1. Koreksi Fiskal
Koreksi fiskal adalah Koreksi atau penyesuaian yang harus dilakukan oleh wajib pajak
sebelum menghitung Pajak Penghasilan (PPh) bagi wajib pajak badan dan wajib pajak orang
pribadi (yang menggunakan pembukuan dalam menghitung penghasilan kena pajak).
Beda Waktu
Yaitu penghasilan dan biaya yang dapat diakui saat ini oleh akuntansi komersial atau sebaliknya,
tetapi tidak dapat diakui sekaligus oleh akuntansi pajak, biasanya karena perbedaan metode
pengakuan dan perbedaan metode yang digunakan antara akuntansi komersial dengan ketentuan
fiskal, misalnya:
Metode penyusutan
Metode penilaian persediaan
Penyisihan piutang tak tertagih
Rugi-laba selisih kurs
Contoh:
Komers
Uraian ial Fiskal Keterangan
Tidak Harus
Pemberian sembako untuk pegawai Diakui diakui dikoreksi
Pemberian fasilitas rekreasi u/ Tidak Harus
pegawai Diakui diakui dikoreksi
Pemberian fasilitas tempat tinggal Diakui Tidak Harus
u/pegawai diakui dikoreksi
Akibat dari adanya koreksi ini maka biaya yang dihitung secara fiskal menjadi lebih kecil dari
pada biaya yang dihitung secara komersial. Akibat selanjutnya laba yang dihitung secara fiskal
menjadi lebih besar dari pada laba yang dihitung secara komersial. Karena laba yang dihitung
secara fiskal menjadi lebih besar maka disebut koreksi fiskal positif.
Contoh:
Penyusutan dalam perhitungan Laba Rugi menggunakan Metode Garis Lurus untuk jangka
waktu lima tahun untuk aset senilai Rp100.000.000. Perhitungan penyusutan Komersial-nya
adalah sbb:
Harga perolehan Rp100.000.000
Penyusutan tahun pertama
Rp20.000.000
20%
Penyusutan dalam perhitungan Laba Rugi Fiskal menggunakan Metode Sado Menurun dengan
tarif 25% dari Nilai Sisa Buku. Perhitungan penyusutan Fiskalnya adalah sbb:
Harga perolehan Rp100.000.000
Penyusutan tahun pertama
25% Rp25.000.000
Penyusutan tahun pertama adalah 25% dari nilai perolehan, karena pada tahun pertama nilai
bukunya sama dengan nilai perolehan.
Jika diperbandingkan antara penyusutan komersial dengan penyusutan komersial akan tampak
sebagai berikut:
Uraian Komersial Fiskal Keterangan
Harus dikoreksi sebesar
Penyusutan Rp20.000.000 Rp25.000.000
Rp5.000.000
Penyusutan fiskal pada contoh tersebut diatas lebih besar Rp5.000.000 dari pada penyusutan
komer-sial. Karena penyusutan sebagai beban secara fiskal dihitung lebih besar maka akibatnya
penghasilan secara fiskal menjadi lebih kecil. Karena laba secara fiskal menjadi lebih kecil (atau
rugi secara fiskal menjadi lebih besar), maka disebut koreksi fiskal negatif.
Selanjutnya dari dari bagan perhitungan Laba Rugi dengan hasil akhir Jumlah penghasilan Neto
Komersial tersebut dimuka, dapat diteruskan sebagai berikut: