Anda di halaman 1dari 26

PPh Badan

PERHITUNGAN DAN KASUS


PERHITUNGAN PPH
BADAN
Pembayaran dari Luar Negeri Pembayaran ke Luar Negeri
Pasal 24 Pasal 26
Luar Negeri
Indonesia
WAJIB PAJAK
Pasal 23 BADAN Pasal 23

Laporan Laba / Rugi


Penghasilan xxx Pasal 4
Pasal 6 Biaya (xxx)
Laba xxx
Koreksi Fiskal xxx Pasal 9
Penghasilan Kena Pajak xxx
Pajak Terutang xxx
Pasal 22, 23, Pasal 17
Kredit Pajak (xxx)
24, 25
Pajak yang harus dibayar xxx Pasal 29
REKONSILIASI FISKAL
Hakikat Rekonsiliasi

Pelaksanaan
pembukuan Penyesuaian
Perbedaan diperlukan agar
berdasar
timbul terkait laba yang
kebijakan
pengakuan diperhitungkan
akuntansi
pendapatan secara akuntansi
perusahaan
dan beban dapat diperlakukan
menyimpang
di laporan sebagai laba atau
dari
laba rugi. penghasilan kena
ketentuan
perpajakan. pajak.
Teknik Rekonsiliasi
Rekonsiliasi

Rekonsiliasi melakukan Pembenaran


pembenaran atas dilakukan terhadap

Koreksi
setiap item laba akuntansi,
pendapatan dan dengan melakukan
beban sehingga penambahan atau
sesuai dengan (koreksi positif)
ketentuan pengurangan (koreksi
perpajakan. Metode negatif), hanya
ini memudahkan berdasar
proses pengisian SPT. penyesuaian
penghasilan dan
beban yang tidak
sesuai.
Di dunia praktik, teknik rekonsiliasi yang lebih banyak digunakan. Untuk memenuhi
kebutuhan Catatan Atas Laporan Keuangan, koreksi atas pendapatan dan beban
diklasifikasikan atas koreksi positif dan negatif.
Macam Perbedaan

Berdasar Sifat

• Positif, bersifat meningkatkan Penghasilan


Kena Pajak (PKP)
• Negatif, bersifat mengurangi PKP.

Berdasar Jangka Waktu

• Temporer, merupakan akibat berbedanya


waktu pengakuan, namun akan berujung
pada hasil akhir serupa.
• Permanen, merupakan perbedaan yang
tidak akan terserupakan seiring waktu.
Langkah Penyesuaian Perbedaan

Dikurangi
Ditambah
penghasil Ditambah
penghasil
Laba an yang biaya non
an yang
akuntansi bukan deductibl
belum
objek e.
diakui.
pajak.

Dikurangi
biaya
Penghasila Ditambah Dikurangi
deductibl
n Kena biaya 3M penghasil
e yang
Pajak penghasil an dikenai
belum
(PKP) an final. PPh final.
dibebank
an.
Penghasilan Bukan Objek Pajak (1)
Pasal 4 Ayat (3) UU PPh

a. Bantuan atau sumbangan, zakat yang diterima oleh badan/ lembaga


amil zakat yang disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh
penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang
sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang
diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh
pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang
berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Pemerintah;
b. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah garis keturunan
lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, sosial
termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan
usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan atau
berdasarkan PMK, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha,
pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang
bersangkutan;

8
Penghasilan Bukan Objek Pajak (2)
Pasal 4 Ayat (3) UU PPh

c. Warisan;
d. Harta, termasuk setoran tunai, sebagai pengganti saham
atau sebagai pengganti penyertaan modal;
e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan
atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura
dan/ atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau pemerintah,
kecuali yang diberikan oleh bukan WP, WP yang dikenakan
pajak secara final atau WP dengan Norma Penghitungan
Khusus (deemed profit);
f. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang
pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi
kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi
bea siswa;

9
Penghasilan Bukan Objek Pajak (3)
Pasal 4 Ayat (3) UU PPh

g. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh PT


sebagai WP dalam negeri, koperasi, badan usaha milik
negara, atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan
modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat
kedudukan di Indonesia dengan syarat:
Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan
badan usaha milik daerah yang menerima dividen,
kepemilikan saham pada badan yang memberikan
dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah
modal yang disetor;
h. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan, baik yang
dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai;

10
Penghasilan Bukan Objek Pajak (4)
Pasal 4 Ayat (3) UU PPh
i. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam
bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan;
j. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham,
persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit
penyertaan kontrak investasi kolektif;
k. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura
berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan
menjalankan usaha di Indonesia, dengan syarat badan pasangan
usaha tersebut:
Merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang
menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan
Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia;

11
Penghasilan Bukan Objek Pajak (5)
Pasal 4 Ayat (3) UU PPh
l. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya
diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan PMK;
m. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba
yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/ atau bidang
penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi
yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk
sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/ atau penelitian dan
pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun
sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur lebih
lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan
n. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya
diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.

12
Biaya untuk Mendapatkan, Menagih, dan
Memelihara (3M) Penghasilan (1)
Pasal 6 Ayat (1)

Biaya 3M bersifat dapat dikurangkan (deductible) atas penghasilan bruto :


a. Biaya yang berkaitan dengan kegiatan usaha, meliputi:
i. Biaya pembelian bahan baku;
ii. Biaya tenaga kerja;
iii. Bunga, sewa, dan royalti;
iv. Biaya perjalanan;
v. Biaya pengolahan limbah;
vi. Premi asuransi;
vii. Biaya promosi, sesuai ketentuan PMK;
viii. Biaya administrasi
ix. Pajak selain PPh.
b. Biaya penyusutan fiskal dan/atau amortisasi;
c. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menkeu;
d. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta ; 13
Biaya untuk Mendapatkan, Menagih, dan
Memelihara (3M) Penghasilan (1)
Pasal 6 Ayat (1)

e. Kerugian dari selisih kurs;


f. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia;
g. Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan;
h. Piutang yang nyata – nyata tak dapat ditagih, dengan syarat:
Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;
Daftar piutang yang tidak dapat ditagih telah diserahkan kepada Ditjen Pajak;
Telah diserahkan perkara penagihannya kepada PN atau BUPLN;
Ada perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/ pembebasan utang antara
kreditur dan debitur;
Telah dipublikasikan dalam penerbitan umum dan khusus.
i. Sumbangan dalam rangka bencana nasional yang diatur oleh PP.
j. Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengebangan yang diatur oleh PP.
k. Sumbangan dalam rangka infrastruktur sosial yang diatur oleh PP.
l. Sumbangan dalam rangka fasilitas pendidikan yang diatur PP
m. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang diatur oleh PP. 14
Non Deductible Expenses (1)
Pasal 9 Ayat (1) UU PPh

Biaya yang tidak dapat dikurangkan (non deductible) atas penghasilan bruto, meliputi:
a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun;
b. Biaya yang dibebankan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu,
anggota atau anggota;
c. Pembentukan dana cadangan, kecuali:
Cadangan untuk jenis usaha tertentu yang ditetapkan KMK;
Cadangan untuk usaha asuransi;
Cadangan jaminan sosial dibentuk BPJS;
Cadangan penjaminan yang dibentuk LPS;
Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
Cadangan biaya reforestasi untuk usaha kehutanan;
Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat limbah industri untuk
usaha pengelolaan limbah;
15
Non Deductible Expenses (2)
Pasal 9 Ayat (1) UU PPh

d. Premi asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna, dan asuransi beasiswa yang
dibayar oleh WP orang pribadi;
e. Penggantian/ imbalan atas pekerjaan/jasa yang diberikan dalam bentuk natura
dan kenikmatan, kecuali:
Penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai ;
Diberikan di daerah tertentu atau diberikan berkaitan dengan pelaksanaan
pekerjaan sebagaimana ditetapkan KMK;
f. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau
pihak yang mempunyai hubungan istimewa;
g. Harta yang dihibahkan, bantuan, atau sumbangan, selain sumbangan yang
ditetapkan sebagai deductible expense serta selain sumbangan keagamaan yang
bersifat wajib kepada lembaga yang dibentuk atau disahkan pemerintah;
h. Pajak penghasilan;
16
Non Deductible Expenses (3)
Pasal 9 Ayat (1) UU PPh

i. Biaya yang dibebankan/ dikeluarkan untuk kepentingan pribadi WP atau orang


yang menjadi tanggungan;
j. Gaji anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer yang modalnya tidak
terbagi atas saham;
k. Sanksi administrasi dan pidana di bidang perpajakan.

17
Contoh Non Deductible Expenses Lain
Non Deductible Deductible

Pengobatan secara cuma Penggantian biaya


– cuma bagi pegawai. pengobatan.
Makan siang bagi sebagian Makan siang bagi seluruh
pegawai. pegawai.
PPh 21 ditanggung
Tunjangan PPh 21.
perusahaan.
Biaya jamuan tanpa daftar Biaya jamuan dilengkapi
nominatif. daftar nominatif.

18
Penghasilan Dikenai PPh Final
Pasal 4 Ayat (2) UU PPh

a. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya,


bunga obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan
yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang
pribadi;
b. Penghasilan berupa hadiah undian;
c. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi
derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan
saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan
pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;
d. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah
dan/atau bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate,
dan persewaan tanah dan/atau bangunan; dan
e. Penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Pemerintah.

19
Contoh
Nominal Akuntansi
Soal: Penjualan bruto 44,880,000,000
Retur penjualan (1,980,000,000)
Diskon penjualan (370,000,000)
Penjualan netto 42,530,000,000

Harga Pokok Penjualan


Persediaan barang dagangan awal (3,843,740,000)
Pembelian barang dagangan (18,499,220,000)
Persediaan barang dagangan akhir 1,587,320,000
(20,755,640,000)
Laba bruto 21,774,360,000

Biaya pemasaran
Gaji dan bonus pegawai tetap (994,735,000)
Penggantian pengobatan (145,370,000)
Pemberian kupon makan siang (254,850,000)
Pendidikan karyawan (537,280,000)
Promosi dan iklan (3,846,230,000)
Jamuan makan (528,400,000)
Telepon, air, dan listrik (58,300,000)
Perjalanan dinas (254,700,000)
Penyusutan (240,000,000)
Total biaya pemasaran (6,859,865,000) 20
Keterangan

Pada beban gaji terdapat pemberian natura kepada


pegawai sebesar Rp 50.350.000
Beban pendidikan karyawan merupakan beasiswa
kepada anak karyawan
Jamuan makan sebesar Rp 10.000.000 tidak ada daftar
nominatif
Koreksi Fiskal
Akun Komersial Koreksi Fiskal
Positif Negatif
Gaji dan Bonus Rp 994.735.000 Rp 50.350.000 Rp 944.385.000
Pegawai Tetap
Pendidikan Rp 537.280.000 Rp 537.280.000 Rp 0
Karyawan
Jamuan Makan Rp 528.400.000 Rp 10.000.000 Rp 518.400.000
Keterangan:
1. Pemberian natura merupakan non decutible expense sehingga tidak
boleh dibebankan sebagai biaya (Koreksi +)
2. Pemberian beasiswa kepada anak pegawai merupakan biaya yang tidak
ada hubungannya dengan kegiatan 3M perusahaan (Koreksi +)
3. Jamuan makan yang tidak ada daftar nominative tidak boleh
dibebankan sebagai biaya sehingga tidak dapat dibebankan sebagai
beban perusahaan.
Tarif Pajak
Pasal 17 Ayat (1)

No. Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak


1 0 s/d Rp 50.000.00,00 5%
2 Di atas Rp 50.000.000,00 s/d Rp 15%
250.000.000,00
3 Di atas Rp 250.000.000,00 s/d Rp 25%
500.000.000,00
4 Di atas Rp 500.000.000,00 30%

Tarif pajak progresif berlaku bagi WP orang pribadi.


Tarif pajak bagi WP badan adalah 28% untuk penghasilan sebelum tahun 2010
dan 25% untuk penghasilan setelah tahun 2010.
Fasilitas Pengurang Tarif Pasal 31E
Wajib Pajak badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) mendapat fasilitas berupa
pengurangan tarif sebesar 50% (lima puluh persen) dari tarif sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b dan ayat (2a) yang dikenakan atas
Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan
Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah).
Ketentuan Perhitungan Pasal 31E:
1. Peredaran bruto sampai dengan Rp 4.800.000.000,-
PPh terutang = 50% x 25% x Seluruh PKP
2. Peredaran bruto lebih dari Rp 4.800.000.000,- sampai dengan Rp 50.000.000.000,-
PPh terutang:
(50% x 25% x PKP bagian yang memperoleh fasilitas) + (25% x PKP bagian yang tidak
memperoleh fasilitas)

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE - 66/PJ/2010


Contoh Perhitungan
Total peredaran bruto PT Damai Sejahtera dalam tahun pajak 2017 sebesar Rp. 10 Milliar (berasal dari
penjualan Rp. 9 Milliar + Penghasilan dari luar usaha lainnya Rp. 1 Milliar). Setelah dilakukan perhitungan
beban usaha, penghasilan neto fiskal tahun pajak 2017 adalah sebesar 1,2 Milliar
Perhitungan proporsi penghasilan kena pajak:
a. Jumlah penghasilan kena pajak dari bagian penghasilan bruto yang memperoleh fasilitas:
4.800.000.000/10.000.000.000 x Rp. 1.200.000.000 = Rp. 576.000.000
b. Jumlah penghasilan kena pajak dari bagian penghasilan bruto yang tidak memperoleh fasilitas:
Rp. 1.200.000.000 – Rp. 576.000.000 = Rp. 624.000.000
c. PPh Terutang:
- 25%x50%xRp. 576.000.000 = Rp. 72.000.000
- 25%xRp. 624.000.000 = Rp. 156.000.000+
- Total PPh Terutang = Rp. 228.000.000
Catatan: Fasilitas 31E ini bukan merupakan pilihan, sehingga bagi wajib pajak badan yang
memenuhi ketentuan ini wajib menggunakan perhitungan ini
Thank You

Anda mungkin juga menyukai