STUDI KASUS
ASPEK PERPAJAKAN YAYASAN
(STUDI KASUS)
PENDAHULUAN
Pada pertemuan sebelumnya telah dibahas mengenai pengertian, sumber
kekayaan, dan aspek-aspek perpajakan pada Yayasan. Menurut UU PPh, Yayasan
adalah subjek pajak. Yayasan menjadi wajib pajak jika menerima atau
memperoleh penghasilan yang merupakan objek pajak. Namun demikian,
meskipun tidak menerima atau memperoleh penghasilan yang merupakan objek
pajak, Yayasan tetap menjadi wajib pajak jika memenuhi kriteria sebagai
pemotong pajak. Sebagai contoh, Yayasan bertindak sebagai pemotong PPh
pasal 21 atas penghasilan berupa gaji, honorarium, upah, tunjangan yang
dibayarkan kepada karyawan/peserta kegiatan/pihak lain.
Secara umum pelaksanaan hak dan kewajiban Yayasan sama dengan bentuk
usaha lain, kecuali hal-hal khusus yang diatur tersendiri. Beberapa kewajiban
perpajakan yayasan antara lain:
1. Mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP sebagai wajib pajak.
2. Melaporkan usaha untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP),
apabila usaha pokoknya melakukan penyerahan barang kena pajak dan
atau jasa kena pajak sesuai UU PPN.
3. Menyelenggarakan pembukuan sesuai kaidah pembukuan yang berlaku
serta Menyetorkan dan Melaporkan Pajak Penghasilan Badan.
4. Melakukan Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh).
5. Melakukan Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Selanjutnya akan dibahas mengenai beberapa contoh perhitungan pajak pada
yayasan.
CONTOH STUDI KASUS PERHITUNGAN PAJAK PADA YAYASAN
1. PERHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK YAYASAN PENDIDIKAN
(OMZET < 4,8 M)
Tarif Pajak PPh Berdasarkan PP 46 Tahun 2013.
Pengenaan pajak penghasilan bagi yayasan dapat dikenakan ketentuan dalam PP
Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha
Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto
Tertentu.
Berdasarkan PP 46 Tahun 2013 tersebut, yayasan yang dikenakan tarif pajak
sebagaimana dimaksud dalam PP tersebut adalah yayasan dengan peredaran
bruto kurang dari Rp.4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah),
maka atas peredaran usahanya, yayasan dikenakan PPh final dengan tarif pajak
sebesar 1% x Peredaran Bruto.
Contoh:
Yayasan
Pendidikan
Cerdas
Indonesia
(YPCI)
adalah
organisasi
yang
Dengan asumsi bahwa aktiva bersih akhir tahun/sisa dana tidak digunakan
untuk:
1) Pembelian
atau
pembangunan
gedung
dan
prasarana
kegiatan
2) Pengadaan
sarana
dan
prasarana
kantor,
laboratorium
dan
perpusatakaan.
3) Pembelian atau pembangunan asrama mahasiswa, rumah dinas, guru,
dosen atau karyawan dan sarana prasarana olahraga, sepanjang berada di
lingkungan atau lokasi lembaga pendidikan formal.
Maka perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah sebagai berikut:
PPh 21 : Rp169.764.904,00 x 1% = Rp1.697.649,04
Jika sisa dana tersebut direncankan akan digunakan untuk ketiga poin di
atas maka terhadap sisa dana tersebut tidak dikenai PPh 21.
2. PERHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK YAYASAN PENDIDIKAN
(4,8 M < OMZET < 50 M)
Asumsikan bahwa nilai pada Laporan Aktivitas tersebut diketahui:
Peredaran Bruto
: Rp 40.000.000.000,00
: Rp. 5.000.000.000,00
Penghasilan bruto yayasan tersebut lebih dari 4,8 M dan kurang dari 50 M. Maka
penghitungan PPh 21-nya adalah sebagai berikut (tidak direncanakan untuk
penanaman kembali):
Perhitungan:
a. Jumlah PKP dari bagian peredaran bruto yang memperoleh fasilitas:
(Rp4.800.000.000,00 : Rp 40.000.000.000,00) x Rp. 5.000.000.000,00 = Rp
600.000.000,00
b. Jumlah PKP dari bagian peredaran bruto yang tidak memperoleh fasilitas:
Rp5.000.000.000,00 Rp600.000.000,00 = Rp4.400.000.000,00
c. Pajak Penghasilan yang terutang:
(50% x 25%) x Rp600.000.000,00
= Rp.
75.000.000,00
25% x Rp4.400.000.000,00
= Rp. 1.100.000.000,00
= Rp.
1.175.000.000,00
Rp1.175.000.000,00 : 12 = Rp97.916.667,00
- Penghasilan
usaha
pelayanan = Rp 2.441.800.000,00
kesehatan
- Hibah
= Rp
120.000.000,00
- Bantuan/Sumbangan
= Rp
30.000.000,00
= Rp
15.000.000,00
yang
telah
dikenakan
PPh
Final
tidak
boleh
30.000.000,00
6.441.800.0
00
3.
Hibah
Bantuan/Sumbangan
120.000.00
30.000.00
0 +
150.000.00
PKP
Final
(Bunga
Deposito) (b)
R
p
15.000.00
0 +
Total (a+b)
R
p
4.
Penghasilan Bruto
R
p
5.
6.
Total Pengeluaran
Biaya yang tidak dapat
dikurangkan
1.989.000.
000
( 165.000.0
00)
6.276.800.0
00
Sumbangan
Rp
30.000.000
7.
Biaya
8.
yang
( 30.000.00
0)
boleh
dikurangkan
Selisih lebih/kurang
(1.959.000.
000)
4.317.800.
p
9.
(PKP)
000
4.317.800.
000
Jumlah PKP dari bagian peredaran bruto yang tidak memperoleh fasilitas:
= Rp. 412.738.975,00
25% x Rp 1.015.888.198,00
= Rp. 253.972.049,00
= Rp
666.711.024,00
Rp 666.711.024,00 : 12 = Rp
55.559.252,00
PENDIDIKAN
DAN/ATAU
BIDANG
PENELITIAN
DAN
PENGEMBANGAN
Yayasan (Badan atau Lembaga Nirlaba) Yang Bergerak Dalam Bidang Pendidikan
dan/atau
Bidang
Penelitian
dan
Pengembangan
mendapatkan
fasilitas
perpajakan berupa pengecualian pengenaan pajak atas sisa lebih yang diterima
atau diperoleh (laba neto kena pajak ) sepanjang sisa lebih tersebut ditanamkan
Kesimpulan:
SISA
LEBIH
SELURUH
PENERIMAAN BIAYA
OPERASIONAL
SEHARI-HARI
dengan
istilah
Keuntungan/Laba
pada
badan
bergerak
dibidang
pendidikan
dan/atau
bidang
(empat)
tahun
sejak
diperolehnya
sisa
lebih
pendidikan dan/atau
penelitian
dan
dan
pengadaan
sarana
dan
prasarana
PPh
sejak
tahun
diperoleh
sisa
lebih
pendidikan dan/atau
penelitian
dan
laporan
(Pasal
5 PER-44/PJ/2009)
maka
Sisa
Lebih
diperoleh
44/PJ/2009)
sisa
lebih
tersebut.(Pasal
(3) PER-
Laba
neto
Rp.500.000.000,-
Yayasan
Kuncup
Mekar
Tahun
2013
sebesar
selama empat tahun atas laba neto tersebut tidak akan terkena PPh Pasal
25/29 Badan sepanjang memenuhi syarat antara lain digunakan untuk
membangun/mengadakan sarana dan prasarana dan/atau penelitian dan
pengembangan yang diselenggarakan bersifat terbuka kepada pihak
manapun.
2. Apabila pada tahun 2014 ternyata sebagian laba neto tersebut misalnya
sebesar Rp.200.000.000,- digunakan untuk kegiatan selain membangun/
mengadakan
sarana
dan
prasarana
dan/atau
penelitian
dan