Anda di halaman 1dari 13

PERPAJAKAN

REKONSILIASI FISKAL

Fakultas : FBIS
Program studi : Manajemen

Tatap Muka

10
Kode Matakuliah : 11211T1CA
Disusun oleh : Ryan David S SE.,MMSI.
REKONSILIASI FISKAL

Ada 2 pengertian rekonsiliasi fiskal menurut Agoes dan Trisnawati dan menurut Setiawan dan
Musri:

 Menurut Agoes dan Trisnawati, “Rekonsiliasi (koreksi) fiskal adalah proses penyesuaian atas
laba komersial yang berbeda dengan ketentuan fiskal untuk menghasilkan penghasilan
neto/laba yang sesuai dengan ketentuan pajak.” (Agoes dan Trisnawati,2007:177)
 Menurut Setiawan dan Musri, “Rekonsiliasi fiskal adalah penyesuaian ketentuan menurut
pembukuan secara komersial atau akuntansi yang harus disesuaikan menurut ketentuan pajak.”
(Setiawan dan Musri, 2006:421)

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa rekonsiliasi fiskal atau koreksi fiskal adalah salah
satu cara untuk mencocokkan perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam laporan keuangan komersial
(disusun berdasarkan Sistem Keuangan Akuntansi) dengan laporan keuangan yang disusun berdasarkan
sistem fiskal. Rekonsiliasi fiskal merupakan lampiran SPT tahunan PPh badan yang berupa kertas kerja
berisi penyesuaian antara laba rugi komersial sebelum pajak dengan laba rugi berdasarkan ketentuan
perpajakan. Rekonsiliasi fiskal dilakukan terhadap seluruh unsur penyusunan laporan laba rugi yang
meliputi pendapatan dan beban.

Laporan keuangan merupakanhal krusial dalam perusahaan. Denganadanya laporan keuangan,


kinerja perusahaanbisa dinilaidan bisamemprediksi langkah perusahaan selama periode berikutnya.
Begitu pula dengan pajak yangharus dibayar. Perusahaan yang rajin membayar pajak akan endapat
reputasi yang bagus dalam bisnis. Rekonsiliasi fiskal adalah lampiran SPT tahunan PPh badan yang
berupa kertas kerja berisi penyesuaian antara laba rugi komersial sebelum pajak dengan laba rugi
berdasarkan ketentuan perpajakan. Rekonsiliasi fiskal dilakukan dengan cara seluruh unsur penyusunan
laporan laba rugi yang meliputi pendapatan dan beban.

Dalam rekonsiliasi fiskal terdapat beberapa koreksi fiskal positif dan koreksi fiskal negatif yang
pengertiannya diurai sebagai dibawah ini :

1. Koreksi fiskal positif adalah koreksi fiskal yang mengakibatkan laba fiskal bertambah atau rugi
fiskal berkurang sehingga laba fiskal lebih besar dari laba komersial atau rugi fiskal lebih kecil
dari rugi komersial.
2. Koreksi fiskal negatif adalah koreksi fiskal yang mengakibatkan laba fiskal berkurang atau
rugi fiskal bertambah sehingga laba fiskal lebih kecil dari laba komersial atau rugi fiskal lebih
besar dari rugi komersial.

Jenis Rekonsiliasi Fiskal

Terdapat 2 jenis koreksi fiskal berdasarkan perbedaannya secara komersial dan fiskal, yaitu:

1. Beda Tetap
Rekonsiliasi fiskal beda tetap terjadi ketika terdapat transaksi yang diakui oleh wajib pajak
sebagai penghasilan atau biaya yang sesuai dengan Standar Akunansi Keuangan, namun
menurut ketentuan perpajakan transaksi tersebut bukanah penghasilan atau biaya. Beda tetap
merupakan perbedaan antara laba kena pajak dan laba akuntansi sebelum pajak yang timbul
akibat trnasaksi yang menurut UU perpajakan tidak akan terhapus dengan sendirinya pada
periode lain.
2. Beda Waktu
Rekonsiliasi fiskal beda waktu terjadi karena adanya perbedaan waktu secara sistem
akuntansi dengan sistem perpajakan. Jadi dalam hal ini transaksi menurut akuntansi
komersial dan pajak sama, namun yang membedakan adalah waktu alokasi biaya.

Koreksi Fiskal Positif


Koreksi Fiskal Positif adalah koreksi fiskal yang menyebabkan penambahan penghasilan kena pajak dan
PPh terutang.
Jenis Koreksi Fiskal Positif antara lain sebagai berikut ini:
1. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen, termasuk dividen yang
dibayarkan oleh suatu perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil
usaha koperasi.
2. Biaya yang dikeluarkan atau dibebankan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu,
ataupun anggota.
3. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan kecuali sebagai berikut ini:

1) Cadangan hutang-piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang
menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan
konsumen, dan perusahaan anjak piutang.
2) Cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial.
3) Cadangan penjaminan pada Lembaga Penjamin Simpanan.
4) Cadangan biaya reklamasi pada usaha pertambangan.
5) Cadangan biaya pada penanaman kembali untuk usaha kehutanan.
6) Cadangan biaya pada penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri
untuk usaha pengolahan limbah industry.

4. Pajak Penghasilan.
5. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk suatu kepentingan pribadi Wajib Pajak atau
orang yang menjadi tanggungannya.
6. Gaji yang akan dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham.
7. Persediaan yang jumlahnya melebihi kapasitas jumlah berdasarkan metode penghitungan yang
sudah ditetapkan dalam Pasal 10 UU No.36 Tahun 2008 tentang PPh.
8. Penyusutan yang jumlahnya melebihi jumlah kapasitas berdasarkan metode penghitungan yang
sudah ditetapkan dalam Pasal 10 UU No.36 Tahun 2008 tentang PPh.

Tujuan dari koreksi positif adalah menambah laba komersil atau laba Penghasilan Kena Pajak (PhKP).
Koreksi positif akan menambahkan pendapatan dan mengurangi atau mengeluarkan biaya-biaya yang
sekiranya harus diakui secara fiskal. Secara rinci, penyebab dari koreksi positif menurut Ortax.org
adalah:
1. Biaya yang dibebankan/dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak atau orang yang
menjadi tanggungannya.
2. Dana cadangan.
3. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk
natura atau kenikmatan.
4. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pihak yang mempunyai hubungan
istimewa sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan.
5. Harta yang dihibahkan, bantuan, atau sumbangan.
6. Pajak penghasilan.
7. Gaji yang dibayarkan kepada pemilik.
8. Sanksi administrasi.
9. Selisih penyusutan/amortisasi komersial di atas penyusutan/amortisasi fiskal.
10. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang dikenakan PPh Final
dan penghasilan yang tidak termasuk objek pajak.
11. Penyesuaian fiskal positif lain yang tidak berasal dari hal-hal yang telah disebutkan di atas.

Koreksi Fiskal Negatif

Koreksi fiskal negatif adalah koreksi yang menyebabkan pengurangan penghasilan kena pajak dan PPh
terutang. Jenis Koreksi Fiskal Negatif antara lain sebagai berikut ini:

1)    Penghasilan yang telah dikenakan PPh Final antara lain sebagai berikut ini:
a. Penghasilan yang berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang
negara, dan bunga simpanan yang di bayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang
pribadi.
b. Penghasilan yang berupa hadiah undian.
c. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau sebuah bangunan, usaha jasa
konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau sebuah bangunan.
2)    Penghasilan yang bukan merupakan objek pajak antara lain sebagai berikut ini :
a. Warisan.
b. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham ataupun
sebagai pengganti penyertaan modal.
c. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi
kesehatan, asuransi jiwa, asuransi kecelakaan, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa.
d. Beasiswa yang harus memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
e. Persediaan yang jumlahnya kurang dari jumlah yang berdasarkan metode penghitungan yang
sudah ditetapkan dalam Pasal 10 UU No.36 Tahun 2008 tentang PPh.
f. Penyusutan yang jumlahnya kurang dari jumlah yang berdasarkan metode penghitungan yang
sudah ditetapkan dalam Pasal 10 UU No.36 Tahun 2008 tentang PPh.

Tujuan dari koreksi negatif adalah mengurangi laba komersil atau laba PhKP. Hal ini disebabkan oleh
pendapatan komersil yang lebih tinggi daripada pendapatan fiskal dan biaya-biaya komersil yang lebih
kecil daripada biaya-biaya fiskal. Penyebab dari adanya koreksi negatif sendiri adalah:
1. Penghasilan yang dikenakan PPh Final dan penghasilan yang tidak termasuk objek pajak tetapi
termasuk dalam peredaran usaha.
2. Selisih penyusutan/amortisasi komersial komersial di bawah penyusutan/amortisasi fiskal.
3. Penyesuaian fiskal negatif lain yang tidak berasal dari hal-hal yang telah disebutkan di atas.

Fungsi Rekonsiliasi Fiskal

Berdasarkan pengertian rekonsiliasi fiskal diatas, dapat disimpulkan bahwa rekonsiliasi


fiskal/koreksi fiskal memiliki fungsi sebagai penyesuaian transaksi menurut Sistem Akuntasi Keuangan
dan menurut ketentuan fiskal/pajak (UU Perpajakan) yang berlaku. Rekonsiliasi fiksal perlu dilakukan
agar sebelum data laporan keuangan komersial dimasukkan ke dalam SPT tahunan PPh, maka data-data
tersebut telah disesuaikan dengan ketentuan fiskal, mengingat terdapat perbedaan besar diantara
keduanya baik beda waktu maupun beda tetap. Jadi rekonsialiasi fiskal yang dilakukan akan
menghasilkan output berupa hasil koreksi yang berpengaruh besar terhadap besarnya laba kena pajak
dan PPh terutang.

Penyebab Perbedaan Laporan Keuangan dalam Rekonsiliasi Fiskal

Sebagaimana yang dituliskan di bagian pengertian, bahwa rekonsiliasi fiskal terjadi karena
adanya perbedaan dua laporan yang harus disesuaikan. Mungkin kamu bertanya-tanya, kenapa ada
laporan yang perlu disesuaikan? Pada bagian ini, akan kita bahas penyebab perbedaan laporan keuangan,
khususnya laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal.
Perbedaan Prinsip Akuntansi

Hal yang melatarbelakangi adanya perbedaan yang harus disesuaikan adalah prinsipnya.
Nyatanya, prinsip akuntansi yang berlaku dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK) untuk bisnis,
memiliki perbedaan dengan yang berlaku dalam fiskal. Berikut ulasannya.

1. Prinsip Konservatisme
Pada prinsip ini, penilaian persediaan akhir dilakukan berdasarkan pada metode “Terendah
antara harga pokok dan nilai realisasi bersih.” Serta penilaian piutang dengan nilai taksiran
realisasi bersih. Hal ini diakui dalam akuntansi komersial, akan tetapi tidak diakui dalam fiskal.
2. Prinsip Harga Perolehan (Cost)
Dalam prinsip ini, perbedaanya pada hal perhitungan harga perolehan atau cost. Dalam
akuntansi komersial, penentuan harga perolehan barang yang diproduksi boleh disertai unsur
biaya tenaga kerja dan tenaga natura. Sedangkan dalam fiskal, pengeluaran dalam bentuk natura,
tidak dapat dimasukkan atau diakui sebagai pengeluaran biaya.
3. Prinsip Pemadaman (matching) Biaya-Manfaat
Untuk prinsip ketiga ini, perbedaannya pada pengakuan terhadap penyusutan. Maksudnya
bagaiamana, jika dalam akuntansi komersial mengakui penyusutan pada asset yang
menghasilkan. Sedangkan pada fiskal, penyusutan dapat dihitung dari sebelum asset itu
menghasilkan, misalkan alat pertanian.

Perbedaan Metode dan Prosedur Akuntansi

Perbedaan selanjutnya ada pada metode atau prosedurnya. Sebagaimana perbedaan pada prinsip,
metode dan prosedur ini juga terdiri dari beberapa poin, yaitu:

1. Metode Penghapusan Piutang


Metode penghapusan piutang dalam akuntansi komersial ditentukan
berdasarkan pada metode cadangan. Sedangkan dalam fiskal, metodenya adalah pada
saat piutang tersebut tidak dapat ditagih dengan syarat-syarat tertentu yang telah diatur
dalam aturan perpajakan.
2. Metode Penilaian Persediaan
Pada akuntansi komersial, kita akan menemukan beberapa cara atau metode
untuk perhitungan atau penentuan harga perolehan persediaan. Diantaranya adalah rata-
rata (avarage), masuk pertama keluar pertama (FIFO), masuk terakhr keluar pertama
(LIFO), pendekatan laba bruto, dan pendekatan harga eceran. Sedangkan pada fiskal,
hanya ada dua metode yang diakui. Pertama adalah metode rata-rata atau avarage.
Selain itu adalah metode masuk pertama, keluar pertama, atau yang dikenal juga dengan
FIFO (first in first out).
3. Metode Amortisasi dan Depresiasi
Tidak jauh berbeda dengan sebelumnya, pada metode depresiasi atau
penyusutan, akuntansi komersial memberikan keleluasaan lebih, yaitu dapat dilakukan
untuk semua harta berwujud atau asset tetap. Sedangkan pada fiskal, ia hanya
membolehkan metode garis lurus dan saldo menurun. Itupun untuk harta berwujud,
jenis non-bangunan. Selain itu, penentuan harga ekonomis suatu barang dapat
ditentukan oleh manajemen, itu kalau dalam akuntansi komersial. Namun dalam fiskal,
hal ini dilakukan berdasarkan peraturan pemerintah.

Perbedaan Perlakuan dan Pengakuan Penghasilan dan Biaya

Pada bagian ini, ada beberapa poin yang dapat kita lihat, yang menyebabkan perbedaan pada suatu
penghasilan, sehingga membutuhkan penyesuaian. Diantaranya adalah:

1. Penghasilan diakui dalam akuntansi komersial, akan tetapi bukan objek pajak penghasilan.
2. Penghasilan tertentu yang diakui dalam akuntansi komersial, tapi pengenaan pajaknya sudah
bersifat final. Namun dalam fiskal penghasilan tersebut harus dikeluarkan dari total PKP. Selain
itu juga dikurangkan dari laba yang masuk dalam akuntansi komersial.
3. Adanya perbedaan lain yang berasal dari penghasilan, seperti kerugian suatu usaha di luar
negeri, kerugian usaha dalam negeri yang telah berlangsung tahun-tahun sebelumnya, serta
imbalan dengan jumlah yang melebihi kewajaran.
4. Pengeluaran yang diakui sebagai pengurang penghasilan bruto dalam fiskal, tapi dalam fiskal
tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto.
Akuntansi Perpajakan

Secara esensial, akuntansi perpajakan berfungsi untuk mengoreksi laba dari laporan komersil
menjadi laba fiskal. Hal ini dilakukan karena terdapat perbedaan pengakuan atar pendapatan dan biaya
menurut PSAK dan menurut peraturan perpajakan. Perbedaan perhitungan atas pendapatan dan biaya
tersebut kemudian bisa direkonsiliasi dengan apa yang disebut rekonsiliasi atau koreksi fiskal.

Sebagai informasi, wajib pajak tidak perlu membuat pembukuan ganda. Wajib pajak cukup
menyampaikan SPT Tahunan PPh terlebih dahulu sebelum dilakukan koreksi fiskal. Teknisnya, koreksi
fiskal dilakukan baik terhadap pendapatan maupun biaya-biaya yang terdapat pada laporan keuangan
komersil. Perlakuan dari koreksi fiskal sendiri tercantum dalam peraturan perpajakan UU no. 36 tentang
PPh Koreksi fiskal dibedakan menjadi dua, yaitu koreksi positif dan koreksi negatif.

Langkah-Langkah Menyusun Rekonsiliasi Fiskal


Adapun langkah-langkah yang perlu ditempuh untuk melakukan rekonsiliasi fiskal, antara lain:
1. Mengenal terlebih dahulu penyesuaian fiskal yang diperlukan
2. Menganalisa elemen-elemen penyesuaian guna menentukan pengaruhnya terhadap laba usaha
kena pajak
3. Menyesuaikan atau mengoreksi fiskal dengan melakukan koreksi fiskal positif dan negatif
4. Menyusun laporan keuangan secara fiskal sebagai lampiran SPT tahunan pajak penghasilan

Skema Laporan Rekonsiliasi Fiskal

Berikut contoh tabel skema laporan rekonsiliasi atau koreksi fiskal:

Deskripsi Komersial Koreksi Fiskal Fiskal

Koreksi Positif Koreksi Negatif

Pendapatan

HPP
Laba bruto

Biaya Operasional:

– Biaya Adm

– Biaya Penjualan

Laba Operasional

Penghasilan Lain

Biaya Lain-Lain

Laba Bersih

Kompensasi Kerugian

PhKP

Itulah overview mengenai apa itu rekonsiliasi atau koreksi fiskal. Rekonsiliasi atau koreksi
fiskal juga dapat didefinisikan sebagai salah satu cara untuk mencocokkan perbedaan yang terdapat di
dalam laporan keuangan komersial yang disusun berdasarkan sistem keuangan akuntansi dengan laporan
keuangan yang disusun secara fiskal.

Penyebab Terjadinya Rekonsiliasi Fiskal

Ada beberapa penyebab terjadinya Rekonsiliasi Fisikal diantaranya sebagai antara lain sebagai
berikut ini:
1. Karna adanya perbedaan antara SAK dengan peraturan perpajakan (beda konsep, beda
pengukuran, dan beda metode pengalokasian atau saat pengakuan biaya)
2. Karna adanya penghasilan tertentu yang bukan merupakan objek pajak, atau telah dikenakan
PPh bersifat final.
3. Karna adanya kompensasi kerugian fiskal
4. Karna adanya harga yang tidak wajar karena hubungan istimewa

Contoh Laporan Rekonsiliasi Fiskal

Laporan laba rugi CV Gentho untuk tahun 2020 adalah sebagai berikut ini :
Rekonsiliasi fiskal untuk menghitung penghasilan neto adalah sebagai berikut ini :
DAFTAR PUSTAKA

Abut S, Hilarius. 2005. Perpajakan 2005-2006. Jakarta: Diadit Media.


Anastasia Diana & Lilis Setiawati. “Perpajakan-Teori dan Peraturan Terkini”. ANDI.
Yogyakarta.
Mardiasmo. 2011. Perpajakan Edisi Revisi 2011. Yogyakarta: Andi
Siti Kurnia Rahayu, 2010. Perpajakan Indonesia: Konsep dan Aspek Formal.Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Waluyo. (2011). Perpajakan Indonesia Buku I. Edisi 10. Salemba Empat. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai