Anda di halaman 1dari 7

DASAR PENGENAAN PAJAK

Secara umum Dasar Pengenaan Pajak adalah nilai berupa uang yang dijadikan dasar untuk
menghitung Pajak yang terutang. Untuk wajib pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap
(BUT) yang menjadi dasar pengenaan pajaknya adalah Penghasilan Kena Pajak (PKP).
Sedangkan wajib pajak luar negeri adalah Penghasilan Bruto (PB).
Cara menghitung Penghasilan Kena Pajak
1. Menggunakan Pembukuan
Penghasilan Kena Pajak (Wajib Pajak Orang Pribadi)
= Penghasilan Neto - PTKP
= (Penghasilan Bruto – Biaya Yang diperbolehkan UU PPh) - PTKP

Penghasilan Kena Pajak (Wajib Badan)


= Penghasilan Neto
= (Penghasilan Bruto – Biaya Yang diperbolehkan UU PPh)

2. Menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan neto


Wajib Pajak boleh menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto adalah Wajib Pajak
Orang Pribadi yang memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Peredaran Bruto kurang dari Rp 4.800.000.000
2. Mengajukan permohonan dalam jangka waktu tiga bulan pertama dari tahun buku
3. Menyelenggarakan pencatatan

BIAYA FISKAL
Pasal 6 ayat (1) UU PPh menyebutkan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan,  yaitu:
1) biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha,  antara lain:
a. biaya pembelian bahan;
b. biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah,  gaji,  honorarium,  bonus, 
gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang;
c. bunga sewa,  dan royalti;
d. biaya perjalanan;
e. biaya pengolahan limbah;
f. premi asuransi;
g. biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan (Peraturan Menteri Keuangan No. 02/PMK.03/2010) 
h. biaya administrasi; dan
i. pajak kecuali Pajak Penghasilan
2) Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas
pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih
dari 1 (satu)  tahun. 
3) Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.
4) kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam
perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan,  menagih,  dan memelihara penghasilan. 
5) kerugian selisih kurs mata uang asing;
6) biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia; 
7) biaya beasiswa,  magang,  dan pelatihan; 
8) piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat:
a. telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial. 
b. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada Direktorat
Jenderal Pajak; dan
c. telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi pemerintah
yang menangani piutang negara; atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan
piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang bersangkutan; atau telah
dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; atau adanya pengakuan dari debitur
bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu;
d. syarat huruf c tidak berlaku untuk penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil;
Yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan
9) Sumbangan dalam rangka:
a) penanggulangan bencana nasional yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;
b) penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia yang ketentuannya diatur
dengan Peraturan Pemerintah;
c) Biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah;
d) fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah; dan
e) pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah. 

BUKAN BIAYA FISKAL


Pasal 9 ayat (1) UU PPh menyebutkan biaya usaha yang tidak diperkenankan sebagai pengurang
penghasilan adalah:
a) Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen,  termasuk dividen
yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis,  dan pembagian sisa hasil
usaha koperasi;
b) Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham,
sekutu, atau anggota;
c) Pembentukan atau pemupukan dana cadangan,  kecuali:
1. cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan
kredit,  sewa guna usaha dengan hak opsi,  perusahaan pembiayaan konsumen,  dan
perusahaan anjak piutangi;
2. cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk oleh
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;
3. cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan; 
4. cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
5. cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan;
6. cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri untuk
usaha pengolahan limbah industri,  yang ketentuan dan syarat-syaratnya diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
d) Premi asuransi kesehatan,  asuransi kecelakaan,  asuransi jiwa, asuransi dwiguna,  dan
asuransi bea siswa,  yang dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi,  kecuali jika dibayar oleh
pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang
bersangkutan;
e) penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam
bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh
pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah
tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; 
f) Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada
pihak mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang
dilakukan;
g) Harta yang dihibahkan,  bantuan atau sumbangan,  dan warisan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 4 ayat (3)  huruf a dan huruf b (ada hubungan usaha,  pekerjaan dan
kepemilikan),  kecuali sumbangan pasal 6 ayat (1)  huruf I s.d huruf m (bencana nasional, 
litbang,  pendidikan,  olah raga dan infrastruktur sosial) serta zakat yang diterima oleh badan
amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau
sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, 
yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.
h)  Pajak Penghasilan;
i) Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak atau orang
yang menjadi tanggungannya;
j) Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan,  firma,  atau perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham; 
k) Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda
yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang perpajakan. 

PTKP (PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK)


Dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri, kepada
nya diberikan penguranagan berupa Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Besar nya PTKP
ditetapkan sebagai berikut:
No. Keterangan Setahun
1. diri Wajib Pajak orang pribadi Rp 54.000.000
2. tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin Rp 4.500.000
3. Tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung dengan Rp 54.000.000
penghasilan suami
4. tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga Rp 4.500.000
semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi
tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap
keluarga.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menghitung PTKP:


1. Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) yang mempunyai anggota keluarga sedarah dan
semenda dalam garis lurus keturunan yang menjadi tanggungan sepenuhnya yaitu: orang
tua, mertua, anak kandung dan anak angkat diberikan tambahan PTKP paling banyak 3
orang.
Tanggungan yang dapat diperhitungkan dalam menghitung PTKP Wajib Pajak Orang
Pribadi harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Merupakan anggota keluarga sedarah atau keluarga semenda dalam garis keturunan
lurus satu derajat.
2. Anggota keluarga tersebut tidak memperoleh penghasilan dan menjadi tanggungan
sepenuhnya wajib pajak.
3. Anak yang belum dewasa, berumur kurang dari 18 tahun dan belum pernah menikah,
meskipun telah memiliki penghasilan sendiri.
4. Untuk anak angkat (selain anggota keluarga sedarah dan semenda dalam garis lurus)
yang dapat diperhitungkan dalam PTKP adalah anak angkat yang belum dewasa
(kurang dari 18 tahun) dan menjadi tanggungan sepenuhnya wajib pajak.
2. Penentuan besarnya PTKP ditentukan pada saat awal tahun.
3. Wanita kawin PTKP hanya untuk dirinya sendiri.
Jika wanita kawin memiliki suami yang tidak memperoleh penghasilan maka PTKP
kawin dan tanggungan nya dapat diperhitungkan dengan syarat melampirkan surat
keterangan dari minimal kecamatan yang menyatakan suami nya tidak punya
penghasilan.

Soal PTKP
Dari soal-soal di bawah ini hitunglah besarnya PTKP
1. Ahmad bujangan
2. Ahmad kawin

3. Ahmad kawin mempunyai anak 2 orang

4. Ahmad duda mempunyai 3 orang anak

5. Ahmad kawin mempunyai 1 orang anak dan tinggal besamanya bapak mertua.

6. Ahmad kawin mempunyai 1 orang anak. Tinggal bersamanya adik kandungnya yang
masih sekolah.

7. Ahmad kawin mempunyai 3 orang anak. Anak 3 lahir pada tanggal 2 Januari
8. Ahmad Kawin dan mempunyai 3 orang anak. Anak ke 2 meninggal dunia pada tanggal 2
Januari.

9. Tina kawin mempunyai anak 2 orang anak

10. Tina tidak kawin dan mempunyai 2 orang anak

11. Tina tidak kawin. Tinggal bersamanya ibu dan bapak nya yang sudah tua

Anda mungkin juga menyukai