Anda di halaman 1dari 50

PERPAJAKAN I

AKA230
Visi
Menjadi salah satu lembaga pendidikan
tinggi ekonomi dan bisnis yang unggul dan
bermatabat di ASEAN pada tahun 2030
Misi
Menyelenggarakan pendidikan tinggi
dibidang ekonomi dan bisnis secara
profesional dan kompetitif untuk
menghasilkan SDM yang berkualitas
dan berdaya saing internasional
dengan menjunjung tinggi integritas,
moral, imtaq dan berbudaya
Desy Amaliati Setiawan, SE, M.Ak
Pajak Penghasilan – PPh Pasal-21/26
(WP-Orang Pribadi)
- Sebagai Pegawai Tetap (Penghasilan Teratur)
SUBJEK PAJAK PENGHASILAN
SUBJEK PAJAK ORANG PRIBADI :

Subjek Pajak Orang Pribadi


Pasal 2 Ayat (2)

OP-Dalam Negeri OP-Luar Negeri


SUBJEK PAJAK ORANG PRIBADI :

Subjek Pajak Orang Pribadi


Dalam Negeri

WP-OP
WP-OP
(Menjalankan Usaha
(Pegawai/Karyawan)
/Pekerjaan Bebas)
Jenis Pegawai :

1. Pegawai tetap
2. Pegawai Tidak Tetap
a. Pegawai Harian
b. Pegawai Borongan
c. Pegawai Bulanan
3. Pensiunan
4. Bukan Pegawai/Melakukan Pekerjaan bebas
5. Peserta Kegiatan
OBJEK PAJAK PENGHASILAN
OBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (1)

P E N G H A S I LA N

SETIAP TAMBAHAN KEMAMPUAN EKONOMIS YANG :

- Diterima atau diperoleh Wajib Pajak,


- Berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia,
- Dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan Wajib Pajak,

DENGAN NAMA DAN DALAM


BENTUK APAPUN
OBJEK PAJAK TIDAK FINAL
Pasal 4 ayat (1)

Penggantian atau imbalan berkenaan dgn pekerjaan atau jasa yg diterima


atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus,
gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dlm bentuk lainnya, kec. ditentukan
lain dlm UU ini
Hadiah sehubungan dgn pekerjaan/kegiatan dan penghargaan
Laba usaha

Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk :


1. keuntungan krn pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan
badan lainnya sbg penggantian saham/penyertaan modal;
2. keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan dan badan lainnya krn
pengalihan harta kpd pemegang saham, sekutu atau anggota;
3. keuntungan krn likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan, atau pengambilalihan usaha;
4. keuntungan krn pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan,
kec. yang diberikan kpd keluarga sedarah dlm garis keturunan lurus satu
derajat, dan badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial
atau pengusaha kecil termasuk koperasi yg ditetapkan oleh Menkeu,
sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, peekerjaan, kepemilikan atau
penguasaan antara pihak-pihak yg bersangkutan
OBJEK PAJAK TIDAK FINAL
Pasal 4 ayat (1)
Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai
biaya
Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan krn
jaminan pengembalian utang
Deviden, dgn nama dan dlm bentuk apapun, termasuk deviden dari
perusahaan asuransi kpd pemegang polis, dan pembagian SHU koperasi
Royalti, sewa dan penghasilan lain sehubungan dgn penggunaan harta

Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala


Keuntungan krn pembebasan utang, kecuali sampai dgn jumlah tertentu
yg ditetapkan dgn PP
Keuntungan krn selisih kurs mata uang asing, selisih lebih karena
penilaian kembali aktiva, premi asuransi, iuran yg diterima atau diperoleh
perkumpulan dari anggotanya yg terdiri dari WP yg menjalankan usaha /
pekerjaan bebas,
tambahan kekayaan neto yg berasal dari penghasilan yg belum dikenakan
pajak.
PENGHASILAN TERTENTU YANG PENGENAAN PAJAKNYA TELAH DIATUR
PERATURAN PEMERINTAH (PP)  OBJEK PPH FINAL
1. PENGHASILAN TRANSAKSI PENJUALANSAHAM DI BURSA EFEK
( PP No. 41 TAHUN 1994 jo PP No. 14 TAHUN 1997)

2. PENGHASILAN DARI HADIAH UNDIAN ( PP No. 42 TAHUN 1994 )

3. PENGHASILAN DARI PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU


BANGUNAN (PP No. 48 TAHUN 1994 jo PP No. 27 TAHUN 1996)

4. PENGHASILAN DARI BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN SERTA


DISKONTO SBI ( PP No. 51 TAHUN 1994)

5. PENGHASILAN DARI PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN


( PP No. 29 TAHUN 1996 )

6. PENGHASILAN BERUPA BUNGA/DISKONTO OBLIGASI YG DIJUAL


DI BURSA EFEK ( PP No. 46 TAHUN 1996)

7. PENGHASILAN DARI USAHA JASA KONSTRUKSI


DAN JASA KONSULTAN ( PP No. 73 TAHUN 1996)
TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (3)

1. Bantuan sumbangan sepanjang tidak ada hubungan usaha, pekerjaan,kepemilikan/ penguasaan antara
pemberi & penerima
2. Harta hibah yg diterima oleh :
a. Keluarga sedarah dlm garis keturunan lurus satu derajat
b. Pengusaha kecil yg ditetapkan Menkeu
Sepanjang tidak ada hubungan usaha, pekerjaan,kepemilikan/ penguasaan antara pemberi & penerima
3. Warisan
4. Penggantian/ imbalan sehubungan dg pekerjaan atau jasa yg diterima/ diperoleh dalam bentuk natura/
kenikmatan dari WP atau pemerintah
5. Pembayaran dr perusahaan asuransi kepada OP sehubungan dgn ass kesehatan,ass kecelakaan,ass
jiwa,ass dwiguna dan ass bea siswa
6. Bagian laba yg diterima/ diperoleh anggota dari perseroan komanditer yg modalnya tdk terbagi atas
saham-saham
OBJEK PAJAK - HADIAH
JENIS-JENIS PENGHASILAN
PENGHASILAN NETTO FISKAL

1.Penghasilan dari Pekerjaan/ Sebagai


Karyawan
2.Penghasilan Netto Lainnya
3.Penghasilan Luar Negeri
PENGHASILAN DARI PEKERJAAN

Penggantian/ imbalan yg diterima OP


sehubungan dengan hubungan kerja.

Contoh penghasilan :
gaji, upah, tunjangan, honorarium,
komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, dll.
PENGHASILAN NETTO DN LAINNYA

• Tidak termasuk yg telah dikenakan PPh Final


atau Penghasilan yg Bukan Objek PPh
• Penghasilan dari modal :
bunga, deviden, royalti, sewa, keuntungan
penjualan harta yg tdk dipergunakan usaha.
• Penghasilan lain-lain :
Hadiah, penghargaan, pembebasan utang,
keuntungan selisih kurs, dll.
PENGHASILAN LUAR NEGERI

Seluruh penghasilan yg berasal dari Luar


Negeri harus diperhitungkan sebagai Objek
Pajak Tidak Final
CARA PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN
Penghitungan PPh Pasal 21
Pegawai tetap
Gaji, Tunjangan, Premi Asuransi Dibayar
Pemberi Kerja
Dikurangi dengan
1. Biaya jabatan, 5% dari pengh. Bruto maks.
Rp.6.000.000 per tahun atau Rp.500.000 per
bulan
2. Iuran pensiun, THT/JHT yang dibayar sendiri

Penghasilan Neto (setahun/disetahunkan)

Dikurangi PTKP

Penghasilan Kena Pajak

Dikenakan Tarif Pasal 17


PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK/ PTKP
Apa Itu PTKP
• PTKP 2022 atau Penghasilan Tidak Kena Pajak 2022 adalah jumlah pendapatan wajib
pajak pribadi yang dibebaskan dari PPh Pasal 21 yang berlaku pada tahun 2022 ini.
Dalam menghitung PPh 21, PTKP ini berfungsi sebagai pengurang penghasilan neto
wajib pajak. Hal ini tertera dalam pasal 7 UU Pajak Penghasilan No.36 Tahun 2008. 
• Pada 2022 ini, acuan dari penghitungan PPh 21 adalah PTKP 2022. Adapun prinsip
dari penggunaan PTKP secara umum adalah sebagai berikut:
• Apabila penghasilan tidak melebihi PTKP, wajib pajak pribadi tidak akan dikenakan
pajak penghasilan pasal 21.
• Apabila penghasilan melebihi PTKP, maka penghasilan neto setelah dikurangi PTKP
akan menjadi dasar penghitungan PPh 21. 
Dasar Hukum

Hukum yang mendasari pembahasan tentang PTKP ini adalah 


Undang-Undang Harmonisasi Perpajakan No. 7 Tahun 2021
pada bab III pasal 7. Sebagai tindak lanjut dari aturan tersebut,
ada aturan yang lebih rinci terkait penghasilan tidak kena pajak
yang disebut sebagai PTKP 2022. 
Tanggungan PTKP
Lalu, untuk siapa sajakah PTKP ini berlaku? PTKP berlaku untuk
seluruh wajib pajak orang pribadi yang memiliki penghasilan. Namun,
tentu setiap wajib pajak ada yang telah memiliki tanggungan. Pada
dasarnya, yang menjadi tanggungan PTKP adalah sebagai berikut:

Keluarga yang sedarah yang meliputi orang tua kandung, saudara


kandung, anak kandung, dan anak angkat.
Keluarga semenda yang meliputi mertua, anak tiri dan ipar.
Adapun jumlah maksimal anggota keluarga yang menjadi tanggungan
PTKP tersebut adalah 3 orang untuk setiap keluarga. Apabila lebih
dari 3 orang, maka tidak akan ada penyesuaian PTKP untuk mengurangi
pajaknya.
Perubahan Tarif PTKP
• Penetapan tarif PTKP 2021 ini berdasarkan pada PMK No. 101/PMK.010/2026 yang diterbitkan oleh
Menteri Keuangan. Sedangkan untuk penetapan tarif PTKP untuk pegawai yang menerima upah secara
mingguan, harian, atau berstatus tidak tetap, diatur dalam PMK No. 102/PMK.010/2016.
• Dalam periode waktu tertentu, tarif PTKP PPh 21 ini bisa saja berubah. Maka dari itu, penting bagi wajib
pajak untuk tahu nilai PTKP terbaru. Berikut ini adalah besaran tarif PTKP orang pribadi terbaru yang
wajib Anda ketahui:
• Bagi wajib pajak orang pribadi sebesar Rp54.000.000
• Bagi wajib pajak yang kawin memperoleh tambahan sebesar Rp4.500.000
• PTKP bagi istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami, sebesar Rp54.000.000
• Bila ada tambahan, maksimal 3 orang untuk tanggungan keluarga sedarah dalam satu garis keturunan,
semenda, atau anak angkat, sebesar Rp4.500.000
• Adapun yang dimaksud dengan keluarga sedarah adalah orang tua kandung, saudara kandung, dan anak.
Sedangkan keluarga semenda adalah mertua, anak tiri, dan ipar.
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Rp.54.000.000,- Untuk diri Wajib Pajak

Rp.4.500.000,- Tambahan utk WP Kawin

Tambahan untuk setiap


anggota keluarga sedarah
semenda dalam garis
Rp.4.500.000,-,-
keturunan lurus serta anak
angkat yg menjadi tanggungan
sepenuhnya maksimal 3 orang

Penerapan PTKP ditentukan oleh keadaan pada awal tahun


kalender atau awal bulan dari bagian tahun kalender
HUBUNGAN KELUARGA

SEDARAH SEMENDA

AYAH
MERTUA
+
WP
IBU

10 10 KE ATAS 10 KE ATAS 10
KE KE
SAUDARA SAM
WP + ISTRI SAM IPAR WP
KANDUNG PING PING

10 KE BAWAH 10 KE BAWAH

ANAK ANAK
KANDUNG TIRI WP
SEDARAH SEMENDA
Setiap wajib pajak dengan beda status memiliki besaran tarif PTKP yang
berbeda-beda, seperti pada tabel berikut ini: 
PTKP Karyawati

Kawin
Tidak
Kawin Suami tidak
Kawin
berpenghasilan

1. Diri sendiri; 1. Diri sendiri;


Hanya untuk
2. Status kawin; 2. Tanggungan
diri sendiri
3. Tanggungan maks 3.
maks 3.

menunjukkan ket. tertulis dari pemerintah daerah setempat


serendah-rendahnya kecamatan bahwa suami tidak menerima/
memperoleh penghasilan
Tarif : PPh-21 untuk Pegawai Tetap

Note : Bila Tidak mempunyai NPWP tarif-nya 20% lebih tinggi


Pemotongan PPh-21

Pemotongan PPh Pasal 21 atas Penghasilan


sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau
kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apa
pun yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak orang pribadi dalam negeri wajib
dilakukan oleh:
Pemotongan PPh-21
1.pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang
dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai;
2.bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium,
tunjangan, dan pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa,
atau kegiatan;
3.dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dan
pembayaran lain dengan nama apa pun dalam rangka pensiun;
4.badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan
sehubungan dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan
pekerjaan bebas; dan
5.penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan dengan
pelaksanaan suatu kegiatan
Pemotongan PPh-21
Tidak termasuk sebagai pemberi kerja yang wajib
melakukan pemotongan pajak sebagaimana tersebut
di atas adalah kantor perwakilan negara asing dan
organisasi-organisasi internasional. Jika pemberi
pemberi kerja yang wajib melakukan pemotongan
pajak sebagaimana tersebut di atas adalah kantor
perwakilan negara asing dan organisasi-organisasi
internasional maka disebut dan termasuk dalam
kategori pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 26
(selanjutnya disingkat Pasal 26).
Pemotongan PPh-21
Penghasilan pegawai tetap atau pensiunan yang dipotong pajak
untuk setiap bulan adalah jumlah penghasilan bruto setelah
dikurangi dengan biaya jabatan atau biaya pensiun yang
besarnya ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan, iuran
pensiun, dan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Penghasilan
pegawai harian, mingguan, serta pegawai tidak tetap lainnya
yang dipotong pajak adalah jumlah penghasilan bruto setelah
dikurangi bagian penghasilan yang tidak dikenakan pemotongan
yang besarnya ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan.
Tarif pemotongan atas penghasilan adalah tarif pajak
sebagaimana dimaksud dalam UU PPh Pasal 17 ayat (1) huruf a,
kecuali ditetapkan lain dengan Peraturan Pemerintah.
Pemotongan PPh-21
Besarnya tarif yang diterapkan terhadap Wajib
Pajak yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak
lebih tinggi 20% (dua puluh persen) daripada
tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang
dapat menunjukkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
Ketentuan mengenai petunjuk pelaksanaan
pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan
dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.
Kemudian atas penghasilan tersebut di bawah ini,
dengan nama dan dalam bentuk apa pun, yang
dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah
jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah,
subjek pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan,
bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar
negeri lainnya kepada Wajib Pajak luar negeri selain
bentuk usaha tetap di Indonesia dipotong PPh Pasal
26 sebesar 20% (dua puluh persen) dari jumlah bruto
oleh pihak yang wajib membayarkan:
1.dividen;
2.bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan
dengan jaminan pengembalian utang;
3.royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta;
4.imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan;
5.hadiah dan penghargaan;
6.pensiun dan pembayaran berkala lainnya;
7.premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya; dan/atau
8.keuntungan karena pembebasan utang.
Negara domisili dari Wajib Pajak luar negeri selain yang
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan usaha melalui bentuk
usaha tetap di Indonesia adalah negara tempat tinggal atau tempat
kedudukan Wajib Pajak luar negeri yang sebenarnya menerima
manfaat dari penghasilan tersebut (beneficial owner). Atas
penghasilan dari penjualan atau pengalihan harta di Indonesia,
kecuali yang diatur dalam UU PPh Pasal 4 ayat (2), yang diterima
atau diperoleh Wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap
di Indonesia, dan premi asuransi yang dibayarkan kepada
perusahaan asuransi luar negeri dipotong pajak 20% (dua puluh
persen) dari perkiraan penghasilan neto. Atas penghasilan dari
penjualan atau pengalihan saham dipotong pajak sebesar 20% (dua
puluh persen) dari perkiraan penghasilan neto.
Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi pajak dari suatu bentuk usaha tetap
di Indonesia dikenai pajak sebesar 20% (dua puluh persen), kecuali penghasilan
tersebut ditanamkan kembali di Indonesia, yang ketentuannya diatur lebih
lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. Pemotongan pajak
tersebut di atas bersifat final, kecuali:

pemotongan atas penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan, penjualan
barang, atau pemberian jasa di Indonesia yang sejenis dengan yang dijalankan
atau yang dilakukan oleh bentuk usaha tetap di Indonesia dan penghasilan yang
diterima atau diperoleh kantor pusat, sepanjang terdapat hubungan efektif
antara bentuk usaha tetap dengan harta atau kegiatan yang memberikan
penghasilan dimaksud.
pemotongan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau
badan luar negeri yang berubah status menjadi Wajib Pajak dalam negeri atau
bentuk usaha tetap.
Contoh Perhitungan PPh- Pasal-21
Untuk Pegawai Tetap
Berdasarkan Sifatnya, Penghasilan Pegawai Tetap dibedakan
menjadi :

Ch: gaji, dan


Penghasilan tunjangan teratur
Teratur lainnya termasuk
lembur
Jenis
Penghasilan
Pegawai Tetap
Ch: jasa produksi,
tantiem,
Penghasilan gratifikasi, bonus,
Tidak teratur THR (biasanya
dibayarkan
setahun sekali)
Contoh Penghitungan : Pegawai Tetap (K/0)
Budi Karyanto pegawai pada perusahaan PT Candra Kirana, menikah tanpa anak,
memperoleh gaji sebulan Rp.6.000.000,00. PT.Candra Kirana mengikuti program
Jamsostek, premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan Kematian dibayar oleh
pemberi kerja dengan jumlah masing-masing 0,50% dan 0,30% dari gaji. PT Candra
Kirana menanggung iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar 3,70% dari gaji
sedangkan Budi Karyanto membayar iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji
setiap bulan. Disamping itu PT Candra Kirana juga mengikuti program pensiun untuk
pegawainya. PT Candra Kirana membayar iuran pensiun untuk Budi Karyanto ke dana
pensiun, yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, setiap bulan
sebesar Rp100.000,00, sedangkan Budi Karyanto membayar iuran pensiun sebesar
Rp50.000,00. Pada bulan Juli 2022 Budi Karyanto hanya menerima pembayaran berupa
gaji. 
Penghitungan PPh Pasal 21 bulan Juli 2022 adalah sebagai berikut:
Penghitungan PPh Pasal 21 bulan Juli 2022 adalah sebagai berikut:

Gaji 6,000,000
Premi Jaminan Kecelakaan kerja (0.5% x Rp.6.000.000) 30,000
Premi Jaminan Kematian (0.3% x Rp.6.000.000) 18,000 (+)
Penghasilan Bruto 6,048,000
Pengurangan :
1.Biaya Jabatan : 5% x Rp. 6.048.000 = 302,400
2.Iuran Pensiun 50,000
3.Iuran Jaminan Hari Tua (2% x Rp.6.000.000) 120,000 (+)
Total Pengurangan 472,400

Penghasilan Netto (Sebulan) 5,575,600


Penghasilan Netto (Setahun) 66,907,200

PTKP :
1. Untuk WP Sendiri 54,000,000
2. Tambahan WP Kawin 4,500,000 (+)
Total PTKP 58,500,000

Penghasilan Kena Pajak 8,407,200

Pajak PPh-21 Terutang :


5% x Rp. 8.407.200 = 420,360
PPh-21 Terutang untuk bulan Juli → Rp. 420.360/12 = 35,030
Contoh Penghitungan : Pegawai Tetap (K/3)
Budi Karyanto pegawai pada perusahaan PT Candra Kirana, menikah dengan 3
orang anak, memperoleh gaji sebulan Rp.8.000.000,00. PT.Candra Kirana mengikuti
program Jamsostek, premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan Kematian
dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing 0,50% dan 0,30% dari gaji.
PT Candra Kirana menanggung iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar 3,70% dari
gaji sedangkan Budi Karyanto membayar iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari
gaji setiap bulan. Disamping itu PT Candra Kirana juga mengikuti program pensiun
untuk pegawainya. PT Candra Kirana membayar iuran pensiun untuk Budi Karyanto ke
dana pensiun, yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, setiap bulan
sebesar Rp100.000,00, sedangkan Budi Karyanto membayar iuran pensiun sebesar
Rp50.000,00. Pada bulan Juli 2022 Budi Karyanto hanya menerima pembayaran berupa
gaji. 
Penghitungan PPh Pasal 21 bulan Juli 2022 adalah sebagai berikut:
TERIMA KASIH
EMOGA SUKSES SEMUA

Anda mungkin juga menyukai