PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, yang menjadi tujuan dari pembuatan
makalah ini adalah:
1. Memahami tentang sistem politik Islam
2. Mengetahui ruang lingkup beserta dasar pembentuk sistem politik Islam
3. Mengetahui hubungan antara Islam dan politik
4. Mengetahui prinsip-prinsip dalam pemerintahan Islam
5. Mengetahui nilai-nilai dasar politik dalam Islam
6. Memahami tentang demokrasi dan syuro
7. Mengetahui kontribusi umat Islam terhadap implementasi politik Islami
di Indonesia
8. Mengetahui kedudukan Islam terhadap penegakkan HAM
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Politik jika dilihat dari sisi yang buruk, bisa membuat masyarakat
memberikan kesimpulan bahwa politik tersebut itu kejam dan para
politikus oleh masyarakat dianggap sebagai ahli tipu muslihat yang sangat
kental dengan perbuatan makar, dusta, dan licik. Namun, bila dilihat dari
sudut pandang yang berbeda, ada pula politik yang syar’i. Bahkan hal
tersebut salah satu cabang dari suatu syartiat Islam yang mulia seperti yang
dikatakan oleh Ibnu Qayyim dalam sebuah kitabnya, yaitu I’lamul
Muwaqqi’in. Dalam khazanah ilmu-ilmu Islam, politik yang syar’i disebut
sebagai as-siyasah asy-syariyah.
4
B. Ruang Lingkup dan Dasar Pembentukan Sistem Politik dalam Islam
Dalam ilmu Fiqih, ada satu bagian pokok yang membicarakan tentang
masalah perpolitikan, yaitu Fiqh al-Siyasah. Menurut Prof. Dr. H. Ahmad
Sukarja, SH., MA., Fiqh Siyasah adalah ilmu tata negara, yang
membicarakan tentang seluk-beluk kenegaraan dalam rangka mewujudkan
kemaslahatan umat manusia sesuai dengan tuntunan syariat. Kata atau
istilah lain yang semakna dengan itu adalah Siyasah Syar’iyah, al-Ahkam
al-Sulthaniyah dan al-Khilafah.
Pada prinsipnya, ada empat hal pokok yang dibicarakan dalam Fiqh
Siyasah, yakni:
Dari penjelasan di atas dapat kita ketahui bahwa bidang politik adalah
salah satu bidang yang secara serius dibicarakan dalam Islam, yang berarti
juga dianggap sebagai bidang yang cukup penting, seperti kalam, fiqh
(pada umumnya), tafsir, hadist, dan sebagainya. Terdapat pula ruang
lingkup (Siyasah Islamiyah) dalam pembahasan sistem politik Islam ,
meliputi:
5
3) Siyasah Maliyah, mengatur tentang pemasukan, pengelolaan, dan
pengeluaran uang milik negara.
Agama Islam telah mengatur masalah politik yang bersumber dari Al-
Quran dan Hadist, oleh karena itu bagi umat Islam ruang untuk
memproduksi hukum harus tetap berpegangan dengan dasar-dasar
fundamental, seperti Al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber ajaran utama
dan pertama agama Islam mengandung ajaran nilai-nilai dasar yang harus
di aplikasikan dalam pengembangan sistem politik Islam. Adapun pilar-
pilar dasar dalam pembentukannya, yaitu:
Selain pilar dasarnya, sistem politik Islam juga memiliki prinsip pada
penggunaan kekuasaan politiknya, yaitu perintah menunaikan amanah,
perintah berlaku adil dalam menetapkan hukum, perintah taat kepada
Allah, Rasul, dan Ulul Amri (pemimpin), serta perintah kembali kepada
Al-Qur’an dan Sunah.
6
C. Hubungan antara Islam dan Politik
7
luas dan menutup kontribusi Islam terhadap politik secara umum. Sering
dilupakan bahwa Islam dapat menjadi sumber inspirasi kultural dan politik.
8
Prinsip pemerintahan yang dikandung ialah:
1) Prinsip kedaulatan
2) Prinsip keadilan
3) Prinsip musyawarah dan Ijma’
4) Prinsip persamaan
5) Prinsip hak dan kewajiban negara dan rakyat
6) Prinsip amar ma’ruf nahi munkar.
a. Prinsip Kedaulatan
b. Prinsip Keadilan
c. Prinsip Musyawarah
9
d. Prinsip Persamaan
Hak dan kewajiban dalam bernegara juga diatur seperti bagaimana kita
harus bersikap dalam politik dan sebagainya. Di dalam Al-Qur’an
dikatakan jika kita berlainan pendapat (berselisih pendapat) kita berhak
mengoreksinya dengan mengembalikannya kepada Al-Qur’an dan
Hadits.
10
E. Nilai-nilai Dasar Politik dalam Islam
Agama Islam telah mengatur masalah politik yang bersumber dari Al-
Quran dan Hadist, oleh karena itu bagi umat Islam harus berpegang kepada
nilai-niali dasar yang berasal dari Al-Qur’an dan Hadits dan harus
diaplikasikan dalam pengembangan sistem politik Islam.
a. Nilai Dasar dari Al-Qur’an
11
Surah Ali ‘Imran ayat 159
ِ ظ ْالقَ ْل
ب ًّ َت ف
َ ظا َغ ِلي َ ت لَ ُه ْم ۖ َولَ ْو ُك ْن
َ َّللاِ ِل ْن
َّ َفَ ِب َما َر ْح َم ٍة ِمن
ْف َع ْن ُه ْم َوا ْست َ ْغ ِف ْر لَ ُه ْم َوشَا ِو ْرهُ ْم فِي
ُ ََل ْنفَضُّوا ِم ْن َح ْو ِل َك ۖ فَاع
ََّللاَ يُ ِحبُّ ْال ُمت َ َو ِك ِلين َ ْاْل َ ْم ِر ۖ فَإِذَا َعزَ ْم
َّ ت فَت َ َو َّك ْل َعلَى
َّ َّللاِ ۚ ِإ َّن
Artinya:
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah
lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi
berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.
Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka,
dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian
apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya.
12
4) Kemestian mentaati Allah dan Rasulullah, dan uli al-Amr (pemegang
kekuasaan), sebagaimana difirmankan dalam Surah An-Nisa’ ayat 59:
سو َل َوأُو ِلي ْاْل َ ْم ِر ُ الرَّ َّللاَ َوأ َ ِطيعُوا َّ يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا أ َ ِطيعُوا
سو ِل ِإ ْن ُك ْنت ُ ْم ُ الر َّ َيءٍ فَ ُردُّوهُ ِإ َلى
َّ َّللاِ َو ْ ِم ْن ُك ْم ۖ فَإ ِ ْن تَنَازَ ْعت ُ ْم ِفي ش
يَل َ اَّللِ َو ْاليَ ْو ِم ْاْل ِخ ِر ۚ َٰذَ ِل َك َخي ٌْر َوأ َ ْح
ً س ُن تَأ ْ ِو َّ تُؤْ ِمنُونَ ِب
Artinya:
13
6) Kemestian mempertahankan kadaulatan negara dan larangan
melakukan agresi dan invasi, sebagaimana difirmankan dalam Surah
Al-Baqarah ayat 190:
14
Artinya:
Artinya:
شعُوبًا ُ اس إِنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن ذَ َك ٍر َوأ ُ ْنث َ َٰى َو َجعَ ْلنَا ُك ْمُ َّيَا أَيُّ َها الن
َّ َّللاِ أَتْقَا ُك ْم ۚ إِ َّن
َّللاَ َع ِلي ٌم َّ َارفُوا ۚ ِإ َّن أ َ ْك َر َم ُك ْم ِع ْند
َ َوقَ َبا ِئ َل ِلت َ َع
ٌ َخ ِب
ير
15
Artinya:
Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-
Nya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka
adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya
harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara
kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa
yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.
16
12) Keharusan mengikuti prinsip-prinsip pelaksanaan hukum, dalam hal:
Berangsur-angsur (al-tadarruj)
Istilah demokrasi berasal dari dua kata, yaitu “demos” yang berarti
rakyat dan “kratia” yang berarti pemerintah. Demokrasi dapat diartikan
sebagai pemerintahan yang diuruskan oleh rakyat dalam sesuatu
masyarakat.
17
5) Jabatan serta tugas pemerintah dipegang oleh pegawai yang dilantik
berdasarkan kelayakan dari semua golongan rakyat.
6) Dalam system demokrasi kedaulatan berada di tangan rakyat
7) Adanya kebebasan berbicara agar masyarakat dapat mengekspresikan
kehendaknya secara terbuka dan tanpa Batasan atau tekanan kepada
pemerintah.
8) Masyarakat demokratis bebas memeluk agama apa pun, berpindah-
pindah agama, bahkan tidak beragama sekalipun, bebas mengeluarkan
pendapat, bebas pula memiliki segala sesuatu yang ada di muka bumi.
Harta dapat diperoleh dari segala sumber, baik dengan berdagang
ataupun dengan berjudi dan korupsi.
9) Sistem pemilihan yang bebas (free elections), di mana rakyat secara
teratur, menurut prosedur-prosedur konstitusional yang benar,
memilih orang-orang yang mereka percayai untuk menangani urusan-
urusan pemerintahan.
10) Pengakuan terhadap pemerintahan mayoritas (majority rule) dan hak-
hak minoritas (minority rights).
11) Partai-partai politik dalam sistem yang demokratis memainkan
peranan penting. Dengan partai politik, sebagai alat, rakyat dengan
bebas bersatu pikiran menurut dasar keyakinan mereka tentang
bagaimana caranya meraih penghidupan yang layak bagi diri,
keluarga, dan keturunan mereka sendiri.
12) Pemisahan antara legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
13) Otoritas konstitusional (constitutional authority) adalah otoritas
tertinggi bagi validitas setiap undang-undang dan aturan pelaksana apa
pun. Otoritas konstitusional berarti supremasi aturan hukum (rule of
law).
14) Kebebasan berbuat (freedom of action) bagi setiap individu ataupun
kelompok, asal tidak melanggar kepentingan umum.
18
b. Syuro
Prinsip Syuro
19
5) Prinsip kelima adalah praktik (amalan) Khulafaur Rasyidin, seperti
pada zaman pemerintahan Abu Bakar r.a. budaya syura senantiasa
berjalan dalam usaha pengukuhan sistem politik umat Islam. Abu
Bakar r.a., misalnya, sering mengadakan pertemuan untuk
berbicara dalam beberapa hal penting dengan para sahabat dari
golongan Muhajirin dan Anshar
20
5) Syura berasaskan syariat Islam, sedangkan demokrasi menolak
syariat Islam dan menuduhnya lemah, bahkan tidak cocok untuk
berbagai lapisan masyarakat.
6) Syura datang ketika datangnya Islam.
7) Adapun demokrasi tidak datang kecuali pada zaman-zaman
terakhir ini yaitu pada abad ke-13 dan 14 H.
8) Demokrasi maknanya adalah “hukum rakyat untuk rakyat”.
Adapun syura ia adalah musyawarah. Maka tidak ada padanya
pembuatan hukum-hukum baru yang tidak memiliki dasar secara
global maupun rinci. Hanya saja padanya ta’awun kerja sama
dalam memahami kebenaran dan menerapkan kebenaran.
21
G. Kontribusi Umat Islam terhadap Implementasi Politik Islami di Indonesia
22
Namun, format tersebut hanya bertahan selama 57 hari karena adanya
protes dari kaum umat beragama lainnya. Kemudian, pada tanggal 18
Agustus1945, Indonesia menetapkan Pancasila sebagai filosofis negara.
d. Era Reformasi
Bulan Mei 1997 merupakan awal dari era reformasi. Saat itu rakyat
Indonesia bersatu untuk menumbangkan rezim tirani Soeharto. Perjuangan
reformasi tidak lepas dari peran para pemimpin Islam pada saat itu.
Beberapa pemimpin Islam yang turut mendukung reformasi adalah KH.
Abdurrahman Wahid (Gus Dur), ketua Nahdatul Ulama. Muncul juga
nama Nurcholis Majid (Cak Nur), cendikiawan yang lahir dari kalangan
santri. Juga muncul Amin Rais dari kalangan Muhamadiyah.
Bertahun-tahun reformasi bergulir, kiprah umat Islam dalam
panggung politik pun semakin diperhitungkan. Umat Islam mulai kembali
memunculkan dirinya tanpa malu dan takut lagi menggunakan label Islam.
Perpolitikan Islam selama reformasi juga berhasil menjadikan Pancasila
bukan lagi sebagai satu-satunya asas. Partai-partai politik juga boleh
menggunakan asas Islam. Kemudian bermunculanlah berbagai partai
politik dengan asas dan label Islam. Partai-partai politik yang berasaskan
Islam, antara lain PKB, PKU,PNU, PBR, PKS, PKNU, dan lain-lain.
23
H. Kedudukan Islam terhadap penegakan HAM
Dalam Islam keserasian kesucian HAM jauh lebih besar daripada hanya
sekedar ibadah-ibadah ritual. Jika seseorang tidak memenuhi kewajibannya di
hadapan Allah dia mungkin saja masih bisa diampuni. Namun tidak demikian
dalam kasus tidak memenuhi kewajiban kepada sesama manusia. Dalam
Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia pada
pasal 1, hak asasi manusia pada dasarnya juga disandarkan kepada hakikat
keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan dimana HAM diartikan sebagai
seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati dan dijunjung tinggi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap
orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
a. Tuhan Yang Maha Esa adalah pencipta alam semesta dengan segala
isinya dan pada dasarnya, manusia dianugerahi jiwa, bentuk, struktur,
kemampuan, kemauan serta berbagai kemudahan oleh penciptanya, untuk
menjamin kelanjutan hidupnya.
24
b. Untuk melindungi, mempertahankan, dan meningkatkan martabat
manusia, diperlukan pengakuan dan perlindungan hak asasi manusia,
karena tanpa hal tersebut manusia akan kehilangan sifat dan martabatnya,
sehingga dapat mendorong manusia menjadi serigala bagi manusia
lainnya (homo homini lupus).
c. Karena manusia merupakan makhluk sosial, maka hak asasi manusia
yang satu dibatasi oleh hak asasi manusia yang lain, sehingga kebebasan
atau hak asasi manusia bukanlah tanpa batas.
d. Hak asasi manusia tidak boleh dilenyapkan oleh siapapun dan dalam
keadaan apapun.
e. Setiap hak asasi manusia mengandung kewajiban untuk menghormati
hak asasi manusia orang lain, sehingga di dalam hak asasi manusia
terdapat kewajiban dasar.
f. Hak asasi manusia harus benar-benar dihormati, dilindungi, dan
ditegakkan, dan untuk itu pemerintah, aparatur negara, dan pejabat publik
lainnya mempunyai kewajiban dan tanggung jawab menjamin
terselenggaranya penghormatan, perlindungan, dan penegakan hak asasi
manusia.
25
adalah hak yang diberikan Tuhan atau manifestasi hak istimewa manusia
sehingga pasti ada pada diri manusia.
1) HAM adalah hak dasar sejak lahir merupakan anugerah dari Allah SWT;
2) HAM adalah hak yang dimiliki manusia sejak kelahirannya;
3) HAM adalah hak yang melekat pada diri manusia, tanpa hak itu manusia
tidak dapat hidup secara layak;
4) HAM adalah seperangkat hak-hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaban manusia sebagaimakhluk tuhan Yang Maha Esa.
Secara umum HAM adalah hak-hak yang secara inheren melekat dalam
diri manusia, yang tanpanya manusia tidak dapat hidup sebagai manusia.
HAM di dasarkan pada prinsip fundamental bahwa semua manusia memiliki
martabat yang inheren tanpa mamandang jenis kelamin, ras, warna kulit,
bahasa, asal-usul bangsa, umur, kelas, keyakinan politik, dan agama. Semua
orang berhak menikmati haknya tersebut.
26
dan memelihara eksistensi manusia. Sehingga, pembunuhan atas satu jiwa
manusia, pada hakikatnya sama seperti membunuh semua manusia.
27
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas yang dapat kami simpulkan adalah:
Sistem politik Islam adalah sebuah aturan tentang pemerintahan yang
berdasarkan nilai-nilai Islam, yakni Al-Qur’an dan Hadits. Dalam sistem
politik Islam terdapat 3 ruang lingkup, yakni pada hukum tata negara, hukum
internasional, dan hukum tentang pemasukan, pengelolaan, dan pengeluaran
uang milik negara. Didalamnya terdapat nilai-nilai dasar atau prinsip yang
berasal dari Al-Qur’an, berupa prinsip kedaulatan, keadilan, musyawarah,
persamaan, hak dan kewajiban, serta amar ma’ruf nahi munkar. Adapun
dalam sistem politik Islam yang disebut dengan Syuro atau Syura yang
dimana berbeda artinya dengan demokrasi karena dalam syuro pada dasarnya
pembuat dan penentu hukum adalah Allah SWT. Sedangkan dalam demokrasi
penentu hukum dan kebijaksanaan berada di tangan suara mayoritas. Didalam
perpolitikan Indonesia umat Islam juga memiliki andil besar didalamnya,
dimulai dari era kerajaan Islam hingga era reformasi hingga sekarang umat
Islam selalu memberikan dampak pada pembangunan negeri kita. Salah
satunya pada penegakkan HAM, yang pada dasarnya HAM dimiliki oleh
setiap manusia yang merupakan hak yang berasal dari Alllah SWT.
28
DAFTAR PUSTAKA
Abd. Mu’in Salim. 2002. Fiqih Siyasah: Konsepsi Kekuasaan Politik dalam Al-
Qur’an. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Abul A’la Al-Maududi. 1975. Hukum dan Konstitusi Sistem Politik Islam.
Terjemahan oleh Asep Hikmat. Bandung: Mizan.
Al-Annahwy, Adnan ‘Ali Ridha. 1990. Syura Bukan Demokrasi. Kuala Lumpur:
Media Ehsan
Al-Bahansawi, Salim Ali. 1996. Wawasan Sistem Politik Islam. Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar
Brohi, A.K. in Altaf Gauhar. 1978. Islam and Human Rights, Islamic Council of
Europe
Effendy, Bachtiar. 1998. Islam dan Negara: Transformasi Pemikiran dan Praktek
Politik di Indonesia. Jakarta: Paramadina
Effendi, Djohan dan Ismed Natsir (Eds). 2003. Pergolakan Pemikiran Islam:
Catatan Harian Ahmad Wahid. Jakarta: LP3ES
Iqbal, Muhammad, dkk. 2010. Pemikiran Politik Islam: Dari Masa Klasik Hingga
Indonesia Kontemporer. Jakarta: Kencana
29
Mulia, Musdah. 2010. Islam dan Hak Asasi Manusia: Konsep dan
Impementasinya. Yogyakarta: Naufan Pustaka
Zain, Mohd Izani Mohd. 2005. Islam dan Demokrasi: Cabaran Politik Muslim
Kontemporari Malaysia. Kuala Lumpur: Penerbit Universiti Malaya
Zainuddin, Muhammad. 2011. Islam dan Demokrasi. Jurnal Kolom. Edisi 005, 05
Agustus 2011
30