PAJAK PENGHASILAN
PENGHASILAN
1. Setiap tambahan kemampuan
ekonomis, yang diterima atau
diperoleh.
2. Berasal dari dalam maupun dari luar
Indonesia,
3. Dapat dipakai untuk konsimsi atau
menambah kekayaan
4. Dengan nama dan dalam bentuk
apapun
Objek PPh Tidak Final
Pasal 4 ayat 1 UU PPh
• Laba usaha
• Keuntungan karena penjualan/pengalihan harta
• Keuntungan karena selisih kurs valas
• Imbalan karena jaminan pengembalian hutang
• Dividen’
• Royalti
• Penerimaan/perolehan pembayaran berkala
• Keuntungan karena pembebasan hutang
• Premi asuransi yang dibayar pemberi kerja
• Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau
jasa
• Sewa & penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
harta
Contoh Penghasilan dikenakan atau dipotong PPh
Final
Pasal 4 ayat 2 UU PPh
JENIS Tarif
• Bunga Tabungan/Deposito, Jasa Giro 20%
• Transaksi Penjualan saham di bursa 0,1%
• Hadiah undian 25%
• Jasa Konstruksi (Perusahaan Kontraktor) 2%-6
%
• Sewa tanah dan/atau bangunan (Perush Mall,dll) 10%
• Revaluasi Aktiva Tetap 10%
• Pengalihan Hak Tanah/Bangunan
(perusahaan real estat) 5%
• Bunga/Diskonto Obligasi 15%
• Diskonto SBI/SUN 20%
• Transaksi kontrak berjangka di bursa 2,5%
DIATUR LEBIH LANJUT DENGAN PP
Penghasilan Bukan Objek PPh Untuk Perusahaan
dalam Segala Bidang Usaha
Pasal 4 ayat 3 UU PPh
1. Bantuan /Sumbangan. Syarat: Tidak ada hubungan usaha,
pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-
pihak ybs.
2. Hibah, syarat: diterima oleh badan keagamaan, badan
pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi
3. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan
sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti
penyertaan modal.
4. Dividen yg diterima PT, koperasi, BUMN/D, dari penyertaan
modal pada usaha yang berada di Indonesia. Syarat: (a)
dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; (b) bagi
PT, BUMN/D yg menerima dividen, kepemilikan saham
pada badan yg memberikan dividen paling renag 25% dari
jumlah modal yg disetor.
KLASIFIKASI BEBAN (BIAYA)
• Pasal 6 ayat (1)
Yang boleh menjadi Pengurang
(Deductable expenses)
• Pasal 9 ayat (1)
Yang tidak boleh menjadi pengurang
(non deductable expenses)
Contoh Pengeluaran-Pengeluaran yg merupakan Biaya
Fiskal (Deductable expenses)
1. Biaya-biaya untuk 3M, termasuk biaya pembelian bahan,
biaya administrasi, premi asuransi, biaya perjalanan, pajak
kecuali PPh, biaya pengolahan limbah, biaya promosi &
penjualan, biaya berkaitan dg pekerjaan dsb.
2. Penyusutan dan amortisasi, syarat digunakan untuk usaha
atau berkaitan dgn 3M
3. Iuran kepada dana pensiun, syarat pendiriannya telah
disahkan Menkeu.
4. Kerugian selisih kurs mata uang asing (fiskal mengikuti SAK)
5. Kerugian atas penjualan harta yang dimiliki WP syarat harta
tsb digunakan untuk usaha/3M
6. Biaya penelitian & pengembangan perushaan, syarat
dilakukan di Indonesia
7. Biaya beasiswa, magang & pelatihan
8. Piutang yg nyata-nyata tidak dapat ditagih syarat ttt
9. Sumbangan dengan syarat tertentu
Pengeluaran YANG BUKAN BIAYA FISKAL (Non Deductable
expenses) – Pasal 9 Ayat 1 UU PPh & PP 93/2010
1. Biaya yg dikeluarkan untuk memperoleh penghasilan yg
dikenakan PPh Final
2. Biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh penghasilan yg
bukan objek pajak
3. Kerugian yg diderita di LN
4. Kerugian atau biaya penyusutan aktiva yg tidak digunakan
untuk usaha
5. PPh yang ditanggung pember kerja
6. Pajak Masukan yg terkait dengan pengeluaran yg bukan
biaya fiskal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat 1
UU PPh atau Bukti Pembayaran PPN tidak ada
7. Pengeluaran sebagaimana tercantum dalam Pasal 9 ayat
1UU PPh
8. Biaya yg tidak memenuhi syarat dalam Pasal 6 ayat 1 UU
PPh
• Laba-Rugi Fiskal
Untuk menghitung Penghasilan
Kena Pajak (Self Assesment)
JENIS KOREKSI FISKAL
1. KOREKSI FISKAL POSITIF
Mengakibatkan laba kena pajak
(PKP) menjadi lebih besar
• PENGURANGAN BEBAN
1. Beban yg tidak berkaitan langsung dgn kegiatan usaha
perusahaan untuk mendapatkan, menagih & memelihara
pendapatan
2. Beban yg tdk diperkenankan sbg pengurang penghasilan
3. Beban yg diakui terlalu besar
4. Beban yg didapat dari penghasilan BOP
5. Beban yg didpt dari pengh yg dikenakan pajak bersifat final.
KOREKSI FISKAL NEGATIF
• PENGURANGAN PENDAPATAN
1. Pendapatan yg sudah dikenakan
pajak bersifat final
2. Pendapatan yg bukan objek pajak
• PENAMBAHAN BEBAN
Beban yg diakui oleh komersial terlalu
kecil
PT Mitra Sehat (PT MS) terdaftar di KPP Pratama Depok sejak 20 Januari 2001.
Selama tahun 2014 melakukan kegiatan dengan saldo-saldo pada akun laba
rugi buku sbb:
• Pendapatan Rp.23.750.650.000
• HPP Rp 16.465.000.000
• Beban operasional Rp 2.750.700.000
• Pendapatan jasa giro bank Rp. 1.750.400
• Beban pajak bunga bank Rp. 262.560.
Impormasi tambahan:
• Didalam beban operasional Rp.2.750.700.000 terdiri atas:
a. Beban gaji pegawai Rp.950.600.000
b. Beban PPh Ps. 21 Pegawai Rp. 47.530.000
• Beban sumbangan Rp. 15.500.000
• Beban PBB dan Materai Rp. 3.870.000
• Beban PPh Ps 25 Rp.480.000.000
• Beban penyusutan menurut akuntansi Rp.80.000.000 menurut fiskal
Rp.90.000.000
• Sisanya adalah beban deductable
Diminta: Menghitung:
• Laba (Rugi) Fiskal
• PPh Terutang & Kredit Pajak
• PPh KB (LB)
Transaksi Tahun 2014 Terkait Kredit
Pajak
• Penjualan barang kepada
Bendaharawan Rp.10.700.000.000
• Pembelian Impor (memiliki API)
Rp.2.500.000.000.
• Penjualan Jasa Rp.3.500.000.000
• Angsuran PPh Pasal 25 Disetor
Sendiri Rp.40.000.000 per bulan
Jawaban
PT Mitra Sehat
Laporan Laba-Rugi
Periode 1 Januari – 31 Desember 2014
Penjualan Rp.23750.650.000
HPP (16.465.000.000)
Laba Kotor Rp. 7.285.650.000
Biaya Operasional (2.750.700.000)
Laba operasional Rp. 4.534.950.000
Pendapatan Jasa Giro Bank 1.750.400
Beban pajak bunga (262.560)
Laba komersial Rp. 4.536.437.840
Jawaban (lanjutan ...)
Koreksi Fiskal:
Laba Komersial Rp.4.536.437.840
Kreksi fiskal positif:
Beban PPh Ps 21 Rp.47.530.000
Beban Sumbangan 15.500.000
Beban PPh ps 25 480.000.000
Beban Pajak Bunga 262.560
Jumlah Koreksi positif (543.292.560