Rekonsiliasi Fiskal
Koreksi Positif: koreksi apapun yang menyebabkan pajak terutang bertambah
Terjadi karena biaya-biaya yang tidak diperkenankan oleh pajak sesuai dengan yang diatur dalam Pasal 9 UU
PPh.
1. Pendapatan menurut fiskal lebih besar daripada menurut akuntansi atau suatu penghasilan diakui menurut
fiskal tetapi tidak diakui menurut akuntansi
2. Biaya/pengeluaran menurut fiskal lebih kecil daripada menurut akuntansi atau suatu biaya/pengeluaran
tidak diakui menurut fiskal tetapi diakui menurut akuntansi
Jenis biaya yang dapat menimbulkan koreksi fiskal positif.
1. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi WP atau orang yang menjadi
tanggungannya.
2. Dana cadangan.
3. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura
atau kenikmatan.
4. Jumlah yang melebihi kewajaran yang di bayarkan kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa
sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan.
5. Harta yang dihibahkan, bantuan, atau sumbangan.
6. Pajak penghasilan.
7. Gaji yang dibayarkan kepada pemilik.
8. Sanksi administrasi.
9. Selisih penyusutan atau amortisasi komersial diatas penyusutan/amortisasi fiskal.
10. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang dikenakan PPh Final dan
penghasilan yang tidak termasuk objek pajak.
11. Penyesuaian fiskal positif lain yang tidak berasal dari hal-hal yang telah disebutkan di atas.
PPN masukkan & keluaran pabean → perhitungan PPN bagi perusahaan sendiri
PPN masukkan & keluaran di luar pabean → perhitungan PPN bagi perusahaan customer/produsen
Contoh soal koreksi fiscal dan perhitungan PPh badan:
Berikut di bawah ini adalah laporan labarugi PT SANGIHE tahun 2020:
Peredaran usaha 35,876,908,600
Harga Pokok Penjualan 23,319,990,590
Persediaan awal 4,938,765,050
Pembelian 23,046,739,049
Persediaan akhir 4,665,513,509
Keterangan tambahan
1. Dari total penjualan, sebesar Rp 21.094.050.000 adalah penjualan ke pemerintah. Pemerintah telah
memungut PPh Pasal 22 sebesar 1,5%.
2. Inventory dicatat menggunakan metode FIFO dan LCNRV:
FIFO NRV
Persediaan awal 4,938,765,050 5,095,035,500
Persediaan akhir 4,769,465,030 4,665,513,509
3. Biaya Kupon/voucher pegawai: Pegawai diberikan kupon yang bisa digunakan untuk belanja di beberapa
pusat perbelanjaan.
4. Biaya penghapusan piutang: Piutang yang dihapus telah diserahkan/dilaporkan ke DJP dan telah
dipublikasikan secara khusus di media asosiasi perusahaan, kecuali sebesar Rp 239.097.400 belum
dipublikasikan secara umum maupun secara khusus.
5. Biaya antar jemput pegawai: Perusahaan menyediakan fasilitas bus antar-jemput bagi pegawai
yangberdomisili di Jabodebek. Terdiri dari biaya Supir Rp 98.000.000, biaya pemeliharaan Rp 43.000.000
dan biaya bensin Rp 120.000.000.
6. Biaya Sedan Lexus Direksi terdiri dari biaya ongkos supir Rp 102.450.000, biaya pemeliharaan Rp
56.900.000 dan biaya bensin Rp 119.865.000.
7. Biaya perpanjangan hak guna bangunan: Pada tanggal 2 Januari 2019 Perusahaan memperpanjang Hak
Guna Bangunan kawasan pabrik untuk 20 tahun mendatang, karena masa HGB sebelumnya telah habis.
Masa manfaat (fiskal) selama 20 tahun.
8. Terkait Biaya Penyusutan, perusahaan menggunakan penghitungan dan metode sesuai dengan peraturan
pajak (fiskal), dengan rincian jumlah sbb:
Jenis aset/aktiva Biaya penyusutan (Rp)
Motor 34,098,000
Mobil 84,330,051
Mesin pabrik 107,639,098
Gedung pabrik & kantor 149,376,839
Villa di Bogor 10,293,770
Villa di Bandung 12,937,692
Total 398,675,450
Villa di Bandung digunakan untuk kegiatan pemasaran perusahaan. Dijual sebesar Rp 687.000.000 pada
bulan Maret 2020.
9. Biaya amortisasi merupakan amortisasi atas perolehan software khusus (pada 2 Jan-2018) untuk bagian
produksi dengan nilai perolehan Rp 250.000.000 dan diamortisasi selama 8 tahun menggunakan metode
garis lurus.
10. (Penghasilan) Bunga deposito dibayarkan di akhir tahun (11% p.a). Pokok deposito bernilai tetap sepanjang
tahun.
11. Biaya renovasi adalah untuk renovasi villa di Bogor yang disewakan
12. Bunga pinjaman dibayarkan di akhir tahun (13% p.a). Pokok pinjaman bernilai tetap sepanjang tahun.
13. Total PPh Pasal 25 pada tahun 2019 adalah sebesar Rp 1.104.678.500 (termasuk STP PPh Pasal 25: Pokok
Rp 50.000.000 + sanksi administrasi Rp 1.000.000).
14. Pihak ketiga (lawan transaksi) telah memotong/memungut PPh Potput sesuai ketentuan perpajakan yang
berlaku.
15. Berikut adalah informasi Laba atau Rugi perusahaan (sesuai fiskal) pada tahuntahun/periode sebelumnya!
Tahun Laba/Rugi Jumlah (Rp)
2016 Rugi 98,745,900
2017 Laba 985,653,500
2018 Rugi 460,396,000
2019 Laba 320,960,050
Diminta:
a. Hitung koreksi fiskal PT SANGIHE tahun pajak 2020!
b. Hitung PPh KB/LB/Nihil PT SANGIHE tahun pajak 2020!
c. Hitung PPh Pasal 25 tahun 2021
Jawaban:
PT SANGIHE
Koreksi Fiskal
Keterangan Komersil Fiskal
Positif Negatif
Peredaran Usaha
Penjualan 35.876.908.600 35.876.908.600
Harga Pokok Penjualan
Persediaan awal 4.938.765.050 4.938.765.050
Pembelian 23.046.739.049 23.046.739.049
Persediaan akhir 4.665.513.509 103.951.521 4.769.465.030
HPP 23.319.990.590 23.216.039.069
Laba Kotor 12.556.918.010 12.660.869.531
Biaya usaha
Biaya gaji dan tunjangan pegawai 3.429.987.500 3.429.987.500
Biaya kupon/vocher pegawai 342.098.000 342.098.000 -
Biaya pembelian HP untuk pegawai teladan 8.900.500 8.900.500
Biaya penghapusan piutang 864.789.000 239.097.400 625.691.600
Biaya antar jemput pegawai 261.000.000 261.000.000
Biaya sedan lexus direksi 279.215.000 88.382.500 190.832.500
Biaya perpanjangan hak guna bangunan 2.500.000.000 2.500.000.000 -
Biaya penyusutan 398.675.450 398.675.450
Biaya amortisasi 31.250.000 156.250.000 187.500.000
Total 8.115.915.450 5.102.587.550
Penghasilan lain-lain
Penghasilan dividen dari LN (pajak 36%) 2.096.748.500 2.096.748.500
Penghasilan sewa kendaraan (bersih,dipotong
109.894.050 19.393.068 129.287.118
pajak 15%)
Penghasilan sewa villa Bogor 125.000.000 125.000.000 -
Bunga deposito (setelah pajak) 55.670.000 55.670.000 -
Koreksi PPh Final bunga Deposito (20%) yang telah dibebankan 13.917.500 13.917.500
Total 2.387.312.550 2.226.035.618
Baya lain-lain
Biaya renovasi 24.500.000 24.500.000 -
Biaya pinjaman 69.058.000 69.058.000 -
Rugi penjualan villa puncak 42.145.600 42.145.600 -
Total 135.703.600 -
Resiko Audit (Audit Risk) adalah resiko bahwa auditor mungkin tanpa sengaja telah gagal untuk memodifikasi
pendapat secara tepat mengenai laporan keuangan yang mengandung salah saji materia
Resiko Inheren (Inheren Risk) merupakan suatu ukuran yang dipergunakan oleh auditor dalam menilai
adanya kemungkinan bahwa terdapat sejumlah salah saji yang material (kekeliruan atau kecurangan)
dalam suatu segmen sebelum ia mempertimbangkan keefektifan dan pengendalian intern yang ada
Resiko Pengendalian (Control Risk) merupakan ukuran yang digunakan oleh auditor untuk menilai
adanya kemungkina bahwa terdapat sejumlah salah saji material yang melebihi nilai salah saji yang
masiH dapat ditoleransi.
Risiko Deteksi Terencana (Planned Detection Risk) merupakan ukuran risiko bahwa bukti audit atas
segmen tertentu akan gagal mendeteksi keberadaan salah saji yang melebihi suatu nilai salah saji yang
masih dapat ditoleransi, andaikan salah saji semacam itu ada.
Model risiko audit adalah alat konseptual yang diterapkan oleh auditor untuk mengevaluasi dan mengelola
keseluruhan risiko yang dihadapi dalam melakukan audit.
Jadi pada dasarnya resiko atas fraud dapat menjadi bahan pertimbangan bagi auditor untuk menentukan risk
model dengan cara menghitung dan mempertimbangkan nilai resiko atas fraud, penyebabnya dan solusinya
untuk menjadi bahan evaluasi bagi auditor dan juga perusahaan serta sebagai bahan acuan untuk membuat
keputusan selanjutnya
Pengendalian Internal
Pengendalian internal sendiri, atau yang biasa disebutsebagai pengendalianmanajemen, mencakup rencana,
metode, dan prosedur yang diadopsi oleh manajemen untuk memenuhi misi, tujuan, dan sasaran sebuah
perusahaan.
Tujuan pengendalian internal:
1. Mencapai tujuan perusahaan yang sebelumnya sudah ditetapkan.
2. Menghasilkan laporan keuangan perusahaan yang dapat dipercaya.
3. Memastikan kegiatan perusahaan sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku.
4. Mencegah kerugian atau pemborosan pengolahan sumber daya perusahaan.
5. Menjaga keuangan perusahaan.
6. Mendorong efisiensi dalam kegiatan operasional perusahaan.
7. Memastikan dipatuhinya kebijakan atau peraturan yang sudah dibuat oleh manajemen perusahaan.
Keterbatasan pengendalian intern:
Kesalahan manusia Perubahan lingkuangan
Kolusi Keterbatasan teknologi
Biaya dan manfaat Skala operasional
Pengabaian dan ketidakpatuhan