Anda di halaman 1dari 35

PPH PEMOTONGAN-

PEMUNGUTAN (POTPUT)
RIZKI INDRAWAN, SE., M.Ak., Ak., CA., CADE., CAAT

Pertemuan 1 Pajak penghasilan Umum


Pengertian

Pajak Penghasilan (PPh)

• Pajak yang dikenakan terhadap Subjek Pajak atas


penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam
suatu tahun pajak
Subjek Pajak
Subjek pajak PPh:
• Segala sesuatu yang mempunyai potensi untuk memperoleh penghasilan dan menjadi sasaran
untuk dikenakan Pajak Penghasilan
Pengelompokan:
• Subjek pajak orang pribadi
• Subjek pajak badan
• Subjek pajak warisan belum dibagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak
• Subjek pajak bentuk usaha tetap (BUT)
Pengelompokan lain:
1. Subjek pajak dalam negeri
2. Subjek pajak luar negeri
Pengelompokan lain:

• Subjek pajak dalam negeri:


1. Orang pribadi
2. Badan
3. Warisan belum terbagi

• Subjek pajak luar negeri:


1. Orang pribadi
2. Bentuk usaha tetap
Subjek Pajak DN dan LN
Jenis BUT
Tidak Termasuk Subjek Pajak
1. Kantor perwakilan negara asing
2. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari
negara asing dan orang yang diperbantukan/yang bekerja dan
bertempat tinggal bersama mereka dengan syarat tertentu
3. Organisasi-organisasi internasional, yang ditetapkan Menkeu,
dengan syarat tertentu
4. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional (c) dengan
syarat bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan
usaha, kegiatan, atau pekerjaan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia
Objek Pajak
Objek PPh:
• Penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima/diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun luar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan Wajib
Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun
Penggolongan:
• Penghasilan dari hubungan kerja dan pekerjaan bebas
• Penghasilan dari usaha dan kegiatan
• Penghasilan dari modal
• Penghasilan lainnya
Jenis penghasilan:
• Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa (gaji, upah, tunjangan, honorarium lain)
• Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan
• Laba usaha
• Keuntungan karena penjualan atau pengalihan aset
• Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan
pengembalian pajak
• Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang
• Royalti atau imbalan atas penggunaan hak
• Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan aset
• Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan
jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
• Keuntungan selisih kurs mata uang asing
• Selisih lebih karena penilaian kembali aset
• Premi asuransi
• Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri atas Wajib Pajak yang menjalankan
usaha atau pekerjaan bebas
• Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak
• Penghasilan dari usaha berbasis syariah
• Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan
tata cara perpajakan
• Surplus Bank Indonesia
Jenis Penghasilan
Jenis penghasilan dibedakan menjadi:
• Penghasilan dikenakan PPh secara umum
• Penghasilan dikenakan PPh bersifat final
• Penghasilan tidak dikenakan PPh (bukan objek pajak)
Penghasilan yang PPh-nya bersifat final
PPh bersifat final:
• Pemotongan pajak dilakukan saat diperoleh/diterima dan pada akhir tahun
penghasilan tersebut tidak digabung dengan penghasilan lain sedangkan
pajak yang sudah dipotong/dibayar tidak dikreditkan pada PPh terutang.
Penghitungan pajak telah selesai pada saat dibayarkan dan tidak
diperhitungkan lagi sebagai kredit pajak di akhir tahun
Jenis penghasilan yang PPh-nya final:
• Bunga deposito dan tabungan lainnya
• Penghasilan bunga obligasi
• Bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi
orang pribadi
• Hadiah undian
• Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya yang
diperdagangkan di bursa
• Penghasilan dari transaksi pengalihan aset berupa tanah dan/atau
bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estat, dan persewaan tanah
dan/atau bangunan
• Sewa tanah dan/atau bangunan
• Imbalan yang diterima oleh PNS, anggota TNI Polri yang sumbernya dari
APBN/ APBD
• Uang pesangon, tabungan hari tua/jaminan hari tua, yang diterima
sekaligus
Penghasilan bukan objek pajak
a. Bantuan atau sumbangan, zakat dengan syarat tertentu
b. Aset hibahan dengan syarat tertentu
c. Warisan
d. Aset termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti
penyertaan modal
e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa dalam bentuk natura dan/atau
kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah
f. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan dan
lainnya
g. Dividen/bagian laba yang diterima/diperoleh PT sebagai WP dalam negeri, koperasi, BUMN/BUMD dengan
syarat tertentu
h. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun
i. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam bidang tertentu
j. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer, persekutuan, perkumpulan,
firma, dan kongsi
k. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura dengan syarat tertentu
l. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu
m. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba
n. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh BPJS kepada WP tertentu
Pengeluaran/Beban
Jangka waktu:
• Pengeluaran/beban dengan masa manfaat tidak lebih dari 1 tahun
• Pengeluaran/beban dengan masa manfaat lebih dari satu tahun

Dapat tidaknya sebagai pengurang penghasilan bruto:


• Pengeluaran/beban dapat dikurangkan dari penghasilan bruto (deductible
expenses)
• Pengeluaran/beban tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
(nondeductible expenses)
Deductible Expense
Deductible expenses:
• Biaya/pengeluaran dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
Jenisnya:
• Biaya yang secara langsung atau tidak langsung terkait usaha:
• Biaya pembelian bahan
• Biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa diberikan dalam bentuk uang
• Bunga, sewa, dan royalti
• Biaya perjalanan
• Biaya pengolahan limbah
• Premi asuransi
• Biaya promosi dan penjualan sesuai PMK
• Biaya administrasi
• Pajak, kecuali Pajak Penghasilan
• Biaya penyusutan atau amortisasi fiskal
• Iuran kepada dana pensiun
• Kerugian karena penjualan atau pengalihan aset
• Kerugian selisih kurs mata uang asing
• Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan
• Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan
• Piutang yang nyata tidak dapat ditagih dengan syarat tertentu
• Sumbangan untuk penanggulangan bencana nasional sesuai Peraturan Pemerintah
• Sumbangan untuk penelitian dan pengembangan sesuai Peraturan Pemerintah
• Biaya untuk pembangunan infrastruktur sosial sesuai Peraturan Pemerintah
• Sumbangan untuk fasilitas pendidikan sesuai Peraturan Pemerintah
• Sumbangan dalam pembinaan olahraga sesuai Peraturan Pemerintah
• Kompensasi kerugian
• PTKP (khusus WP OP)
Kompensasi Rugi
Penyelesaian
Syarat: Rugi fiskal tahun 2012 (Rp1.200.000.000)
• WP menyelenggarakan pembukuan Laba fiskal tahun 2013 Rp 200.000.000
• Kompensasi tidak lebih dari 5 tahun Sisa rugi fiskal tahun 2012 (Rp1.000.000.000)
Contoh Rugi fiskal tahun 2014 (Rp 300.000.000)
⁻ Tahun 2012, rugi fiskal Rp1.200.000.000 Sisa rugi fiskal tahun 2012 (Rp1.000.000.000)

⁻ Tahun 2012, laba fiskal Rp200.000.000 Laba fiskal tahun 2015 NIHIL
Sisa rugi fiskal tahun 2012 (Rp1.000.000.000)
⁻ Tahun 2013, rugi fiskal Rp300.000.000
Laba fiskal tahun 2016 Rp 800.000.000
⁻ Tahun 2014, NIHIL Sisa rugi fiskal tahun 2012 (Rp 200.000.000)
⁻ Tahun 2016, laba fiskal Rp100.000.000 Laba fiskal tahun 2017 Rp900.000.000
⁻ Tahun 2016, laba fiskal Rp800.000.000 Sisa rugi fiskal tahun 2012 dan rugi tahun 2014
dikompensasikan pada laba tahun 2017, laba
tahun 2017 yang dikenakan pajak
Rp400.000.000.
Penyusutan
Tarif Penyusutan Contoh
Aset Tetap Masa
Berwujud Manfaat Garis Saldo Aset X dibeli dengan harga
Lurus Menurun perolehan Rp320.000.000.
Non-bangunan Taksiran nilai residu
- Kelompok 1 4 tahun 25% 50% Rp100.000.000. Menurut pajak,
- Kelompok 2 8 tahun 12,5% 25% termasuk aset non-bangunan
- Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5% kelompok 2, disusut dengan
- Kelompok 4 20 tahun 5% 10% metode Garis Lurus.
Bangunan
- Permanen 20 tahun 5% – Penyusutan per tahun:
- Non-permanen 10 tahun 10% – Rp320 juta ÷ 8 = Rp40 juta
Amortisasi

Aset Tidak Masa Tarif Amortisasi


Berwujud Manfaat Garis Lurus Saldo Menurun
- Kelompok 1 4 tahun 25% 50%
- Kelompok 2 8 tahun 12,5% 25%
- Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5%
- Kelompok 4 20 tahun 5% 10%
PTKP
Keterangan PTKP Setahun PTKP Sebulan Contoh 1
Diri Wajib Pajak Rp54.000.000 Rp4.500.000 WP Tn X menikah, tanggungan 1
Tambahan untuk WP kawin Rp 4.500.000 Rp 375.000 anak, 1 orang tua, 1 adik kandung.
Tambahan untuk seorang istri yang Rp54.000.000 Rp4.500.000 PTKP:
penghasilannya digabung dengan - Diri WP Rp54 juta
suami - Status kawin Rp4,5 juta
Tanggungan keluarga per orang Rp 4.500.000 Rp 350.000 - Tanggungan
(maksimal 3) (2 @ Rp4,5 juta) Rp9 juta
PTKP WP Tuan X = Rp67.500.000
Termasuk tanggungan adalah anggota keluarga sedarah semenda dalam
Contoh 2
keturunan garis lurus satu derajat ke atas dan ke bawah (orang tua,
mertua, anak kandung, anak tiri, anak angkat) WP Ny. A menikah, 3 anak, suami
berpenghasilan.
PTKP:
PTKP dihitung pada kondisi di awal tahun. PTKP untuk wanita dilakukan - Diri WP Rp54 juta
ketentuan khusus
Non Dedeuctible Expense
Non-deductible expenses:
• Biaya/pengeluaran yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
Jenisnya:
• Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apa pun
• Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau anggota
• Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali usaha tertentu (PMK No. 219/PMK.011/2012)
• Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa yang dibayar oleh WP OP
• Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan
• Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham
• Aset yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan
• Pajak penghasilan
• Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak
• Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham
• Sanksi administrasi dan pidana di bidang perpajakan
• Non-deductible lain:
• Biaya untuk 3M atas penghasilan yang bukan merupakan Objek Pajak
• Biaya untuk 3M atas penghasilan yang pengenaan pajaknya bersifat final
• Biaya untuk 3M atas penghasilan yang dikenakan pajak berdasarkan NPPN NPP Khusus
• PPh ditanggung oleh pemberi penghasilan

• Pengecualian, berikut dapat dikurangkan dari penghasilan bruto:


• Cadangan untuk usaha asuransi, jaminan sosial dibentuk BPJS, LPS, usaha pertambangan,
usaha kehutanan, usaha pengelolaan limbah
• Natura berupa makanan dan minuman yang diberikan untuk semua karyawan
• Natura berupa pakaian seragam untuk keselamatan karyawan
Menghitung PPh

Menghitung pajak Menghitung pajak


sendiri pihak lain

•Wajib pajak •PPh 21/26


perusahaan •PPh 22
•Wajib pajak •PPh 23
bukan •PPh 4 (2)
perusahaan
Menghitung Pajak Sendiri
1. PPh terutang = 0,5% × Peredaran bruto usaha (sesuai PP terbaru
No 23 Tahun 2018)
Kriteria:
1. Wajib pajak adalah
• Orang pribadi atau badan selain BUT dan memperoleh
penghasilan bukan dari menjalankan pekerjaan bebas
2. WP tersebut memiliki peredaran usaha bruto tidak lebih dari
Rp4,8 miliar setahun
3. Penghitungan dilakukan setiap bulan dan bersifat final
Contoh
WP Tn X memiliki usaha dagang sembako.
Pada 2016, ia memperoleh penjualan sebesar Rp2,2 miliar.
Pada Januari 2017, mencatat nilai penjualan sebesar Rp250 juta.
PPh terutang sebulan: 0,5% × Rp250 juta = Rp1.250.000, final.
2. PPh terutang = Tarif PPh pasal 17 × PKP

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif PKP = Penghasilan neto – PTKP


Sampai dengan Rp50 juta 5% Penghasilan neto:
Di atas Rp50 juta s.d. Rp250 juta 15% 1. Penghasilan neto usaha
2. Penghasilan neto pekerjaan
Di atas Rp250 juta s.d. Rp500 juta 25% 3. Penghasilan neto di luar usaha
Di atas Rp500 juta 30% 4. Penghasilan luar negeri
Penghasilan neto usaha
Kriteria: = % NPPN × Peredaran usaha bruto
1. Wajib pajak adalah orang pribadi melakukan
pekerjaan bebas dengan peredaran usaha bruto Penghasilan neto dalam hitungan tidak
≤ Rp4,8 miliar setahun termasuk:
1. Penghasilan yang PPh-nya bersifat final
2. Wajib pajak menggunakan Norma Penghitungan
2. Penghasilan yang bukan objek pajak
Penghasilan Neto

PPh terutang = Tarif PPh pasal 17 × {(Peredaran bruto usaha × % NPPN) – PTKP}
https://www.pajak.go.id/sites/default/files/2019-
06/Lampiran%201_PER_17_PJ_2015.pdf
Contoh:
Pada 2016, WP Tuan X (K/2) memperoleh penghasilan dari pekerjaan
bebas yang masing-masing sebesar Rp3 miliar dan Rp120 juta. Norma
penghitungan penghasilan neto untuk pekerjaan bebas tersebut adalah
35%.
PPh Terutang:
3. PPh terutang = Tarif PPh Pasal 17 × PKP

Lapisan Penghasilan kena pajak Tarif PKP = Penghasilan neto – PTKP – Kompensasi rugi
Sampai dengan Rp50 juta 5% Penghasilan neto:
Di atas Rp50 juta s.d. Rp250 juta 15% 1. Penghasilan neto usaha
2. Penghasilan neto pekerjaan
Di atas Rp250 juta s.d. Rp500 juta 25%
3. Penghasilan neto di luar usaha
Di atas Rp500 juta 30% 4. Penghasilan luar negeri

Kriteria: Penghasilan neto usaha


= Penjualan – Deductible expenses
1. Wajib pajak adalah orang pribadi memiliki
peredaran usaha bruto > Rp4,8 miliar
dalam setahun Penghasilan dalam hitungan ini sini tidak termasuk:
1. Penghasilan yang PPh-nya bersifat final
2. Wajib pajak menggunakan pembukuan 2. Penghasilan yang bukan objek pajak

PPh terutang = Tarif PPh Pasal 17 × {(Penjualan – Deductible expenses) – PTKP}

Jika ada zakat dan rugi tahun sebelumnya dapat dikurangkan dari penjualan (peredaran bruto)
Contoh:
WP Tn Akbar (K/0) memiliki usaha perdagangan. Pada 2016, ia
memperoleh peredaran bruto usaha (penjualan neto) Rp5 miliar, biaya-
biaya yang dapat dikurangkan sebesar Rp4,5 miliar. Penghasilan neto dari
pekerjaan Rp112.704.000. Penghasilan dari luar usaha Rp50 juta.

PPh Terutang:
4. PPh terutang = Tarif PPh Pasal 17 × PKP
Jumlah peredaran usaha bruto Tarif PKP = Penghasilan neto – Kompensasi rugi (jika ada)
Di atas Rp50 miliar 25% Penghasilan neto:
Di atas Rp4,8 miliar s.d. Rp50 miliar sebagian 12,5%; 1. Penghasilan neto usaha
sebagian 25% 2. Penghasilan neto luar usaha
3. Penghasilan LN
Penghasilan neto usaha = Penjualan – Deductible expenses
Kriteria:
1. Wajib pajak adalah badan dengan
peredaran bruto lebih dari Rp4,8 miliar Penghasilan dalam hitungan ini tidak termasuk:
dalam setahun 1. Penghasilan yang PPh-nya bersifat final
2. Wajib pajak menggunakan pembukuan 2. Penghasilan yang bukan objek pajak

PPh terutang = Tarif PPh Pasal 17 × {(Penjualan – Deductible expenses) – Kompensasi rugi}
Contoh
Pada 2016, WP PT Ananda memperoleh peredaran bruto usaha (penjualan neto) sebesar
Rp7 miliar, total pengeluaran/biaya Rp6,7 miliar (termasuk natura dan sumbangan
Rp300 juta). Penghasilan dari luar usaha Rp150 juta (termasuk penghasilan yang PPh-
nya final sebesar Rp30 juta dan penghasilan bukan objek pajak sebesar Rp20 juta). Sisa
rugi tahun 2013 sebesar Rp70 juta belum dikompensasikan.

• PPh Terutang:
Menghitung dan Melaporkan PPh
WP-OP: 1771 Rp
1770 SS 1771 US
1770 S
1770

Self

Pasal 4
Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23
(2)
With holding

Official
PPh Pasal 29, STP, SKP
Pelunasan PPh
Dalam tahun berjalan melalui
pemotongan pihak lain: pasal 21, 22, 23,
4(2), 15

Dalam tahun berjalan melalui


pembayaran di luar negeri: pasal 24

Dalam tahun berjalan oleh WP Sendiri:


pasal 25

Saat sesudah akhir tahun pajak: pasal 29


TERIMA KASIH

RIZKI INDRAWAN, S.E., M.AK., AK., CA., CADE., CAAT


Dosen Tetap FEB Universitas Jenderal Achmad Yani
Praktisi akuntansi dan pajak

TELP/WA : +62 819 078 19417


INSTAGRAM : RRIZKIINDRAWAN55

Anda mungkin juga menyukai