Anda di halaman 1dari 3

NAMA : ANISA NOVIANTI NURJANAH

NPM : 3210111026
PRODI : D3 AKUNTANSI/A

PPH BADAN
PPh terutang untuk Koperasi dan Yayasan
Koperasi
Contoh perhitungan
1. Koperasi yang peredaran bruto setahun tidak melebihi Rp 50.000.000.000,00 dan Penghasilan
Kena Pajak dari bagian peredaran bruto tidak melebihi Rp4.800.000.000,00
Misal :
Peredaran bruto sebesar Rp42.000.000.000,00 dengan Penghasilan Kena Pajak sebesar
Rp4.200.000.000,00

Cara penghitungannya :
Jumlah PKP dari bagian peredaran bruto yang memperoleh fasilitas:
(Rp4.800.000.000,00 : Rp42.000.000.000,00) x Rp4.200.000.000,00 = Rp480.000.000,00

Jumlah PKP dari bagian peredaran bruto yang tidak memperoleh fasilitas:
Rp4.200.000.000,00-Rp480.000.000,00 = Rp3.720.000.000

Pajak Penghasilan yang terutang:


(50% x 22%) x Rp480.000.000,00 = Rp 52.800.000,00
22% x Rp3.720.000.000,00 = Rp 818.400.000,00 +
Jumlah Pajak Penghasilan yang terutang = Rp 871.200.000,00
Yayasan
➢ Yayasan Sebagai Subjek Pajak
Pada prinsipnya, yayasan merupakan subjek Pajak Penghasilan. Pengakuan penghasilan
maupun pembebanan biaya pada yayasan sama dengan bentuk organisasi lainnya. Pada akhir
periode laporan keuangan suatu yayasan akan menyajikan nilai Sisa Hasil Usaha yang setara
dengan laba-rugi suatu perusahaan. Yayasan juga diwajibkan membuat laporan SPT tahunan
PPh badan. Artinya, yayasan juga tidak luput dari sanksi administrasi dan sanksi pidana
apabila ada ketentuan perpajakan yang dilanggar.
➢ Objek Pajak Yayasan
Objek pajak yayasan dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni objek pajak penghasilan, dan
bukan objek pajak penghasilan. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
1. Objek Pajak Penghasilan
- Penghasilan yang diterima atau diperoleh dari usaha pekerjaan, kegiatan atau jasa.
- Bunga deposito bunga obligasi, diskonto SBI, dan bunga lain.
- Sewa dan imbalan lain sehubungan dengan penggunaan harta.
- Keuntungan dari pengalihan harta termasuk keuntungan pengalihan harta yang semula
berasal dari bantuan sumbangan atau hibah.
2. Bukan Objek Pajak Penghasilan
- Bantuan, sumbangan, atau zakat yang diterima oleh BAZIS (Badan Amil Zakat, Infak,
dan Sedekah).
- Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh yayasan atau organisasi yang
sejenis dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat di
Indonesia.
- Bantuan atau sumbangan dari pemerintah.
➢ Kewajiban Perpajakan Yayasan
Sesuai dengan UU PPh Pasal 2 Ayat (1) Huruf b, bahwa yayasan merupakan subjek Pajak
Penghasilan yang termasuk dalam kategori “Badan”. Adapun kewajiban perpajakan sebagai
subjek Pajak Badan adalah sebagai berikut:
1. PPh Pasal 4 ayat 2 – Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, serta
persewaan tanah dan bangunan dapat dikenai pajak bersifat final.
2. PPh Pasal 21 – Kewajiban pemotongan pajak atas penghasilan sehubugan dengan
pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan bentuk apapun yang diterima atau Wajib
Pajak Orang Pribadi.
3. PPH Pasal 23 – Kewajiban pemotongan PPh oleh pihak yang wajib membayarkan
penghasilan atas penghasilan dengan nama dan bentuk apapun yang dibayarkan, serta
disediakan untuk dibayarkan atau telah jatuh tempo pembayarannya.
4. Sebesar 15% dari jumlah bruto pada: (1) dividen dengan nama dan bentuk apapun,
termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan pembagian hasil
usaha koperasi, (2) bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang, royalti, dan (3) hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain
yang telah dipotong PPh 21.
5. Sebesar 2% dari jumlah bruto pada: (1) sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta, kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
harta yang telah dikenai Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 2,
dan (2) imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa
konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong sesuai PPh 21.
Contoh Perhitungan :
1. Yayasan Pelestarian Lingkungan HIS merupakan badan nirlaba yang memperoleh sisa
lebih sebesar Rp80.000.000 pada tahun 2019. Sisa lebih tersebut ditanamkan dalam sarana
dan prasarana sesuai ketentuan sebesar Rp60.000.000, sedangkan sisanya Rp20.000.000
ditanamkan dalam dana abadi dalam waktu 4 (empat) tahun sejak sisa lebih tersebut
diterima atau diperoleh. Bagaimana perlakuan perpajakan atas transaksi di tersebut?
Jawaban :
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 18/PMK.03/2021 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja di Bidang Pajak Penghasilan,
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, serta Ketentuan Umum
Dan Tata Cara Perpajakan (PMK 18/2021) disebutkan bahwa sisa lebih tahun dapat
dikecualikan sebagai objek PPh sepanjang ditanamkan kembali dalam sarana dan
prasarana. Hal ini berlaku bila sisa lebih yang ditanamkan dalam sarana dan prasarana
sebesar 75% atau memenuhi paling sedikit 25% dari jumlah sisa lebih. Adapun atas
ilustrasi di atas sisa lebih Yayasan Pelestarian Lingkungan HIS adalah sebesar
Rp60.000.000 atau sebesar 60% bagian dari sisa lebih. Selain itu, sisa lebih sebesar
Rp20.000.000 ditempatkan sebagai dana abadi. Dengan demikian, sesuai dengan
ketentuan PMK 18/2021, sisa lebih tahun 2019 milik Yayasan Pelestarian Lingkungan HIS
dikecualikan dari objek PPh.
2. Yayasan Pendidikan Matahari merupakan badan nirlaba yang memperoleh sisa lebih
sebesar Rp100.000.000 pada tahun 2019. Sisa lebih tersebut ditanamkan dalam sarana dan
prasarana sebesar Rp20.000.000, sedangkan sisanya ditanamkan dalam dana abadi dalam
waktu 5 (empat) tahun sejak sisa lebih tersebut diterima atau diperoleh. Bagaimana
perlakuan perpajakan atas transaksi di tersebut?

Jawaban :
Berdasarkan PMK 18/2021 disebutkan bahwa sisa lebih tahun dapat dikecualikan sebagai
objek PPh jika ditanamkan kembali untuk sarana dan prasarana. Adapun sisa lebih yang
ditanamkan dalam sarana dan prasarana oleh Yayasan Pendidikan Matahari adalah
Rp20.000.000 atau 20% dari bagian keseluruhan sisa lebih. Dengan demikian, Yayasan
Pendidikan Matahari tidak dapat dikecualikan sebagai objek PPh karena jumlah yang
ditanamkan dalam sarana dan prasarana sebesar 20% atau lebih kecil dari nilai minimal
yang ditetapkan dalam PMK 18/2021.

Anda mungkin juga menyukai