bahwa pemimpin dan pemerintah harus akuntabel, atas tindakan dan
kebijakan mereka. Mereka akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT di akhirat. Oleh
karena itu, integritas, transparansi, dan pencegahan korupsi harus menjadi bagian integral dari
pemerintahan Islam.
5. 5. Hukum Islam (Syariah): Panduan dalam Kehidupan Sosial dan Politik
Hukum Islam, atau syariah, adalah kerangka hukum dan etika yang mengatur kehidupan dalam
semua aspeknya, termasuk politik. Ini mencakup panduan tentang bagaimana menjalankan
pemerintahan, kebijakan ekonomi, dan hukum pidana. Namun, penting untuk dicatat bahwa,
implementasi syariah dapat bervariasi antara berbagai negara dan budaya.
6. Perdamaian dan Diplomasi: Penyelesaian Konflik
Islam mendukung perdamaian dan penyelesaian konflik melalui dialog dan diplomasi.
Rasulullah Muhammad saw. menganjurkan untuk menghindari konflik, dan berusaha mencapai
perdamaian di antara pihak-pihak yang berselisih.
7. Perlindungan Hak Asasi Manusia: Kehormatan dan Keadilan
Islam menghormati hak asasi manusia, termasuk hak atas kebebasan beragama, ekspresi, dan
hak-hak dasar lainnya. Prinsip-prinsip ini harus dihormati oleh pemerintah, dan semua individu
dalam masyarakat Islam.7
Politik dalam Islam didasarkan pada prinsip-prinsip seperti tauhid, keadilan sosial, konsultasi,
akuntabilitas, syariah, perdamaian, dan perlindungan hak asasi manusia. Ini adalah pandangan
yang menciptakan dasar, bagi sistem politik yang adil dan berkeadilan dalam kerangka nilai-nilai
Islam. Meskipun interpretasi dan implementasi dapat berbeda, prinsip-prinsip ini tetap menjadi
landasan penting dalam politik Islam.

C. Aspek Politik Islam


Aspek politik dari Islam berasal dari Qur'an, dan Sunnah (ucapan dan perilaku Nabi
Muhammad SAW) dan sejarah muslim. Konsep politik tradisional dalam Islam antara lain
kepemimpinan oleh penerus Nabi, yang disebut sebagai Kalifah (Imam dalam Syiah); pentingnya
mengikuti hukum Syariah; kewajiban bagi pemimpin untuk berkonsultasi dengan

7
Hotim, Purmanudin, 2018. Politik Menurut Pandangan Islam : Konsep dan Prinsip.
https://www.kompasiana.com/hotim16665/652287bcee794a42f871eb82/politik-menurut-pandangan-islam-konsep-dan-
prinsip?page=all#section1.
dewan Syura dalam memerintah negara; dan kewajiban menggulingkan pemimpin yang tidak
adil.8

8Abu, Hamid al-Ghazali, dikutip dalam Mortimer, Edward, Faith and Power: The Politics of Islam, Vintage Books, 1982, hlm :
37.

Anda mungkin juga menyukai