Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DOSEN PEMBIMBING :

FERI IRAWAN, M.Pd.I

DI SUSUN OLEH :

HAYA AQILAH (21042030)

LILI ARISKA (21060075)

REZI ALFA MOURY (21137053)

RISKA DWI PUTRI ( 21073023)

WAHYU YADISPAMA MAIGA (2107113028)

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanya untuk Allah SWT. Dan sholawat besertasalam semoga
selalu tercurah untuk Rasullah SAW.

Puji syukur kita Panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Pendidikan Agama Islam . Namun kami
sebagai penulis makalah mengharapkan dengan adanya makalah ini bisa membantu proses
pembelajaran mahasiswa agar kedepanya lebih baik lagi.

Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu,
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar tugas makalah ini dapat menjadi
lebih baik dan bermanfaat bagi semua pihak.

Padang, April 2022

Penulis
BAB 1

PENDAHULUA11N

A.Latar Belakang

Politik senantiasa diperlukan oleh masyarakat di negara manapun. Ia merupakan upaya


untuk memelihara urusan umat di dalam dan di luar negeri. Jika memandang seseorang dalam
sosoknya sebagai manusia (sifat manusiawinya), ataupun sebagai individu yang hidup dalam
komunitas tertentu, maka sebenarnya ia bisa disebut sebagai seorang politikus.Didalam
hidupnya manusia tidak pernah berhenti dan mengurusi urusannya sendiri, urusan orang lain
yang menjadi tanggung jawabnya, urusan bangsanya, ideologi dan pemikiran-pemikirannya.
Oleh karena itu setiap individu, kelompok, organisasi ataupun negara yang memperhatikan
urusan umat (dalam lingkup negara dan wilayah-wilayah mereka) bisa disebut sebagai
politikus. Dapat dikenali hal ini dari tabiat aktivitasnya, kehidupan yang mereka hadapi serta
tanggung jawabnya.Islam sebagai agama yang juga dianut oleh mayoritas umat di Indonesia
selain sebagai aqidah ruhiyah (yang mengatur hubungan manusia dengan Rabb-nya), juga
merupakan aqidah siyasah (yang mengatur hubungan antara sesama manusia dan dirinya
sendiri). Oleh karena itu Islam tidak bisa dilepaskan dari aturan yang mengatur urusan
masyarakat dan negara. Islam bukanlah agam yang mengurusi ibadahmahdloh individu saja.
Berpolitik adalah hal yang sangat penting bagi kaum muslimin. Didalam negeri, kaum
muslimin harus memperhatikan, apakah urusan umat dapat terpelihara dengan baik oleh
negara. Mulai dari penerapan hukum pemerintahan, ekonomi, kesehatan,pendidikan,
keamanan, aturan interaksi antar individu pria dan wanita serta seluruh kepentingan umat
lainnya. Dengan demikian memperhatikan politik dalam negeri ini berarti menyibukkan diri
dengan urusan-urusan kaum muslimin secara umum, Yaitu memperhatikankondisi kaum
muslimin dari segi peranan pemerintah dan penguasa terhadap mereka. Jika melihat kondisi
politik yang ada sekarang ini sangatlah memprihatinkan, politik yang hanyamen- Tuhankan
uang dan tidak membawa kaidah apapun bagi negeri ini. Hal ini dikarenakan tidak
diterapkannya nilai-nilai dasar politik dalam ajaran Islam. Dimana nilai-nilai tersebut
mencakup segala peraturan tentang berpolitik dengan menjauhkan dari segala larangan
AllahSWT dan menerapkan sistem politik yang ada pada zaman Rasulullah
B.Rumusan Masalah

1. Apa itu pengertian, prinsip, hukum dan dasar politik dalam Islam ?
2. Jelaskan etika berpolitik, demokrasi dan HAM dalam Islam !
3. Jelaskan kesetaraan gender dalam Islam !

C.Tujuan

1. Untuk memahami apa konsep dari politik dalam Islam, pengertian, prinsip, serta
hukum dan dasar
2. Untuk mengetahui bagaimana etika dalam berpolitik, demokrasi dan HAM dalam
Islam
3. Untuk mengetahui bagaimana kesetaraan gender dalam Islam
BAB1 II

PEMBAHASAN

A. Konsep Politik Islam


Di dalam wacana keislaman terdapat perbedaan antara politik dan politik Islam.
Kata politik selalu dihubungkan dengan konsep-konsep dan tatanan kehidupan
masyarakat yang berakar pada keilmuan dan tradisi Barat. Sedangkan istilah politik
Islam adalah suatu istilah khas yang merujuk pada konsep-konsep Islam terutama
istilah-istilah yang muncul pada masa Nabi Muhammad dan para pengikutnya. Praktek
politik Islam dirujuk pada cara-cara bagaimana Nabi Muhammad dan periode-periode
setelahnya yakni pada periode Khulafaur Rasyidin dan periode-periode berikutnya,
modern dan kontemporer. Setelah dilakukan penelitian maka hasilnya adalah sebagai
berikut: Politik Islam adalah memperjuangkan dan menegakkan ajaran-ajaran Islam.
Tidak mungkin Islam dapat dilaksanakan dengan baik jika tidak melalui gerakan massa
berupa partai politik. Beragama Islam juga sebenarnya secara langsung atau tidak
adalah melaksanakan politik dalam arti luas. Jadi politik Islam itu adalah perilaku-
perilaku yang dilakukan bertujuan memperbaiki umat, dalam hal ini adalah umat Islam.
Islam sesungguhnya tidak terlepas dari ajaran-ajaran mengatur kehidupan sosial
manusia. Tanpa berpartai tidak mungkin kita dapat memperjuangkan umat Islam untuk
memperoleh hak-haknya dalam berkehidupan yang plural ini. Dinyatakan bahwa
politik Islam itu sesungguhnya adalah bahwa bagaimana kita bisa melaksanakan ajaran-
ajaran Islam itu sesuai dengan kondisi dan konteks yang ada sekarang ini. Politik Islam
adalah startegi melaksanakan dakwah Islam yang tepat dan mengenai sasaran yang
dituju. Politik Islam adalah pemerintahan yang berbasis pada Islam itu sendiri
sebagaimana yang pernah diperjuangkan oleh Nabi yaitu Negara Madinah. Dakwah
Islam tidak mungkin dapat dilaksanakan secara maksimal jika tidak menggunakan
sarana politik
Prinsip Politik Islam
Jika membahas prinsip-prinsip politik Islam tentunya merujuk kepada sumber
hukum Islam, yakni al-Quran dan Hadis sebagai sumber hukum yang dijadikan dasar
dalam menetapkan hukum. Dalam Islam, sebagai agama yang mengatur segala lini
kehidupan termasuk di dalamnya berpolitik. Walaupun dinamika sejarah politik Islam
tidak menetapkan suatu sistem yang sama, sehingga di abad modern terjadi perdebatan
sengit mengenai system pemerintahan walaupun sebelumnya pernah terjadi, akan tetapi
di abad modern ini perdebatan itu hangat di diskusikan dikalangan terpelajar. Dalam
perdebatan tersebut terdapat tiga mazab pemikiran Islam diantaranya, Mazhab religius,
mazhab ini selalu mencari landasan bahwa dalam ajaran Islam adalah agama yang
universal yang membahas segala aspek kehidupan baik dunia maupun akirat
termasuklah di dalamnya persoalan politik. Mazhab sekuler, mazhab ini berpandangan
bahwa dalam ajaran Islam tidak ada menjelaskan persoalan politik, umat Islam harus
melakukan westernisasi, meniru Barat dan menggunakan idiom-idiom Barat dalam
persoalan bernegara. Mazhab sintetik berpandangan bahwa dalam bernegara, umat
Islam harus mengunakan idiom-idiom Barat.
Secara etimologi, kata „prinsip‟ berasal dari bahasa Inggris „principle‟ yang
berarti prinsip, asar, asas, serta pendirian. Adapun pengertian „principle‟ di dalam
kamus Oxford adalah “A fundamental truth or proposition that serves as the foundation
for a system of belief or behaviour or for a chain of reasoning (Kebenaran atau proposisi
mendasar yang berfungsi sebagai landasan bagi suatu sistem keyakinan atau perilaku
atau untuk rantai penalaran).” Sedangkan pengertian dari kata „prinsip‟ dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia ialah asas (kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir,
bertindak, dan sebagainya); dasar.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa defensi dari kata prinsip adalah
suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum maupun individual yang dijadikan
oleh seseorang atau kelompok sebagai sebuah pedoman untuk berpikir atau bertindak.
1. Pengertian Politik Islam
Secara etimologi kata politik berasal dari dua bahasa Yunani, “politae, polis
atau politicos” yang berarti kota atau warga kota. Sedangkan bahasa Inggris berasal dari
kata “police, politic, dan political”. Sedangkan menurut bahasa Arab politik ialah
siyasah is a policy or a politics. Asal kata siyasah terdapat dua pendapat. Pertama
sebagaimana dianut al-Maqrizy menyatakan bahwa, siyasah berasal dari bahasa
Mongol dari kata “yasah” yang mendapat imbuhan huruf sin berbaris kasrah di awalnya
sehingga dibaca siyasah. Pendapat tersebut berdasarkan kepada sebuah kitab undang-
undang milik Jengish Khan yang berjudul Ilyasa yang berisi panduan pengolahan
Negara dengan berbagai bentuk hukuman berat bagi pelaku tindak pidana tertentu.
Tentang mengurusi umat
Nabi SAW bersabda: "Adalah Bani Israil, mereka diurusi (siyasah) urusannya
oleh para nabi (tasusu humul anbiya). Ketika seorang nabi wafat, nabi yang lain datang
menggantinya. Tidak ada nabi setelahku, namun akan ada banyak para khalifah."(Hadis
Riwayat Bukhari dan Muslim).
Jelaslah bahawa politik atau siyasah itu bermakna adalah mengurusi urusan
masyarakat. Rasulullah SAW. bersabda : "Siapa saja yang bangun di pagi hari dan dia
hanya memperhatikan urusan dunianya, maka orang tersebut tidak berguna apa-apa di
sisi Allah; dan barang siapa yang tidak memperhatikan urusan kaum Muslimin, maka
dia tidak termasuk golongan mereka (iaitu kaum Muslim). (Hadis Riwayat Thabrani)
Pengertian siyasah lainya oleh Ibn A‟qil, sebagaimana yang dikutip oleh Ibnu
Qayyim, politik Islam adalah segala perbuatan yang membawa manusia lebih dekat
kepada kemaslahatan dan lebih jauh dari kemafsadatan, sekalipun Rasullah tidak
menetapkannya dan (bahkan) Allah SWT tidak menentukanya. Kedua, sebagaimana
dianut Ibn Tigri Bidri, siyasah berasal dari campuran tiga bahasa, yakni bahasa Persia,
Turki, Mongol. Ibn Manzhur menyatakan , siyasah berasal dari bahasa Arab, yakni
bentuk mashdar dari tashrifan kata sasa-yasususiyasatun, yang semula berarti
mengatur, memilihara atau melatih binatang, khusunya kuda. Sejalan dengan makna
disebut terakir ini, seseorang yang profesinya sebagai pemilihara kuda.
Berdasarkan definisi secara terminologi dan etimologi, maka penulis dapat
menyimpulkan secara istilah yang dimaksud dengan politik adalah “mengatur
memimpin, mengendalikan, sebuah negara beserta warganya dari segala aspek secara
bijaksana” dan dimaksud dengan politik Islam ialah “mengatur, memimpin,
mengendalikan sebuah negara beserta warganya dari segala aspek secara bijaksana
berdasarkan ajaran Islam, untuk kesejahteraan umat manusia”.
Prinsip Dasar Hukum Politik Islam
prinsip dasar hukum politik Islam menurut perspektif Al-Quran mengingat
hukum politik Islam (fiqh siyasah) adalah hukum yang terus berkembang dengan cepat
dan dinamis, Perkembangan ini memerlukan pengetahuan tentang prinsip-prinsip dasar
apa yang dirumuskan para ulama dalam bidang siyasah sehingga perkembangan hukum
politik Islam tidak lari dari rel dan norma standar yang telah disepakati. Menurut Islam,
mekanisme operasional pemerintahan dan ketatanegaran mengacu pada prinsip-prinsip
syari’ah yang bersumber dari Al-Quran dan Hadis. Prinsip-prinsip negara dalam Islam
tersebut ada yang berupa prinsip-prinsip dasar yang mengacu pada teks-teks syari’ah
yang jelas dan tegas, dan ada pula prinsip-prinsip tambahan yang merupakan
kesimpulan dan termasuk ke dalam fiqh siyasah atau Hukum ketatanegaraan dalam
Islam. Prinsip-prinsip hukum politik Islam yang telah diuraikan oleh para pakar politik
Islam dalam berbagai referensi sangat variatif, dalam kajian ini prinsip-prinsip siyasah
dan penyelenggaraan negara dalam Alquran dapat diformulasikan tujuh prinsip dasar
hukum politik Islam. yaitu :
1). Prinsip kedaulatan
Prinsip kedaulatan, yakni kekuasaan tertinggi dalam suatu negara. Kedaulatan
yang mutlak dan legal adalah milik Allah. Kedaulatan tersebut dipraktekkan
dan diamanahkan kepada manusia selaku khalifah di muka bumi. Prinsip kedaulatan
atau al Hukmiyah dapat ditemukan dalam Al Quran Surat Yusuf:40:
Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) Nama-
nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan
suatu keteranganpun tentang Nama-nama itu. keputusan itu hanyalah kepunyaan
Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah
agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
Sepanjang sejarah pemikiran hukum dan politik, umat manusia telah
mengenal lima teori atau ajaran tentang kedaulatan sebagai pemegang kekuasaan
tertinggi, yaitu 1.) kedaulatan Tuhan, 2.) kedaulatan Raja, 3.) kedaulatan Negara, 4.)
kedaulatan rakyat, dan 5.) teori kedaulatan hukum. Pada kurun waktu tertentu manusia
cendrung mengidealkan satu teori diatas keempat teori lainnya, tetapi pada waktu
lain teori yang sebelumnya dianggap ideal ditinggalkan dan digantikan dengan teori
baru. Perubahan ini logis mengingat teori itu datang dari manusia yang notabene
lemah dan tidak sempurna. Pemikiran manusia hanya mampu berpikir sebatas
kepentingan, atau situasi dan kondisi zamannya. Sementara Islam sebagai agama
terakhir datang dengan syariat yang paripurna dan menjadi solusi bagi manusia dalam
setiap permasalahan hidup mereka, tidak hanya untuk akhirat tapi juga di dunia
sebagai ladang tempat bercocok tanam bagi alam akhirat

2). Prinsip keadilan


Prinsip keadilan ditemukan dalam Al Quran Surat An Nisa:58 dan 135
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran
yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi
Maha melihat.

Sebagaimana prinsip ini juga didapati dalam surat As Syura:15. Prinsip keadilan adalah
kunci utama penyelenggaraan negara. Keadilan dalam hukum menghendaki setiap
warga negara sama kedudukannya didepan hukum. Ketika Rasulullah memulai
membangun negara Madinah, ia memulainya dengan membangun komitmen bersama
dengan semua elemen masyarakat yang hidup di Madinah dari berbagai suku dan
agama. Prinsip keadilan dan persamaan dapat ditemukan dalam pasal 13, 15, 16, 22,
23, 24, 37, dan 40 dari Piagam Madinah.

3). Prinsip musyawarah


Prinsip musyawarah dan Ijma’. Prinsip musyawarah ditemukan dalam Al
Quran Surat Al Imran: 159:
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan
itu.18kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-
Nya.
Prinsip musyawarah juga didapati dalam surat As Syura: 38. Syura dan
Ijma’ada lah proses pengambilan keputusan dalam semua urusan kemasyara katan
yang dilakukan melalui konsensus dan konsultasi dengan semua pihak.
Kepemimpinan negara dan pemerintahan harus ditegakkan berdasarkan persetujuan
rakyat melalui pemilihan secara adil, jujur, dan amanah. Sebuah pemerintahan
atau sebuah otoritas yang ditegakkan dengan cara-cara otoriter dan tiran adalah
tidak sesuai dengan prinsip Islam. Jika merujuk pada ayat Alquran diatas tidak ada
isyarat khusus kepada siapa musyawarah dilakukan, dan juga bagaimana pola dan
teknisnya. Oleh karenanya Rusjdy Ali Muhammad berpandangan bahwa syura dapat
dilakukan dengan seluruh rakyat baik yang pro maupun kontra dengan rezim penguasa.
Syura tidak terbatas pada satu kelompok masyarakat tertentu sebagaimana pandangan
Rasyid Ridha dan Ja’far al Shadiq dalam tafsir mereka. Sebab ketika hati pemimpin
keras, tidak mau menerima saran dan bermusyawarah, maka dipastikan rakyat akan lari
dari penguasa tersebut. Lari itu dapat berbentuk sikap tidak lagi memilih pemimpin atau
partai tersebut dalam pemilu yang akan datang atau bentuk lainnya.

4). Prinsip persamaan


Prinsip persamaan ditemukan dalam Al Quran Surat Al Hujarat: 10:
Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah
(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah,
supaya kamu mendapat rahmat
Dan Surat Al Hujarat:13:
Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara
kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
Ayat diatas jelas membuktikan pengakuan Islam terhadap adanya pluralitas
dalam sosial budaya masyarakat. Namun Islam tidak mentolerir paham pluralisme jika
yang dimaksud adalah kebenaran relatifitas seluruh ajaran agama atau semua agama
adalah sama. Karena Allah menutup ayat tersebut dengan kalimat Sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa.
Artinya parameter kebaikan dan kebenaran intinya adalah Agama bukan akal apalagi
perasaan.
Warga negara yang non-Muslim—memiliki hak-hak sipil yang sama. Karena
negara ketika itu adalah negara ideologis, maka tokoh-tokoh pengambilan
keputusan yang memiliki posisi kepemimpinan dan otoritas (ulu al-amr), mereka
harus sanggup menjunjung tinggi syari’ah. Dalam sejarah politik Islam, prinsip dan
kerangka kerja konstitusional pemerintahan seperti ini, termaktub dalam Konstitusi
Madinah atau “Piagam Madinah” pada era kepemimpinan Rasulullah di Madinah,
yang mengayomi masyarakat yang plural.
Kalaupun ada tuduhan yang menyatakan Islam tidak menghormati prinsip
persamaan dalam bernegara karena tidak memberi ruang bagi non muslim untuk
menjadi pemimpin -misalnya-, maka itu pada dasarnya bukan karena Islam tidak
menghormati hak minoritas, akan tetapi lebih dikarenakan tidak terpenuhinya syarat
dan kualifikasi yang telah ditetapkan sebagai pemimpin. Hal seperti ini lumrah
ditemukan dalam semua sistem aturan bernegara di dunia moderen.

5). Prinsip hak dan kewajiban negara dan rakyat


hak dan kewajiban negara dan rakyat. Prinsip hak dan kewajiban negara
dan rakyat ditemukan dalam Al Quran Surat An Nisa: 59
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri
di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-
benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Sebagaimana juga prinsip ini ditemukan dalam surat At Taubah: 41, Al
Maidah:2, Al Imran:110.Semua warga negara dijamin hak-hak dasar tertentu. Menurut
Subhi Mahmassani dalam bukunya Arkan Huquq al-Insan, beberapa hak warga negara
yang perlu dilindungi adalah: jaminan terhadap keamanan pribadi, harga diri dan
harta benda, kemerdekaan untuk mengeluarkan pendapat dan berkumpul, hak
untuk mendapatkan pelayanan hukum secara adil tanpa diskriminasi, hak untuk
mendapatkan pendidikan yang layak, pelayanan medis dan kesehatan, serta keamanan
untuk melakukan aktifitas-aktifitas ekonomi
Prinsip hak-hak dasar manusia sangat banyak dijumpai dalam Al Quran,
seperti hak untuk hidup, hak untuk memiliki, hak kebebasan beragama, hak
memelihara kehormatan manusia, hak kontrol sosial, hak mendapatkan kehidupan
yang layak, dan lain-lain. Diantaranya dalam surat Al Isra:33, Al Baqarah: 256, Al
Baqarah: 188, Al An Nur: 27, dll.
Sementara Prinsip kewarganegaraan ditemukan dalam Al Quran Surat Al Anfal:
72 dimana asas kewarganegaraan dalam Islam dilandasi atas keimanan dan bukan
atas dasar yang sempit seperti suku, ras, atau bangsa.

6). Prinsip amar ma’ruf nahi munkar


Prinsip amar ma’ruf nahi munkar. Prinsip ini ditemukan dalam Alquran surat
Al Imran 104
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf21 dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-
orang yang beruntung.
Amar ma’ruf nahi munkar adalah sebuah mekanisme check and balancing
dalam sistem politik Islam. Sistem ini terlembaga dalam Ahlul Hilli wal ‘aqdi
(parlemen), wilayat al Hisbah serta wilayat al Qadha’. Seorang pemimpin dalam
pandangan mayoritas Islam (sunni) bukan seorang yang suci (ma’shum), oleh
karenanya sangat mungkin untuk dikritisi dan dinasehati.
Filosofi pemimpin negara juga mirip dengan filosofi seorang imam dalam salat
yang dapat ditegur oleh makmumnya dengan cara-cara yang telah diatur. Sikap paling
ekstrim yang bisa dilakukan oleh makmum ketika tidak lagi ridha dengan imam adalah
memfaraq diri dari jama’ah tanpa merusak kesatuan salat jamaah itu sendiri. Tidak ada
istilah penggantian imam ditengah salat. Semua persoalan termasuk mengganti imam
hanya bisa dilakukan selesai salam dan membentuk jamaah baru dengan imam baru.
Begitu juga kiasannya dalam system pergantian kepemimpinan dalam Islam. Sikap
oposisi, kritik membangun dan saran kepada pemerintah dibenarkan selama tidak
memprovokasi kesatuan umat dan bangsa
Sebegitu pentingnya amar ma’ruf nahi munkar, Islam bahkan
menjadikannya sebagai salah satu tujuan bernegara sebagaimana Alquran surat Al
Hajj: 41
(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi
niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat
ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali
segala urusan
Peran amar ma’ruf nahi munkar tidak hanya diemban oleh para lelaki
mukmin tetapi Islam juga membebankannya kepada para wanita mukminah. Firman
Allah dalam surat At Taubah: 71
dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka
(adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh
(mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan
diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Atas dasar ayat ini sebagian ulama berpandangan bahwa wanita dapat
bekerja sebagai anggota parlemen karena fungsi parlemen pada hakikatnya adalah
melakukan amar ma’ruf nahi munkar atau check and balancing bagi penguasa.
B. Etikaa Berpolitik dan HAM dalam Islam
Etika politik Islam adalah seperangkat aturan atau norma dalam bernegara di
mana setiap individu dituntut untuk berperilaku sesuai dengan ketentuan Allah
sebagaimana tercantum dalam al-quran. Adapun mengenai aplikasi nilai-nilai etika
tersebut merujuk kepada pola kehidupan Nabi Muhammad Saw baik dalam kehidupan
secafa umum maupun secara khusus,yaitu dalam tatanan politik kenegaraan.Tidak
diragukan lagi bahwa sistem kepemimpinan yang paling sempurna dan ideal adalah
kepemimpinan yang dijalankan oleh NabiMuhammad Saw. Sistem kepemimpinan
yang dipraktikkan Rasulullah didasarkan atas kapasitasnya sebagai nabi dan rasul Allah
yang memiliki sifat-sifat shiddiq, amanah, tabligh, dan fathanah. keempat sifat inilah
yang mewarnai pola laku dan kebijakan Rasulullah dalam memimpin umatnya.Setelah
kewafatan beliau, sifat-sifat ini tidak dimiliki sepenuhnya oleh empat khalifah
sesudahnya. Namun, salah satu sifat itu tetap menonjol dalam sistem kepemimpinan
mereka, seperti sifat shiddiq sangat menonjoll dalam kepribadian Abu Bakar. Sifat
amanah menjadi ciri khas kepemimpinan Umar bin Khattab. Sifat tabligh sangat
menjiwai Utsman bin 'Affan. Dan sifat fathanah cerdas dan berpengetahuan luas
menjadi karakteristik Ali bin AbiThalib. Sistem kepemimpinan umat pasca kewafatan
Rasulullah menjadi sebuah model untuk kepemimpinan umat masa-masa berikutnya.
Memang benar bahwa Rasulullah tidak meninggalkan wasiat mengenai penggantinya
untuk meneruskan kepemimpinan, tetapi para sahabat dapat menilai di antara mareka
yang lebih berhak dan pantas untuk memimpin. Maka, tampillah Abu Bakar sebagai
khalifah pertama yang diangkat berdasarkan musyawarah para sahabat dari golongan
Muhajirin dan Anshar. Kemudian, tampil Umar bin Khattab sebagai khalifah kedua
berdasarkan kaderisasi yang dilakukan Abu Bakar dan dimusyawarahkan bersama
sahabat-sahabat lain pada masa hidupnya. Selanjutnya, khalifah yang ketiga, Utsman
bin 'Affan dipilih berdasarkan musyawarah tim
Formatur yang dibentuk oleh Umar binKhattab semasa hidupnya, yang diketuai
Oleh Abdurrahman bin 'Auf. Setelah itu,kepemimpinan digantikan oleh Ali bin Abi
Thalib, sebagai khalifah keempat,yang diangkat oleh mayoritas kaum muslimin.
Namun, ada juga pihak yang tidak setuju karena perbedaan prinsip dan kepentingan.
Sejarah mencatat bahwa sejak akhir pemerintahan Utsman bin 'Affan sampai
pemerintahan Ali bin Abi Thalib, situasi politik terus bergejolak.Kemudian, sistem
kepemimpinan berganti dengan dinasti , yaitu dinasti Bani Umayyah dan dinasti Bani
Abbasiyah dan dinasti- dinasti lainnya.
Politik diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dengan siyasah (siasat dalam
bahasa Indonesia). Politik : suatu cara bagaimana penguasa memperngaruhi perilaku
kelompok yang dikuasai, . agar sesuai dengan keinginan penguasa. Politik Islam terdiri
dari dua term politik-Islam
Islam merupakan suatu penataan dan juga sebagai din dimana merupakan
penataan menurut ajaran Allah SWT, yaitu Al-Qur'an menurut Sunah RasulNya. Secara
garis besar, Politik Islam dapat dikatakan suatu cara untuk mempengaruhi anggota
masyarakat, agar berperilaku sesuai dengan ajaran Allah menurut Sunah RasulNya
Sejarah Pemikiran Politik Islam
Para sejarawan sepakat, bahwa sistem pemerintahan Islam sudah dimulai sejak
masa Rasulullah SAW. Dua tahun setelah hijrah dari Mekkah ke Madinah, tepatnya
pada tahun 622 M. Madinah yang semula berbentuk sebuah kota, semakin lama
semakin bertmbah luas. Wilayah Madinah secara efektif dipimpin Rasulullah SAW
selaku kepala negara sekaligus utusan Allah SWT. Demikian dengan penduduk
Madinah yang mendiaminya, begitu heterogen. Struktur masyarakat tterdiri dari kaum
Anshar sebagai warga muslim pribumi, kaum Muhajirin sebagai Muslim pendatang,
juga kaum Yahudi, Nasrani, sertaa beberapa suku Arab yang bbelum memeluk Islam
seperti Bani 'Auf, Bani Sa'idah, Bani Jusyam, Bani An-Nabit, dll.
Umat Islam berbeda pendapat tentang kedudukan politik dalam syari'at Islam.
Setidaknya terdappat tiga kelompok/paradigm yang berkembang dalam dunia Islam
tentang keterkaitan antara Islam dan politik yaitu:
1. Paradigma tradisional atau formalistic
2. Paradigma sekuler
3. Paradigma substantivistik
Dikarena tidak secara eksplisit menentukan bentuk negara dalam Islam dalam
Al-Qur'an dan Sunnah Nabi, sehingga muncul berbagai bentuk negara di negara-negara
Islam. Ada tiga pola umum sistem kenegaraan di dunia Islam, yaitu:
1. Negara Sekuler
2. Negara Islam
3. Negara Muslim
Nilai Dasar Prinsip Politik dalam Islam

1. Perlunya menciptakan persatuan dan kesatuan umat. (Q.S. Al-Mu'minun ayat 52)
2. Musyawarah Kemestan dalam menyelesaikan masalah-masalah Ijtihadiyah (Q.S.
Al-Syura: 38; Al 'Imran: 159)
3. Keharusan menunaikan amanat dan menetapkan hukum secara adil (Q.S. An
Wanita: 58)
4. Kemestian menaati Allah SWT, Rasulullah SAW, dan Ulil al-Amr (Q.S. An-
Nisa:59)
5. Keniscayaan mendamaikan konflik antar kelompok dalam masyarakat Islam (Q.S.
Al-Hujurat: 9)
6. Keharusan mempertahankan kedaulatan negara dan larangan agresi dan invasi (Q.S.
Al-Baqarah: 190)
7. Keharusan mengutamakan perdamaian daripada permusuhan (Q.S. Al-Anfal: 61)
Keharusan meningkatkan kewaspadaan dalam bidang pertahanan dan keamana
8. (Q.S. Al-Anfal:60)
9. Keharusan menepati janji (Q.S. Al-Hujarat: 13)
10. Keharusan mengutamakan perdamaian bangsa-bangsa (Q.S. Al-Hujarat:13)
11. Perlunya peredaran harta ke seluruh lapisan masyarakat (Q.S. Al-Hasyr: 7), dll.

Prinsip-Prinsip Politik Luar Negeri dalam Islam


1. Kehormatan dan integrasi nasional
2. Keadilan universal
3. Menjaga perdamaian abadi
4. Menjaga kenetralan terhadap negara-negara lain
5. Larangan terhadap eksploitasi para imperalis
6. Memberikan perlindungan pada orang-orang Islam yang hidup di negara lain
7. Bersahabat dengan kekuasaan-kekuasaan netral
8. Kehormatan dalam hubungan internasional
9. Persamaan dan keadilan untuk para penyerang (aggressor)
Demokrasi Dalam Islam
Kedaulatan mutlak dan keesaan Tuhan yang terkandung dalam konsep
tauhid dan peranan manusia yang terkandung dalam konsep khilafah memberikan
kerangka yang dengannya para cendekiawan belakangan ini mengembangkan teori
politik tertentu yang dapat dianggap demokratis. Didalamnya tercakup definisi khusus
dan pengakuan terhadap kedaulatan rakyat, tekanan pada kesamaan derajat manusia,
dan kewajiban rakyat sebagai pengemban pemerintahan.Dalam penjelasan mengenai
demokrasi dalam kerangka konseptual islam, banyak perhatian diberikan pada beberapa
aspek khusus dari ranah sosial dan politik. Demokrasi islam dianggap sebagai sistem
yang mengukuhkan konsep-konsep Islami yang sudah lama berakar, yaitu
musyawarah (syura), persetujuan (ijma’), dan penilaian interpretative yang
mandiri (ijtihad). Seperti banyak konsep dalam tradisi politik Barat,istilah-istilah ini
tidak selalu dikaitkan dengan pranata demokrasi dan mempunyai banyak konteks
dalam wacana Muslim dewasa ini. Namun,lepas dari konteks dan pemakaian lainnya,
istilah-istilah ini sangat penting dalam perdebatan menyangkut demokratisasi
dikalangan masyarakat muslim. Perlunya musyawarah merupakan konsekuensi politik
kekhalifahan manusia.Oleh karena itu perwakilan rakyat dalam sebuah negara Islam
tercermin terutama dalam doktrin musyawarah. Hal ini disebabkan menurut ajaran
Islam, setiap muslim yang dewasa dan berakal sehat, baik pria maupun wanita adalah
khalifah Allah di bumi.Dalam bidang politik, umat Islam mendelegasikan kekuasaan
mereka kepada penguasa dan pendapat mereka harus diperhatikan dalam menangani
masalah negara. Kemestian bermusyawarah dalam menyelesaikan masalah-masalah
ijtihadiyyah, dalam surat Al-syura ayat3 :“Dan orang-orang yang menerima seruan
Tuhannya dan mendirikanshalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan
musyawarat antaramereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami
berikan kepada mereka”.(QS Asy-Syura : 38) .Disamping musyawarah ada hal lain
yang sangat penting dalam masalah demokrasi, yakni konsensus atau ijma’. Konsensus
memainkan peranan yang menentukan dalam perkembangan hukum Islam dan
memberikan sumbangan sangat besar pada korpus hukum atau tafsirhukum. Dalam
pengertian yang lebih luas, konsensus dan musyawarah sering dipandang sebagai
landasan yang efektif bagi demokrasi Islam modern.
Selain syura dan ijma’, ada konsep yang sangat penting dalam proses demokrasi
Islam, yakni ijtihad. Bagi para pemikir muslim, upaya ini merupakan langkah kunci
menuju penerapan perintah Tuhan di suatu tempat atau waktu.
HAM dalam Islam
Hukum menurut Islam adalah hukum yang ditetapkan Allah melalui wahyu-
Nya , dalam Al Qur'an di jelaskan nabi Muhammad Saw sebagai rasulnya melalui sunah
yang kini terhimpun dengan baik dalam Al Qur'an dan hadist.
Perspektif Islam tentang HAM

1).HAM sebagai tuntutan fitrah manusia

Manusia adalah puncak ciptaan tuhan. Ia dikirim ke bumi untuk menjadi


khalifah atau wakil-Nya. Oleh karena itu setiap perbuatan yang membawa perbaikan
manusia oleh sesama manusia sendiri mempunyai nilai kebaikan dan keluhuran
kosmis,menjangkau batas-batas jagad raya, menyimpan kebenaran dan kebaikan
universal, suatu nilai yang berdimensi kesemestaan seluruh alam.Berdasarkan
pandangan ini, maka manusia memikul beban serta tanggung jawab sebagai individu
dihadapan Tuhan- Nya kelak, tanpa kemungkinan untuk mendelegasikannya kepada
pribadi lain. Punya pertanggung jawaban yang dituntut dari seseorang haruslah
didahului oleh kebebasan memilih. Tanpa adanya kebebasan itu lantas dituntut dari
padanya pertanggung jawaban, adalah suatu kezaliman dan ketidakadilan, yang jelas
hal itu bertentangan sekali dengan sifat Allah yang maha adil.Berkaitan dengan
penggunaan hak-hak individu itu, yang mempunyai hak dianggap menyalahgunakan
haknya apabila:
1.Dengan perbuatannya dapat merugikan orang lain
2.Perbuatan itu tidak menghasilkan manfaat bagidirinya, sebaliknya
menimbulkan kerugian baginya.
3.Perbuatan itu menimbulkan bencana umum bagimasyarakat

2).Perimbangan antara hak-hak individu dan masyarakatUntuk menjaga


keseimbangan
Untuk menjaga keseimbangan antara hak-hak individu masyarakat, di dalam
Islam tidak dikenal adanya kepemilikan mutlak pada manusia. Oleh karena itu, di dalam
syariat Islam
apabila disebut hak Allah, maka yang dimaksud adalah hakmasyarakat atau hak
umum. Allah adalah pemilik yangsesungguhnya terhadap alam semesta, termasuk apa
yang dimilikioleh manusia itu sendiri. Hal ini ditegaskan oleh firman-nyaantara lain:
1.“Ketahuilah bahwa milik Allahlah apa-apa yang ada dilangit dan dibumi”
(Q.S Yunus/10:55)
2. “Dan Dialah yang menciptakan bagimu semua yangterdapat dibumi” (Q.S
AlBaqarah/2:29)
3.“Dan berikanlah kepada mereka sebagian dari harta
Allah yang telah dikaruniakan- Nya kepadamu” (Q.SAn-Nuur/24:33)
4. “……..di dalam harta mereka tersedia bagian tertentu bagi orang miskin yang
meminta dan tak punya” (Q.SAl-Ma’arij/70:24:25)

Dasar-dasar HAM dalam Al-Qur’an


A. .Hak berekspresi dan mengeluarkan pendapat
Al-Qur’an menegaskan:
“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyerukepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegahdari yang mungkar. Dan
merekalah orang-orang yang beruntung”(Q.S Ali-Imran/3:104)

“Hendaklah kamu saling berpesan kepada kebenaran dan saling berpesan


dengan penuh kesabaran” (Q.S Al-Ashr/103:3)

“Berilah berita gembira kepada hamba-Ku yang mendengarkan perkataan lalu


mengikuti apa yang paling baik diantaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah
diberi Allah petunjuk dan merekaitulah orang-orang yang mempunyai akal” (Q.S Az
-Zumar/39:17:18)

Ayat-ayat diatas menegaskan bahwa setiap orang berhak menyampaikan


pendapatnya kepada orang lain, mengingatkan kepada kebenaran, kebajikan serta
mencegah kemungkaran. Bahkan hal itudisampaikan bukan saja karena ada hak tapi
sekaligus merupakan suatukewajiban sebagai orang beriman.

B. .Hak kebebasan memilih agama


Sehubungan dengan kebebasan memilih agama dan kepercayaan,Al-Qur’an
menyebutkan antara lain:
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (islam), sesungguhnya telah jelas

jalan yang benar daripada jalan yangsalah. Karena itu barang siapa yang Ingkar kepada
Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegangkepada
buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui” (Q.S Al-Baqarah/2:256)
“Dan katakanlah, kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu, maka barang siapa
yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin (kafir) biarlah
ia kafir…” (Q.S Al-kahfi/18:29
Berdasarkan ayat-ayat diatas, jelaslah bahwa masalah menganut suatu agama
atau kepercayaan sepenuhnya diserahkan kepada manusiaitu sendiri untuk memilihnya.
.
C. Kesetaraan Gender dalam Islam

Kata gender berasal dari bahasa Inggris berarti jenis kelamin.Dalam Webster's
New World Dictionary, gender diartikan sebagai perbedaan yang tampak antara laki-
laki dan perempuan dilihat dari segi nilai dan tingkah laku. Dalam Women's Studies
Encyclopedia dijelaskan bahwa gender adalah suatu konsep kultural yang berupaya
membuat pembedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan
karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam
masyarakat.Sedangkan Hilary M. Lips mengartikan gender sebagai harapan-harapan
budaya terhadap lakilaki dan perempuan (cultural expectations for women and
men).Pendapat ini sejalan dengan pendapat kaum feminis, seperti Lindsey yang
menganggap semua ketetapan masyarakat perihal penentuan seseorang sebagai laki-
laki atau perempuan adalah termasuk bidang kajian gende

Dari berbagai definisi tersebut dapat dipahami bahwa gender adalah suatu
konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan
dilihat dari segi pengaruh sosial budaya. Gender dalam arti ini adalah suatu bentuk
rekayasa masyarakat (social constructions), bukannya sesuatu yang bersifat
kodrati.Dalam konteks tersebut, gender harus dibedakan dari jenis kelamin (seks).Jenis
kelamin merupakan pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang
ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Sedangkan konsep
gender adalah suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang
dikonstruksi secara sosial maupun kultural.
Perspektif gender dalam al-Qur’an tidak sekedar mengatur keserasian relasi
gender, hubungan laki-laki dan perempuan dalam masyarakat, tetapi lebih dari itu al-
Qur’an juga mengatur keserasian pola relasi antara mikro-kosmos (manusia),
makrokosmos (alam), dan Tuhan. Konsep berpasang-pasangan (azwâj) dalam al-
Qur’an tidak saja menyangkut manusia melainkan juga binatang QS. al-Syura: 11, dan
tumbuh-tumbuhan QS. Thaha: 53. Bahkan kalangan sufi menganggap makhluk-
makhluk juga berpasang-pasangan. Langit diumpamakan dengan suami yang
menyimpan air QS. al-Thariq: 11 dan bumi diumpamakan isteri yang menerima
limpahan air yang nantinya melahirkan janin atau berbagai tumbuh-tumbuhan QS.
alThariq: 12. Satu-satunya yang tidak mempunyai pasangan ialah Sang Khaliq Yang
Maha Esa QS. al-Ikhlas: 14.

Prinsip - prinsip kesetaraan gender


1. Laki-laki dan perempuan sama-sama sebagai hamba
2. Laki-laki dan perempuan sebagai Khalifah di bumi
3. Laki-laki dan perempuan menerima perjanjian primordial
4. Adam dan Hawa, terlibat secara aktif dalam drama kosmis
Implementasi kesetaraan gender perspektif al-Qur’an dalam hukum Islam terlihat
pada adanya transformasi hukum Islam yang bertalian dengan isu kesetaraan relasi
antara laki-laki dan perempuan seperti pada hukum poligami dan kewarisan dalam
Islam. Begitu juga di bidang profesi seperti hakim perempuan serta memicu lahirnya
produk hukum yang berpespektif kesetaraan dan keadilan gender.
PENUTUP

Kesimpulan

Politik merupakan pemikiran yang mengurus kepentingan masyarakat.Pemikiran tersebut


berupa pedoman, keyakinan hokum atau aktivitas dan informasi. Beberapa prinsip politik
islam berisi: mewujudkan persatuan dan kesatuan bermusyawarah, menjalankan amanah
dan menetapkan hokum secara adil atau dapat dikatakan bertanggung jawab, mentaati
Allah, Rasulullahdan Ulill Amr (pemegang kekuasaan) dan menepati janji. Korelasi
pengertian politik islam dengan politik menghalalkan segala cara merupakan dua hal yang
sangat bertentangan. Islam menolak dengan tegas mengenai politik yang menghalalkan
segala cara.Pemerintahan yang otoriter adalah pemerintahan yang menekan dan
memaksakan kehendaknya kepada rakyat. Setiap pemerintahan harus dapat melindungi,
mengayomi masyarakat.Sedangkan penyimpangan yang terjadi adalah pemerintahan yang
tidak mengabdi pada rakyatnya; menekan rakyatnya. Sehingga pemerintahan yang terjadi
adalah otoriter. Yaitu bentuk pemerintahan yang menyimpang dari prinsip-prinsip
islam.Tujuan politik islam pada hakikatnya menuju kemaslahatan dan kesejahteraan
seluruh umat
DAFTA PUSTAKA

S. Hornby, Oxford Advanced Learner‟s Dictionary of Current English, (United Kingdom:


Oxford University Press, 2010).

Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2001).

Miriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1972), h. 8

Jurnal Ummul Qura Vol V, No 1, Maret 2015 88

Ibn Manzur, Lisan al-Arab, Jilid 6 (Bierut,: Dar al-Shadir, 1986), h. 108.

Jimly Asshiddiqie, Konstitusi Dan Konstituaslisme Indonesia (Sinar Grafika 2005), hlm. 101

Abdul Wahab Khallaf, Al Siyasah Al Syar’iyyah (Rineka Cipta 1993)

Abdullah Zawawi, ‘Politik Dalam Pandangan Islam’ (2015) V Ummul Quro

Ahmad Fathi Bahansi, Al Siyasah Al Jinayah Fi Al Syari’ah Al Islamiyah (Dar al Arubah)

Ahmad Sukardja, Piagam Madinah Dan UUD 1945, Kajian Perbandingan Tentang
Dasar Hidup Bersama Dalam Masyarakat Yang Majemuk (UI Press 1995)

PRINSIP DASAR HUKUM POLITIK ISLAMDALAM PERSPEKTIF AL-


QURAN43PETITA, Vol 2, No. 1, 2017

Anda mungkin juga menyukai