Anda di halaman 1dari 52

PERHITUNGAN

PENGHASILAN NETTO
PASAL 4 UU Pajak Penghasilan
Aturan Perhitungan Penghasilan
Netto

• Undang Undang KUP Pasal 28


• Undang Undang Pajak Penghasilan Pasal 14
• WP Kriteria tertentu Peraturan Pemerintah No
9 tahun 2021 Pasal 10A
• Tatacara Pencatatan PMK nomor 54 tahun 2021
pasal 4 s/d 8
• Tatacara Pembukuan PMK nomor 54 tahun
2021 pasal 9 s/d 17
UU KUP

UU Pajak Penghasilan
Pasal 10 A PP 9 tahun 2021

Ayat 1
Wajib pajak OP yang melakukan usaha dan pekerjaan bebas dan wajib
pajak badan wajib menyelenggarakan pembukuan
WP kriteria tertentu (pasal 5
ayat 1 PMK 54 tahun 2021)
Tata cara menggunakan Norma
pasal 4 PMK 54 tahun 2021
Penentuan predaran Bruto
Ketentuan Khusus
1. PENGHASILAN DARI USAHA/PEKERJAAN BEBAS

OMSET SETAHUN
DAGANG
< 4,8 milyar ≥ 4,8 milyar

USAHA INDUSTRI

Boleh Wajib
JASA menggunakan menyelenggarakan
Norma pembukuan
Penghitungan (akuntansi)
Pengacara Penghasilan
Arsitek Neto (%)
Dokter
PEKERJAAN Akuntan
BEBAS Konsultan
Notaris
Aktuaris
Penilai
Pengurangan yang Terkait
Pekerjaan
Biaya untuk 5% (maks. PMK
Biaya mendapatkan, 6.000.000 No.
menagih dan setahun atau 250/P
Jabatan memelihara 500.000 MK/2
penghasilan sebulan 008

Biaya Biaya untuk


Maks. 2.400.000
mendapatkan,
Pensiu menagih dan
setahun atau
n 200.000 sebulan
memelihara pensiun

Iuran
Iuran terkait dengan gaji yang dibayar
Pensiun/
oleh pegawai kepada Dana Pensiun atau
Jaminan BP Tab Hari Tua/Jaminan Hari Tua
Hari Tua
FINAL NON FINAL
Bunga Tabungan/Deposito Bunga Pengembalian
Hutang
Hadiah Atas Undian Royalti
Bunga simpanan Koperasi Hadiah atas Penghargaan
Sewa Tanah dan Bangunan Keuntungan Penjualan
Aktiva
Penjualan Tanah dan
Bangunan
Dividen Kepada OP
Penjualan saham di Bursa
Jasa Konstruksi
A. PEMBUKUAN
Proses Pembukuan 14

Lapkeu Komersial Lapkeu Fiskal

Rekonsiliasi
Fiskal *) Berdasar UU
Pajak dan
Berdasar PSAK peraturan

Neraca, L/R, Arus


Kas, Ekuitas, dll Laba /Penghasilan
Neto Fiskal
15
16
Pengurangan yang Diperbolehkan
atas Penghasilan dari Usaha
Pasal 6 (1)
Besarnya
PENGHASILAN KENA PAJAK

PENGHASILAN BRUTO

Dikurangi
Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara (3M)
PENGHASILAN
(sepanjang berhubungan langsung kegiatan usaha)
a. Biaya yang secara langsung atau tidak langsung
berkaitan dengan kegiatan usaha, antara lain:

1. biaya pembelian bahan; 5. biaya pengolahan limbah;


2. biaya berkenaan dengan 6. premi asuransi;
pekerjaan atau jasa termasuk 7. biaya promosi dan penjualan
upah, gaji, honorarium, yang diatur dengan atau
bonus, gratifikasi, dan berdasarkan Peraturan Menteri
tunjangan yang diberikan Keuangan;
dalam bentuk uang; 8. biaya administrasi; dan
3. bunga, sewa, dan royalti; 9. pajak kecuali Pajak
4. biaya perjalanan; Penghasilan;
b. penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta
berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk
memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 dan Pasal 11A;
c. iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan;
d. kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang
dimiliki dan digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki
untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan;
e. kerugian selisih kurs mata uang asing;
f. biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di
Indonesia;
g. biaya beasiswa, magang, dan pelatihan;
h. piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat:
1. telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi
komersial;
2. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat
ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak; dan
3. telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri
atau instansi pemerintah yang menangani piutang negara; atau
adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/
pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang bersangkutan;
atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; atau
adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan
untuk jumlah utang tertentu;
4. syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk
penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf k;
i. sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;
j. sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang
dilakukan di Indonesia yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah;
k. biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya
diatur dengan Peraturan Pemerintah;
l. sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan
Peraturan Pemerintah; dan
m. sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pengurangan yang Tidak
Diperbolehkan (Pasal 9)
1. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan.
2. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa,
asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa, yang dibayar oleh Wajib
Pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja WP OP
dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi karyawan
3. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa
yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali:
a. Penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai
b. Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan
di daerah tertentu dan
c. Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan
yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
Boleh dibiayakan:
• Bus antar jemput karyawan
• Biaya atas kendaraan dinas (50%), meliputi
penyusutan dan pemeliharaan
• Biaya handphone (50%), meliputi penyusutan
dan pemeliharaan
Pengurangan yang Tidak
Diperbolehkan (Pasal 9)
4. harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan
warisan, kecuali:
a. sumbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
ayat (1) huruf i sampai dengan huruf m, serta
b. zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan
oleh pemerintah atau sumbangan keagamaan yang
sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di
Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan
yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Pemerintah;
Jenis Penghasilan Hubungan Usaha , Pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan antara pemberi dan penerima

Ada Hubungan Tidak Ada Hubungan

Pemberi Penerima Pemberi Penerima

Bantuan sumbangan DE Objek Pajak NDE Non Objek


Pajak

Harta hibahan yang


diterima oleh:
-Keluarga sedarah
dalam satu garis DE Objek Pajak NDE Non Objek
keturunan lurus satu Pajak
derajat,

-Pengusaha kecil yang DE Objek Pajak NDE Non Objek


ditetapkan Menkeu Pajak

DE = Deductible expense (biaya yang boleh dikurangkan)


5. Pajak Penghasilan;
6. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan
pribadi Wajib Pajak atau orang yang menjadi
tanggungannya;
7. Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan
serta sanksi pidana berupa denda yang berkenaan dengan
pelaksanaan perundangundangan di bidang perpajakan.
8. Pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1
(satu) tahun tidak dibolehkan untuk dibebankan sekaligus,
melainkan dibebankan melalui penyusutan atau amortisasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 atau Pasal 11A.
Kesimpulan....

• Biaya yang boleh dikurangkan adalah biaya yang mempunyai hubungan


langsung dan tidak langsung dengan usaha atau kegiatan untuk
mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang merupakan
objek pajak.

• Pembebanan dapat dilakukan dalam tahun pengeluaran atau selama


masa manfaat dari pengeluaran tersebut.

• Pengeluaran yang tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto


meliputi pengeluaran yang sifatnya adalah pemakaian penghasilan
atau yang jumlahnya melebihi kewajaran
KOMERSIAL vs FISKAL

UNSUR
LAPORAN KOMERSIAL KOREKSI FISKAL
LABA RUGI

Obyek Pajak  Dikenakan Obyek Pajak


Dikenakan PPh PPh Final
Penghasilan Final  Non Obyek
Non Obyek Pajak
Pajak
Deductible  Non Deductible
Non Deductible Deductible
Biaya

Laba Komersial Laba Fiskal


Laba
KOREKSI FISKAL BIAYA
Pencatatan

• Pencatatan harus dapat menggambarkan


jumlah peredaran atau penerimaan bruto dan
atau jumlah penghasilan bruto, serta
penghasilan yang bukan obyek pajak atau
penghasilan yang dikenakan PPh Final,
sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang
terutang
Bentuk Pencatatan
Melakukan Usaha / Pekerjaan Bebas
PER - 4/PJ/2009
Norma Penghitungan
Penghasilan Netto
Pedoman untuk menentukan penghasilan netto WP, karena
wajib pajak tersebut tidak wajib melakukan pembukuan.
Wajib Pajak yang boleh menggunakan norma penghitungan
adalah wajib pajak orang pribadi yang memenuhi syarat-syarat
berikut :
◦ Peredaran bruto dalam 1 tahun tidak mencapai Rp
4.800.000.000. (mulai berlaku 2009 - UU 36/2008)
◦ Memberitahukan kepada Dirjen Pajak dalam jangka waktu 3
bulan pertama dari tahun buku.
◦ Menyelenggarakan Pencatatan .
Dalam hal wajib pajak tersebut tidak menyampaikan
pemberitahuan kepada Dirjen Pajak seperti tersebut di atas,
dianggap memilih menyelenggarakan pembukuan.
Norma Penghasilan Netto
PER-17/PJ/2015

• Pengelompokan menurut jenis usaha &


wilayah
• 10 ibu kota propinsi
• Medan - Surabaya
• Palembang - Denpasar
• Jakarta - Manado
• Bandung - Makasar
• Semarang - Pontianak
• Ibu kota propinsi lainnya
• Daerah lainnya
Ex. Lampiran PER-17/PJ/2015
kota
10 ibu kota Daerah
Kode Jenis Usaha propinsi
propinsi lainnya
lainnya

14111 INDUSTRI PAKAIAN JADI (KONVEKSI) DARI TEKSTIL 13,5 13 12,5

15114 INDUSTRI KULIT BUATAN/ IMITASI 17,5 16,5 16

47192 Perdagangan eceran brg kelontong, supermarket 30 25 20

47511 Perdagangan eceran tekstil, pakaian jadi, hasil pengolahan 30 25 20


kulit termasuk brg keperluan kaki
47744 PERDAGANGAN ECERAN BARANG LISTRIK DAN 30 25 20
ELEKTRONIK BEKAS

56101 Restoran 25 20 20

69200 Jasa akuntansi dan pembukuan 50 50 50

86201 PRAKTIK DOKTER UMUM 50 50 50

45407 REPARASI DAN PERAWATAN SEPEDA MOTOR 20 18,5 17,5

96111 Pangkas rambut dan salon kecantikan 30 28 27


Contoh

• Tn Razi, status menikah mempunyai 2 orang


anak, mempunyai usaha perdagangan eceran
kelontong berlokasi di Pasar Slipi
• Dari pencatatan diketahui jumlah peredaran
usaha selama tahun 2009 Rp 150.000.000
contoh
• Tn Amir status menikah mempunyai 4 orang anak. Ia
seorang dokter bertempat tinggal di Bekasi. Selain itu ia
juga memiliki Rumah Makan yang berlokasi di Jatinegara
• Penerimaan bruto dari praktek dokter Rp 900.000.000
• Peredaran usaha Rumah Makan Rp 300.000.000
contoh

• Tn Badru, status menikah belum


mempunyai anak, berdomisili di Menteng
Jakarta Pusat mempunyai usaha bengkel
sepeda motor dengan peredaran usaha
setahun Rp 200.000.000
• Untuk menambah penghasilan Ny
Aminah, istri Tn Badru membuka usaha
salon dengan penerimaan bruto setahun
Rp 120.000.000
ZAKAT
Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP)

Pasal 6 (3)

Kepada orang pribadi sebagai Wajib Pajak


dalam negeri diberikan pengurangan
berupa Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP) sebagaimana dimaksud pasal 7
SEJARAH PERKEMBANGAN
PTKP

Tahun WP OP (Rp.) status kawin tanggungan


(Rp.) (Rp.)

2009-2012 15.840.000 1.320.000 1.320.000

2013-2014 24.300.000 2.025.000 2.025.000

2015 36.000.000 3.000.000 3.000.000


BESARNYA
PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK
(PTKP) Tahun 2016
Pasal 7 UU PPh / pasal 1 PMK 10 tahun 2016

Rp 54.000.000 UNTUK DIRI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

TAMBAHAN UNTUK WAJIB PAJAK KAWIN


Rp 4.500.000
TAMBAHAN UNTUK SETIAP ANGGOTA KELUARGA
SEDARAH SEMENDA DALAM GARIS KETURUNAN
Rp 4.500.000 LURUS SERTA ANAK ANGKAT YG MENJADI
TANGGUNGAN SEPENUHNYA MAKSIMAL 3 ORANG

PENERAPAN PTKP DITENTUKAN OLEH KEADAAN


PADA AWAL TAHUN KALENDER
ATAU
AWAL BULAN DARI BAGIAN TAHUN KALENDER
untuk pegawai yang baru datang dan menetap di Indonesia
(Pasal 11 ayat (5) dan (6))
PMK 252 tahun 2008 jo Per 16 tahun 2016
Status PTKP

• TK/... tidak kawin, ditambah dengan banyaknya


tanggungan anggota keluarga;
• K/... Kawin, ditambah dengan banyaknya tanggungan
anggota keluarga;
• K/I/...Kawin, tambahan untuk isteri (hanya seorang)
yang penghasilannya digabung dengan penghasilan
suami, ditambah dengan banyaknya tanggungan
anggota keluarga;
• PH /MT Wajib Pajak kawin yang secara tertulis
melakukan perjanjian pemisahan harta dan
penghasilan;
• HB/...Wajib Pajak kawin yang telah hidup berpisah
ditambah banyaknya tanggungan anggota keluarga.
Tanggungan
sepenuhnya
• tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda
dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi
tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3
• Pengertian menjadi tanggungan sepenuhnya menurut Undang-
undang Pajak Penghasilan berdasarkan keadaan yang dapat
terlihat dari keadaan yang nyata yaitu:
• tinggal bersama-sama dengan Wajib Pajak;
• nampak secara nyata tidak mempunyai penghasilan sendiri;
• tidak pula turut dibantu oleh lain-lain anggota keluarga atau oleh
orang tuanya sendiri.
• Sedangkan kalau Wajib Pajak sekedar menyumbang,
membantu, bertanggung jawab dan sebagainya, tidak
termasuk dalam menjadi tanggungan sepenuhnya
HUBUNGAN KELUARGA

SEDARAH SEMENDA

AYAH
MERTUA
+
WP
IBU

10 10 KE ATAS 10 KE ATAS 10
KE KE
SAUDARA SAM
WP + ISTRI SAM IPAR WP
KANDUNG PING PING

10 KE BAWAH 10 KE BAWAH

ANAK ANAK
KANDUNG TIRI WP

SEDARAH SEMENDA
SEDARAH VS SEMENDA

SEDARAH SEMENDA
• hubungan keluarga • hubungan keluarga
dengan orang tua dengan mertua dan anak
dan anak kandung. angkat
• yang tidak mempunyai • yang tidak mempunyai
penghasilan dan seluruh penghasilan dan seluruh
biaya hidupnya ditanggung biaya hidupnya ditanggung
oleh Wajib Pajak Orang oleh Wajib Pajak Orang
Pribadi. Pribadi.
• paling banyak 3 (tiga) • paling banyak 3 (tiga)
orang orang
Hal yang perlu diperhatikan.....

1. Pasal 7(2): Penerapan besarnya PTKP


- ditentukan menurut keadaan Wajib Pajak
pada awal tahun pajak atau pada awal bagian
tahun pajak.
Contoh:
Misalnya pada tanggal 1 Januari 2010 Wajib Pajak
yang berstatus kawin dengan tanggungan 1 anak.
Bila anak kedua lahir setelah tanggal 1 Januari
2010, maka PTKP tahun 2010 tetap dihitung
berdasarkan status kawin dengan 1 anak.
1. Penghasilan anak yang belum dewasa digabung
dengan penghasilan orang tuanya (Pasal 8 ayat 4)
• “anak yang belum dewasa” adalah anak yang belum
berumur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah
menikah
2. Warisan yang belum terbagi sebagai Wajib Pajak
menggantikan yang berhak tidak memperoleh
pengurangan PTKP
4. PTKP bagi WP masing-masing suami isteri yang
telah hidup berpisah untuk diri masing-masing WP
diperlakukan seperti wajib pajak tidak kawin,
sedangkan tanggungan sesuai kenyataan yang
diperkenankan.

Anda mungkin juga menyukai