Anda di halaman 1dari 17

Perencanaan

Pajak Atas Biaya

Kelompok 6 :
Febi Ayu Lisna Kuswara 21043007
Gabriella Yovana 21043008
Lidia Ayu Lestari 21043043
A. Beban yang diperkenankan sesuai Undang-Undang Pajak (Deductible
Expense)

Beban-beban yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto


disebut (deductible cost) dapat dibagi dalam 2 (dua) golongan,
yaitu:
• Beban atau biaya yang mempunyai masa manfaat tidak lebih
dari 1 (satu) tahun dan yang mempunyai masa manfaat lebih
dari 1 (satu) tahun,
• Beban yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari 1
(satu) tahun merupakan biaya pada tahun yang
bersangkutan, misalnya gaji, biaya administrasi dan bunga,
biaya rutin pengolahan limbah dan sebagainya, sedangkan
pengeluaran yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1
(satu) tahun, pembebanannya dilakukan melalui penyusutan
atau melalui amortisasi.
Biaya-biaya yang boleh dikurangkan (deductible expense) dan
penghasilan bruto Wajib Pajak Orang Pribadi dalam rangka menghitung
PPh terutang (Pasal 6 UU PPh) adalah :

a. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan,


termasuk:
• Biaya pembelian bahan
• Biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa, termasuk upah, gaji,
honorarium, bonus, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang
• Bunga, Sewa, dan Royalti Biaya perjalanan
• Biaya pengolahan limbah
• Biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan
• Premi asuransi
• Biaya administrasi
• Pajak, kecuali Pajak Penghasilan
Dengan demikian, pengeluaran-pengeluaran untuk mendapatkan, menagih dan
memelihara penghasilan yang bukan objek pajak maupun penghasilan yang
dikenakan PPh bersifat final tidak boleh dibebankan sebagai biaya.
b. Penyusutan atas pengeluaran untuk h. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih
memperoleh harta berwujud dan amortisasi (PMK.57/PMK.03/2010), dengan syarat:
atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan • Telah dibebankan sebagai biaya dalam
atas biaya lain yang mempunyai masa aporan rugi laba komersial
manfaat lebih dari satu tahun. • Telah diserahkan perkara penagihannya
c. luran kepada dana pensiun yang kepada Pengedilan Negeri atau Badan
pendiriannya telah disahkan Menteri Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN)
Keuangan. atau adanya perjanjian tertulis mengenai
d. Kerugian karena penjualan atau pengalihan penghapusan piutang/pembebasan hutang
harta yang dimiliki dan digunakan dalam antara kreditur dan debitur yang
perusahaan atau yang dimiliki untuk bersangkutan.
mendapatkan, menagih dan memelihara • Telah dipublikasikan dalam penerbitan
penghasilan. umum dan khusus
e. Kerugian karena selisih kurs mata uang • Wajib Pajak harus menyerahkan daftar
asing. piutang yang tidak dapat ditagih kepada
f. Biaya penelitian dan pengembangan yang Direktorat Jenderal Pajak.
dilakukan di Indonesia.
g. Biaya beasiswa, magang dan pelatihan
i. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemenntah

j. Sumbangan dalam rangka peneiltian dan pengembangan yang


dilakukan yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah

k. Biaya Pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur


dengan Peraturan Pemerintah

l. Sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan


Peraturan Pemerintah

m. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya


diatur dalam Peraturan Pemerintah
B. Beban yang tidak diperkenankan sesuai Undang-undang Pajak (Non
Deductible Expense)
Pasal 9 UU PPh mengatur tentang biaya-biaya yang tidak boleh dikurangkan
dari pengahasilan bruto (Non Deductible Expense), yaitu:
a. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali:
• Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain
yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi,
perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutàng
• Cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial
yang dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;
• Cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Smpanan;
• Cadangan biaya rekiamasi untuk usaha pertambangan;
• Cadangan biaya penanaman kembali imtuk usaha kehutanan; dan
• Cadangan biaya penutupan dan pemeiharaan tempat pembuangan
llmbah industri untuk usaha pengolahan Iimbah industri, yang
ketentuan dan syarat-syaratnya diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan
b. Premi asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna, beasiswa yang dibayar oeh
Wajib Pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut
dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan.
c. Penggantian atau imbalan yang sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diberikan dalam bentuk natura atau kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan
minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura
atau kenikmatan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan.
d. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saharn atau
kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan
dengan pekerjaan yang dilakukan.
e. Harta yang dihibahkan, bantuan, sumbangan, dan warisan, jika memenuhi
ketentuan bahwa bagi yang menerimanya bukan objek pajak sesuai Pasat 4 Ayat (3)
i. Pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang
mernpunyai masa manfaat Iebih dan I (satu) tahun tidak dibolehkan untuk
dibebankan sekaligus, melainkan dibebankan melalui penyusutan atau amortisasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 atau Pasal 11A
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2010 tentang
sumbangan bencana, fasilitas pendidikan, penelitian dan pembinaan olah raga dan
pembangunan infrastruktur yang mulai berlaku sejak Tahun Pajak 2010. Menyatakan bahwa:

1. Sumbangan dan/atau biaya yang dapat 2. Sumbangan dan/atau biaya dapat dikurangkan
dikurangkan sampai jumlah tertentu dari dari penghasilan bruto dengan syarat:
penghasilan bruto dalam rangka penghitungan • Wajib Pajak mempunyai penghasilan neto fiskal
penghasilan kena pajak bagi wajib pajak terdiri berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
atas: Penghasilan Tahun Pajak sebelumnya;
• Sumbangan dalam rangka penanggulangan • Pemberian sumbangan dan/atau biaya tidak
bencana nasional menyebabkan rugi pada Tahun Pajak sumbangan
• Sumbangan dalam rangka penelitian dan diberikan;
pengembangan • Didukung oleh bukti yang sah; dan
• Sumbangan pendidikan • Lembaga yang menerima sumbangan dan/ atau
• Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga biaya memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak, kecuali
• Biaya pembangunan infrastruktur sosial badan yang dikecualikan sebagai subjek pajak
merupakan biaya yang dikeluarkan untuk sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
keperluan membangun sarana dan prasarana tentang Pajak Penghasilan.
untuk kepentingan umum dan bersifat nirlaba.
3. Besarnya nilai sumbangan dan/atau biaya pembangunan infrastruktur sosial yang dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 untuk 1 (satu)
tahun dibatasi tidak melebihi 5% (lima persen) dari penghasilan neto fiskal Tahun Pajak
sebelumnya.
4. Sumbangan dan/atau biaya tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto bagi pihak
pemberi apabila sumbangan dan/atau biaya diberikan kepada pihak yang mempunyai
hubungan istimewa sebagaimana dimaksud Undang-Undang tentang Pajak Penghasilan.
a) Sumbangan dapat diberikan dalam bentuk uang dan/atau barang.
b) Biaya pembangunan infrastruktur sosial diberikan hanya dalam bentuk sarana dan/atau
prasarana.
c) Nilai sumbangan dalam bentuk barang ditentukan berdasarkan:
• nilai perolehan, apabila barang yang disumbangkan belum disusutkan
• nilai buku fiskal, apabila barang yang disumbangkan sudah disusutkan; atau
• harga pokok penjualan, apabila barang yang disumbangkan merupakan barang produksi
sendiri
5. Nilai biaya pembangunan infrastruktur sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 ayat (2) ditentukan berdasarkan jumlah yang sesungguhnya dikeluarkan untuk
membangun sarana dan/atau prasarana.
6. Sumbangan dan/atau biaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 wajib dicatat
sesuai dengan peruntukannya oleh pemberi sumbangan.
7. Badan penanggulangan bencana dan lembaga atau pihak yang menerima
sumbangan harus menyampaikan laporan penerimaan dan penyaluran
sumbangan kepada Direktur Jenderal Pajak untuk setiap triwulan.
8. Lembaga penerima sumbangan dan/atau biaya sebagaimana dimaksud wajib
menyampaikan laporan penerimaan sumbangan kepada Direktur Jenderal Pajak
paling lambat pada akhir Tahun Pajak diterimanya sumbangan danj atau biaya.
9. Lembaga penerima sumbangan dan/atau biaya yang mempunyai Nomor Pokok
Wajib Pajak melaporkan sumbangan dan/atau biaya sebagai lampiran laporan
keuangan pada Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Tahun Pajak
diterimanya sumbangan.
10.Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pencatatan dan pelaporan sumbangan
dan/atau biaya diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.
Biaya Telepone seluler dan pemeliharaan kendaraan. Keputusan Dirjen Pajak Nomor
KEP220/PJ./2002 tentang perlakuan pajak penghasilan atas biaya pemakaian telepon seluler
dan kendaraan perusahaan

1. Atas biaya perolehan atau pembelian telepon seluler yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan
untuk pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya, dapat dibebankan sebagai biaya
perusahaan sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah biaya perolehan atau pembelian melalui
penyusutan aktiva tetap kelompok I.
2. Atas biaya berlangganan atau pengisian ulang pulsa dan perbaikan telepon seluler yang dimiliki
dan dipergunakan perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya, dapat
dibebankan sebagai biaya perusahaan sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah biaya
berlangganan atau pengisian ulang pulsa dan perbaikan dalam tahun pajak yang bersangkutan.
3. Atas biaya perolehan atau pembelian atau perbaikan besar kendaraan bus, minibus, atau yang
sejenisyang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk antar jemput para pegawai, dapat
dibebankan seluruhnya sebagai biaya perusahaan melalui penyusutan aktiva tetap kelompok II
4. Atas biaya pemeliharaan atau perbaikan rutin kendaraan bus, minibus, atau yang sejenis yang
dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk antar jemput para pegawai, dapat dibebankan
seluruhnya sebagai biaya perusahaan dalam tahun pajak yang bersangkutan.
5. Atas biaya perolehan atau pembelian atau perbaikan besar kendaraan sedan atau yang sejenis
yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau
pekerjaannya, dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan sebesar 50% (lima puluh persen) dari
jumlah biaya perolehan atau pembelian atau perbaikan besar melalui penyusutan aktiva tetap
kelompok II
6. Atas biaya pemeliharaan atau perbaikan rutin kendaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau
pekerjaannya dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan sebesar 50% (lima puluh persen) dari
jumlah biaya pemeliharaan atau perbaikan rutin dalam tahun pajak yang bersangkutan.
7. Apabila atas penghasilan Wajib Pajak yang dapat dibebani biaya-biaya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 1, Pasal 2 dan Pasal 3 dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final atau
berdasarkan norma penghitungan khusus, maka pembebanan biaya-biaya tersebut telah
termasuk dalam penghitungan Pajak Penghasilan yang bersifat final atau berdasarkan norma
penghitungan khusus.
8. Atas biaya-biaya yang dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1, Pasal 2 dan Pasal 3, tidak merupakan penghasilan bagi para pegawai perusahaan yang
bersangkutan.
C. Perencanaan Pajak Untuk Mengefisienkan Beban Pajak
Beberapa strategi yang digunakan dalan mengefisienkan beban pajak adalah :

a) Pemilihan Bentuk Badan Usaha antara pemilihan bentuk PT atau CV.


b) Memilih lokasi Perusahaan atau melakukan penanaman modal di bidang usaha
yang mendapat prioritas tinggi dalam skala nasional dan dapat diberikan
fasilitas perpajakan
c) Mengambil keuntungan yg sebesar-besarnya dari pengecualian atau
pengurangan atas Penghasilan Kena Pajak.
d) Penempatan modal perusahan kepada perseroan terbatas lebih
menguntungkan kalau besarnya modal yang disetor paling rendah 25 %.
e) Memberikan tunjangan kepada karyawan dalam bentuk uang atau natura /
kenikmatan
f) Menghindari lebih bayar untuk menghindari kerugian finansil , menghindari
pemeriksaan pajak.
g) Pemilihan metode penilaian persediaan dengan metode Average daripada
FIFO.
h) Untuk pendanaan aktiva tetap lebih menguntungkan secara leasing dengan
hak opsi dibandingkan pembelian langsung.
i) Pemilihan metode penyusutan jika prediksi laba cukup besar sebaiknya
menggunakan metode saldo menurun. Tapi jika pada awal investasi tidak
dapat memberikan keuntungan, maka metode garis lurus lebih
menguntungkan.
j) Menghindari pengenaan pajak dengan cara mengarahkan transaksi pada
yang bukan objek pajak.
k) Mengoptimalkan kredit pajak.
l) Penundaan pembayaran kewajiban pajak sampai akhir batas jatuh tempo.
Kesimpulan
Perencanaan pajak dilakukan sebagai upaya untuk
menghindari pajak yang dilakukan secara legal dan aman bagi
wajib pajak. Perusahaan dapat memanfaatkan deductible dan
undeductible expense dalam melakukan perencanaan pajak
yang dimaksud tax planning ialah suatu proses perekayasaan
transaksi yang terkait dengan kewajiban perpajakan, deductible
ialah biaya yang dapat dikurangkan sebagai pengurangan pajak
dan undeductible ialah biaya yang tidak dapat dikurangkan
sebagai pengurangan pajak. Bahwa perusahaan dapat
memanfaatkan loopholes yang agar biaya yang seharusnya
undeductible menjadi deductible.
- Thank You-
Questions
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent
rutrum maximus mauris sed sodales. Ut rhoncus lacinia nisi eu
tempus. Proin justo eros, mollis laoreet massa non, tincidunt
pharetra leo. Cras facilisis leo non nibh congue volutpat.

Fusce vitae sagittis dolor. Sed magna dolor, molestie vel libero id,
tempus malesuada tortor. Duis ullamcorper lacus sed est ultricies, at
imperdiet orci scelerisque. Nunc interdum sem id nulla efficitur
consectetur. Sed varius massa sit amet nulla euismod porttitor.

Anda mungkin juga menyukai