Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KEUANGAN

KOM ERSIA L& LA PORA N


KEUANGAN FISKAL
Tujuan Pembelajaran
Diharapkan mahasiswa mampu memahami:
• Kedudukan laporan keuangan komersial dan laporan
keuangan fiscal
• Proses penyusunan laporan keuangan fiscal
• Perbedaan laporan keuangan komersial dan laporan
keuangan fiskal
• Rekonsiliasi fiskal
TUJUA N A KUNTA NSI
KOMERSIAL
Tujua n p o ko k a kunta ns i ko me rs ia l a d a l a h
memberikan informasi ke p a d a p a ra
p e ng g una nya te nta ng posisi k e u a n g a n dan
hasil kinerja atau ke giatan o p e r a s i o n a l
P e rus a ha a n seba g a i da sa r d a la m
p e n g a m b i l a n keputusan ekonomi.
TUJUA N A KUNTA NSI
PAJAK
Tujuan pokok akuntansi pajak adalah menetapkan
besarnya penghasilan kena pajak (PKP), khususnya yg
terkait dengan kewajiban pajak penghasilan. disamping
itu, akuntansi pajak juga terkait dengan pembukuan atas
kewajiban untuk memungut Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM).
BAGAIMANA CARA MENENTUKAN PKP?
Secara skematis, hubungan antara laba akuntansi dengan laba
fiskal dapat digambarkan sebagai berikut:
LAPORAN LABA RUGI

REKONSILIASI FISKAL
LABA AKUNTANSI LABA FISKAL
Koreksi fiskal

BEDA
PKP

BEDA PERMANEN BEDA


TEMPORER/WAKTU
BEDA PERMANEN/BEDA TETAP
Perbedaan permanen terjadi karena peraturan pajak mengharuskan
hal-hal berikut dikeluarkan dari perhitungan laba fiskal (PKP):
Penghasilan yg telah dikenakan PPH Final (PPH Pasal 4 Ayat 2)
Penghasilan yang bukan merupakan objek pajak (Pasat 4 Ayat 3)
Pengeluaran yg tdk berhubungan langsung dengan
kegiatan usaha (Pasal 9 Ayat 1)
Biaya yg dikeluarkan untuk mendapatkan penghasilan yang bukan
merupakan objek pajak (4AYAT 3) dan biaya
yg dikeluarkan untuk mendapatkan penghasilan yg telah dikenakan
UU PPH Pasal 4 Ayat 2 (PPH Final)
Penghasilan di bawah ini dapat dikenai PPh Pasal 4 ayat (2) bersifat final:
1. penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi
dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi
kepada anggota koperasi orang pribadi;
2. penghasilan berupa hadiah undian;
3. penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif
yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau
pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima
oleh perusahaan modal ventura;
4. penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau
bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah
dan/atau bangunan; dan
5. penghasilan tertentu lainnya
UU PPH Pasal 4 Ayat 3 (Bukan Objek Pajak)
• Bantuan atau sumbangan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak, termasuk
zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang disahkan oleh
pemerintah.
• Penghasilan berupa harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial
termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan
kecil sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha atau penguasaan di antara pihak-
pihak yang bersangkutan.
• Harta warisan.
• Setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau sebagai
pengganti penyertaan modal.
• Imbalan pekerjaan atau jasa yang diterima dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan
dari Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib
Pajak yang dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak khusus lainnya.
• Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan
asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, maupun
asuransi bea siswa.
UU PPH Pasal 4 Ayat 3 (Bukan Objek Pajak)
• Dividen yang diterima perusahaan dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan
bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan,
dan kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima
persen) dari jumlah modal yang disetor.
• Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri
Keuangan.
• Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam bidang-bidang tertentu yang
ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.
• Bagian laba yang diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas
saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan
kontrak investasi kolektif.
• Bagian laba yang diperoleh perusahaan ventura;
• Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu.
• Sisa lebih yang diterima lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan atau bidang
penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang
ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan atau penelitian dan
pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih
tersebut.
• Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib
Pajak tertentu.
UU PPH Pasal 9 Ayat 1 (Non Deductible Expense)
• pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen,
termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang
polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;
• biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang
saham, sekutu, atau anggota;
• pembentukan atau pemupukan dana cadangan, dengan syarat tertentu;
• premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna,
dan asuransi bea siswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang
pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung
sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan;
• penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan
dalam bentuk natura dan kenikmatan (mulai tahun pajak 2022
DIHAPUS), kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai
serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah
tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
UU PPH Pasal 9 Ayat 1 (Non Deductible Expense)
• jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau
kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan
dengan pekerjaan yang dilakukan;
• harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana yang
diatur dalam pasal 4 ayat 3 huruf a dan b, kecuali sumbangan sebagaimana yang
dimaksud dalam pasal 6 ayat 1 huruf i sampai m;
• Pajak Penghasilan;
• biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak
atau orang yang menjadi tanggungannya;
• gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham;
• sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana
berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di
bidang perpajakan.
BEDATEMPORER/ BEDAWAKTU

Perbedaan temporer adalah perbedaan antara laba


menurut akuntansi dan penghasilan kena pajak yang
disebabkan oleh ketentuan perpajakan dan
memberikan pengaruh di masa mendatang dalam
jangka waktu tertentu sehingga pengaruh terhadap
laba akuntansi dan penghasilan kena pajak akhirnya
menjadi sama.
Koreksi fiskal dibuat atas dasar
perbedaan permanen dan
temporer. koreksi fiskal dapat
berupa koreksi positif dan koreksi
negatif. koreksi positif adalah
koreksi pajak yg membuat laba
fiskal menjadi lebih besar
dibanding laba akuntansi.
sedangkan koreksi negatif adalah
koreksi pajak yang membuat laba
fiskal menjadi lebih kecil
dibanding laba komersial
Koreksi positif dilakukan akibat adanya
hal-hal berikut:
1. Biaya yang tidak diakui oleh pajak (nondeductible expense) – sesuai pasal 9
ayat 1
2. Penyusutan menurut akuntansi lebih besar dibanding penyusutan menurut
pajak
3. Amortisasi menurut akuntansi lebih besar dibanding amortisasi menurut
pajak
4. Pendapatan yang ditangguhkan pengakuannya (pendapatan diterima
dimuka)
5. Kerugian yang belum direalisasi atas penurunan sementara nilai persediaan
6. Biaya garansi produk menurut akuntansi lebih besar dibanding menurut
pajak
7. Penyesuaian fiskal positif lainnya
Koreksi negatif dilakukan akibat
adanya hal-hal berikut:
1. Penghasilan yang tidak termasuk objek pajak (pasal 4 ayat 3)
2. Penghasilan yang dikenakan PPH final (pasal 4 ayat 2)
3. Penyusutan yang menurut akuntansi lebih kecil dibanding penyusutan
menurut fiskal
4. Amortisasi menurut akuntansi lebih kecil dibandingkan dengan amortisasi
menurut fiskal
5. Pendapatan yang masih harus diterima (telah diakui sebagai pendapatan
meskipun belum ada realisasi penerimaan uang)
6. Keuntungan yang belum direalisasikan atas kenaikan sementara nilai
sekuritas
7. Penjualan cicilan
8. Penyesuaian fiskal lainnya
Contoh kasus
PT Teknikal Listrik adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam produksi peralatan listrik rumah tangga yang
berkedudukan di Jakarta. Berikut laporan laba rugi P Teknikal Lisrik Tahun 2022, terdapat beberapa informasi
tambahan terkai laporan laba rugi perusahaan:
• Dalam biaya gaji terdapat PPh pasal 21 ditanggung perusahaan Rp55.000.000 dan gaji asisten rumah tangga
para direksi Rp20.000.000
• Dalam biaya premi asuransi karyawan terdapat biaya asuransi jiwa pemegang saham Rp45.000.000
• Dalam biaya perjalanan dinas, yang didukung dengan bukti dan berhubungan dengan kegiaan usaha sebesar
Rp75.000.000
• Dalam biaya listrik termasuk biaya listrik untuk rumah dinas para direksi Rp22.500.000
• Rincian biaya lain-lain:
• Jamuan tamu yang tidak ada daftar nominatif Rp32.500.000
• Sumbangan untuk hari kartini Rp50.000.000
• Denda bunga sura tagihan pajak Rp15.500.000
Pendapatan (biaya) lain2:
• Pendapatan dividen dari PT ABC yang dilaporkan setelah dipotong PPh 23 sedangkan PT XYZ tidak dipoong PPH
23.
• Keuntungan penjualan investasis saham berasal dari transaksi penjualan melalui bursa efek Indonesia, setalah
dipotong PPH final 0,1%. Jumlah keuntungan penjualan gedung sebelum dipotong PPH final.
• Pendapatans ewa berasal dari pendapatan sewa truk PT Indo trruk setelah dipotong pPH 23
• Rugi selisih kurs dihitung sesuai standar akuntansi yang berlaku.
• Pajak yang dipotong atas penghasilan di Tiongkok Rp9.000.000
Deskripsi Komersial Koreksi Fiskal Fiskal Keterangan
Positif Negatif
Penjualan Bruto 48.000.000.000
Potongan Penjualan -2.000.000.000
Retur Penjualan -3.000.000.000
Penjualan Neto 43.000.000.000
Harga Pokok Penjualan (HPP) -25.000.000.000
Laba Kotor 18.000.000.000
Beban Administrasi Umum & Penjualan:
Beban Gaji 3.150.000.000
Premi Asuransi Karyawan 650.000.000
Biaya Perjalanan Dinas 425.000.000
Biaya ATK 615.000.000
Biaya Listrik 515.000.000
Biaya Telepon 285.400.000
Biaya Piutang ragu-ragu 185.500.000
biaya Sewa Mesin 565.000.000
Biaya reparasi 385.500.000
Biaya Royalti 351.100.000
Biaya Angkut 825.500.000
Biaya Penyusutan 618.000.000
Biaya Pemasaran 645.500.000
Biaya Lain-lain 225.000.000
Jumlah Biaya 9.441.500.000
Laba Usaha 8.558.500.000
Pendapatan (Beban) diluar usaha:
Dividen PT ABC (Penyertaan 15%) 59.500.000
Dividen PT XYZ (Penyertaan 30%) 95.000.000
keuntungan penjualan Investasi saham 59.940.000
Keuntungan penjualan gedung 45.000.000
sewa 127.400.000
Biaya bunga pinjaman bank BCA -158.000.000
rugi selisih kurs -125.000.000
Laba cabang Pabrik di Tiongkok 55.000.000
Rugi cabang Pabrik di Malaysia -50.000.000
Jumlah pendapatan (Beban) diluar usaha 108.840.000
Laba Bersih Sebelum Pajak 8.667.340.000
Deskripsi Komersial Koreksi Fiskal Fiskal Keterangan
Positif Negatif
Penjualan Bruto 48.000.000.000 48.000.000.000
Potongan Penjualan (2.000.000.000) (2.000.000.000)
Retur Penjualan (3.000.000.000) (3.000.000.000)
Penjualan Neto 43.000.000.000 43.000.000.000
Harga Pokok Penjualan (HPP) (25.000.000.000) (25.000.000.000)
Laba Kotor 18.000.000.000 18.000.000.000
Beban Administrasi Umum & Penjualan:
Beban Gaji 3.150.000.000 (75.000.000) 3.075.000.000 Psl 9 ayat 1
Premi Asuransi Karyawan 650.000.000 (45.000.000) 605.000.000 Psl 9 ayat 1
Biaya Perjalanan Dinas 425.000.000 (350.000.000) 75.000.000 Psl 9 ayat 1
Biaya ATK 615.000.000 615.000.000
Biaya Listrik 515.000.000 (22.500.000) 492.500.000 Psl 9 ayat 1
Biaya Telepon 285.400.000 285.400.000
Biaya Piutang ragu-ragu 185.500.000 185.500.000
biaya Sewa Mesin 565.000.000 565.000.000
Biaya reparasi 385.500.000 385.500.000
Biaya Royalti 351.100.000 351.100.000
Biaya Angkut 825.500.000 825.500.000
Biaya Penyusutan 618.000.000 618.000.000
Biaya Pemasaran 645.500.000 645.500.000
Biaya Lain-lain 225.000.000 (97.500.000) 127.500.000 Psl 9 ayat 1
Jumlah Biaya 9.441.500.000 8.851.500.000
Laba Usaha 8.558.500.000 9.148.500.000
Pendapatan (Beban) diluar usaha:
Dividen PT ABC (Penyertaan 15%) 59.500.000 10.500.000 70.000.000
Dividen PT XYZ (Penyertaan 30%) 95.000.000 (95.000.000) 0 Psl 4 ayat 3
keuntungan penjualan Investasi saham 59.940.000 (59.940.000) 0 Psl 4 ayat 2
Keuntungan penjualan gedung 45.000.000 (45.000.000) 0 Psl 4 ayat 2
sewa 127.400.000 2.600.000 130.000.000
Biaya bunga pinjaman bank BCA (158.000.000)
rugi selisih kurs (125.000.000)
Laba cabang Pabrik di Tiongkok 55.000.000 9.000.000 64.000.000
Rugi cabang Pabrik di Malaysia (50.000.000) (50.000.000) 0
Jumlah pendapatan (Beban) diluar usaha 108.840.000 264.000.000
Laba Bersih Sebelum Pajak 8.667.340.000 9.413.000.000

Anda mungkin juga menyukai