Rekonsiliasi Fiskal
Sistematika
1
.
2
.
3
.
4
.
Pajak Perusahaan
Konsep Rekonsiliasi
Rincian Item Rekonsiliasi
Kasus dan Ilustrasi
Pajak Perusahaan
Angsuran diperhitungkan dari pajak tahun sebelumnya (untuk perusahaan baru ada cara perhitungan
sendiri)
Angsuran pajak akan dicatat sebagai pembayaran pajak dimuka dan akan diperhitungkan dalam pajak
akhir tahun
Pajak dibayar di muka PPh 25
2.000.000
Kas
2.000.000
Pajak Final
Tidak boleh diperhitungkan sebagai kredit pajak dan penghasilan tersebut tidak dimasukkan dalam
SPT.
Sering tidak dimasukkan dalam pencatatan sehingga akan dicatat pendapatan sebesar nilai setelah
pajak.
Misal untuk pendapatan bunga deposito sering langsung dimasukkan setelah pajak.
Potongan pajak dimasukkan sebagai kredit pajak dan penghasilannya dimasukkan dalam SPT.
940.000
60.000
1.000.000
Pajak yang dipotong bukan merupakan pajak perusahaan, melainkan pajak pihak ketiga.
Pihak ketiga dapat mengkreditkan pajak yang telah dipotong jika pajak yang dipotong bukan pajak final.
1.000.000
50.000
950.000
PPnBM
PPnBM akan ditambahkan dari harga jual yang telah ditetapkan oleh produsen atau importir
Jumlah pajak yang dibayar oleh pembeli akan dicatat sebagai utang PPnBM.
PPN
PPN dikenakan atas setiap penyerahan barang kena pajak yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak.
PPN akan ditambahkan dari harga jual, sehingga jumlah yang dibayar oleh konsumen adalah harga jual
ditambah dengan PPN.
PPN yang dibayar oleh konsumen akan dicatat sebagai PPN keluaran.
330.000
Penjualan
300.000
PPN keluaran
30.000
Ketika melakukan pembelian barang atau barang yang yang dipergunakan untuk produksi, perusahaan
harus membayar PPN kepada supplier.
PPN yang dibayarkan pada saat pembelian disebut sebagai PPN masukan.
200.000
Pajak masukan
Utang dagang/ Kas
20.000
220.000
Jika pajak masukan yang tidak dapat dikreditkan akan langsung dicatat menambah harga perolehan
aktiva.
PPN yang dibayar oleh perusahaan adalah selisih atas pajak keluaran dengan pajak masukan.
Pajak keluaran < pajak masukan = perusahaan dapat meminta restitusi atau kompensasi
(diperhitungkan pada pajak periode berikutnya).
PPN dibayar dan dilaporkan untuk setiap masa (bulan, maksimal 3 bulan), yaitu pada tgl 15 dan 20 pada
masa berikutnya.
30.000
PPN masukan
Utang PPN
10.000
Pencatatan yang dilakukan pada saat pembayaran utang:
Utang PPN
20.000
10.000
Kas
10.000
Jika PPN masukan lebih besar perusahaan mengajukan permohonan untuk restitusi. Fiskus akan
melakukan pemeriksaan sebelum mengabulkan permohonan restitusi.
Konsep Rekonsiliasi
Hakikat Rekonsiliasi
Pelaksanaan
pembukuan
berdasar kebijakan
akuntansi
perusahaan
menyimpang dari
ketentuan
perpajakan.
Perbedaan timbul
terkait pengakuan
pendapatan dan
beban di laporan
laba rugi.
Rekonsiliasi melakukan
pembenaran atas setiap item
pendapatan dan beban
sehingga sesuai dengan
ketentuan perpajakan.
Metode ini memudahkan
proses pengisian SPT.
Pembenaran dilakukan
terhadap laba akuntansi,
dengan melakukan
penambahan atau (koreksi
positif) pengurangan
(koreksi negatif), hanya
berdasar penyesuaian
penghasilan dan beban yang
tidak sesuai.
Koreksi
Rekonsilias
i
Teknik Rekonsiliasi
Tingginya Laba
Biaya / Beban
Beban
(cost/expense
)
Dapat
Dikurangkan
Tidak dapat
dikurangkan
Psl.6 (1)
Ps.9 (1)
Sesuai
UU
Tidak Sesuai
UU
over
under
Koreksi
positif
Koreksi
negatif
Koreksi
positif
Penghasilan
Penghasilan
(income/revenue)
Objek PPh
Dikecualikan Sbg
Objek PPh Psl. 4 (1)
Huruf K
Psl. 4 (1)
Sesuai
UU
Objek PPh
Final
Psl. 4 (2)
Bukan Objek
PPh Psl. 4
(3)
Tidak
Sesuai UU
over
Koreksi
negatif
under
Koreksi
positif
Koreksi
negatif
Koreksi
negatif
Koreksi
negatif
Kerangka Perbedaan
PSAK
Undang-Undang
Akuntansi
Pajak
Perbedaa
n
Permane
n
Penelitian:
Book Tax Gap
Effective Tax
Rate
Temporer
Pajak Tangguhan:
Aktiva/ Utang
Beban/ Pendapatan
Macam Perbedaan
Berdasar Sifat
Positif, bersifat meningkatkan Penghasilan Kena Pajak (PKP)
Negatif, bersifat mengurangi PKP.
Laba
akuntansi
Penghasila
n Kena
Pajak (PKP)
Ditambah
penghasila
n yang
belum
diakui.
Ditambah
biaya 3M
penghasila
n final.
Dikurangi
penghasila
n yang
bukan
objek
pajak.
Ditambah
biaya non
deductible.
Dikurangi
penghasila
n dikenai
PPh final.
Dikurangi
biaya
deductible
yang
belum
dibebanka
n.
b.
c.
d.
e.
f.
Bantuan atau sumbangan, zakat yang diterima oleh badan/ lembaga amil zakat yang
disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau
sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di
Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh
pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah;
Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah garis keturunan lurus satu derajat,
badan keagamaan, badan pendidikan, sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang
pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan atau
berdasarkan PMK, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan,
atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan;
Warisan;
Harta, termasuk setoran tunai, sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti
penyertaan modal;
Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh dalam bentuk natura dan/ atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau pemerintah,
kecuali yang diberikan oleh bukan WP, WP yang dikenakan pajak secara final atau WP
dengan Norma Penghitungan Khusus (deemed profit);
Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan
asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi
bea siswa;
g.
Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh PT sebagai WP dalam negeri,
koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan
modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan
syarat:
Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah
yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang
memberikan dividen
paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah
modal yang disetor;
h. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai;
i.
Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam bidang-bidang
tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;
j.
Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan
kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif;
k. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba
dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha di Indonesia, dengan
syarat badan pasangan usaha tersebut:
Merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan
kegiatan
dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri
Keuangan; dan
Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia;
l.
m.
n.
Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut
dengan atau berdasarkan PMK;
Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam
bidang pendidikan dan/ atau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar
pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan
prasarana kegiatan pendidikan dan/ atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka
waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
dan
Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
Biaya yang dibebankan/ dikeluarkan untuk kepentingan pribadi WP atau orang yang
menjadi tanggungan;
Gaji anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer yang modalnya tidak
terbagi atas saham;
Sanksi administrasi dan pidana di bidang perpajakan.
Deductible
a.
b.
c.
d.
e.
Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat
utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota
koperasi orang pribadi;
Penghasilan berupa hadiah undian;
Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang
diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan
modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;
Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha
jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan; dan
Penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah.
Kasus dan
Ilustrasi
Ilustrasi 6.1
Perseroan Terbatas (1)
Atas biaya penyusutan bidang pemasaran, meliputi penyusutan dengan metode garis
lurus atas:
i. Telepon genggam direktur, dibeli tahun 2011 dengan nilai tercatat Rp 25.000.000,
disusutkan selama 5 tahun. Sesuai peraturan pajak termasuk aset kelompok 1.
ii. Smartphone bagi salesperson yang berdinas di luar lapangan, dibeli tahun 2009 dan
disusutkan selama 4 tahun dan sesuai peraturan pajak termasuk aset kelompok 1.
iii. PDA baru bagi salesperson yang dibeli di akhir Juni tahun 2012, disusutkan dengan
masa manfaat 2 tahun, dan sesuai peraturan pajak termasuk aset kelompok 1.
Atas biaya bahan bakar dan tol bidang pemasaran, separuh di antaranya dialokasikan
bagi Direktur Pemasaran.
Atas honorarium dan komisi pegawai tidak tetap, termasuk pembayaran senilai Rp
786.542.000,00 kepada mantan pegawai yang masih dimanfaatkan jasanya secara lepas.
Atas biaya sewa kantor, meliputi pembayaran bagi kurun 30 bulan dan dibayarkan di
bulan Januari 2012.
Biaya penyusutan bidang G&A meliputi penyusutan dengan metode garis lurus atas:
i. Gedung pabrik lama dengan nilai kapitalisasi awal Rp 13.850.000.000,00 yang
diperoleh tahun 1990 dan disusutkan dengan masa manfaat 25 tahun.
ii. Kendaraan niaga bagi keperluan distribusi dengan nilai kapitalisasi awal Rp
6.000.000.000,00 yang diperoleh tahun 2008 dan disusutkan dengan masa manfaat 10
tahun. Peraturan perpajakan menggolongkan aset ke dalam kelompok 2.
iii. Kendaraan dinas bagi Direktur Utama dengan nilai kapitalisasi awal Rp
2.400.000.000,00 yang diperoleh akhir September 2012 dan disusutkan dengan masa
manfaat 6 tahun. Peraturan perpajakan menggolongkan aset ke dalam kelompok 2.
Atas royalti, merupakan pembayaran bagi suatu perusahaan di luar negeri. Di dalamnya
termasuk beban PPh 26 yang ditanggung PT. Arkeikum.
Atas biaya penghapusan piutang, senilai Rp 3.763.480.000,00 telah diberitahukan kepada
Ditjen Pajak, namun Rp 500.000.000,00 di antara jumlah terlapor tersebut belum didaftarkan
ke BUPLN.
Atas biaya pemeliharaan kendaraan, Rp 10.000.000,00 merupakan biaya pemasangan sistem
keamanan di kendaraan Direktur Utama.
Atas biaya bahan bakar dan tol bidang G&A, 15% di antaranya dialokasikan bagi Direktur
Utama.
Atas biaya riset, 50% di antaranya ditenderkan dan dilaksanakan di luar Indonesia.
Atas dividen PT. Negarakertagama, separuhnya berasal dari laba ditahan. PT. Arkeikum
memiliki proporsi kepemilikan 35%.
Atas dividen PT. Sutasoma, seluruhnya diberikan dalam bentuk instrumen investasi. PT.
Arkeikum memiliki proporsi kepemilikan 15%.
Atas dividen dari Bremen Ag., PT. Arkeikum telah mencatatnya secara netto terhadap pajak
di luar negeri dengan tarif 30%.
Bunga sebesar 8% p.a. atas deposito PT. Arkeikum dibayarkan di akhir tahun. Pokok
deposito bernilai tetap sepanjang tahun.
Bunga pinjaman sebesar 12% p.a. dibayarkan di akhir tahun, dengan nilai pokok pinjaman
bernilai tetap sepanjang tahun.
Sumbangan diberikan untuk pembangunan panti asuhan rubuh di sekitar perusahaan dan
pengadaan sarana bermain di dalamnya.
Biaya lain lain tidak memenuhi ketentuan perpajakan sebagai deductible expense.
Kredit pajak yang telah dipotong pihak lain meliputi:
PPh 22 atas impor dengan DPP PPN Rp 21.750.000.000,00. Perusahaan telah memiliki
API atas impor tersebut.
PPh 23 yang dipotong pihak lain, sebesar Rp 631.250.000,00.
Angsuran PPh 25 yang telah dibayar, sebesar Rp 855.750.000,00.
STP PPh 25 sebesar Rp 451.500.000,00 termasuk denda Rp 35.500.000,00.
Pertanyaan
:
a.Bagaimanakah rekonsiliasi fiskal ditetapkan atas PT. Arkeikum?
b.Berapakah besar PPh terutang dan kredit pajak di periode berjalan?
c.Berapakah pajak kurang (lebih) bayar di periode berjalan?
d.Berapakah angsuran PPh 25 per bulan yang seharusnya dibayarkan di periode
mendatang?
Jawaban
Keterangan
Koreksi positif atas biaya telepon, air, dan listrik bidang pemasaran
= 50% Biaya pulsa direktur
+ Pembelian PDA yang seharusnya dikapitalisasi
= 50% * * 400.000.000
+ * 400.000.000
= 50.000.000
+ 100.000.000
= 150.000.000
Penyusutan bidang pemasaran menurut akuntansi
= 20% * 25.000.000 + Penyusutan smartphone + 6/12 * 50% * 100.000.000
= 5.000.000
+ Penyusutan smartphone + 25.000.000
= 30.000.000
+ Penyusutan smartphone
Penyusutan bidang pemasaran menurut fiskal
= 50% * 25% * 25.000.000 + Penyusutan smartphone + 6/12 * 25% * 100.000.000
= 3.125.000
+ Penyusutan smartphone + 12.500.000
= 15.625.000
+ Penyusutan smartphone
Koreksi positif atas penyusutan bidang pemasaran
= Penyusutan menurut akuntansi
- Penyusutan menurut fiskal
= (30.000.000 + Penyusutan smartphone) - (15.625.000 + Penyusutan smartphone)
= 14.375.000
Keterangan
Koreksi positif atas biaya sewa kantor
= Proporsi biaya sewa dibayar di mukan
= 18/30 * 1.633.500.000
= 980.100.000
Penyusutan bidang G&A menurut fiskal
= Penyusutan kendaraan niaga + Penyusutan kendaraan direktur
= 12,5% *6.000.000.000
+ 50% * 3/12 * 12,5% * 2.400.000.000
= 750.000.000
+ 37.500.000
= 787.500.000
Gedung pabrik lama tidak disusutkan menurut fiskal, sebab telah melewati batas masa
manfaat fiskal selama 20 tahun.
Koreksi positif atas penyusutan bidang G&A
= Penyusutan menurut akuntansi
- Penyusutan menurut fiskal
= 1.254.000.000
- 787.500.000
= 466.500.000
Koreksi positif atas biaya royalti
= Beban PPh 26 yang tidak boleh dibebankan
= 20% / 120% * 660.000.000
= 110.000.000
Keterangan
Koreksi positif atas dividen dari Bremen Ag.
= Beban pajak luar negeri yang seharusnya tidak di-netto-kan
= 30% / 70% * 276.500.000
= 118.500.000
Pokok deposito
= 100% / 80% * 34.280.000 / 8%
= 535.625.000
Pokok pinjaman
= 100% / 12% * 76.275.000
= 635.625.000
Bunga pinjaman yang boleh dibebankan
= Selisih pokok pinjaman dan pokok deposito
= (635.625.000 - 535.625.000)
* 12%
= 12.000.000
Ilustrasi 6.2
Persekutuan (1)
Soal :
Peralatan K3 diberikan bagi pegawai yang bertugas atas pengantaran material di lokasi
konstruksi.
Atas biaya telepon, air, dan listrik bidang pemasaran, meliputi Rp 10.300.000,00 biaya
pulsa bagi Direktur Operasional dan Keuangan.
Biaya penyusutan bidang G&A meliputi penyusutan dengan metode garis lurus atas:
Gedung X untuk disewakan, dengan nilai kapitalisasi awal Rp 9.000.000.000,00 yang
diperoleh tahun 2005 dan disusutkan dengan masa manfaat 30 tahun dan nilai sisa
Rp 705.000.000,00.
Gedung Y untuk disewakan, dengan nilai kapitalisasi awal Rp 2.000.000.000,00 yang
diperoleh tahun 2010 dan disusutkan dengan masa manfaat 20 tahun.
Kendaraan dinas bagi Direktur Utama dengan nilai kapitalisasi awal Rp
400.000.000,00 yang diperoleh tahun 2010 dan disusutkan dengan masa manfaat 4
tahun. Peraturan perpajakan menggolongkan aset ke dalam kelompok 2.
Biaya pembelian kendaraan dibebankan atas pembelian di akhir September 2012.
Kendaraan diperuntukkan bagi operasional pegawai lapangan.
Atas biaya penghapusan piutang, senilai Rp 1.175.000.000,00 telah diberitahukan kepada
Ditjen Pajak dan didaftarkan ke BUPLN, namun Rp 50.000.000,00 di antara jumlah terlapor
tersebut belum diumumkan dalam penerbitan.
Atas biaya pemeliharaan gedung, 80% dialokasikan untuk gedung X dan 20% untuk
gedung Y.
Atas biaya pemeliharaan kendaraan, seluruhnya merupakan biaya overhaul tak
tertanggung asuransi bagi kendaraan Direktur Utama.
Atas biaya asuransi gedung, Rp 75.000.000,00 diperuntukkan bagi gedung Y dan sisasnya
bagi gedung X.
Atas biaya asuransi kendaraan meliputi Rp. 100.000.000,00 asuransi selama 4 tahun bagi
kendaraan yang baru dibeli dan sisanya bagi asuransi kendaraan Direktur Utama.
Atas PPh final dan retribusi daerah, termasuk pajak bersifat final yang telah dipotong
pihak ketiga terhadap item item pendapatan non operasi.
Atas pinjaman konvensional dan deposito yang dimiliki, berikut merupakan tabel
keterangan terkait pokok deposito dan pokok pinjaman sepanjang tahun berjalan
Atas gaji yang dibayarkan bagi sekutu aktif, termasuk pula Rp 130.000.000,00 yang
seharusnya dibayarkan di periode lalu.
Biaya lain lain memenuhi ketentuan perpajakan sebagai deductible expense.
Kredit pajak yang telah dipotong pihak lain meliputi:
PPh 22 atas impor sebesar Rp 113.500.000,00.
PPh 22 atas pembelian baja dengan nilai pembelian Rp 23.350.000.000,00.
PPh 23 yang dipotong pihak lain, sebesar Rp 79.150.000,00.
Angsuran PPh 25 yang telah dibayar, sebesar Rp 215.500.000,00.
Pertanyaan
:
a.Bagaimanakah rekonsiliasi fiskal ditetapkan atas CV. Pleistosen?
b.Berapakah besar PPh terutang dan kredit pajak di periode berjalan?
c.Berapakah pajak kurang (lebih) bayar di periode berjalan?
d.Berapakah angsuran PPh 25 per bulan yang seharusnya dibayarkan di periode
mendatang?
Jawaban :
a.
Keterangan
Penyusutan bidang pemasaran menurut fiskal
= Penyusutan HP direktur + Kendaraan A + Kendaraan B
= 50% * 6/12 * 25% * 30.000.000 + 12,5% * 825.000.000 + 12,5% * 550.000.000
= 1.875.000 + 103.125.000 + 68.750.000
= 173.750.000
Koreksi positif atas bunga pinjaman
= Penyusutan menurut akuntansi - Penyusutan menurut fiskal
= 173.750.000 240.000.000
= 66.250.000
Penyusutan bidang G&A menurut fiskal
= Penyusutan gedung Y
+ Kendaraan direktur
+ Kendaraan lapangan
= 5% * 2.000.000.000 + 50% * 12,5% * 400.000.000 + 3/12 * 12,5% * 600.000.000
= 100.000.000
+ 25.000.000
+ 18.750.000
= 143.750.000
Penyusutan gedung X tidak dapat dibebankan, sebab pendapatan atasnya akan dikenai PPh
bersifat final
Koreksi positif atas bunga pinjaman
= Penyusutan menurut akuntansi - Penyusutan menurut fiskal
= 476.500.000 143.750.000
= 332.750.000
Keterangan
Koreksi atas PPh final dan retribusi daerah
= Beban PPh final yang tidak boleh dibebankan
= PPh final atas sewa tanah
+ PPh final atas sewa gedung + PPh final atas bunga
deposito
= 10% *
240.000.000
+ 10% *
793.000.000
+ 20%/ 80% * 132.200.000
= 24.000.000
+ 79.300.000
+ 33.000.000
= 136.300.000
Keterangan
Skedul pokok deposito dan pokok pinjaman.
Ilustrasi 6.3
Orang Pribadi (1)
Kresnadwipayana
merupakan
seorang pengusaha yang memiliki
studio foto dengan kelengkapan
laboratorium
fotografi
di
Kota
Denpasar.
Gedung
studio
foto
tersebut baru didirikan pada satu
tahun terakhir setelah sebelumnya
Kresnadwipayana
hanya
melaksanakan usahanya di rumah
tinggal. Usaha Kresnadwipayana tidak
hanya menawarkan jasa fotografer,
rekayasa,
dan
pencetakan
foto
sebagai produk utama, akan tetapi
melayani pula pemesanan pigura
khusus yang dibuat secara hand
made. Ide pelayanan pemesanan
pigura
tersebut
diperoleh
Kresnadwipayana ketika membantu
pengerjaan tugas prakarya anak
semata wayangnya yang tengah
menjalani masa orientasi SMA. Atas
usaha
yang
dijalankannya,
Kresnadwipayana telah menerapkan
kebijakan pembukuan dengan laporan
tahunan sebagai berikut.
Sewa gudang dibayarkan kepada pemilik petak di belakang studio yang dipergunakan
sebagai tempat penitipan material pigura. Pembayaran dilakukan pada bulan November
untuk lima bulan menjelang.Galeri display mini dibuat untuk tujuan eksibisi di balaikota,
namun kemudian dipergunakan kembali sebagai elemen dekorasi studio.
Atas biaya telepon, air dan listrik, seperdelapannya dimanfaatkan untuk keperluan rumah
tinggal Kresnadwipayana.
Atas biaya perjalanan bisnis, termasuk pula penggantian tiket kereta bagi istri
Kresnadwipayana yang mendampingi perjalanan suaminya, senilai Rp 3.500.000,00.
Biaya penghapusan piutang dialokasikan untuk foto tercetak yang belum diambil setelah
lewat masa 3 bulan. Kresnadwipayana telah mematuhi ketentuan perpajakan terkait
pengurusannya.
Biaya tender foto Karpeg dialokasikan atas pemberian komisi bagi Kepala Tata Usaha
Balaikota yang mempermudah perolehan proyek foto untuk kartu pegawai.
Kredit pajak yang telah dipotong pihak lain meliputi:
PPh 23 yang dipotong pihak lain, sebesar Rp 3.150.000,00.
Angsuran PPh 25 yang telah dibayar, sebesar Rp 10.750.000,00.
Keterangan
Koreksi atas gaji dan bonus pegawai tetap
= Jumlah lebih yang dibayarkan akibat hubungan istimewa
= 12 * 2.000.000 - 20.000.000
= 16.000.000
Beban honorarium fotografer lepas menurut fiskal
= Kas diterima fotografer + Pemotongan PPh 21
= 85.750.000
+ (5% * 50.000.000 + 15% * (X 50.000.000)
= 85.750.000
+ (2.500.000 7.500.000 + 15% * X)
= 85.750.000
5.000.000
+ 15% * X
= 80.750.000
+ 15% * X
Di mana X merupakan beban honorarium itu sendiri. Maka persamaan dapat diselesaikan
dengan substitusi matematika sederhana sebagai berikut.
X
= 80.750.000
+ 15% * X
85% * X
= 80.750.000
X
= 95.000.000
Di mana X merupakan beban honorarium itu sendiri.
Koreksi negatif atas honorarium fotografer lepas
= Honorarium menurut fiskal
- Honorarium menurut akuntansi
= 95.000.000
85.750.000
= 9.250.000
Keterangan
Koreksi positif atas asuransi gedung
= Asuransi bagi rumah tinggal yang tidak boleh dibebankan
= 510.000.000 / (1.530.000.000 + 510.000.000) * 8.500.000
= 510.000.000 / 2.040.000.000 * 8.500.000
= 2.125.000
Penyusutan menurut fiskal
= 5% * 1.530.000.000
= 76.500.000
Koreksi positif atas penyusutan
= Penyusutan menurut akuntansi
- Penyusutan menurut fiskal
= 250.000.000 76.500.000
= 173.500.000
Koreksi positif atas sewa gudang
= Proporsi pembayaran sewa di muka yang tidak boleh dibebankan
= 3/5 * 25.000.000
= 15.000.000
Jawaban :
e.
Atas galeri display mini yang dikerjakan anak Kresnadwipayana, maka beban tersebut
tetap boleh dibebankan sebagai beban usaha studio foto. Adapun atas pembayaran yang
diterima anak Krenadwipayana yang belum dewasa dan belum menikah, maka penghasilan
anak tersebut digabungkan kepada penghasilan Kresnadwipayana.
Jawaban :
f.
Atas istri yang bekerja hanya kepada satu pemberi kerja dengan pekerjaan yang terkait
usaha suami, maka dilakukan penggabungan penghasilan antara Kresnadwipayana dan istri.
Adapun terkait biaya perjalanan bisnis yang semula tidak boleh dikurangkan menjadi bersifat
boleh dikurangkan, selama dapat dibuktikan bahwa pendampingan istri selaku akuntan
memang diperlukan dalam perjalanan bisnis tersebut.
Contoh Kasus
Fa. Cartenz merupakan wajib pajak badan yang sepanjang tahun 2012 mencatatkan laba
bersih dalam laporan keuangannya senilai Rp 34.575.000.000,00. Berikut merupakan informasi
terkait penghasilan dan beban yang termasuk dalam laporan keuangan perusahaan.
a.
Perusahaan telah menerima pesanan luar biasa dari Istana Kepresidenan dengan nilai
kontrak Rp 2.650.000.000,00, dikenai PPh 22 dan PPN. Perusahaan mencatat penghasilan
sesuai dengan kas yang diterima saat pembayaran.
b.
Perusahaan menerima Rp 510.000.000,00 atas penyewaan lahan kosong yang dimiliki dan
Rp 765.000.000,00 atas penyewaan mesin produksi.
c.
Perusahaan mencatat keuntungan revaluasi tanpa dilaporkan sebesar Rp 115.000.000,00.
d.
Piutang perusahaan yang telah dihapuskan sebesar Rp 3.165.000.000 dan baru
setengahnya dilaporkan kepada otoritas pajak.
e.
Di dalam biaya depresiasi, termasuk depresiasi rumah dinas Direktur senilai Rp yang
diperoleh tahun 2001 dengan nilai Rp 2.000.000.000,00. Aset didepresiasikan dengan nilai
sisa Rp 100.000.000,00 dan masa manfaat 25 tahun.
Di samping itu, diketahui pula beberapa informasi lain terkait kewajiban perpajakan Fa.
Cartenz yang telah dipotong pihak lain, sebagai berikut.
f.
Kredit PPh 22 atas impor sebesar Rp 1.785.000.000,00.
g. Kredit PPh 23 atas bunga pinjaman sebesar Rp 598.500.000,00.
h. Kredit PPh 24 atas penghasilan dari luar negeri sebesar Rp 1.165.000.000,00.
i.
Angsuran PPh 25 yang telah dibayar sendiri sebesar Rp 2.755.000.000,00.
j.
STP PPh 25 sebesar Rp 812.250.000.
Pertanyaan
:
a.Bagaimanakah koreksi fiskal ditetapkan atas Fa. Cartenz?
b.Berapakah besar PPh terutang dan kredit pajak di periode berjalan?
c.Berapakah pajak kurang (lebih) bayar di periode berjalan?
d.Berapakah angsuran PPh 25 per bulan yang seharusnya dibayarkan di periode
mendatang?
e.Bagaimanakah
Fa.
Cartenz
melakukan
penjurnalan
terkait
kewajiban
perpajakannya?
Keterangan
Atas kontrak dengan Istana Kepresidenan
Nilai penghasilan bruto yang telah dicatat
= 2.650.000.000 + 10% * 2.650.000.000 1,5% * 2.650.000.000
= 2.650.000.000 + 265.000.000 37.100.000
= 2.877.900.000
Koreksi negatif atas penghasilan bruto
= 2.877.900.000 - 2.650.000.000
= 227.900.000
Depresiasi menurut akuntansi
= 4% * (2.100.000.000 - 100.000.000 )
= 4% * (2.000.000.000)
= 80.000.000
Depresiasi menurut fiskal
= 50% * 5% * 2.000.000.000
= 50.000.000
Koreksi positif atas beban depresiasi
= 80.000.000 50.000.000
= 30.000.000
Jawaban :
e.
Penjurnalan atas kewajiban pajak akhir tahun
Beban pajak kini
8.834.900.000
Pajak dibayar di muka PPh 22
1.822.100.000
Pajak dibayar di muka PPh 23
598.500.000
Pajak dibayar di muka PPh 24
1.165.000.000
Pajak dibayar di muka PPh 25
3.567.250.000
Utang PPh 29
1.682.050.000
Keterangan
Kredit PPh 22
= Atas impor
+ Atas penyerahan kepada bendaharawan negara
= 1.785.000.000 + 37.100.000
= 1.822.100.000
Kredit PPh 25
= Angsuran PPh 25
= 2.755.000.000
= 3.567.250.000
+ STP PPh 25
+ 812.250.000
Jawaban :
e.
Aset pajak tangguhan muncul akibat perbedaan temporer yang dapat dikurangkan,
berdasar perspektif perpajakan. Nilai aset pajak tangguhan Fa. Cartenz meliputi
= Akibat beban piutang tak tertagih + Akibat beban depresiasi
= 25% x 50%x 3.165.000.000
+ 25% x 30.000.000
= 395.625.000
+ 7.500.000
= 403.125.000
Jurnal
Aset pajak tangguhan
Manfaat pajak tangguhan
403.125.000
403.125.000
REKONSILIASI FISKAL
PENDAHULUAN
Laporan Keuangan
Komersial
Neraca
Laporan Laba Rugi
Laporan Perubahan Modal
Laporan Arus Kas
dll
Laba/Penghasilan
Neto
Perlakuan2 akuntasi yang
berbeda dg ketentuan
perpajakan, seperti:
- Ketentuan Perpajakan : tidak
semua biaya dapat dijadikan
pengurang
- Terdapat penghasilan yang
bukan Objek Pajak,
- dll
Menentukan Besarnya
Pajak Penghasilan
Disesuaikan dg Aturan
Perpajakan (Fiskal)
dengan melakukan
Rekonsiliasi Fiskal
REKONSILIASI FISKAL
Uraian
Akuntansi Koreksi Fiskal
Phs usaha
100
Deviden dari subs.
40
(40)
Keuntungan Penj Kend.
60
Restitusi PBB
10
Restitusi PPh
30
(30)
Total
240
Fiskal
100
60
10
170
Rekonsiliasi Fiskal
Adalah:
Proses
membuat
penyesuaian-penyesuaian
terhadap laporan keuagan komersial dengan
berdasarkan
ketentuan-ketentuan
perpajakan
sehingga diperoleh yang namanya laba fiskal
Tujuan:
Agar laporan keuangan komersial sebelum
datanya dimasukan dalam SPT tahunan PPh
terlebih dahulu disesuaikan dengan ketentuan
perpajakan yang berlaku
1. P E N G H A S I L A N
OBJEK PPh
DIPOTONG FINAL
PENGHASILAN
BUKAN OBJEK PPh
2. BIAYA
DEDUCTIBLE EXPENSE :
Jurnal
Buku Besar
Laba Rugi
Komersial
Rekonsilia
si Fiskal
Laba Rugi
Fiskal
Koreksi
Positif
Koreksi
Fiskal
Koreksi
Negatif
Beda
Waktu
PSAK 46
Beda
waktu
Beda
Tetap
Beda
Tetap
BED
A
FISK
AL
BEDA TETAP
(PERMANENT
DIFFERENCE)
BEDA SEMENTARA
(TEMPORARY
DIFFERENCE)
POSITIF
PENYESUA
IAN
FISKAL
NEGATIF
Koreksi Positif
Keperluan
Perpajakan
Koreksi
Negatif
Koreksi Fiskal
Beda Waktu
Keperluan
Penerapan
PSAK 46
Beda
Permanen
KOREKSI FISKAL
La
p.
Ko
me
rsi
al
Pe
n
g
h
a
Kore
s
Jenis
Ko
rek
si
Fis
kal
Lap
.
F
i
s
k
V
a
S l
Pe
n
g
h
a
s
Contoh:
a. Biaya yang dibebakan/dikeluarkan untuk kepentingan pribadi WP atau orang
yang menjadi tanggungannya
b. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna, dan asuransi beasiswa yang dibayarkan oleh WP
c. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diberikan dalam bentuk natura atau kenikmatan
d. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pihak yang
mempunyai hubungan istimewa sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan
e. Harta yang dihibahkan, bantuan, atau sumbangan
f. Pajak penghasilan
g. Gaji yang dibayarkan kepada pemilik
h. Sanksi administrasi
i. Selisih penyusutan/amortisasi komersial di ats penyusutan/ amortisasi fiskal
j. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang
dikenakan Pajak Penghasilan Final dan penghasilan yang tidak termasuk Objek
Pajak
Contoh:
a. Penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan Final dan penghasilan
yang tidak termasuk Objek Pajak tetapi termasuk dalam peredaran
usaha
b. Selisih penyusutan/amortisasi komersial dibawah penyusutan atau
amortisasi fiskal
REKONSILIASI FISKAL
REKONSILIASI FISKAL
v.s.
Contoh:
a) Beban piutang tak tertagih
Secara komersial: metode pencadangan
Secara fiskal: PMK No. 105/PMK.03/2009 tanggal 10 Juni 2009
b) Beban pesangon
Secara komersial: metode pencadangan
Secara fiskal: pada saat pembayaran pesangon
c) Beban penyusutan:
Perbedaan timbul mungkin karena beda penggunaan metode penyusutan
atau umur manfaat ekonomis. Penyusutan fiskal harus mengacu ke
PMK No. 96/PMK.03/2009 tanggal 15 Mei 2009.
d) Lainnya: pembentukan atau pemupukan dana cadangan tidak boleh
dikurangkan dari penghasilan bruto (non deductible expense) kecuali: yang
sesuai dengan PMK No. 81/PMK.03/2009 tanggal 22 April 2009.
P
e
r
p
a
j
a
k
a
n
P
e
n
e
n
t
u
a
n
S
u
d
a
h
1
.
m
a
s
a
m
a
n
f
a
a
t
T
e
r
g
a
n
t
u
n
g
d
i
a
t
u
p r
a
d d
a a
l
j a
u m
s
t K
i e
f p
i u
AKUN
TANSI
PAJAK
BE
DA
1.1 Potongan
Penjualan
Realis
asi
Penyis
ihan
Realisas
i
-
No
Te
mp
orer
1.2 Retur
Penjualan
Realis
asi
Penyis
ihan
Realisas
i
-
No
Te
mp
orer
1.3 Jasa
Konstruksi oleh
Pengusaha
Kecil
Penda
patan
PPh
Final
(2%,
3%, 4%
atau
6%)
Tet
ap
PPh
Final
(1,2%*p
eredara
n)
Tet
ap
I.
Peredaran
Usaha
AKUNTA
NSI
PAJA
K
BE
DA
PPh
Final
(0,25
%/
0,3%)
Tet
ap
PPh
Final
Tet
ap
1.10
Penghasilan
sebagai
Distributor
Kertas
Pendapat
an
PPh
Final
(0,10
%*H
Jual)
Tet
ap
1.11
Penghasilan
atas Distributor
Industri
Rokok DN
Pendapat
an
PPh
Final
(0,15
%*H
Bandr
ol)
Tet
ap
II. Harga
AKUN PAJA BE
TANSI K
D
A
III.
Penghasilan
Di Luar
Usaha
3.1 Deviden dari
Penyertaan DN
(minimal 25%
dan ada usaha
lain)
Pendap Bukan
atan
Obyek
(Equity Pajak
Method
)
Tet
ap
3.2 Bunga
Deposito dan
Tabungan
(termasuk
Jasa Giro dan
SBI)
Pendap PPh
atan
Final
(20%)
Tet
ap
3.3 Keuntungan
Penjualan Saham
di
Bursa Efek
Indonesia
Pendap PPh
atan
Final
(0,1%
xH
Jual
Tet
ap
3.4 Keuntungan
AKUN
TANSI
PAJ
AK
BE
DA
Pendap
atan
PPh
Final
(15%
*
bung
a)
Tet
ap
Realisa
si
Penyisi
han
Reali
sasi
-
No
Te
mp
ore
r
Biaya
Unde
ducti
ble
Tet
ap
diperdagangkan
di Bursa Efek
IV. Beban
Usaha
Unded
uctible
Tet
ap
Daftar
Deducti No
4.6
Tet
Entertainme Nominatif ble
Tdk
Undedu ap
nt
Daftar
Nominatif
ctible
4.7
Penyusutan
- Beda
Metode
- Beda
umur
ekonomis
-Sesuai
pajak
-Beda
Metode
-Beda
umur
eko.
Deduct
ible
Deduct
ible
Deduct
ible
No
Te
mp
ore
r
Te
mp
ore
r
4.8
Kendaraan
dibawa
pulang
Biaya
50%
Unded
uctible
50%
Tet
ap
94
KOMPENSASI KERUGIAN
95
KOMPENSASI KERUGIAN
KOMPENSASI KERUGIAN
CONTOH
PT.A TAHUN
5 (LIMA) TAHUN
(Rp 1.000.000.000.)
(Rp 300.000.000.)
(Rp 1.000.000.000.)
Rp 100.000.000.
(Rp 900.000.000)
Rp 800.000.000.
KREDIT PAJAK
DAN
TARIF PPh BADAN
KREDIT PAJAK
Kredit Pajak adalah:
Pengurang PPh terutang yang merupakan rincian kredit PPh
yang dipotong/dipungut pihak lain tidak termasuk bersifat final dan
dikenakan pajak tersendiri serta rincian penghasilan neto dari luar
negeri yang diterima WP sendiri, isteri dan anak-anak angkat yang
belum dewasa dalam Tahun Pajak yang bersangkutan, kecuali istri
yang telah hidup berpisah atau yang mengadakan perjanjian
pemisahan harta dan penghasilan.
Dasar:
- UU PPh Pasal 24
- UU PPh pasal 28
- PP Nomor 42 tahun 1995 jo. PP Nomor 25 tahun 2001
Terdiri dari:
1.PPh yang ditanggung pemerintah
2.PPh yang dipotong/dipungut oleh pihak
lain dalam negeri meliputi PPh Pasal 21,
PPh Pasal 22, PPh pasal 23
3.PPh Pasal 24 sebagai kredit pajak luar
negeri
PENJELASAN
1. PPh yang ditanggung pemerintah
Pembahasan PPh yang ditanggung pemerintah
adalah jumlah PPh yang ditanggung pemerintah
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri
Keuangan No.43/PMK.03/2009
2. PPh Pasal 21
Kredit PPh asal 21 adalah jumlah PPh yang telah
dipotong oleh pemotong pajak PPh Pasal 21
dalam tahun pajak yang bersangkutan, baik
terhadap WP sendiri maupun terhadap istri WP
yang bekerja pada lebih dari satu pemberi kerja,
dan anak/ anak angkat yang belum dewasa
Dalam hal WP Orang Pribadi luar negeri berubah
status menjadi WP dalam negeri, PPh Pasal 26
yang telah dipotong disamakan dengan kredit
3. PPh Pasal 22
Kredit Pajak PPh Pasalm 22 adalah jumlah PPh yang telah
dipungut dalam tahun Pajak yang bersangkutan oleh:
a. Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea Cukai, atas impor
barang;
b. Direktorat jenderal Anggaran, Bendaharawan Pemerintah baik
tingkat pusat maupun daerah, BUMD dan BUMN, yang
melakukan pembayaran atas pembelian barang dari belanja
negra atu belanja daerah;
c. Badan Usaha yang bergerak di bidang industri semen,industri
kertas, industri baja dan industri otomotif, yang ditunjuk oleh
Kepala Kantor Pelayanan Pajak, atas penjualan hasil
produksinya dalam negeri;
d. Pertamina atas penjualan hasil produksi berupa premium,
solar, pelumas, minyak tanah, dan gas LPG kepada pembeli
yang bukan sebagai penyalur/agen/dealer
e. Bulog atas penyerahan gula pasir dan tepung terigu kepada
pembeli yang bukan penyalur/grosir.
4. PPh Pasal 23
Kredit Pajak PPh Pasal 23 adalah jumlah PPh yang telah
dipotong dalam Tahun Pajak yang bersangkutan oleh
pemotong PPh Pasal 23 atas penghasilan berupa dividen,
royalti, hadiah dan penghargaan, sewa, imbalan atas jasa
teknik, jasa manajemen, jasa konsultan, dan jasa lain yang
ditentukan Direktorat Jenderal Pajak, kecuali PPh yang
bersifat final.
5. PPh Pasal 24
Kredit Pajak PPh Pasal 24 adalah jumlah pajak yang
dibayar/dipotong/terutang di luar negeri atas penghasilan
yang diterima atau diperoleh di luar negeri dalam tahun
yang
bersangkutan,
sebesar
PPh
yang
dibayar/dipotong/terutang di luar negeri tetapi tidak bolah
melebihi perhitungan pajak yang terutang berdasarkan UU
PPh.
Contoh perhitungan:
Pajak yang telah dilunasi dalam tahun berjalan, baik yang dibayar
sendiri oleh Wajib Pajak ataupun yang dipotong serta dipungut oleh
pihak lain, dapat dikreditkan terhadap pajak yang terutang pada
akhir tahunyang bersangkutan.
Pajak penghasilan yang terutang
Rp 80.000.000,00
Kredit pajak:
Pemotong pajak dari pekerjaan (Pasal 21)
Rp 5.000.000,00
Pemungut pajak oleh pihak lain (Pasal 22)
Rp 10.000.000,00
Pemotong pajak dari modal (Pasal 23)
Rp
5.000.000,00
Kredit pajak luar negeri (Pasal 24)
Rp 15.000.000,00
Dibayar sendiri oleh Wajib Pajak (Pasal 25)
Rp 10.000.000,00
(+)
Jumlah pajak penghasilan yang dapat dikreditkan Rp
45.000.000,00 (-)
Pajak penghasilan yang masih harus dibayar
35.000.000,00
Rp
Luar Negeri
Pasal 24
Pembayaran ke Luar
Negeri
Pasal 26
Indonesia
WAJIB PAJAK
BADAN
Pasal 23
Pasal 6
UU PPh Pasal
Pasal 23
Pasal 4
Pasal 9
Pasal 17
Pasal 29
Komersial Fiskal
Penghasilan
xxx
xxx
Biaya ( dan bukan biaya)
(xxx)(xxx)
Laba/Penghasilan netto
xxx
xxx
Kompensasi rugi tahun sebelumnya
(xxx) Penghasilan
kena pajak (PKP)
xxx
PPh terhutang (PKP x Tarif)
xxx
Kredit Pajak :
- PPh 22/23/24/25
(xxx)
Kurang (lebih) bayar
xxx
LAM
A
BAR
U
Tarif Tunggal
Lapisan
> 0 juta
50 juta 10%
Penghasilan
Tarif
Kena Pajak
> Rp 50 juta
15%
Rp 100 juta
> Rp 100 juta
30%
UU PPh Pasal
Tahun 2009 :
28%
25%
Sistematika
1
.
2
.
3
.
4
.
5
.
Subjek Pajak
Objek Pajak
Cara Menghitung Pajak
Pelunasan Pajak
Fasilitas Perpajakan
110
Definisi
Pajak penghasilan (PPh) dikenakan terhadap subjek pajak
atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya
dalam tahun pajak.
111
Subjek Pajak
Pasal 2 Ayat (1 dan 1a)
112
Subjek Pajak
Pasal 2 Ayat (2)
Dalam
Negeri
Luar Negeri
113
Orang Pribadi :
Bertempat tinggal/ berada di Indonesia lebih dari 183 hari
dalam 12 bulan; atau Dalam suatu tahun pajak berada di
Indonesia dan mempunyai niat bertempat tinggal di
Indonesia.
Badan:
Didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali
unit tertentu badan pemerintah yang memenuhi kriteria:
Pembentukannya berdasarkan peraturan perundangan.
Pembiayaan bersumber APBN/ APBD.
Penerimaannya dimasukkan dalam APBN/ APBD.
Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan
fungsional negara.
Warisan yang belum terbagi:
Menggantikan ayang berhak.
114
Badan sebagai
subjek pajak LN
116
118
119
Tempat Tinggal
Orang Pribadi
Tempat Kedudukan
Badan
120
Badan
Warisan yang
belum terbagi
Mulai:
- Saat dilahirkan.
- Saat berada atau
berniat tinggal di
Indonesia.
Mulai:
Saat didirikan/
berkedudukan di
Indonesia.
Mulai:
Saat timbulnya
warisan.
Berakhir:
- Saat meninggal.
- Meninggalkan
Indonesia
untuk selamanya.
Berakhir:
Saat dibubarkan atau
tidak lagi
berkedudukan di
Indonesia.
Berakhir:
Saat warisan selesai
dibagikan.
121
Badan
Mulai:
Saat melakukan usaha/ kegiatan
melalui BUT di Indonesia.
Berakhir:
Saat tidak lagi menjalankan
usaha melalui BUT di Indonesia.
122
123
Objek Pajak
Landasan Hukum:
Pasal 4 s/ d Pasal 15
UU Pajak Penghasilan
125
Definisi Penghasilan
Pasal 4 Ayat (1)
dan
dan
tidak
dan
tidak
dan
127
128
b.
Hadiah dari
penghargaan;
undian
atau
pekerjaan
atau
kegiatan,
dan
c. Laba usaha;
d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta
termasuk:
i. Keuntungan karena pengalihan harta sebagai pengganti
saham atau penyertaan modal;
ii. Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang
saham, sekutu, atau anggota yang diperoleh perseroan,
persekutuan, dan badan lainnya;
iii. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan,
pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha, atau
129
reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apa pun;
l.
Beasiswa
yang
memenuhi
persyaratan
tertentu
yang
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan PMK;
m. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga
nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/ atau bidang
penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi
yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk
sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/ atau penelitian
dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 (empat)
tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya
diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan; dan
n. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan.
137
sama
melakukan
kegiatan
penjualan
chassis
bus
di
Indonesia.
sama sama melakukan kegiatan penjualan chassis bus di Indonesia.
Selama
Selama 2012,
2012, penjualan
penjualan yang
yang dilakukan
dilakukan sendiri
sendiri oleh
oleh Arctic
Arctic Co.
Co.
mencapai
mencapai Rp
Rp 3.500.000.000,00,
3.500.000.000,00, sementara
sementara nilai
nilai penjualan
penjualan BUTnya
BUTnya
mencapai
mencapai Rp
Rp 8.250.000.000,00.
8.250.000.000,00. Arctic
Arctic Co.
Co. Juga
Juga melakukan
melakukan transaksi
transaksi
penjualan
penjualan mesin
mesin bis
bis senilai
senilai Rp
Rp 1.525.000.000,00.
1.525.000.000,00. BUTnya
BUTnya tidak
tidak
menyediakan
produk
tersebut.
Berapakah
nilai
objek
pajak
penghasilan
menyediakan produk tersebut. Berapakah nilai objek pajak penghasilan
atas
atasBUT
BUTmilik
milikArctic
ArcticCo.?
Co.?
Jawaban:
Jawaban:
Objek
Objek pajak
pajak bagi
bagi BUT
BUT meliputi
meliputi penghasilan
penghasilan oleh
oleh BUT
BUT sendiri
sendiri dan
dan
penghasilan
kantor
pusat
atas
kegiatan
bisnis
yang
serupa
dengan
penghasilan kantor pusat atas kegiatan bisnis yang serupa dengan
kegiatan
kegiatanBUT.
BUT.
Objek
Objekpajak
pajakpenghasilan
penghasilan =
=3.500.000.000
3.500.000.000 +
+ 8.250.000.000
8.250.000.000
=
=Rp
Rp11.750.000.000,00
11.750.000.000,00
140
Sehubungan dengan:
- usaha atau kegiatan;
- penjualan barang;
- pemberian jasa;
yang sejenis dengan yang
dijalankan BUT
di Indonesia.
Penghasilan sebagaimana
tersebut dalam
Pasal 26, selama terdapat
hubungan
efektif antara BUT dengan harta/
kegiatan
yang memberikan penghasilan.
142
144
146
PT. Mulia memiliki total penghasilan 600 milyar dan beban yang dapat
dikurangkan sebesar 450 milyar. Beban tersebut dikeluarkan untuk
memperoleh semua penghasilan yang diterimanya. Dari penghasilan
tersebut 100 milyar merupakan penghasilan final. Perusahaan tidak dapat
mengindentifikasi secara spesifik beban yang terkait dengan penghasilan
final tersebut. Berapakah penghasilan kena pajak perusahaan?
Jawab:
Penghasilan dikenakan pajak final sebesar 100 milyar dikeluarkan dari
perhitungan penghasilan.
Beban yang akan menjadi pengurang dari penghasilan yang tidak final
sebesar 500/600 x 450 = 375.
Penghasilan kena pajak
Penghasilan
500
Beban yang boleh dikurangkan 375
Penghasilan kena pajak
125
147
Kompensasi Kerugian
Pasal 6 Ayat (2)
148
150
N
o
.
Elemen
1 WP Sendiri
2 Status Kawin
PTKP
Rp
15.840.
000,00
Rp
1.320.0
00,00
Tanggungan meliputi anggota keluarga sedarah atau semenda
3 Tanggungan,
Rp
dalam
per
orang,
1.320.0
garis keturunan lurus (orang tua, mertua, anak kandung, anak
dengan jumlah 00,00
tiri),
maksimal tiga
atau anak angkat.
orang
tanggungan.
Penerapan
PTKP ditentukan oleh keadaan pada awal tahun pajak
atau
4 PTKP bagi istri
Rp awal bagian tahun pajak
yang
15.840.
penghasilannn 000,00
151
Tangg
al
Lahir
Statu
s
Peke
rjaan
Dewi
3
Oktob
er
1962
Istri
Ibu
Rum
ah
Tang
ga
Darsi
6 Mei
1987
Anak
Kand
ung
Mah
asis
wa
S2
Hani
17
Agust
us199
5
Anak
Kand
ung
Pelaj
ar
153
Berapakah
BerapakahPTKP
PTKPatas
ataspenghasilan
penghasilanKarna
Karnadi
ditahun
tahun2012,
2012,jika:
jika:
a.
Tidak
terdapat
keterangan
tambahan.
a. Tidak terdapat keterangan tambahan.
b.
b. Dewi
Dewibekerja
bekerjasemata
sematamata
matasebagai
sebagaipegawai
pegawaipemerintah.
pemerintah.
c.
c. Dewi
Dewimemiliki
memilikiusaha
usahalaundry
laundrydi
diblok
blokapartemen.
apartemen.
d.
d. Darsi
Darsimenikah
menikahdi
ditanggal
tanggal33Januari
Januari2012?
2012?
e.
e. Kunthi
Kunthi masih
masih menerima
menerima pembayaran
pembayaran pensiun
pensiun mendiang
mendiang
suaminya.
suaminya.
154
155
156
Permadi
Permadi seorang
seorang notaris
notaris yang
yang memiliki
memiliki kantor
kantor sendiri
sendiri dengan
dengan
penghasilan
penghasilan netto
netto di
di tahun
tahun 2012
2012 sebesar
sebesar Rp
Rp 135.000.000,00.
135.000.000,00. Istri
Istri
Permadi
seorang
sekretaris
yang
bekerja
di
kantor
Permadi.
Atas
asas
Permadi seorang sekretaris yang bekerja di kantor Permadi. Atas asas
profesionalitas,
profesionalitas, Permadi
Permadi memperlakukan
memperlakukan istrinya
istrinya sebagaimana
sebagaimana pegawai
pegawai
lain
lain dengan
dengan gaji
gaji sebesar
sebesar Rp
Rp 6.750.000,00
6.750.000,00 per
per bulan.
bulan. Permadi
Permadi dan
dan
istrinya
istrinya memiliki
memiliki dua
dua orang
orang anak
anak dan
dan menanggung
menanggung ayah
ayah dan
dan ibunya
ibunya
pensiunan
pensiunanPNS
PNSuntuk
untukhidup
hidupbersama
bersamadalam
dalamkeluarganya.
keluarganya.
a.
Berapakah
pajak
penghasilan
yang
harus
a. Berapakah pajak penghasilan yang harusdibayar
dibayardi
ditahun
tahun2012
2012
oleh
olehPermadi
Permadidan
danistrinya?
istrinya?
b.
b. Bagaimana
Bagaimana jika
jika kemudian
kemudian di
di tahun
tahun 2012
2012 Permadi
Permadi dan
dan istrinya
istrinya
hidup
hidupberpisah
berpisahdengan
denganpenghasilan
penghasilanyang
yangtetap?
tetap?
c.
c. Bagaimana
Bagaimana jika
jika Permadi
Permadi dan
dan istrinya
istrinya tinggal
tinggal bersama
bersama namun
namun
istrinya
menghendaki
pemenuhan
perpajakannya
sendiri?
istrinya menghendaki pemenuhan perpajakannya sendiri?
157
Penghasilan
Penghasilan istri
istri Permadi
Permadi tidak
tidak bersifat
bersifat final
final dan
dan pemotongan
pemotongan PPh
PPh
21nya
dapat
dikreditkan
dalam
penghitungan
SPT
akhir
tahun
21nya dapat
dikreditkan dalam penghitungan SPT akhir tahun
158
anak
dan istri (Misalkan diasumsikan bahwa anak anak tinggal
tinggal
bersama
bersamaPermadi).
Permadi).
159
160
162
Dialektika Pajak:
Asas Resiprokalitas
Atas penghasilan penghasilan yang dikategorikan sebagai bukan objek pajak
bagi pihak yang menerima penghasilan bersangkutan, maka pada umumnya biaya
biaya dari pihak yang melakukan pengeluaran terkait penghasilan tersebut, akan
ditetapkan sebagai biaya yang tidak dapat dikurangkan (non deductible).
Non
Deducti
ble
Expens
e
Pihak
Melakukan
Pengeluaran
Bukan
Objek
Pajak
Pihak Menerima
Penghasilan
165
166
Ketentuan Umum
168
Peraturan Pelaksana
Norma Penghitungan Khusus
Perusahaan pengeboran minyak dan gas bumi.
KMK No. 628/ KMK.04/ 1991
Kantor perwakilan dagang WP luar negeri.
KMK No. 433/ KMK.04/ 1994
Perusahaan berinvestasi dengan pola Bangun, Guna, Serah
(BOT).
KMK No. 248/ KMK.04/ 1995
Perusahaan pelayaran dalam negeri.
KMK No. 416/ KMK.04/ 1996
Perusahaan pelayaran dan/ atau penerbangan luar negeri.
KMK No. 417/ KMK.04/ 1996
Perusahaan penerbangan dalam negeri.
KMK No. 475/ KMK.04/ 1996
Perusahaan maklon mainan anak anak.
KMK No. 543/ KMK.03/ 2002
169
171
Cara Menghitung
Pajak
Landasan Hukum:
Pasal 16 s/ d Pasal 19
UU Pajak Penghasilan
172
173
Ilustrasi 2.10
(Simulasi Penghitungan PKP)
174
Ilustrasi 2.11
(Simulasi Penghitungan PKP BUT)
175
Tarif Pajak
Pasal 17 Ayat (1)
N
o
.
Lapisan
Penghasilan
Kena Pajak
Tari
f
Paj
ak
1 0 s/d Rp
5%
50.000.00,00
2 Di atas Rp
15
50.000.000,00
%
s/d Rp
250.000.000,0
Tarif pajak progresif berlaku bagi WP orang pribadi.
0
Tarif pajak bagi WP badan adalah 28% untuk penghasilan
3 Di atas Rp
25sebelum tahun 2010
250.000.000,0
% penghasilan setelah tahun 2010.
dan 25% untuk
0 s/d Rp
500.000.000,0
0
176
177
Ilustrasi 2.12
(Simulasi Penghitungan Pajak
Terutang)
178
NN
o a
. m
a
Dire
ktur
Uta
ma
1 P Sarpa
. T. kenak
CI a
S
Pemegan
g Saham
100% Publik
istimewa?
3 P Sarpa
. T. kenak
181
Pelunasan Pajak
Landasan Hukum:
Pasal 20 s/ d Pasal 29
UU Pajak Penghasilan
183
Ilustrasi 2.14
(Simulasi Penghitungan Kredit
Pajak)
186
Fasilitas
Perpajakan
Landasan Hukum:
Pasal 31A s/ d Pasal 31E
UU Pajak Penghasilan
188
Fasilitas Perpajakan
Pasal 31A
80%
20%
Untuk
Untuk
Pemerintah
Pemerintah
Pusat
Daerah
191
Fasilitas Perpajakan
Pasal 31E
Memperoleh
pengurangan tarif
sebesar 50% dari tarif
Pasal 17 (tarif flat 25%).
untuk bagian Penghasilan
Kena Pajak dari
Berlaku untuk bagian
Penghasilan Kena Pajak
dari bagian penghasilan
bruto sampai dengan Rp
4.800.000.000,00.
192
194
195
196