Anda di halaman 1dari 13

Materi Perpajakan

Rekonsiliasi Fiskal
Koreksi Positif: koreksi apapun yang menyebabkan pajak terutang bertambah
Terjadi karena biaya-biaya yang tidak diperkenankan oleh pajak sesuai dengan yang diatur dalam Pasal 9 UU
PPh.
1. Pendapatan menurut fiskal lebih besar daripada menurut akuntansi atau suatu penghasilan diakui menurut
fiskal tetapi tidak diakui menurut akuntansi
2. Biaya/pengeluaran menurut fiskal lebih kecil daripada menurut akuntansi atau suatu biaya/pengeluaran
tidak diakui menurut fiskal tetapi diakui menurut akuntansi
Jenis biaya yang dapat menimbulkan koreksi fiskal positif.
1. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi WP atau orang yang menjadi
tanggungannya.
2. Dana cadangan.
3. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura
atau kenikmatan.
4. Jumlah yang melebihi kewajaran yang di bayarkan kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa
sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan.
5. Harta yang dihibahkan, bantuan, atau sumbangan.
6. Pajak penghasilan.
7. Gaji yang dibayarkan kepada pemilik.
8. Sanksi administrasi.
9. Selisih penyusutan atau amortisasi komersial diatas penyusutan/amortisasi fiskal.
10. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang dikenakan PPh Final dan
penghasilan yang tidak termasuk objek pajak.
11. Penyesuaian fiskal positif lain yang tidak berasal dari hal-hal yang telah disebutkan di atas.

Koreksi Negatif: koreksi apapun yang menyebabkan pajak terutang berkurang


Penyebabnya ialah penghasilan yang dikenakan PPh Final dan penghasilan yang tidak termasuk objek pajak,
tetapi termasuk dalam peredaran usaha.
1. Pendapatan menurut fiskal lebih kecil daripada menurut akuntansi atau suatu penghasilan tidak diakui
menurut fiskal (bukan oleh pajak) tetapi diakui menurut akuntansi
2. Biaya/pengeluaran menurut fiskal lebih besar daripada menurut akuntansi atau suatu biaya/pengeluaran
diakui menurut fiskal tetapi tidak diakui menurut akuntansi
3. Suatu pendapatan telah dikenakan pajak penghasilan bersifat final
Berikut jenis koreksi fiskal negatif, yaitu:
1. Penghasilan dikenakan PPh final
 Penghasilan dari hadiah atau undian
 Penghasilan dari bunga deposito, tabungan lainnya bunga obligasi, surat utang negara, dan bunga
simpanan yang dibayarkan oleh koperasi pada anggota koperasi orang pribadi
 Penghasilan dari WP tertentu sesuai dengan kriteria dalam PP Nomor 46 Tahun 2013 yang diganti
dengan PP Nomor 23 Tahun 2018
 Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan bangunan, usaha jasa konstruksi,
persewaan tanah dan bangunan, dan usaha real estate
 Penghasilan dari transaksi derivative yang diperdagangkan di bursa, transaksi saham dan sekuritas,
serta transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya
yang diterima perusahaan modal ventura.

2. Penghasilan bukan objek pajak


 Warisan
 Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat
 Harta hibahan yang diterima oleh keluarga kandung dengan satu garis keturunan, badan pendidikan,
badan keagamaan, koperasi, badan sosial, atau orang pribadi yang memiliki UMKM
 Harta setoran tunai yang diterima oleh badan pengganti saham atau pengganti penyertaan modal
 Pengantian atau imbalan
 Pembayaran dari perusahaan asuransi
 Iuran yang diterima dana pensiun
 Penghasilan dari modal
 Bagian laba yang diterima dari perseroan komandit

Perhitungan Angsuran Pajak (PPh pasal 25)


PPh 25 – WPOP
Berdasarkan SPT Tahunan Pajak Penghasilan Tahun 2020, Tuan Bintang memiliki jumlah pajak penghasilan
terutang sebesar Rp55.000.000. Adapun jumlah kredit pajak Tuan Bintang selama tahun 2019 adalah Rp
31.000.000 dengan rincian sebagai berikut:
 PPh Pasal 21 Rp 15.000.000
 PPh Pasal 22 Rp 10.000.000
 PPh Pasal 23 Rp 3.000.000
 PPh Pasal 24 Rp 3.000.000
Hitunglah berapa besarnya angsuran PPh Pasal 25 untuk Tuan Bintang mulai masa Maret tahun 2020?
Jawaban:
PPh terutang tahun 2020 Rp 55.000.000
Kredit pajak:
PPh Pasal 21 Rp 15.000.000
PPh Pasal 22 Rp 10.000.000
PPh Pasal 23 Rp 3.000.000
PPh Pasal 24 Rp 3.000.000
Jumlah kredit pajak (Rp 31.000.000)
Selisih (Angsuran PPh 25 per tahun) Rp 24.000.000
Besarnya PPH Pasal 25 Perbulan = RP 24.000.000 : 12 Bulan → RP 2.000.000
PPh 25 – WP Badan
Pajak Penghasilan yang terutang untuk PT Perdana berdasarkan SPT Tahun 2016 sebesar 125 juta. Pajak yang
telah dipotong atau dipungut oleh pihak ketiga serta yang terutang atau dibayar di luar negeri dalam tahun 2016
sebagai berikut:
 PPh 22 sebesar 30 juta
 PPh 23 sebesar 15 juta
 PPh 24 sebesar 40 juta
Pajak penghasilan yang telah dipotong/dipungut oleh pihak lain dan yang dibayarkan atau terutang di luar
negeri tersebut untuk bagian tahunan pajak yang meliputi masa 8 bulan dalam tahun 2016. Hitung angsuran PPh
25!
Jawaban:
Angsuran PPh 25 tahun 2017:
PPh terutang berdasarkan SPT Tahun 2016 Rp 125.000.000
Kredit pajak tahun 2016:
PPh pasal 22 Rp 30.000.000
PPh pasal 23 Rp 15.000.000
PPh pasal 24 Rp 40.000.000
Total kredit pajak (Rp 85.000.000)
Dasar perhitungan angsuran Rp 40.000.000
Besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak setiap bulan (PPh 25) dalam tahun 2017
adalah Rp 40.000.000 : 8 = Rp 5.000.000

PPh terutang (Omzet < 4,8 M) PPh terutang (Omzet > 50 M)


Rumus: 50% × 20% × PKP Tarif tunggal: 20%

PPh terutang (Omzet 4,8 M – 50 M)


Diketahui: Omzet → Rp 30.000.000.000
Laba stlh dikompensasi → Rp 100.000.000
Tarif PPh terutang (dpt fasilitas)
→ Rp 4.800.000.000 : omzet
Rp 4.800.000.000 : Rp 30.000.000.000 16%
PKP yang dapat fasilitas
→ Laba sth pajak × tarif dpt fasilitas
Rp 100.000.000 × 16% Rp 16.000.000
PKP yang tdk dpt fasilitas
→ Laba stlh pajak – PKP dpt fasilitas
Rp 100.000.000 – Rp 16.000.000 Rp 84.000.000
PPh terutang
Dapat fasilitas (11% × Rp 16.000.000) Rp 1.760.000
Tidak dapat fasilitas (22% × Rp 84.000.000) Rp 18.480.000
Total PPh terutang Rp 20.240.000

PPN (Pajak Petambahan Nilai)


PPN adalah pajak atas konsumsi barang dan jasa di Daerah Pabean yang dikenakan secara bertingkat di setiap
jalur produksi dan distribusi.
Objek PPN dikelompokan menjadi dua, yakni Barang Kena Pajak (BKP) dan Jasa Kena Pajak (JKP)
Yang tidak termasuk objek PPN:
1. Barang yang tidak termasuk bukan objek PPN antara lain:
 Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya.
 Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak.
 Makanan dan minuman yang disajikan di tempat makan
 Uang, emas batangan, dan surat berharga

2. Jasa yang tidak termasuk bukan jasa PPN antara lain:


 Jasa pelayanan kesehatan medis.  Jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan.
 Jasa pelayanan sosial.  Jasa katering.
 Jasa pengiriman surat dengan perangko.  Jasa angkutan umum di darat dan di air
 Jasa keuangan. maupun di udara.
 Jasa asuransi.  Jasa tenaga kerja.
 Jasa keagamaan.  Jasa perhotelan.
 Jasa pendidikan.  Jasa yang disediakan oleh pemerintah.
 Jasa kesenian dan hiburan.  Jasa penyediaan tempat parkir.
 Jasa pengiriman uang dengan wesel pos

Subjek PPN meliputi:


Pengusaha Kena Pajak (PKP), baik orang pribadi maupun badan, yang melakukan penyerahan Barang Kena
Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP), yang dikenakan pajak berdasarkan UU PPN.
Tarif PPN → 11%
Tarif PPN ekspor → 0%
PPN Masukan atau VAT in adalah pajak yang dikenakan pada saat Pengusaha Kena Pajak (PKP) membeli
barang dan/atau jasa kena pajak.
PPN Keluaran atau VAT Out adalah pajak yang dikenakan ketika PKP menjual barang dan/atau jasa kena
pajak.

Cara perhitungan PPN masukan dan keluaran:


PT. Gragas merupakan PKP yang menjual elektronik di Palembang. Selama Agustus 2022, PT Gragas
melakukan berbagai transaksi sebagai berikut:
1. Penjualan secara langsung kepada konsumen sebesar Rp1.600.000.000.
2. Penyerahan BKP, yakni barang elektronik kepada Pemerintah Kota Palembang sebesar Rp660.000.000.
Harga tersebut sudah termasuk PPN.
3. PT. Gragas juga membangun sebuah gudang elektronik seluar 500m2 di kawasan pergudangan sendiri
dengan biaya sebesar Rp550.000.000.
4. Menyumbang ke sebuah yayasan panti jompo 1 buah televisi dengan harga Rp2.000.000 termasuk
keuntungan Rp200.000.
Selain transaksi di atas, terdapat tambahan transaksi selama bulan Agustus sebagai berikut:
Membeli sebuah mobil box untuk mengangkut barang dengan harga Rp550.000.000 dan harga tersebut sudah
termasuk PPN.
Dari transaksi-transaksi yang terjadi di atas, maka hitunglah PPN dari transaksi tersebut? Dan berapa total PPN
yang disetorkan?
Jawaban:
Transaksi pertama:
PPN = 11% x Rp1.600.000.000 = Rp176.000.000 (pajak keluaran/penjualan)
Transaksi kedua:
DPP = 100/111 x Rp660.000.000 = Rp595.000.000
PPN = 11% x Rp595.000.000 = Rp65.450.000 (pajak keluaran/penjualan)
Transaksi ketiga:
DPP = 20% x Rp550.000.000 = Rp110.000.000
PPN = 11% x Rp110.000.000 = Rp12.100.000 (pajak keluaran)
Transaksi keempat:
DPP = Rp2.000.000 – Rp200.000 = Rp1.800.000 (pajak keluaran)
Transaksi tambahan:
DPP = 100/111 x Rp550.000.000 = Rp496.000.000
PPN = 11% x Rp496.000.000 = Rp54.560.000 (pajak masukan)
Total PPN yang harus disetorkan:
PPN keluaranya:
→ Transaksi pertama + transaksi kedua + transaksi ketiga + transaksi keempa
Rp176.000.000 + Rp65.450.000 + Rp12.100.000 + Rp1.800.000 = Rp255.350.000
PPN Masukannya:
→ Rp54.560.000
PPN yang harus disetorkan:
→ Pajak keluaran – pajak masukan
Rp255.350.000 – Rp54.560.000 = Rp200.790.000

PPN masukkan & keluaran pabean → perhitungan PPN bagi perusahaan sendiri
PPN masukkan & keluaran di luar pabean → perhitungan PPN bagi perusahaan customer/produsen
Contoh soal koreksi fiscal dan perhitungan PPh badan:
Berikut di bawah ini adalah laporan labarugi PT SANGIHE tahun 2020:
Peredaran usaha 35,876,908,600
Harga Pokok Penjualan 23,319,990,590
Persediaan awal 4,938,765,050
Pembelian 23,046,739,049
Persediaan akhir 4,665,513,509

LABA KOTOR 12,556,918,010


Biaya usaha : 8,115,915,450
Biaya gaji dan tunjangan pegawai 3,429,987,500
Biaya Kupon/voucher pegawai 342,098,000
Biaya pembelian HP (untuk hadiah pegawai teladan) 8,900,500
Biaya Penghapusan piutang 864,789,000
Biaya antar jemput pegawai 261,000,000
Biaya Sedan Lexus Direksi 279,215,000
Biaya perpanjangan hak guna bangunan 2,500,000,000
Biaya Penyusutan 398,675,450
Biaya amortisasi 31,250,000
2,387,312,550
Penghasilan lain-lain:
Penghasilan Royalti dari LN (Pajak 36%) 2,096,748,500
Penghasilan sewa kendaraan 109,894,050
(bersih, dipotong PPh 15%)
Penghasilan sewa villa bogor 125,000,000
Bunga deposito 55,670,000

Keterangan tambahan
1. Dari total penjualan, sebesar Rp 21.094.050.000 adalah penjualan ke pemerintah. Pemerintah telah
memungut PPh Pasal 22 sebesar 1,5%.
2. Inventory dicatat menggunakan metode FIFO dan LCNRV:
FIFO NRV
Persediaan awal 4,938,765,050 5,095,035,500
Persediaan akhir 4,769,465,030 4,665,513,509
3. Biaya Kupon/voucher pegawai: Pegawai diberikan kupon yang bisa digunakan untuk belanja di beberapa
pusat perbelanjaan.
4. Biaya penghapusan piutang: Piutang yang dihapus telah diserahkan/dilaporkan ke DJP dan telah
dipublikasikan secara khusus di media asosiasi perusahaan, kecuali sebesar Rp 239.097.400 belum
dipublikasikan secara umum maupun secara khusus.
5. Biaya antar jemput pegawai: Perusahaan menyediakan fasilitas bus antar-jemput bagi pegawai
yangberdomisili di Jabodebek. Terdiri dari biaya Supir Rp 98.000.000, biaya pemeliharaan Rp 43.000.000
dan biaya bensin Rp 120.000.000.
6. Biaya Sedan Lexus Direksi terdiri dari biaya ongkos supir Rp 102.450.000, biaya pemeliharaan Rp
56.900.000 dan biaya bensin Rp 119.865.000.
7. Biaya perpanjangan hak guna bangunan: Pada tanggal 2 Januari 2019 Perusahaan memperpanjang Hak
Guna Bangunan kawasan pabrik untuk 20 tahun mendatang, karena masa HGB sebelumnya telah habis.
Masa manfaat (fiskal) selama 20 tahun.
8. Terkait Biaya Penyusutan, perusahaan menggunakan penghitungan dan metode sesuai dengan peraturan
pajak (fiskal), dengan rincian jumlah sbb:
Jenis aset/aktiva Biaya penyusutan (Rp)
Motor 34,098,000
Mobil 84,330,051
Mesin pabrik 107,639,098
Gedung pabrik & kantor 149,376,839
Villa di Bogor 10,293,770
Villa di Bandung 12,937,692
Total 398,675,450
Villa di Bandung digunakan untuk kegiatan pemasaran perusahaan. Dijual sebesar Rp 687.000.000 pada
bulan Maret 2020.
9. Biaya amortisasi merupakan amortisasi atas perolehan software khusus (pada 2 Jan-2018) untuk bagian
produksi dengan nilai perolehan Rp 250.000.000 dan diamortisasi selama 8 tahun menggunakan metode
garis lurus.
10. (Penghasilan) Bunga deposito dibayarkan di akhir tahun (11% p.a). Pokok deposito bernilai tetap sepanjang
tahun.
11. Biaya renovasi adalah untuk renovasi villa di Bogor yang disewakan
12. Bunga pinjaman dibayarkan di akhir tahun (13% p.a). Pokok pinjaman bernilai tetap sepanjang tahun.
13. Total PPh Pasal 25 pada tahun 2019 adalah sebesar Rp 1.104.678.500 (termasuk STP PPh Pasal 25: Pokok
Rp 50.000.000 + sanksi administrasi Rp 1.000.000).
14. Pihak ketiga (lawan transaksi) telah memotong/memungut PPh Potput sesuai ketentuan perpajakan yang
berlaku.
15. Berikut adalah informasi Laba atau Rugi perusahaan (sesuai fiskal) pada tahuntahun/periode sebelumnya!
Tahun Laba/Rugi Jumlah (Rp)
2016 Rugi 98,745,900
2017 Laba 985,653,500
2018 Rugi 460,396,000
2019 Laba 320,960,050
Diminta:
a. Hitung koreksi fiskal PT SANGIHE tahun pajak 2020!
b. Hitung PPh KB/LB/Nihil PT SANGIHE tahun pajak 2020!
c. Hitung PPh Pasal 25 tahun 2021

Jawaban:
PT SANGIHE
Koreksi Fiskal
Keterangan Komersil Fiskal
Positif Negatif
Peredaran Usaha
Penjualan 35.876.908.600 35.876.908.600
Harga Pokok Penjualan
Persediaan awal 4.938.765.050 4.938.765.050
Pembelian 23.046.739.049 23.046.739.049
Persediaan akhir 4.665.513.509 103.951.521 4.769.465.030
HPP 23.319.990.590 23.216.039.069
Laba Kotor 12.556.918.010 12.660.869.531

Biaya usaha
Biaya gaji dan tunjangan pegawai 3.429.987.500 3.429.987.500
Biaya kupon/vocher pegawai 342.098.000 342.098.000 -
Biaya pembelian HP untuk pegawai teladan 8.900.500 8.900.500
Biaya penghapusan piutang 864.789.000 239.097.400 625.691.600
Biaya antar jemput pegawai 261.000.000 261.000.000
Biaya sedan lexus direksi 279.215.000 88.382.500 190.832.500
Biaya perpanjangan hak guna bangunan 2.500.000.000 2.500.000.000 -
Biaya penyusutan 398.675.450 398.675.450
Biaya amortisasi 31.250.000 156.250.000 187.500.000
Total 8.115.915.450 5.102.587.550

Penghasilan lain-lain
Penghasilan dividen dari LN (pajak 36%) 2.096.748.500 2.096.748.500
Penghasilan sewa kendaraan (bersih,dipotong
109.894.050 19.393.068 129.287.118
pajak 15%)
Penghasilan sewa villa Bogor 125.000.000 125.000.000 -
Bunga deposito (setelah pajak) 55.670.000 55.670.000 -
Koreksi PPh Final bunga Deposito (20%) yang telah dibebankan 13.917.500 13.917.500
Total 2.387.312.550 2.226.035.618

Baya lain-lain
Biaya renovasi 24.500.000 24.500.000 -
Biaya pinjaman 69.058.000 69.058.000 -
Rugi penjualan villa puncak 42.145.600 42.145.600 -
Total 135.703.600 -

Laba Bersih (Komersil) 6.692.611.510


Penghasilan Neto 9.784.317.599
Materi Pengauditan 2

Materialitas Resiko dan Strategi Audit


Materialitas adalah besarnya suatu penghilangan atau salah saji informasi akuntansi yang dipandang dari
keadaan-keadaan yang melingkupinya, memungkinkan pertimbangan yang dilakukan oleh orang yang
mengandalkan pada informasi menjadi berubah atau dipengaruhi oleh penghilangan atau salah saji tersebut.
Materialitas pada tingkat laporan keuangan
 Meliputi besarnya salah saji minimum dalam suatu laporan keuangan yang cukup penting
 Pedoman Kuantitatif
 Pertimbangan Kualitatif yaitu berhubungan dengan penyebab salah saji
Materialitas pada tingkat saldo akun
Materialitas saldo Akun adalah minimum salah saji yang bisa ada pada suatu saldo Akun yang dipandang
sebagai salah saji material. Salah saji sampai tingkat tersebut salah saji bisa diterima.
Hubungan bukti audit dengan materialitas
 Jika auditor mempertahankan resiko audit konstan dan tingkat materialitas dikurangi, auditor harus
menambah jumlah bukti audit yang kumpulkan.
 Jika auditor mempertambahkan tingkat materialitasa konstan dan mengurangi jumlah bukti audit yang
dikumpulkan, resiko audit menjadi meningkat.

Resiko Audit (Audit Risk) adalah resiko bahwa auditor mungkin tanpa sengaja telah gagal untuk memodifikasi
pendapat secara tepat mengenai laporan keuangan yang mengandung salah saji materia
 Resiko Inheren (Inheren Risk) merupakan suatu ukuran yang dipergunakan oleh auditor dalam menilai
adanya kemungkinan bahwa terdapat sejumlah salah saji yang material (kekeliruan atau kecurangan)
dalam suatu segmen sebelum ia mempertimbangkan keefektifan dan pengendalian intern yang ada
 Resiko Pengendalian (Control Risk) merupakan ukuran yang digunakan oleh auditor untuk menilai
adanya kemungkina bahwa terdapat sejumlah salah saji material yang melebihi nilai salah saji yang
masiH dapat ditoleransi.
 Risiko Deteksi Terencana (Planned Detection Risk) merupakan ukuran risiko bahwa bukti audit atas
segmen tertentu akan gagal mendeteksi keberadaan salah saji yang melebihi suatu nilai salah saji yang
masih dapat ditoleransi, andaikan salah saji semacam itu ada.
Model risiko audit adalah alat konseptual yang diterapkan oleh auditor untuk mengevaluasi dan mengelola
keseluruhan risiko yang dihadapi dalam melakukan audit.
Jadi pada dasarnya resiko atas fraud dapat menjadi bahan pertimbangan bagi auditor untuk menentukan risk
model dengan cara menghitung dan mempertimbangkan nilai resiko atas fraud, penyebabnya dan solusinya
untuk menjadi bahan evaluasi bagi auditor dan juga perusahaan serta sebagai bahan acuan untuk membuat
keputusan selanjutnya
Pengendalian Internal
Pengendalian internal sendiri, atau yang biasa disebutsebagai pengendalianmanajemen, mencakup rencana,
metode, dan prosedur yang diadopsi oleh manajemen untuk memenuhi misi, tujuan, dan sasaran sebuah
perusahaan.
Tujuan pengendalian internal:
1. Mencapai tujuan perusahaan yang sebelumnya sudah ditetapkan.
2. Menghasilkan laporan keuangan perusahaan yang dapat dipercaya.
3. Memastikan kegiatan perusahaan sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku.
4. Mencegah kerugian atau pemborosan pengolahan sumber daya perusahaan.
5. Menjaga keuangan perusahaan.
6. Mendorong efisiensi dalam kegiatan operasional perusahaan.
7. Memastikan dipatuhinya kebijakan atau peraturan yang sudah dibuat oleh manajemen perusahaan.
Keterbatasan pengendalian intern:
 Kesalahan manusia  Perubahan lingkuangan
 Kolusi  Keterbatasan teknologi
 Biaya dan manfaat  Skala operasional
 Pengabaian dan ketidakpatuhan

Komponen pengendalian intern:


1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
2. Penilaian Risiko (Risk Assessment)
3. Prosedur Pengendalian (Control Activities)
4. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)
5. Pengawasan (Monitoring)
Menilai risiko pengendalian (assessing control risk) merupakan suatu proses mengevaluasi efektivitas
pengendalian intern suatu entitas dalam mencegah atau mendeteksi salah saji yang material dalam laporan
keuangan.
Dalam membuat penilaian risiko pengendalian untuk suatu asersi adalah penting bagi auditor untuk:
 Mempertimbangkan pengetahuan dan pemahaman mengenai apakah pengendalian yg berhubungan
dengan asersi telah dirancng dan diterapkan dalam operasi oleh manajemen entitas.
 Mengidentifikasikan salah saji potensial yg dapat muncul dlm asersi entitas.
 Mengidentifikasikan pengendalian yg diperlukan yg mungkin akan mencegah atau mendeteksi dan
memperbaiki salah saji.
 Melaksanakan pengujian pengendalian thp pengendalian yg diperlukan utk menentukan efektivitas
rancangan dan pengoperasian dari pengendalian tsb.
 Mengevaluasi bukti dan membuat penilaian.
Prosedur Audit

Anda mungkin juga menyukai