DOSEN PEMBIMBING :
DI SUSUN OLEH :
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanya untuk Allah SWT. Dan sholawat besertasalam semoga
selalu tercurah untuk Rasullah SAW.
Puji syukur kita Panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Pendidikan Agama Islam . Namun kami
sebagai penulis makalah mengharapkan dengan adanya makalah ini bisa membantu proses
pembelajaran mahasiswa agar kedepanya lebih baik lagi.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu,
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar tugas makalah ini dapat menjadi
lebih baik dan bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUA11N
A.Latar Belakang
1. Apa itu pengertian, prinsip, hukum dan dasar politik dalam Islam ?
2. Jelaskan etika berpolitik, demokrasi dan HAM dalam Islam !
3. Jelaskan kesetaraan gender dalam Islam !
C.Tujuan
1. Untuk memahami apa konsep dari politik dalam Islam, pengertian, prinsip, serta
hukum dan dasar
2. Untuk mengetahui bagaimana etika dalam berpolitik, demokrasi dan HAM dalam
Islam
3. Untuk mengetahui bagaimana kesetaraan gender dalam Islam
BAB1 II
PEMBAHASAN
Sebagaimana prinsip ini juga didapati dalam surat As Syura:15. Prinsip keadilan adalah
kunci utama penyelenggaraan negara. Keadilan dalam hukum menghendaki setiap
warga negara sama kedudukannya didepan hukum. Ketika Rasulullah memulai
membangun negara Madinah, ia memulainya dengan membangun komitmen bersama
dengan semua elemen masyarakat yang hidup di Madinah dari berbagai suku dan
agama. Prinsip keadilan dan persamaan dapat ditemukan dalam pasal 13, 15, 16, 22,
23, 24, 37, dan 40 dari Piagam Madinah.
1. Perlunya menciptakan persatuan dan kesatuan umat. (Q.S. Al-Mu'minun ayat 52)
2. Musyawarah Kemestan dalam menyelesaikan masalah-masalah Ijtihadiyah (Q.S.
Al-Syura: 38; Al 'Imran: 159)
3. Keharusan menunaikan amanat dan menetapkan hukum secara adil (Q.S. An
Wanita: 58)
4. Kemestian menaati Allah SWT, Rasulullah SAW, dan Ulil al-Amr (Q.S. An-
Nisa:59)
5. Keniscayaan mendamaikan konflik antar kelompok dalam masyarakat Islam (Q.S.
Al-Hujurat: 9)
6. Keharusan mempertahankan kedaulatan negara dan larangan agresi dan invasi (Q.S.
Al-Baqarah: 190)
7. Keharusan mengutamakan perdamaian daripada permusuhan (Q.S. Al-Anfal: 61)
Keharusan meningkatkan kewaspadaan dalam bidang pertahanan dan keamana
8. (Q.S. Al-Anfal:60)
9. Keharusan menepati janji (Q.S. Al-Hujarat: 13)
10. Keharusan mengutamakan perdamaian bangsa-bangsa (Q.S. Al-Hujarat:13)
11. Perlunya peredaran harta ke seluruh lapisan masyarakat (Q.S. Al-Hasyr: 7), dll.
jalan yang benar daripada jalan yangsalah. Karena itu barang siapa yang Ingkar kepada
Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegangkepada
buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui” (Q.S Al-Baqarah/2:256)
“Dan katakanlah, kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu, maka barang siapa
yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin (kafir) biarlah
ia kafir…” (Q.S Al-kahfi/18:29
Berdasarkan ayat-ayat diatas, jelaslah bahwa masalah menganut suatu agama
atau kepercayaan sepenuhnya diserahkan kepada manusiaitu sendiri untuk memilihnya.
.
C. Kesetaraan Gender dalam Islam
Kata gender berasal dari bahasa Inggris berarti jenis kelamin.Dalam Webster's
New World Dictionary, gender diartikan sebagai perbedaan yang tampak antara laki-
laki dan perempuan dilihat dari segi nilai dan tingkah laku. Dalam Women's Studies
Encyclopedia dijelaskan bahwa gender adalah suatu konsep kultural yang berupaya
membuat pembedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan
karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam
masyarakat.Sedangkan Hilary M. Lips mengartikan gender sebagai harapan-harapan
budaya terhadap lakilaki dan perempuan (cultural expectations for women and
men).Pendapat ini sejalan dengan pendapat kaum feminis, seperti Lindsey yang
menganggap semua ketetapan masyarakat perihal penentuan seseorang sebagai laki-
laki atau perempuan adalah termasuk bidang kajian gende
Dari berbagai definisi tersebut dapat dipahami bahwa gender adalah suatu
konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan
dilihat dari segi pengaruh sosial budaya. Gender dalam arti ini adalah suatu bentuk
rekayasa masyarakat (social constructions), bukannya sesuatu yang bersifat
kodrati.Dalam konteks tersebut, gender harus dibedakan dari jenis kelamin (seks).Jenis
kelamin merupakan pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang
ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Sedangkan konsep
gender adalah suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang
dikonstruksi secara sosial maupun kultural.
Perspektif gender dalam al-Qur’an tidak sekedar mengatur keserasian relasi
gender, hubungan laki-laki dan perempuan dalam masyarakat, tetapi lebih dari itu al-
Qur’an juga mengatur keserasian pola relasi antara mikro-kosmos (manusia),
makrokosmos (alam), dan Tuhan. Konsep berpasang-pasangan (azwâj) dalam al-
Qur’an tidak saja menyangkut manusia melainkan juga binatang QS. al-Syura: 11, dan
tumbuh-tumbuhan QS. Thaha: 53. Bahkan kalangan sufi menganggap makhluk-
makhluk juga berpasang-pasangan. Langit diumpamakan dengan suami yang
menyimpan air QS. al-Thariq: 11 dan bumi diumpamakan isteri yang menerima
limpahan air yang nantinya melahirkan janin atau berbagai tumbuh-tumbuhan QS.
alThariq: 12. Satu-satunya yang tidak mempunyai pasangan ialah Sang Khaliq Yang
Maha Esa QS. al-Ikhlas: 14.
Kesimpulan
Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2001).
Miriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1972), h. 8
Ibn Manzur, Lisan al-Arab, Jilid 6 (Bierut,: Dar al-Shadir, 1986), h. 108.
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi Dan Konstituaslisme Indonesia (Sinar Grafika 2005), hlm. 101
Ahmad Sukardja, Piagam Madinah Dan UUD 1945, Kajian Perbandingan Tentang
Dasar Hidup Bersama Dalam Masyarakat Yang Majemuk (UI Press 1995)