PEMUNGUTAN (POTPUT)
RIZKI INDRAWAN, SE., M.Ak., Ak., CA., CADE., CAAT
⁻ Tahun 2012, laba fiskal Rp200.000.000 Laba fiskal tahun 2015 NIHIL
Sisa rugi fiskal tahun 2012 (Rp1.000.000.000)
⁻ Tahun 2013, rugi fiskal Rp300.000.000
Laba fiskal tahun 2016 Rp 800.000.000
⁻ Tahun 2014, NIHIL Sisa rugi fiskal tahun 2012 (Rp 200.000.000)
⁻ Tahun 2016, laba fiskal Rp100.000.000 Laba fiskal tahun 2017 Rp900.000.000
⁻ Tahun 2016, laba fiskal Rp800.000.000 Sisa rugi fiskal tahun 2012 dan rugi tahun 2014
dikompensasikan pada laba tahun 2017, laba
tahun 2017 yang dikenakan pajak
Rp400.000.000.
Penyusutan
Tarif Penyusutan Contoh
Aset Tetap Masa
Berwujud Manfaat Garis Saldo Aset X dibeli dengan harga
Lurus Menurun perolehan Rp320.000.000.
Non-bangunan Taksiran nilai residu
- Kelompok 1 4 tahun 25% 50% Rp100.000.000. Menurut pajak,
- Kelompok 2 8 tahun 12,5% 25% termasuk aset non-bangunan
- Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5% kelompok 2, disusut dengan
- Kelompok 4 20 tahun 5% 10% metode Garis Lurus.
Bangunan
- Permanen 20 tahun 5% – Penyusutan per tahun:
- Non-permanen 10 tahun 10% – Rp320 juta ÷ 8 = Rp40 juta
Amortisasi
PPh terutang = Tarif PPh pasal 17 × {(Peredaran bruto usaha × % NPPN) – PTKP}
https://www.pajak.go.id/sites/default/files/2019-
06/Lampiran%201_PER_17_PJ_2015.pdf
Contoh:
Pada 2016, WP Tuan X (K/2) memperoleh penghasilan dari pekerjaan
bebas yang masing-masing sebesar Rp3 miliar dan Rp120 juta. Norma
penghitungan penghasilan neto untuk pekerjaan bebas tersebut adalah
35%.
PPh Terutang:
3. PPh terutang = Tarif PPh Pasal 17 × PKP
Lapisan Penghasilan kena pajak Tarif PKP = Penghasilan neto – PTKP – Kompensasi rugi
Sampai dengan Rp50 juta 5% Penghasilan neto:
Di atas Rp50 juta s.d. Rp250 juta 15% 1. Penghasilan neto usaha
2. Penghasilan neto pekerjaan
Di atas Rp250 juta s.d. Rp500 juta 25%
3. Penghasilan neto di luar usaha
Di atas Rp500 juta 30% 4. Penghasilan luar negeri
Jika ada zakat dan rugi tahun sebelumnya dapat dikurangkan dari penjualan (peredaran bruto)
Contoh:
WP Tn Akbar (K/0) memiliki usaha perdagangan. Pada 2016, ia
memperoleh peredaran bruto usaha (penjualan neto) Rp5 miliar, biaya-
biaya yang dapat dikurangkan sebesar Rp4,5 miliar. Penghasilan neto dari
pekerjaan Rp112.704.000. Penghasilan dari luar usaha Rp50 juta.
PPh Terutang:
4. PPh terutang = Tarif PPh Pasal 17 × PKP
Jumlah peredaran usaha bruto Tarif PKP = Penghasilan neto – Kompensasi rugi (jika ada)
Di atas Rp50 miliar 25% Penghasilan neto:
Di atas Rp4,8 miliar s.d. Rp50 miliar sebagian 12,5%; 1. Penghasilan neto usaha
sebagian 25% 2. Penghasilan neto luar usaha
3. Penghasilan LN
Penghasilan neto usaha = Penjualan – Deductible expenses
Kriteria:
1. Wajib pajak adalah badan dengan
peredaran bruto lebih dari Rp4,8 miliar Penghasilan dalam hitungan ini tidak termasuk:
dalam setahun 1. Penghasilan yang PPh-nya bersifat final
2. Wajib pajak menggunakan pembukuan 2. Penghasilan yang bukan objek pajak
PPh terutang = Tarif PPh Pasal 17 × {(Penjualan – Deductible expenses) – Kompensasi rugi}
Contoh
Pada 2016, WP PT Ananda memperoleh peredaran bruto usaha (penjualan neto) sebesar
Rp7 miliar, total pengeluaran/biaya Rp6,7 miliar (termasuk natura dan sumbangan
Rp300 juta). Penghasilan dari luar usaha Rp150 juta (termasuk penghasilan yang PPh-
nya final sebesar Rp30 juta dan penghasilan bukan objek pajak sebesar Rp20 juta). Sisa
rugi tahun 2013 sebesar Rp70 juta belum dikompensasikan.
• PPh Terutang:
Menghitung dan Melaporkan PPh
WP-OP: 1771 Rp
1770 SS 1771 US
1770 S
1770
Self
Pasal 4
Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23
(2)
With holding
Official
PPh Pasal 29, STP, SKP
Pelunasan PPh
Dalam tahun berjalan melalui
pemotongan pihak lain: pasal 21, 22, 23,
4(2), 15