Anda di halaman 1dari 196

Slide 6

Rekonsiliasi Fiskal

Sistematika

1
.
2
.
3
.
4
.

Pajak Perusahaan
Konsep Rekonsiliasi
Rincian Item Rekonsiliasi
Kasus dan Ilustrasi

Pajak Perusahaan

Pajak atas Penghasilan Perusahaan


Dibayar langsung oleh perusahaan.
Angsuran pajak (PPh 25).
Pembayaran pajak akhir tahun (PPh 28/ 29).
Dipotong oleh pihak lain (final, tidak final, 22, 23).
Diungkapkan di Laporan Laba Rugi sehingga mempengaruhi jumlah beban pajak; serta di Laporan
Posisi Keuangan (Utang pajak atau Pajak dibayar di muka).

Kewajiban Memotong Pajak Pihak Lain (Withholding Tax)


Pajak atas penghasilan yang diterima pihak lain (PPh 21, 23, 26).
PPN atas penyerahan Barang atau Jasa Kena Pajak (BKP/ JKP).
Diungkapkan di Laporan Posisi Keuangan sebagai Utang pajak atau Pajak dibayar di muka; namun
tidak mempengaruhi Laporan Laba Rugi.
Pajak Lainnya
PPN
PPnBM.
PBB
Dikenakan atas tanah dan bangunan, dibayar setiap tahun.
Bea Pengalihan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).
Dikenakan pada pembeli saat melakukan pengalihan hak. menambah harga perolehan dari tanah dan
bangunan yang dibeli.
Pajak Daerah (misalkan Pajak Reklame).
Bea Materai.

Pajak Perusahaan yang Diangsur (PPh 25)

Perusahaan setiap bulan harus mengangsur pajak.

Angsuran diperhitungkan dari pajak tahun sebelumnya (untuk perusahaan baru ada cara perhitungan
sendiri)

Angsuran pajak akan dicatat sebagai pembayaran pajak dimuka dan akan diperhitungkan dalam pajak
akhir tahun
Pajak dibayar di muka PPh 25

2.000.000

Kas

2.000.000

Pajak Perusahaan yang Dipotong Pihak Lain

Pajak Final

Tidak boleh diperhitungkan sebagai kredit pajak dan penghasilan tersebut tidak dimasukkan dalam
SPT.

Sering tidak dimasukkan dalam pencatatan sehingga akan dicatat pendapatan sebesar nilai setelah
pajak.

Misal untuk pendapatan bunga deposito sering langsung dimasukkan setelah pajak.

Pajak tidak final

Potongan pajak dimasukkan sebagai kredit pajak dan penghasilannya dimasukkan dalam SPT.

Pajak yang dibayar dicatat sebagai pembayaran pajak dimuka.


Kas

940.000

Pajak dibayar di muka PPh 23


Pendapatan sewa

60.000
1.000.000

Pajak Penghasilan Pihak Ketiga

Pajak yang dipotong bukan merupakan pajak perusahaan, melainkan pajak pihak ketiga.

Pihak ketiga dapat mengkreditkan pajak yang telah dipotong jika pajak yang dipotong bukan pajak final.

Pencatatan yang dibuat saat memotong pajak


Beban gaji

1.000.000

Utang PPh 21 karyawan


Kas

50.000
950.000

Perusahaan harus menyetorkan dan melaporkan pajak yang dipotong.

PPnBM

Dikenakan hanya satu kali yaitu pada :


Produsen penghasil barang mewah.
Importir barang mewah.

PPnBM tidak boleh dikreditkan dengan pajak yang lain.

PPnBM akan ditambahkan dari harga jual yang telah ditetapkan oleh produsen atau importir

Jumlah pajak yang dibayar oleh pembeli akan dicatat sebagai utang PPnBM.

Utang PPnBM dibayarkan ke kas negara dan dilaporkan kepada fiskus.

PPN

PPN dikenakan atas setiap penyerahan barang kena pajak yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak.

PPN dikenakan pada setiap level distributor

PPN akan ditambahkan dari harga jual, sehingga jumlah yang dibayar oleh konsumen adalah harga jual
ditambah dengan PPN.

PPN yang dibayar oleh konsumen akan dicatat sebagai PPN keluaran.

Pencatatan saat penjualan:


Piutang dagang

330.000

Penjualan

300.000

PPN keluaran

30.000

Ketika melakukan pembelian barang atau barang yang yang dipergunakan untuk produksi, perusahaan
harus membayar PPN kepada supplier.

PPN yang dibayarkan pada saat pembelian disebut sebagai PPN masukan.

Pencatatan yang dilakukan pada saat melakukan pembelian


Pembelian/ Persediaan

200.000

Pajak masukan
Utang dagang/ Kas

20.000
220.000

Tidak semua pajak masukan boleh dikreditkan.

Jika pajak masukan yang tidak dapat dikreditkan akan langsung dicatat menambah harga perolehan
aktiva.

Misalnya PPN masukan atas pembelian kendaraan direksi.

PPN yang dibayar oleh perusahaan adalah selisih atas pajak keluaran dengan pajak masukan.

Pajak keluaran > pajak masukan = perusahaan harus membayar

Pajak keluaran < pajak masukan = perusahaan dapat meminta restitusi atau kompensasi
(diperhitungkan pada pajak periode berikutnya).

PPN dibayar dan dilaporkan untuk setiap masa (bulan, maksimal 3 bulan), yaitu pada tgl 15 dan 20 pada
masa berikutnya.

Pencatatan yang dilakukan pada saat pengakuan utang:


PPN keluaran

30.000

PPN masukan

Utang PPN
10.000
Pencatatan yang dilakukan pada saat pembayaran utang:
Utang PPN

20.000

10.000

Kas
10.000
Jika PPN masukan lebih besar perusahaan mengajukan permohonan untuk restitusi. Fiskus akan
melakukan pemeriksaan sebelum mengabulkan permohonan restitusi.

Konsep Rekonsiliasi

Hakikat Rekonsiliasi

Pelaksanaan
pembukuan
berdasar kebijakan
akuntansi
perusahaan
menyimpang dari
ketentuan
perpajakan.

Perbedaan timbul
terkait pengakuan
pendapatan dan
beban di laporan
laba rugi.

Penyesuaian diperlukan agar


laba yang diperhitungkan
secara akuntansi dapat
diperlakukan sebagai laba
atau penghasilan kena pajak.

Rekonsiliasi melakukan
pembenaran atas setiap item
pendapatan dan beban
sehingga sesuai dengan
ketentuan perpajakan.
Metode ini memudahkan
proses pengisian SPT.

Pembenaran dilakukan
terhadap laba akuntansi,
dengan melakukan
penambahan atau (koreksi
positif) pengurangan
(koreksi negatif), hanya
berdasar penyesuaian
penghasilan dan beban yang
tidak sesuai.

Di dunia praktik, teknik rekonsiliasi yang lebih banyak digunakan. Untuk


memenuhi kebutuhan Catatan Atas Laporan Keuangan, koreksi atas
pendapatan dan beban diklasifikasikan atas koreksi positif dan negatif.

Koreksi

Rekonsilias
i

Teknik Rekonsiliasi

Trade Off Akuntansi - Perpajakan

Di sisi akuntansi bersifat menguntungkan,


sebab akan menarik minat pemegang saham
potensial.
Perusahaan terbuka akan memprioritaskan
kepentingan ini.

Tingginya Laba

Di sisi perpajakan bersifat tidak


menguntungkan, sebab meningkatkan beban
pajak yang harus dibayar.

Biaya / Beban
Beban
(cost/expense
)

Dapat
Dikurangkan

Tidak dapat
dikurangkan

Psl.6 (1)

Ps.9 (1)

Sesuai
UU

Tidak Sesuai
UU
over

under

Koreksi
positif

Koreksi
negatif

Koreksi
positif

Penghasilan
Penghasilan
(income/revenue)

Objek PPh

Dikecualikan Sbg
Objek PPh Psl. 4 (1)
Huruf K

Psl. 4 (1)

Sesuai
UU

Objek PPh
Final
Psl. 4 (2)

Bukan Objek
PPh Psl. 4
(3)

Tidak
Sesuai UU

over

Koreksi
negatif

under

Koreksi
positif

Koreksi
negatif

Koreksi
negatif

Koreksi
negatif

Latar Belakang Perbedaan


Akuntansi dan pajak ditetapkan oleh otoritas yang berbeda dan dengan tujuan yang
berbeda. Perbedaan antara akuntansi dan pajak tidak hanya terjadi di Indonesia namun juga
terjadi di negara lain.
Penelitian pajak terkait Book Tax Gap.
Apa penyebab BTG.
Apa akibat terjadinya BTG Persistensi laba, persistensi return, nilai informasi dari
BTG.
Apakah BTG dapat dianggap sebagai alat untuk melakukan earning management.

Kerangka Perbedaan

PSAK

Undang-Undang

Akuntansi

Pajak
Perbedaa
n

Permane
n
Penelitian:
Book Tax Gap
Effective Tax
Rate

Temporer
Pajak Tangguhan:
Aktiva/ Utang
Beban/ Pendapatan

Macam Perbedaan
Berdasar Sifat
Positif, bersifat meningkatkan Penghasilan Kena Pajak (PKP)
Negatif, bersifat mengurangi PKP.

Berdasar Jangka Waktu


Temporer, merupakan akibat berbedanya waktu pengakuan, namun akan
berujung pada hasil akhir serupa.
Permanen, merupakan perbedaan yang tidak akan terserupakan seiring waktu.

Langkah Penyesuaian Perbedaan

Laba
akuntansi

Penghasila
n Kena
Pajak (PKP)

Ditambah
penghasila
n yang
belum
diakui.

Ditambah
biaya 3M
penghasila
n final.

Dikurangi
penghasila
n yang
bukan
objek
pajak.

Ditambah
biaya non
deductible.

Dikurangi
penghasila
n dikenai
PPh final.

Dikurangi
biaya
deductible
yang
belum
dibebanka
n.

Penghasilan Bukan Objek Pajak (1)


Pasal 4 Ayat (3) UU PPh
a.

b.

c.
d.
e.

f.

Bantuan atau sumbangan, zakat yang diterima oleh badan/ lembaga amil zakat yang
disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau
sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di
Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh
pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah;
Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah garis keturunan lurus satu derajat,
badan keagamaan, badan pendidikan, sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang
pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan atau
berdasarkan PMK, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan,
atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan;
Warisan;
Harta, termasuk setoran tunai, sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti
penyertaan modal;
Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh dalam bentuk natura dan/ atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau pemerintah,
kecuali yang diberikan oleh bukan WP, WP yang dikenakan pajak secara final atau WP
dengan Norma Penghitungan Khusus (deemed profit);
Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan
asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi
bea siswa;

g.

Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh PT sebagai WP dalam negeri,
koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan
modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan
syarat:
Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah
yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang
memberikan dividen
paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah
modal yang disetor;
h. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai;
i.
Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam bidang-bidang
tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;
j.
Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan
kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif;
k. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba
dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha di Indonesia, dengan
syarat badan pasangan usaha tersebut:
Merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan
kegiatan
dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri
Keuangan; dan
Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia;

l.
m.

n.

Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut
dengan atau berdasarkan PMK;
Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam
bidang pendidikan dan/ atau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar
pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan
prasarana kegiatan pendidikan dan/ atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka
waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
dan
Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Non Deductible Expenses (1)


Pasal 9 Ayat (1) UU PPh
Biaya yang tidak dapat dikurangkan (non deductible) atas penghasilan bruto, meliputi:
a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun;
b. Biaya yang dibebankan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, anggota
atau anggota;
c. Pembentukan dana cadangan, kecuali:
Cadangan untuk jenis usaha tertentu yang ditetapkan KMK;
Cadangan untuk usaha asuransi;
Cadangan jaminan sosial dibentuk BPJS;
Cadangan penjaminan yang dibentuk LPS;
Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
Cadangan biaya reforestasi untuk usaha kehutanan;
Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat limbah industri untuk usaha
pengelolaan limbah;
d. Premi asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna, dan asuransi beasiswa yang
dibayar oleh WP orang pribadi;
e. Penggantian/ imbalan atas pekerjaan/jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan
kenikmatan, kecuali:
Penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai ;
Diberikan di daerah tertentu atau diberikan berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan
sebagaimana ditetapkan KMK;
f.
Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau pihak
yang mempunyai hubungan istimewa;
g. Harta yang dihibahkan, bantuan, atau sumbangan, selain sumbangan yang ditetapkan
sebagai deductible expense serta selain sumbangan keagamaan yang bersifat wajib
kepada lembaga yang dibentuk atau disahkan pemerintah;
h. Pajak penghasilan;

Non Deductible Expenses


(3)
Pasal 9 Ayat (1) UU PPh
i.
j.
k.

Biaya yang dibebankan/ dikeluarkan untuk kepentingan pribadi WP atau orang yang
menjadi tanggungan;
Gaji anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer yang modalnya tidak
terbagi atas saham;
Sanksi administrasi dan pidana di bidang perpajakan.

Non Deductible Expenses Lain


Non Deductible

Deductible

Pengobatan secara cuma cuma bagi


pegawai.

Penggantian biaya pengobatan.

Makan siang bagi sebagian pegawai.

Makan siang bagi seluruh pegawai.

PPh 21 ditanggung perusahaan.

Tunjangan PPh 21.

Biaya jamuan tanpa daftar nominatif.

Biaya jamuan dilengkapi daftar


nominatif.

Penghasilan Dikenai PPh


Final
Pasal 4 Ayat (2) UU PPh

a.
b.
c.
d.
e.

Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat
utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota
koperasi orang pribadi;
Penghasilan berupa hadiah undian;
Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang
diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan
modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;
Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha
jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan; dan
Penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah.

Kasus dan
Ilustrasi

Ilustrasi 6.1
Perseroan Terbatas (1)

PT. Arkeikum merupakan perusahaan yang


bergerak di bidang wholesaling dan retailing bagi
segmen konsumen bisnis maupun segmen
konsumen
akhir.
PT. Arkeikum
merupakan
perusahaan yang 45% sahamnya dimiliki oleh publik
dan diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.
Perusahaan melaksanakan pembukuan terkait
kegiatan akuntansinya. Berikut merupakan data yang
diperoleh atas laporan keuangan PT. Arkeikum di
tahun 2012.

Berikut merupakan keterangan yang menjelaskan perincian berbagai elemen yang


terdapat di laporan keuangan PT. Arkeikum.
Perusahaan mencatat penjualan berdasar prinsip akrual. Atas jumlah tercantum,
terdapat nilai pendapatan sebesar Rp 650.000.000,00 atas penjualan merchandise
Olimpiade 2012 yang diharapkan hanya akan terjadi di tahun penyelenggaraan event
olahraga tersebut.
Retur dan diskon penjualan dicatat ketika serah terima barang telah dilakukan.
Persediaan barang dagangan dicatat dengan metode FIFO.
Atas gaji dan bonus pegawai tetap bidang pemasaran, Rp 1.300.000.000,00 diberikan
dalam bentuk gaji bulanan dan sisanya dalam bentuk bonus tahunan.
Atas tunjangan pajak penghasilan, Rp 32.500.000,00 diberikan bagi pegawai dengan
level supervisor, sedangkan sisanya diberikan bagi pegawai dengan level manajer dan
direktur.
Atas biaya pendidikan karyawan bidang pemasaran, Rp 175.000.000,00 diberikan
sebagai tunjangan cuti pengganti gaji bulanan.
Atas biaya promosi dan iklan, 25% di antaranya diwujudkan melalui sampling produk
secara cuma cuma kepada konsumen akhir.
Atas biaya jamuan makan, Rp 180.000.000 telah dilengkapi daftar nominatif penerima
secara lengkap.
Atas biaya telepon, air, dan listrik bidang pemasaran, meliputi Rp 334.250.000,00 untuk
biaya air dan listrik. Seperempat dari biaya telepon dianggarkan dalam bentuk
penyediaan pulsa bagi Direktur Pemasaran, seperempat lain dianggarkan atas
pembelian perangkat PDA baru bagi salesperson.

Atas biaya penyusutan bidang pemasaran, meliputi penyusutan dengan metode garis
lurus atas:
i. Telepon genggam direktur, dibeli tahun 2011 dengan nilai tercatat Rp 25.000.000,
disusutkan selama 5 tahun. Sesuai peraturan pajak termasuk aset kelompok 1.
ii. Smartphone bagi salesperson yang berdinas di luar lapangan, dibeli tahun 2009 dan
disusutkan selama 4 tahun dan sesuai peraturan pajak termasuk aset kelompok 1.
iii. PDA baru bagi salesperson yang dibeli di akhir Juni tahun 2012, disusutkan dengan
masa manfaat 2 tahun, dan sesuai peraturan pajak termasuk aset kelompok 1.
Atas biaya bahan bakar dan tol bidang pemasaran, separuh di antaranya dialokasikan
bagi Direktur Pemasaran.
Atas honorarium dan komisi pegawai tidak tetap, termasuk pembayaran senilai Rp
786.542.000,00 kepada mantan pegawai yang masih dimanfaatkan jasanya secara lepas.
Atas biaya sewa kantor, meliputi pembayaran bagi kurun 30 bulan dan dibayarkan di
bulan Januari 2012.
Biaya penyusutan bidang G&A meliputi penyusutan dengan metode garis lurus atas:
i. Gedung pabrik lama dengan nilai kapitalisasi awal Rp 13.850.000.000,00 yang
diperoleh tahun 1990 dan disusutkan dengan masa manfaat 25 tahun.
ii. Kendaraan niaga bagi keperluan distribusi dengan nilai kapitalisasi awal Rp
6.000.000.000,00 yang diperoleh tahun 2008 dan disusutkan dengan masa manfaat 10
tahun. Peraturan perpajakan menggolongkan aset ke dalam kelompok 2.
iii. Kendaraan dinas bagi Direktur Utama dengan nilai kapitalisasi awal Rp
2.400.000.000,00 yang diperoleh akhir September 2012 dan disusutkan dengan masa
manfaat 6 tahun. Peraturan perpajakan menggolongkan aset ke dalam kelompok 2.

Atas royalti, merupakan pembayaran bagi suatu perusahaan di luar negeri. Di dalamnya
termasuk beban PPh 26 yang ditanggung PT. Arkeikum.
Atas biaya penghapusan piutang, senilai Rp 3.763.480.000,00 telah diberitahukan kepada
Ditjen Pajak, namun Rp 500.000.000,00 di antara jumlah terlapor tersebut belum didaftarkan
ke BUPLN.
Atas biaya pemeliharaan kendaraan, Rp 10.000.000,00 merupakan biaya pemasangan sistem
keamanan di kendaraan Direktur Utama.
Atas biaya bahan bakar dan tol bidang G&A, 15% di antaranya dialokasikan bagi Direktur
Utama.
Atas biaya riset, 50% di antaranya ditenderkan dan dilaksanakan di luar Indonesia.
Atas dividen PT. Negarakertagama, separuhnya berasal dari laba ditahan. PT. Arkeikum
memiliki proporsi kepemilikan 35%.
Atas dividen PT. Sutasoma, seluruhnya diberikan dalam bentuk instrumen investasi. PT.
Arkeikum memiliki proporsi kepemilikan 15%.
Atas dividen dari Bremen Ag., PT. Arkeikum telah mencatatnya secara netto terhadap pajak
di luar negeri dengan tarif 30%.
Bunga sebesar 8% p.a. atas deposito PT. Arkeikum dibayarkan di akhir tahun. Pokok
deposito bernilai tetap sepanjang tahun.
Bunga pinjaman sebesar 12% p.a. dibayarkan di akhir tahun, dengan nilai pokok pinjaman
bernilai tetap sepanjang tahun.
Sumbangan diberikan untuk pembangunan panti asuhan rubuh di sekitar perusahaan dan
pengadaan sarana bermain di dalamnya.
Biaya lain lain tidak memenuhi ketentuan perpajakan sebagai deductible expense.
Kredit pajak yang telah dipotong pihak lain meliputi:
PPh 22 atas impor dengan DPP PPN Rp 21.750.000.000,00. Perusahaan telah memiliki
API atas impor tersebut.
PPh 23 yang dipotong pihak lain, sebesar Rp 631.250.000,00.
Angsuran PPh 25 yang telah dibayar, sebesar Rp 855.750.000,00.
STP PPh 25 sebesar Rp 451.500.000,00 termasuk denda Rp 35.500.000,00.

Pertanyaan
:
a.Bagaimanakah rekonsiliasi fiskal ditetapkan atas PT. Arkeikum?
b.Berapakah besar PPh terutang dan kredit pajak di periode berjalan?
c.Berapakah pajak kurang (lebih) bayar di periode berjalan?
d.Berapakah angsuran PPh 25 per bulan yang seharusnya dibayarkan di periode
mendatang?

Jawaban

Keterangan
Koreksi positif atas biaya telepon, air, dan listrik bidang pemasaran
= 50% Biaya pulsa direktur
+ Pembelian PDA yang seharusnya dikapitalisasi
= 50% * * 400.000.000
+ * 400.000.000
= 50.000.000
+ 100.000.000
= 150.000.000
Penyusutan bidang pemasaran menurut akuntansi
= 20% * 25.000.000 + Penyusutan smartphone + 6/12 * 50% * 100.000.000
= 5.000.000
+ Penyusutan smartphone + 25.000.000
= 30.000.000
+ Penyusutan smartphone
Penyusutan bidang pemasaran menurut fiskal
= 50% * 25% * 25.000.000 + Penyusutan smartphone + 6/12 * 25% * 100.000.000
= 3.125.000
+ Penyusutan smartphone + 12.500.000
= 15.625.000
+ Penyusutan smartphone
Koreksi positif atas penyusutan bidang pemasaran
= Penyusutan menurut akuntansi
- Penyusutan menurut fiskal
= (30.000.000 + Penyusutan smartphone) - (15.625.000 + Penyusutan smartphone)
= 14.375.000

Keterangan
Koreksi positif atas biaya sewa kantor
= Proporsi biaya sewa dibayar di mukan
= 18/30 * 1.633.500.000
= 980.100.000
Penyusutan bidang G&A menurut fiskal
= Penyusutan kendaraan niaga + Penyusutan kendaraan direktur
= 12,5% *6.000.000.000
+ 50% * 3/12 * 12,5% * 2.400.000.000
= 750.000.000
+ 37.500.000
= 787.500.000
Gedung pabrik lama tidak disusutkan menurut fiskal, sebab telah melewati batas masa
manfaat fiskal selama 20 tahun.
Koreksi positif atas penyusutan bidang G&A
= Penyusutan menurut akuntansi
- Penyusutan menurut fiskal
= 1.254.000.000
- 787.500.000
= 466.500.000
Koreksi positif atas biaya royalti
= Beban PPh 26 yang tidak boleh dibebankan
= 20% / 120% * 660.000.000
= 110.000.000

Keterangan
Koreksi positif atas dividen dari Bremen Ag.
= Beban pajak luar negeri yang seharusnya tidak di-netto-kan
= 30% / 70% * 276.500.000
= 118.500.000
Pokok deposito
= 100% / 80% * 34.280.000 / 8%
= 535.625.000
Pokok pinjaman
= 100% / 12% * 76.275.000
= 635.625.000
Bunga pinjaman yang boleh dibebankan
= Selisih pokok pinjaman dan pokok deposito
= (635.625.000 - 535.625.000)
* 12%
= 12.000.000

* Tingkat bunga pinjaman

Koreksi positif atas bunga pinjaman


= Bunga pinjaman menurut akuntansi - Bunga pinjaman menurut fiskal
= 76.275.000
12.000.000
= 64.275.000

Ilustrasi 6.2
Persekutuan (1)

CV. Pleistosen merupakan perusahaan


yang bergerak di bidang penyediaan
material bagi perusahaan konstruksi. CV.
Pleistosen
baru
dikukuhkan
sebagai
Pengusaha Kena Pajak semenjak akhir 2011.
Perusahaan
melaksanakan
pembukuan
terkait kegiatan akuntansinya. Berikut
merupakan data yang diperoleh atas laporan
keuangan CV. Pleistosen di tahun 2012.

Soal :

Berikut merupakan keterangan yang menjelaskan perincian berbagai elemen yang


terdapat di laporan keuangan CV. Pleistosen.
Perusahaan mencatat penjualan berdasar prinsip akrual. Atas jumlah tercantum, telah
termasuk pula komponen PPN 10% di dalamnya.
Atas nilai retur, di dalamnya telah tercakup pula komponen PPN 10%.
Atas gaji dan bonus pegawai tetap bidang pemasaran, Rp 454.735.000,00 diberikan dalam
bentuk gaji bulanan dan sisanya dalam bentuk bonus tahunan.
Kupon makan siang diberikan kepada pegawai bidang pemasaran mengingat tugas yang
didominasi aktivitas di luar kantor. Bagi pegawai bidang lain, makan siang disediakan
secara langsung di kantor.
Atas biaya pendidikan karyawan bidang pemasaran, Rp 75.000.000,00 diberikan dalam
bentuk penghargaan bagi peserta diklat terbaik.
Atas biaya jamuan makan, separuhnya tidak dilengkapi daftar nominatif penerima secara
lengkap.
Atas biaya telepon, air, dan listrik bidang pemasaran, meliputi Rp 4.800.000,00 biaya pulsa
bagi Direktur Pemasaran.
Atas biaya perjalanan dinas, Rp 45.000.000,00 di antaranya diberikan untuk memfasilitasi
istri Direktur Pemasaran dalam mendampingi pelaksanaan perjalanan.
Atas biaya penyusutan bidang pemasaran, meliputi penyusutan dengan metode jumlah
angka tahun atas:
Telepon genggam direktur, dibeli awal Juli 2012 dengan nilai tercatat Rp 30.000.000,
disusutkan selama 5 tahun. Sesuai peraturan pajak termasuk aset kelompok 1.
Kendaraan A, dibeli awal 2011 dengan nilai tercatat Rp 825.000.000, disusutkan
selama 10 tahun. Sesuai peraturan pajak termasuk aset kelompok 2.
Kendaraan B, dibeli akhir 2011 dengan nilai tercatat Rp 550.000.000, disusutkan
selama 10 tahun. Sesuai peraturan pajak termasuk aset kelompok 2.

Peralatan K3 diberikan bagi pegawai yang bertugas atas pengantaran material di lokasi
konstruksi.
Atas biaya telepon, air, dan listrik bidang pemasaran, meliputi Rp 10.300.000,00 biaya
pulsa bagi Direktur Operasional dan Keuangan.
Biaya penyusutan bidang G&A meliputi penyusutan dengan metode garis lurus atas:
Gedung X untuk disewakan, dengan nilai kapitalisasi awal Rp 9.000.000.000,00 yang
diperoleh tahun 2005 dan disusutkan dengan masa manfaat 30 tahun dan nilai sisa
Rp 705.000.000,00.
Gedung Y untuk disewakan, dengan nilai kapitalisasi awal Rp 2.000.000.000,00 yang
diperoleh tahun 2010 dan disusutkan dengan masa manfaat 20 tahun.
Kendaraan dinas bagi Direktur Utama dengan nilai kapitalisasi awal Rp
400.000.000,00 yang diperoleh tahun 2010 dan disusutkan dengan masa manfaat 4
tahun. Peraturan perpajakan menggolongkan aset ke dalam kelompok 2.
Biaya pembelian kendaraan dibebankan atas pembelian di akhir September 2012.
Kendaraan diperuntukkan bagi operasional pegawai lapangan.
Atas biaya penghapusan piutang, senilai Rp 1.175.000.000,00 telah diberitahukan kepada
Ditjen Pajak dan didaftarkan ke BUPLN, namun Rp 50.000.000,00 di antara jumlah terlapor
tersebut belum diumumkan dalam penerbitan.
Atas biaya pemeliharaan gedung, 80% dialokasikan untuk gedung X dan 20% untuk
gedung Y.
Atas biaya pemeliharaan kendaraan, seluruhnya merupakan biaya overhaul tak
tertanggung asuransi bagi kendaraan Direktur Utama.
Atas biaya asuransi gedung, Rp 75.000.000,00 diperuntukkan bagi gedung Y dan sisasnya
bagi gedung X.
Atas biaya asuransi kendaraan meliputi Rp. 100.000.000,00 asuransi selama 4 tahun bagi
kendaraan yang baru dibeli dan sisanya bagi asuransi kendaraan Direktur Utama.
Atas PPh final dan retribusi daerah, termasuk pajak bersifat final yang telah dipotong
pihak ketiga terhadap item item pendapatan non operasi.

Atas pinjaman konvensional dan deposito yang dimiliki, berikut merupakan tabel
keterangan terkait pokok deposito dan pokok pinjaman sepanjang tahun berjalan

Atas gaji yang dibayarkan bagi sekutu aktif, termasuk pula Rp 130.000.000,00 yang
seharusnya dibayarkan di periode lalu.
Biaya lain lain memenuhi ketentuan perpajakan sebagai deductible expense.
Kredit pajak yang telah dipotong pihak lain meliputi:
PPh 22 atas impor sebesar Rp 113.500.000,00.
PPh 22 atas pembelian baja dengan nilai pembelian Rp 23.350.000.000,00.
PPh 23 yang dipotong pihak lain, sebesar Rp 79.150.000,00.
Angsuran PPh 25 yang telah dibayar, sebesar Rp 215.500.000,00.

Pertanyaan
:
a.Bagaimanakah rekonsiliasi fiskal ditetapkan atas CV. Pleistosen?
b.Berapakah besar PPh terutang dan kredit pajak di periode berjalan?
c.Berapakah pajak kurang (lebih) bayar di periode berjalan?
d.Berapakah angsuran PPh 25 per bulan yang seharusnya dibayarkan di periode
mendatang?

Jawaban :
a.

Keterangan
Penyusutan bidang pemasaran menurut fiskal
= Penyusutan HP direktur + Kendaraan A + Kendaraan B
= 50% * 6/12 * 25% * 30.000.000 + 12,5% * 825.000.000 + 12,5% * 550.000.000
= 1.875.000 + 103.125.000 + 68.750.000
= 173.750.000
Koreksi positif atas bunga pinjaman
= Penyusutan menurut akuntansi - Penyusutan menurut fiskal
= 173.750.000 240.000.000
= 66.250.000
Penyusutan bidang G&A menurut fiskal
= Penyusutan gedung Y
+ Kendaraan direktur
+ Kendaraan lapangan
= 5% * 2.000.000.000 + 50% * 12,5% * 400.000.000 + 3/12 * 12,5% * 600.000.000
= 100.000.000
+ 25.000.000
+ 18.750.000
= 143.750.000
Penyusutan gedung X tidak dapat dibebankan, sebab pendapatan atasnya akan dikenai PPh
bersifat final
Koreksi positif atas bunga pinjaman
= Penyusutan menurut akuntansi - Penyusutan menurut fiskal
= 476.500.000 143.750.000
= 332.750.000

Keterangan
Koreksi atas PPh final dan retribusi daerah
= Beban PPh final yang tidak boleh dibebankan
= PPh final atas sewa tanah
+ PPh final atas sewa gedung + PPh final atas bunga
deposito
= 10% *
240.000.000
+ 10% *
793.000.000
+ 20%/ 80% * 132.200.000
= 24.000.000
+ 79.300.000
+ 33.000.000
= 136.300.000

Keterangan
Skedul pokok deposito dan pokok pinjaman.

Rata rata pokok deposito


= 3/12 * 1.100.000.000 + 3/12 * 1.000.000.000 + 3/12 * 1.100.000.000
+ 3/12 * 1.100.000.000
= 275.000.000 + 250.000.000 + 275.000.000 + 300.000.000
= 1.100.000.000
Rata rata pokok pinjaman
= 2/12 * 540.000.000 + 7/12 * 450.000.000 + 3/12 * 590.000.000
= 90.000.000
+ 262.500.000
+ 147.500.000
= 500.000.000
Rata rata pokok pinjaman lebih rendah daripada rata rata pokok deposito, sehingga
biaya bunga pinjaman tidak boleh membebankan.

Ilustrasi 6.3
Orang Pribadi (1)
Kresnadwipayana
merupakan
seorang pengusaha yang memiliki
studio foto dengan kelengkapan
laboratorium
fotografi
di
Kota
Denpasar.
Gedung
studio
foto
tersebut baru didirikan pada satu
tahun terakhir setelah sebelumnya
Kresnadwipayana
hanya
melaksanakan usahanya di rumah
tinggal. Usaha Kresnadwipayana tidak
hanya menawarkan jasa fotografer,
rekayasa,
dan
pencetakan
foto
sebagai produk utama, akan tetapi
melayani pula pemesanan pigura
khusus yang dibuat secara hand
made. Ide pelayanan pemesanan
pigura
tersebut
diperoleh
Kresnadwipayana ketika membantu
pengerjaan tugas prakarya anak
semata wayangnya yang tengah
menjalani masa orientasi SMA. Atas
usaha
yang
dijalankannya,
Kresnadwipayana telah menerapkan
kebijakan pembukuan dengan laporan
tahunan sebagai berikut.

Berikut merupakan keterangan yang menjelaskan perincian berbagai elemen yang


terdapat di laporan keuangan studio foto milik Kresnadwipayana.
Atas pendapatan jasa, termasuk jasa foto kartu pegawai balaikota dengan nilai kontrak
sebelum pajak senilai Rp 375.000.000,00. Pengadaan kartu pegawai merupakan proyek 5
tahunan dari balaikota.
Atas gaji dan bonus pegawai tetap, termasuk gaji bagi tiga orang editor sebesar Rp
20.000.000,00 per tahun, serta bagi adik ipar Kresnadwipayana sebesar Rp 3.000.000,00 per
bulan yang bekerja di posisi serupa.
Atas honorarium fotografer lepas, nilai tersebut dicatat sesuai jumlah kas yang diterima
seorang fotografer profesional lepas secara sekaligus dalam menangani suatu order
khusus.
Atas biaya transportasi pegawai, imbalan diberikan dalam bentuk tunai dan hanya berlaku
bagi pegawai yang telah bekerja selama minimal 3 tahun.
Kresnadwipayana melakukan pemotongan PPh 21 atas segala bentuk imbalan
kepegawaian.
Asuransi gedung meliputi asuransi atas studio foto dan rumah tinggal Kresnadwipayana
yang masing masing memiliki nilai wajar Rp 1.530.000.000,00 dan Rp 510.000.000,00.
Premi ditetapkan berdasarkan perbandingan pro rata nilai wajar aset di tahun berjalan.
Biaya penyusutan diakui atas gedung dengan metode jumlah angka tahun selama 10 tahun
dengan nilai sisa Rp 155.000.000,00. Gedung tidak mengalami apresiasi nilai wajar
dibanding awal tahun.

Sewa gudang dibayarkan kepada pemilik petak di belakang studio yang dipergunakan
sebagai tempat penitipan material pigura. Pembayaran dilakukan pada bulan November
untuk lima bulan menjelang.Galeri display mini dibuat untuk tujuan eksibisi di balaikota,
namun kemudian dipergunakan kembali sebagai elemen dekorasi studio.
Atas biaya telepon, air dan listrik, seperdelapannya dimanfaatkan untuk keperluan rumah
tinggal Kresnadwipayana.
Atas biaya perjalanan bisnis, termasuk pula penggantian tiket kereta bagi istri
Kresnadwipayana yang mendampingi perjalanan suaminya, senilai Rp 3.500.000,00.
Biaya penghapusan piutang dialokasikan untuk foto tercetak yang belum diambil setelah
lewat masa 3 bulan. Kresnadwipayana telah mematuhi ketentuan perpajakan terkait
pengurusannya.
Biaya tender foto Karpeg dialokasikan atas pemberian komisi bagi Kepala Tata Usaha
Balaikota yang mempermudah perolehan proyek foto untuk kartu pegawai.
Kredit pajak yang telah dipotong pihak lain meliputi:
PPh 23 yang dipotong pihak lain, sebesar Rp 3.150.000,00.
Angsuran PPh 25 yang telah dibayar, sebesar Rp 10.750.000,00.

Pertanyaan (Bersifat independen dan saling lepas antar keterangan)


a. Berapakah pajak kurang (lebih) bayar bagi Kresnadwipayana di periode berjalan?
b. Berapakah angsuran PPh 25 per bulan yang seharusnya dibayarkan di periode
mendatang?
c. Berapakah PPh terutang jika Kresnadwipayana memilih menggunakan metode
Norma Penghitungan Penghasilan Netto dalam melakukan pemenuhan kewajiban
perpajakannya?
d. Berapakah PPh terutang jika Kresnadwipayana memiliki sumber penghasilan lain
berupa honorarium sebagai di seminar fotografi tahunan sebesar Rp 34.125.000,00
netto terhadap PPh 21?
e. Berapakah PPh terutang jika ternyata galeri display mini tersebut dikerjakan sendiri
oleh anak Kresnadwipayana dan pembayaran diberikan terhadapnya?
f. Berapakah PPh terutang jika istri Kresnadwipayana bekerja sebagai akuntan studio
foto Kresnadwipayana dengan gaji Rp 2.500.000,00 per bulan?

Keterangan
Koreksi atas gaji dan bonus pegawai tetap
= Jumlah lebih yang dibayarkan akibat hubungan istimewa
= 12 * 2.000.000 - 20.000.000
= 16.000.000
Beban honorarium fotografer lepas menurut fiskal
= Kas diterima fotografer + Pemotongan PPh 21
= 85.750.000
+ (5% * 50.000.000 + 15% * (X 50.000.000)
= 85.750.000
+ (2.500.000 7.500.000 + 15% * X)
= 85.750.000
5.000.000
+ 15% * X
= 80.750.000
+ 15% * X
Di mana X merupakan beban honorarium itu sendiri. Maka persamaan dapat diselesaikan
dengan substitusi matematika sederhana sebagai berikut.
X
= 80.750.000
+ 15% * X
85% * X
= 80.750.000
X
= 95.000.000
Di mana X merupakan beban honorarium itu sendiri.
Koreksi negatif atas honorarium fotografer lepas
= Honorarium menurut fiskal
- Honorarium menurut akuntansi
= 95.000.000
85.750.000
= 9.250.000

Keterangan
Koreksi positif atas asuransi gedung
= Asuransi bagi rumah tinggal yang tidak boleh dibebankan
= 510.000.000 / (1.530.000.000 + 510.000.000) * 8.500.000
= 510.000.000 / 2.040.000.000 * 8.500.000
= 2.125.000
Penyusutan menurut fiskal
= 5% * 1.530.000.000
= 76.500.000
Koreksi positif atas penyusutan
= Penyusutan menurut akuntansi
- Penyusutan menurut fiskal
= 250.000.000 76.500.000
= 173.500.000
Koreksi positif atas sewa gudang
= Proporsi pembayaran sewa di muka yang tidak boleh dibebankan
= 3/5 * 25.000.000
= 15.000.000

Jawaban :
e.
Atas galeri display mini yang dikerjakan anak Kresnadwipayana, maka beban tersebut
tetap boleh dibebankan sebagai beban usaha studio foto. Adapun atas pembayaran yang
diterima anak Krenadwipayana yang belum dewasa dan belum menikah, maka penghasilan
anak tersebut digabungkan kepada penghasilan Kresnadwipayana.

Jawaban :
f.
Atas istri yang bekerja hanya kepada satu pemberi kerja dengan pekerjaan yang terkait
usaha suami, maka dilakukan penggabungan penghasilan antara Kresnadwipayana dan istri.
Adapun terkait biaya perjalanan bisnis yang semula tidak boleh dikurangkan menjadi bersifat
boleh dikurangkan, selama dapat dibuktikan bahwa pendampingan istri selaku akuntan
memang diperlukan dalam perjalanan bisnis tersebut.

Contoh Kasus
Fa. Cartenz merupakan wajib pajak badan yang sepanjang tahun 2012 mencatatkan laba
bersih dalam laporan keuangannya senilai Rp 34.575.000.000,00. Berikut merupakan informasi
terkait penghasilan dan beban yang termasuk dalam laporan keuangan perusahaan.
a.
Perusahaan telah menerima pesanan luar biasa dari Istana Kepresidenan dengan nilai
kontrak Rp 2.650.000.000,00, dikenai PPh 22 dan PPN. Perusahaan mencatat penghasilan
sesuai dengan kas yang diterima saat pembayaran.
b.
Perusahaan menerima Rp 510.000.000,00 atas penyewaan lahan kosong yang dimiliki dan
Rp 765.000.000,00 atas penyewaan mesin produksi.
c.
Perusahaan mencatat keuntungan revaluasi tanpa dilaporkan sebesar Rp 115.000.000,00.
d.
Piutang perusahaan yang telah dihapuskan sebesar Rp 3.165.000.000 dan baru
setengahnya dilaporkan kepada otoritas pajak.
e.
Di dalam biaya depresiasi, termasuk depresiasi rumah dinas Direktur senilai Rp yang
diperoleh tahun 2001 dengan nilai Rp 2.000.000.000,00. Aset didepresiasikan dengan nilai
sisa Rp 100.000.000,00 dan masa manfaat 25 tahun.
Di samping itu, diketahui pula beberapa informasi lain terkait kewajiban perpajakan Fa.
Cartenz yang telah dipotong pihak lain, sebagai berikut.
f.
Kredit PPh 22 atas impor sebesar Rp 1.785.000.000,00.
g. Kredit PPh 23 atas bunga pinjaman sebesar Rp 598.500.000,00.
h. Kredit PPh 24 atas penghasilan dari luar negeri sebesar Rp 1.165.000.000,00.
i.
Angsuran PPh 25 yang telah dibayar sendiri sebesar Rp 2.755.000.000,00.
j.
STP PPh 25 sebesar Rp 812.250.000.

Pertanyaan
:
a.Bagaimanakah koreksi fiskal ditetapkan atas Fa. Cartenz?
b.Berapakah besar PPh terutang dan kredit pajak di periode berjalan?
c.Berapakah pajak kurang (lebih) bayar di periode berjalan?
d.Berapakah angsuran PPh 25 per bulan yang seharusnya dibayarkan di periode
mendatang?
e.Bagaimanakah
Fa.
Cartenz
melakukan
penjurnalan
terkait
kewajiban
perpajakannya?

Keterangan
Atas kontrak dengan Istana Kepresidenan
Nilai penghasilan bruto yang telah dicatat
= 2.650.000.000 + 10% * 2.650.000.000 1,5% * 2.650.000.000
= 2.650.000.000 + 265.000.000 37.100.000
= 2.877.900.000
Koreksi negatif atas penghasilan bruto
= 2.877.900.000 - 2.650.000.000
= 227.900.000
Depresiasi menurut akuntansi
= 4% * (2.100.000.000 - 100.000.000 )
= 4% * (2.000.000.000)
= 80.000.000
Depresiasi menurut fiskal
= 50% * 5% * 2.000.000.000
= 50.000.000
Koreksi positif atas beban depresiasi
= 80.000.000 50.000.000
= 30.000.000

Jawaban :
e.
Penjurnalan atas kewajiban pajak akhir tahun
Beban pajak kini
8.834.900.000
Pajak dibayar di muka PPh 22
1.822.100.000
Pajak dibayar di muka PPh 23
598.500.000
Pajak dibayar di muka PPh 24
1.165.000.000
Pajak dibayar di muka PPh 25
3.567.250.000
Utang PPh 29
1.682.050.000
Keterangan
Kredit PPh 22
= Atas impor
+ Atas penyerahan kepada bendaharawan negara
= 1.785.000.000 + 37.100.000
= 1.822.100.000
Kredit PPh 25
= Angsuran PPh 25
= 2.755.000.000
= 3.567.250.000

+ STP PPh 25
+ 812.250.000

Jawaban :
e.
Aset pajak tangguhan muncul akibat perbedaan temporer yang dapat dikurangkan,
berdasar perspektif perpajakan. Nilai aset pajak tangguhan Fa. Cartenz meliputi
= Akibat beban piutang tak tertagih + Akibat beban depresiasi
= 25% x 50%x 3.165.000.000
+ 25% x 30.000.000
= 395.625.000
+ 7.500.000
= 403.125.000
Jurnal
Aset pajak tangguhan
Manfaat pajak tangguhan

403.125.000
403.125.000

REKONSILIASI FISKAL

PENDAHULUAN
Laporan Keuangan
Komersial

Neraca
Laporan Laba Rugi
Laporan Perubahan Modal
Laporan Arus Kas
dll

Laba/Penghasilan
Neto
Perlakuan2 akuntasi yang
berbeda dg ketentuan
perpajakan, seperti:
- Ketentuan Perpajakan : tidak
semua biaya dapat dijadikan
pengurang
- Terdapat penghasilan yang
bukan Objek Pajak,
- dll

Menentukan Besarnya
Pajak Penghasilan
Disesuaikan dg Aturan
Perpajakan (Fiskal)
dengan melakukan

Rekonsiliasi Fiskal

REKONSILIASI FISKAL

Contoh Rekonsiliasi Fiskal --->Penghasilan

Kutipan Lap Keuangan PT. Selalukomplain


Penghasilan dari usaha
100 juta
Deviden dari anak perusahaan (>25%) 40 juta
Keuntungan penjualan kendaraan
60 juta
Restitusi PBB
10 juta
Restitusi PPh
30 juta

Uraian
Akuntansi Koreksi Fiskal
Phs usaha
100
Deviden dari subs.
40
(40)
Keuntungan Penj Kend.
60
Restitusi PBB
10
Restitusi PPh
30
(30)
Total
240

Fiskal
100
60
10
170

Rekonsiliasi Fiskal
Adalah:
Proses
membuat
penyesuaian-penyesuaian
terhadap laporan keuagan komersial dengan
berdasarkan
ketentuan-ketentuan
perpajakan
sehingga diperoleh yang namanya laba fiskal
Tujuan:
Agar laporan keuangan komersial sebelum
datanya dimasukan dalam SPT tahunan PPh
terlebih dahulu disesuaikan dengan ketentuan
perpajakan yang berlaku

HAL-HAL YANG PERLU DILAKUKAN DIPERHATIKAN DALAM


REKONSILIASI FISKAL
OBJEK PPh TIDAK
BERSIFAT FINAL

1. P E N G H A S I L A N

OBJEK PPh
DIPOTONG FINAL
PENGHASILAN
BUKAN OBJEK PPh

2. BIAYA

DEDUCTIBLE EXPENSE :

DAPAT DIJADIKAN PENGURANG PENGHASILAN BRUTO

NON DEDUCTIBLE EXPENSE :

TIDAK DAPAT DIJADIKAN PENGURANG PENGHASILAN


BRUTO

Skema Rekonsiliasi Fiskal


Dokumen
Sumber

Jurnal

Buku Besar

Laba Rugi
Komersial

Rekonsilia
si Fiskal

Laba Rugi
Fiskal

Koreksi
Positif

Koreksi
Fiskal

Koreksi
Negatif

Beda
Waktu

PSAK 46

Beda
waktu

Beda
Tetap

Beda
Tetap

ISTILAH DALAM REKONSILIASI FISKAL

BED
A
FISK
AL

BEDA TETAP
(PERMANENT
DIFFERENCE)
BEDA SEMENTARA
(TEMPORARY
DIFFERENCE)

POSITIF
PENYESUA
IAN
FISKAL

NEGATIF

Koreksi Positif
Keperluan
Perpajakan
Koreksi
Negatif
Koreksi Fiskal
Beda Waktu
Keperluan
Penerapan
PSAK 46
Beda
Permanen

KOREKSI FISKAL

La
p.
Ko
me
rsi
al

Pe
n
g
h
a
Kore
s
Jenis
Ko
rek
si
Fis
kal

Lap
.
F
i
s
k
V
a
S l

Pe
n
g
h
a
s

Koreksi Fiskal Positif


Menyebabkan

Bertambahnya jumlah pajak penghasilan terutang

Contoh:
a. Biaya yang dibebakan/dikeluarkan untuk kepentingan pribadi WP atau orang
yang menjadi tanggungannya
b. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna, dan asuransi beasiswa yang dibayarkan oleh WP
c. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diberikan dalam bentuk natura atau kenikmatan
d. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pihak yang
mempunyai hubungan istimewa sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan
e. Harta yang dihibahkan, bantuan, atau sumbangan
f. Pajak penghasilan
g. Gaji yang dibayarkan kepada pemilik
h. Sanksi administrasi
i. Selisih penyusutan/amortisasi komersial di ats penyusutan/ amortisasi fiskal
j. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang
dikenakan Pajak Penghasilan Final dan penghasilan yang tidak termasuk Objek
Pajak

Koreksi Fiskal Negatif


Menyebabkan

Berkurangnya jumlah pajak penghasilan terutang

Contoh:
a. Penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan Final dan penghasilan
yang tidak termasuk Objek Pajak tetapi termasuk dalam peredaran
usaha
b. Selisih penyusutan/amortisasi komersial dibawah penyusutan atau
amortisasi fiskal

Beda Tetap dan Beda


Sementara

BEDA TETAP (Permanent Different) :


Perbedaan antara laba akuntansi dan
penghasilan kena pajak yang disebabkan
ketentuan
perpajakan
dan
tidak
akan
menimbulkan permasalahan akuntansi serta
tidak memberikan pengaruh terhadap kewajiban
perpajakan masa mendatang.
- Penghasilan yang telah dipotong PPh final
- Penghasilan yang bukan merupakan objek pajak
- Pengeluaran
yang
termasuk
dalan
non
deductible expense (pasal 9 ayat 1 UU PPh) dan
tidak termasuk dalam deductible expense
(pasal 6 ayat 1 UU PPh)

REKONSILIASI FISKAL

PENYESUAIAN FISKAL BEDA TETAP

1.Komersial = Penghasilan v.s


Fiskal = Bukan Penghasilan
Misal:
dividen yg diterima oleh PT sbg WP DN dg
penyertaan modal >= 25% yg didirikan
dan berkedudukan di Indonesia.

2.Komersial = Penghasilan v.s.


Fiskal = PPh yang bersifat final
Misal:
Penghasilan atas bunga deposito atau
tabungan lainnya yg tlh dipotong PPh
Final oleh Bank sebesar 20%.
85

REKONSILIASI FISKAL

PENYESUAIAN FISKAL BEDA TETAP

3.Komersial = Beban (biaya)

v.s.

Fiskal = Non Deductible Expense


Misal:
Biaya-biaya utk memperoleh penghasilan yg
bukan obyek pajak atau pengenaan pajaknya
bersifat final.
Penggantian/imbalan sehubungan dalam bentuk
natura atau kenikmatan.
Sanksi perpajakan spt bunga, denda, dan
kenaikan.
Biaya-biaya yg menurut Fiskal tidak dapat
dibebankan karena tidak memenuhi syaratsyarat tertentu
Seperti : daftar nominatif biaya entertainment,

BEDA SEMENTARA (Temporary Different)


Perbedaan antara laba akuntansi dan
penghasilan kena pajak yang disebabkan
oleh ketentuan perpajakan dan memberikan
pengaruh di masa mendatang dalam jangka
waktu tertentu sehingga pengaruh terhadap
laba akuntansi dan penghasilan kena pajak
akhirnya menjadi sama.
-

Penyisihan / Akrual dan Realisasi


Penyusutan
Amortisasi
Kompensasi rugi
Rugi Laba
selisih kurs

PERBEDAAN TEMPORER YANG BOLEH


DIKURANGKAN

Contoh:
a) Beban piutang tak tertagih
Secara komersial: metode pencadangan
Secara fiskal: PMK No. 105/PMK.03/2009 tanggal 10 Juni 2009
b) Beban pesangon
Secara komersial: metode pencadangan
Secara fiskal: pada saat pembayaran pesangon
c) Beban penyusutan:
Perbedaan timbul mungkin karena beda penggunaan metode penyusutan
atau umur manfaat ekonomis. Penyusutan fiskal harus mengacu ke
PMK No. 96/PMK.03/2009 tanggal 15 Mei 2009.
d) Lainnya: pembentukan atau pemupukan dana cadangan tidak boleh
dikurangkan dari penghasilan bruto (non deductible expense) kecuali: yang
sesuai dengan PMK No. 81/PMK.03/2009 tanggal 22 April 2009.

PERBEDAAN TEMPORER YANG BOLEH


DIKURANGKAN
N U A
o r k
a u
i n
a t
n a
n
s
i

P
e
r
p
a
j
a
k
a
n

P
e
n
e
n
t
u
a
n

S
u
d
a
h

1
.

m
a
s
a
m
a
n
f
a
a
t

T
e
r
g
a
n
t
u
n
g

d
i
a
t
u
p r
a
d d
a a
l
j a
u m
s
t K
i e
f p
i u

JENIS-JENIS KOREKSI FISKAL


PERKIRAAN

AKUN
TANSI

PAJAK

BE
DA

1.1 Potongan
Penjualan

Realis
asi
Penyis
ihan

Realisas
i
-

No
Te
mp
orer

1.2 Retur
Penjualan

Realis
asi
Penyis
ihan

Realisas
i
-

No
Te
mp
orer

1.3 Jasa
Konstruksi oleh
Pengusaha
Kecil

Penda
patan

PPh
Final
(2%,
3%, 4%
atau
6%)

Tet
ap

1.4 Penghasilan Penda


Perusahaan
patan
Pelayaran
DN

PPh
Final
(1,2%*p
eredara
n)

Tet
ap

I.
Peredaran
Usaha

JENIS-JENIS KOREKSI FISKAL


PERKIRAAN

AKUNTA
NSI

PAJA
K

BE
DA

1.8 Penghasilan Pendapat


atas distributor an
produk
Pertamina dan
Premix

PPh
Final
(0,25
%/
0,3%)

Tet
ap

1.9 Penghasilan Pendapat


atas penyalur
an
gula
pasir dan
tepung terigu
Bulog

PPh
Final

Tet
ap

1.10
Penghasilan
sebagai
Distributor
Kertas

Pendapat
an

PPh
Final
(0,10
%*H
Jual)

Tet
ap

1.11
Penghasilan
atas Distributor
Industri
Rokok DN

Pendapat
an

PPh
Final
(0,15
%*H
Bandr
ol)

Tet
ap

II. Harga

JENIS-JENIS KOREKSI FISKAL


PERKIRAAN

AKUN PAJA BE
TANSI K
D
A

III.
Penghasilan
Di Luar
Usaha
3.1 Deviden dari
Penyertaan DN
(minimal 25%
dan ada usaha
lain)

Pendap Bukan
atan
Obyek
(Equity Pajak
Method
)

Tet
ap

3.2 Bunga
Deposito dan
Tabungan
(termasuk
Jasa Giro dan
SBI)

Pendap PPh
atan
Final
(20%)

Tet
ap

3.3 Keuntungan
Penjualan Saham
di
Bursa Efek
Indonesia

Pendap PPh
atan
Final
(0,1%
xH
Jual

Tet
ap

3.4 Keuntungan

JENIS-JENIS KOREKSI FISKAL


PERKIRAAN

AKUN
TANSI

PAJ
AK

BE
DA

3.7 Bunga atau


diskonto Obligasi
yang

Pendap
atan

PPh
Final
(15%
*
bung
a)

Tet
ap

4.1 Biaya yang


dipergunakan
untuk
mendapatkan,
menagih dan
memelihara
penghasilan yang
merupakan Obyek
Pajak

Realisa
si
Penyisi
han

Reali
sasi
-

No
Te
mp
ore
r

4.2 Biaya yang


dipergunakan
untuk
mendapatkan,
menagih dan

Biaya

Unde
ducti
ble

Tet
ap

diperdagangkan
di Bursa Efek

IV. Beban
Usaha

JENIS-JENIS KOREKSI FISKAL


PERKIRA AKUNT PAJA BE
AN
ANSI
K
D
A
4.5
Biaya
Sumbangan

Unded
uctible

Tet
ap

Daftar
Deducti No
4.6
Tet
Entertainme Nominatif ble
Tdk
Undedu ap
nt
Daftar
Nominatif

ctible

4.7
Penyusutan
- Beda
Metode
- Beda
umur
ekonomis

-Sesuai
pajak
-Beda
Metode
-Beda
umur
eko.

Deduct
ible
Deduct
ible
Deduct
ible

No
Te
mp
ore
r
Te
mp
ore
r

4.8
Kendaraan
dibawa
pulang

Biaya

50%
Unded
uctible
50%

Tet
ap
94

KOMPENSASI KERUGIAN

KERUGIAN DAPAT DIKOMPENSASIKAN DENGAN


PENGHASILAN MULAI TAHUN PAJAK BERIKUTNYA
BERTURUT-TURUT SAMPAI DENGAN 5 (LIMA) TAHUN
PENANAMAN MODAL DI BIDANG USAHA PERKEBUNAN
TANAMAN KERAS DAN PERTAMBANGAN, DI DAERAH
TERPENCIL, KOMPENSASI KERUGIAN PALING LAMA 10
TAHUN
PENANAMAN MODAL DI BIDANG USAHA PERKEBUNAN
TANAMAN KERAS DAN PERTAMBANGAN DI LUAR DAERAH
TERPENCIL, KOMPENSASI KERUGIAN DIBERIKAN PALING
LAMA 8 TAHUN
Kerugian yang diakibatkan karena penghasilan
yang telah dikenakan pajak final, tidak dapat
dikompensasikan ke tahun pajak berikutnya

Pasal 6 ayat (2) dan PP 34 Tahun 1994

95

KOMPENSASI KERUGIAN
KOMPENSASI KERUGIAN
CONTOH
PT.A TAHUN

5 (LIMA) TAHUN

2009 MENDERITA KERUGIAN FISKAL


SEBESAR
Rp 1.200.000.000.- DALAM 5 TAHUN BERIKUTNYA
RUGILABA FISKAL
PT:A.
MENGGAMBARKAN
SEBAGAI
2010
LABA
FISKAL Rp
BERIKUT:
200.000.000.2011 : RUGI FISKAL Rp
300.000.000.2012 : LABA FISKAL
NIHIL
2013 : LABA FISKAL Rp
100.000.000.2014 : LABA FISKAL RP

KOMPENSASI KERUGIAN DILAKUKAN


Sbb:
RUGI FISKAL TAHUN 2009 (Rp 1.200.000.000.)
LABA FISKAL TAHUN 2010 Rp
200.000.000.
(+)
SISA RUGI FISKAL TH 2009
RUGI FISKAL TAHUN 2011

(Rp 1.000.000.000.)
(Rp 300.000.000.)

SISA RUGI FISKAL TH 2009 (Rp 1.000.000.000.)


LABA FISKAL TAHUN 2012
Rp N I H I L (+)
SISA RUGI FISKAL TH 2009
LABA FISKAL TAHUN 2013
(+)

(Rp 1.000.000.000.)
Rp 100.000.000.

SISA RUGI FISKAL TH 2009


LABA FISKAL TAHUN 2014
(+)

(Rp 900.000.000)
Rp 800.000.000.

- SISA RUGI FISKAL TAHUN 2009 Rp 100.000.000.


YANG MASIH TERSISA PADA AKHIR TH 2014,
TIDAK BOLEH DIKOMPENSASIKAN DGN LABA FISKAL
TAHUN 2015. SEDANGKAN :
- RUGI FISKAL TAHUN 2011 Rp 300.000.000.HANYA DIKOMPENSASIKAN DENGAN LABA FISKAL
TAHUN 2015 DAN TAHUN 2016, KARENA JANGKA
WAKTU LIMA TAHUN DIMULAI SEJAK TAHUN 2012
DAN BERAKHIR TH 2016.
PASAL 6 Ayat (2)

KREDIT PAJAK
DAN
TARIF PPh BADAN

KREDIT PAJAK
Kredit Pajak adalah:
Pengurang PPh terutang yang merupakan rincian kredit PPh
yang dipotong/dipungut pihak lain tidak termasuk bersifat final dan
dikenakan pajak tersendiri serta rincian penghasilan neto dari luar
negeri yang diterima WP sendiri, isteri dan anak-anak angkat yang
belum dewasa dalam Tahun Pajak yang bersangkutan, kecuali istri
yang telah hidup berpisah atau yang mengadakan perjanjian
pemisahan harta dan penghasilan.
Dasar:
- UU PPh Pasal 24
- UU PPh pasal 28
- PP Nomor 42 tahun 1995 jo. PP Nomor 25 tahun 2001

Terdiri dari:
1.PPh yang ditanggung pemerintah
2.PPh yang dipotong/dipungut oleh pihak
lain dalam negeri meliputi PPh Pasal 21,
PPh Pasal 22, PPh pasal 23
3.PPh Pasal 24 sebagai kredit pajak luar
negeri

PENJELASAN
1. PPh yang ditanggung pemerintah
Pembahasan PPh yang ditanggung pemerintah
adalah jumlah PPh yang ditanggung pemerintah
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri
Keuangan No.43/PMK.03/2009
2. PPh Pasal 21
Kredit PPh asal 21 adalah jumlah PPh yang telah
dipotong oleh pemotong pajak PPh Pasal 21
dalam tahun pajak yang bersangkutan, baik
terhadap WP sendiri maupun terhadap istri WP
yang bekerja pada lebih dari satu pemberi kerja,
dan anak/ anak angkat yang belum dewasa
Dalam hal WP Orang Pribadi luar negeri berubah
status menjadi WP dalam negeri, PPh Pasal 26
yang telah dipotong disamakan dengan kredit

3. PPh Pasal 22
Kredit Pajak PPh Pasalm 22 adalah jumlah PPh yang telah
dipungut dalam tahun Pajak yang bersangkutan oleh:
a. Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea Cukai, atas impor
barang;
b. Direktorat jenderal Anggaran, Bendaharawan Pemerintah baik
tingkat pusat maupun daerah, BUMD dan BUMN, yang
melakukan pembayaran atas pembelian barang dari belanja
negra atu belanja daerah;
c. Badan Usaha yang bergerak di bidang industri semen,industri
kertas, industri baja dan industri otomotif, yang ditunjuk oleh
Kepala Kantor Pelayanan Pajak, atas penjualan hasil
produksinya dalam negeri;
d. Pertamina atas penjualan hasil produksi berupa premium,
solar, pelumas, minyak tanah, dan gas LPG kepada pembeli
yang bukan sebagai penyalur/agen/dealer
e. Bulog atas penyerahan gula pasir dan tepung terigu kepada
pembeli yang bukan penyalur/grosir.

4. PPh Pasal 23
Kredit Pajak PPh Pasal 23 adalah jumlah PPh yang telah
dipotong dalam Tahun Pajak yang bersangkutan oleh
pemotong PPh Pasal 23 atas penghasilan berupa dividen,
royalti, hadiah dan penghargaan, sewa, imbalan atas jasa
teknik, jasa manajemen, jasa konsultan, dan jasa lain yang
ditentukan Direktorat Jenderal Pajak, kecuali PPh yang
bersifat final.
5. PPh Pasal 24
Kredit Pajak PPh Pasal 24 adalah jumlah pajak yang
dibayar/dipotong/terutang di luar negeri atas penghasilan
yang diterima atau diperoleh di luar negeri dalam tahun
yang
bersangkutan,
sebesar
PPh
yang
dibayar/dipotong/terutang di luar negeri tetapi tidak bolah
melebihi perhitungan pajak yang terutang berdasarkan UU
PPh.

Contoh perhitungan:
Pajak yang telah dilunasi dalam tahun berjalan, baik yang dibayar
sendiri oleh Wajib Pajak ataupun yang dipotong serta dipungut oleh
pihak lain, dapat dikreditkan terhadap pajak yang terutang pada
akhir tahunyang bersangkutan.
Pajak penghasilan yang terutang
Rp 80.000.000,00
Kredit pajak:
Pemotong pajak dari pekerjaan (Pasal 21)
Rp 5.000.000,00
Pemungut pajak oleh pihak lain (Pasal 22)
Rp 10.000.000,00
Pemotong pajak dari modal (Pasal 23)
Rp
5.000.000,00
Kredit pajak luar negeri (Pasal 24)
Rp 15.000.000,00
Dibayar sendiri oleh Wajib Pajak (Pasal 25)
Rp 10.000.000,00
(+)
Jumlah pajak penghasilan yang dapat dikreditkan Rp
45.000.000,00 (-)
Pajak penghasilan yang masih harus dibayar
35.000.000,00

Rp

PPh Pasal 28A (Lebih Bayar)


Apabila pajak yang terutang untuk satu tahun
pajak ternyata lebih kecil dari jumlah kredit pajak,
maka setelah dilakukan pemeriksaan, kelebihan
pembayaran
pajak
dikembalikan
setelah
diperhitungan dengan utang pajak berikut sanksisanksinya.
PPh Pasal 29 (Kurang bayar)
Apabila pajak yang terutang untuk satu tahun
pajak ternyata lebih besar dari kredit pajak,
kekurangan pembayaran pajak yang terutang
harus dilunasi sebelum Surat Pemberitahuna
Tahunan Pajak Penghasilan disampaikan

BAGAN PAJAK PENGHASILAN (PPH BADAN)


Pembayaran dari Luar Negeri

Luar Negeri

Pasal 24

Pembayaran ke Luar
Negeri

Pasal 26

Indonesia

WAJIB PAJAK
BADAN

Pasal 23

Pasal 6

Pasal 22, 23,


24, 25

Laporan Laba / Rugi


Penghasilan
xxx
Biaya
(xxx)
Laba xxx
Koreksi Fiskal xxx
Penghasilan Kena Pajak
xxx
Pajak Terutang xxx
Pajak dibayar dimuka (xxx)
Pajak yang harus dibayar xxx

UU PPh Pasal

Pasal 23

Pasal 4

Pasal 9
Pasal 17
Pasal 29

PERHITUNGAN PPH SECARA UMUM

Komersial Fiskal
Penghasilan
xxx
xxx
Biaya ( dan bukan biaya)
(xxx)(xxx)
Laba/Penghasilan netto
xxx
xxx
Kompensasi rugi tahun sebelumnya
(xxx) Penghasilan
kena pajak (PKP)
xxx
PPh terhutang (PKP x Tarif)
xxx
Kredit Pajak :
- PPh 22/23/24/25
(xxx)
Kurang (lebih) bayar
xxx

Penyesuaian Dilakukan dengan


Rekonsiliasi Fiskal
UU PPh Pasal

TARIF PPH BADAN

LAM
A

BAR
U

Tarif Tunggal
Lapisan
> 0 juta
50 juta 10%
Penghasilan
Tarif
Kena Pajak
> Rp 50 juta
15%
Rp 100 juta
> Rp 100 juta

30%

UU PPh Pasal

Tahun 2009 :

28%

Tahun 2010 &


Setelahnya :

25%

Sistematika
1
.
2
.
3
.
4
.
5
.

Subjek Pajak
Objek Pajak
Cara Menghitung Pajak
Pelunasan Pajak
Fasilitas Perpajakan

110

Definisi
Pajak penghasilan (PPh) dikenakan terhadap subjek pajak
atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya
dalam tahun pajak.

PPh dapat dikenakan atas bagian tahun pajak jika


kewajiban subjektif mulai dari bagian tahun.

Tahun pajak adalah tahun takwim. Jika tahun buku


tidak sama, dapat menggunakan tahun buku asalkan
berdurasi 12 bulan.

111

Subjek Pajak
Pasal 2 Ayat (1 dan 1a)

Orang Pribadi (OP)


Warisan yang belum terbagi sebagai satu
kesatuan, bersifat menggantikan yang
berhak.
Badan
Bentuk usaha tetap (BUT), merupakan
subyek pajak yang perlakuan pajaknya
dipersamakan dengan subyek pajak
badan.

112

Subjek Pajak
Pasal 2 Ayat (2)

Dalam
Negeri

Luar Negeri

113

Subjek Pajak Dalam Negeri


Pasal 2 Ayat (3)

Orang Pribadi :
Bertempat tinggal/ berada di Indonesia lebih dari 183 hari
dalam 12 bulan; atau Dalam suatu tahun pajak berada di
Indonesia dan mempunyai niat bertempat tinggal di
Indonesia.
Badan:
Didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali
unit tertentu badan pemerintah yang memenuhi kriteria:
Pembentukannya berdasarkan peraturan perundangan.
Pembiayaan bersumber APBN/ APBD.
Penerimaannya dimasukkan dalam APBN/ APBD.
Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan
fungsional negara.
Warisan yang belum terbagi:
Menggantikan ayang berhak.

114

Subjek Pajak Luar Negeri


Pasal 2 Ayat (4)

Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia/


berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam 12 bulan.
Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia.

Menjalankan usaha atau


kegiatan melalui BUT di
Indonesia.

Menerima atau memperoleh


penghasilan dari Indonesia
bukan dari menjalankan usaha
atau kegiatan melalui BUT di
Indonesia.
115

Bentuk Usaha Tetap (1)


Pasal 2 Ayat (5)

Bentuk usaha yang dipergunakan


oleh:

Orang pribadi sebagai


subjek pajak LN

Badan sebagai
subjek pajak LN

Untuk menjalankan usaha atau kegiatan di


Indonesia.

116

Bentuk Usaha Tetap (1)


Pasal 2 Ayat (5)
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.

Tempat kedudukan manajemen;


Cabang perusahaan;
Kantor perwakilan;
Gedung kantor;
Pabrik;
Bengkel;
Gudang;
Ruang untuk promosi dan
penjualan;
Pertambangan dan penggalian
sumber alam;
Wilayah kerja pertambangan
minyak dan gas bumi;
Perikanan, peternakan,
pertanian, perkebunan, atau
kehutanan;
Proyek konstruksi, instalasi, atau
proyek perakitan;

m.Pemberian jasa, sepanjang


dilakukan lebih dari 60 (enam
puluh) hari dalam jangka waktu
12 (dua belas) bulan;
n. Orang atau badan selaku agen
yang kedudukannya tidak bebas;
o. Agen atau pegawai dari
perusahan asuransi yang tidak
didirikan dan berkedudukan di
Indonesia yang menerima premi
asuransi atau menanggung risiko
di Indonesia; dan
p. Komputer, agen elektronik, atau
peralatan otomatis yang dimiliki,
disewa, atau digunakan oleh
penyelenggara transaksi
elektronik untuk menjalankan
kegiatan usaha melalui internet.
117

Ilustrasi 2.1 (1) : (Subjek Pajak)


Peraturan
Peraturan perpajakan
perpajakan membedakan
membedakan Subjek
Subjek Pajak
Pajak Dalam
Dalam Negeri
Negeri (SPDN),
(SPDN),
Subjek
Subjek Pajak
Pajak Luar
Luar Negeri
Negeri (SPLN),
(SPLN), dan
dan bukan
bukan subjek
subjek pajak.
pajak. Berikut
Berikut
informasi
identitas
orang
pribadi
dan
badan.
Bagaimanakah
informasi identitas orang pribadi dan badan. Bagaimanakah status
status
pajaknya?
pajaknya?
NNT K S
o a e e t
. mmt a
a p e
t
a r
t a u
n s
T g
i a
n n
g
g
a
l
/
K
e

118

Ilustrasi 2.1 (2) (Subjek


Pajak)
NNT K S
o a e e t
. mmt a
a p e
t
a r
t a u
n s
T g
i a
n n
g
g
a
l
/
K
e
d
u
d
u
k

119

Tempat Tinggal/ Kedudukan WP


Pasal 2 Ayat (6)

Tempat Tinggal
Orang Pribadi

Tempat Kedudukan
Badan

Ditetapkan oleh Dirjen Pajak

Menurut keadaan yang sebenarnya.

120

Saat Mulai dan Akhir Kewajiban Subjektif (1)


Pasal 2A Ayat (1), (2), (3), (4), dan (5)

Subjek Pajak Dalam Negeri


Orang Pribadi

Badan

Warisan yang
belum terbagi

Mulai:
- Saat dilahirkan.
- Saat berada atau
berniat tinggal di
Indonesia.

Mulai:
Saat didirikan/
berkedudukan di
Indonesia.

Mulai:
Saat timbulnya
warisan.

Berakhir:
- Saat meninggal.
- Meninggalkan
Indonesia
untuk selamanya.

Berakhir:
Saat dibubarkan atau
tidak lagi
berkedudukan di
Indonesia.

Berakhir:
Saat warisan selesai
dibagikan.

121

Saat Mulai dan Akhir Kewajiban Subjektif (2)


Pasal 2A Ayat (1), (2), (3), (4), dan (5)

Subjek Pajak Luar Negeri


Orang Pribadi
Mulai:
Saat menerima/memperoleh
penghasilan dari Indonesia.
Berakhir:
Saat tidak lagi menerima/
memperoleh penghasilan dari
Indonesia.

Badan
Mulai:
Saat melakukan usaha/ kegiatan
melalui BUT di Indonesia.
Berakhir:
Saat tidak lagi menjalankan
usaha melalui BUT di Indonesia.

122

Kewajiban Pajak Subjektif


Pasal 2A Ayat (6)

Kewajiban pajak subjektif orang pribadi


yang
berada atau bertempat tinggal di
Indonesia
Hanya meliputi sebagian dari tahun pajak

Bagian tahun pajak tersebut menggantikan tahun


pajak.

123

Tidak Termasuk Subjek Pajak


Pasal 3

a. Kantor perwakilan negara asing;


b. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari
negara asing dan orang yang diperbantukan/ yang bekerja dan
bertempat tinggal bersama mereka dengan syarat :
Bukan warga negara Indonesia; dan
Di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan di luar
jabatan atau
pekerjaannya tersebut; serta
Negara bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik;
c. Organisasi - organisasi internasional, yang ditetapkan Menkeu, dengan
syarat:
Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut; dan
Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh
penghasilan dari
Indonesia selain memberikan pinjaman kepada
pemerintah yang dananya berasal dari iuran
para anggota;
d. Pejabat - pejabat perwakilan organisasi internasional (c) dengan syarat
bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha, kegiatan,
atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.
124

Objek Pajak
Landasan Hukum:
Pasal 4 s/ d Pasal 15
UU Pajak Penghasilan

125

Definisi Penghasilan
Pasal 4 Ayat (1)

Merupakan setiap tambahan kemampuan ekonomis yang:


- Diterima atau diperoleh wajib pajak.
- Berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia.
- Dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah
kekayaan wajib pajak.

Dengan nama dan dalam bentuk


apapun
126

Klasifikasi Umum Penghasilan

Penghasilan dari pekerjaan dan hubungan kerja


pekerjaan
bebas seperti gaji, honorarium,
sebagainya.
Penghasilan dari usaha dan kegiatan.
Penghasilan dari modal berupa harga gerak ataupun
gerak, seperti bunga, dividen, royalti, sewa
keuntungan penjualan harga atau hak yang
dipergunakan untuk usaha.
Penghasilan lain-lain, seperti pembebasan utang
hadiah.

dan
dan
tidak
dan
tidak
dan

127

Ketentuan Khusus Atas Penghasilan

Semua penghasilan digabungkan dalam satu tahun


pajak.
Jika menderita kerugian dikompensasikan dengan
penghasilan lain kecuali kerugian dari luar negeri.
Untuk penghasilan dikenakan final atau dikecualikan
dari objek pajak tidak boleh digabungkan.

128

Objek Pajak (1)


Pasal 4 Ayat (1)
a.

Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa


yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan,
honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau
imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam UU
Pajak Penghasilan;

b.

Hadiah dari
penghargaan;

undian

atau

pekerjaan

atau

kegiatan,

dan

c. Laba usaha;
d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta
termasuk:
i. Keuntungan karena pengalihan harta sebagai pengganti
saham atau penyertaan modal;
ii. Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang
saham, sekutu, atau anggota yang diperoleh perseroan,
persekutuan, dan badan lainnya;
iii. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan,
pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha, atau
129
reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apa pun;

Objek Pajak (2)


Pasal 4 Ayat (1)
iv. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan,
atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah
garis keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan, pendidikan,
sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang
menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih
lanjut dengan PMK, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha,
pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak yang
bersangkutan; dan
v. Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau
seluruh hak penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau
permodalan dalam perusahaan pertambangan;
e.
Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah
dibebankan
sebagai
biaya
dan
pembayaran
tambahan
pengembalian pajak;
f.
Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena
jaminan pengembalian utang;
g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk
dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan
130

Objek Pajak (3)


Pasal 4 Ayat (1)

g. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak;


h. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
harta;
i. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
j. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan
jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;
k. Keuntungan selisih kurs mata uang asing;
l. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
m. Premi asuransi;
n. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan
dari
anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan
usaha atau pekerjaan bebas;
o. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang
belum dikenakan pajak;
p. Penghasilan dari usaha berbasis syariah;
q. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang - Undang
yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara
perpajakan; dan
131

Objek Pajak Dikenai Pajak Final


Pasal 4 Ayat (2)

a. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan


lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara, dan
bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada
anggota koperasi orang pribadi;
b. Penghasilan berupa hadiah undian;
c. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya,
transaksi derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan
transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan
modal pada perusahaan pasangannya yang diterima
oleh perusahaan modal ventura;
d. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa
tanah dan/atau bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha
real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan;
dan
e. Penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Pemerintah.
132

Peraturan Pelaksana Pajak Final


Penghasilan dari transaksi penjualan saham di bursa efek.
PP No. 14 Tahun 1997
Penghasilan dari bunga deposito dan tabungan serta
diskonto SBI.
PP No. 131 Tahun 2000
Penghasilan dari hadiah undian.
PP No. 132 Tahun 2000
Penghasilan dari persewaan tanah dan/ atau bangunan.
PP No. 5 Tahun 2002
Penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/ atau
bangunan.
PP No. 71 Tahun 2008
Penghasilan berupa bunga/ diskonto obligasi dijual di bursa
efek.
PP No. 16 tahun 2009
Penghasilan dari usaha jasa konstruksi.
PP No. 40 Tahun 2009
133

Dikecualikan Sebagai Objek Pajak (1)


Pasal 4 Ayat (3)

a. Bantuan atau sumbangan, zakat yang diterima oleh badan/


lembaga amil zakat yang disahkan oleh pemerintah dan yang
diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan
keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui
di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang
dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh
penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah;
b. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah garis
keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan
pendidikan, sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang
pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan PMK, sepanjang
tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan;
c. Warisan;
d. Harta, termasuk setoran tunai, sebagai pengganti saham atau
sebagai pengganti penyertaan modal;
134

Dikecualikan Sebagai Objek Pajak (2)


Pasal 4 Ayat (3)

e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau


jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/ atau
kenikmatan dari Wajib Pajak atau pemerintah, kecuali yang
diberikan oleh bukan WP, WP yang dikenakan pajak secara final
atau WP dengan Norma Penghitungan Khusus (deemed profit);
f. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan,
asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa;
g. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh PT
sebagai WP dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara,
atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada
badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di
Indonesia dengan syarat:
Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan
usaha milik
daerah yang menerima dividen, kepemilikan
saham pada badan yang
memberikan dividen paling rendah
25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor;
135

Dikecualikan Sebagai Objek Pajak (3)


Pasal 4 Ayat (3)

h. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang


pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan, baik yang
dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai;
i. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun
dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan;
j. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham,
persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk
pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif;
k. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal
ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang
didirikan dan menjalankan usaha di Indonesia, dengan syarat
badan pasangan usaha tersebut:
Merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang
menjalankan
kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan
Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia;
136

Dikecualikan Sebagai Objek Pajak (4)


Pasal 4 Ayat (3)

l.

Beasiswa
yang
memenuhi
persyaratan
tertentu
yang
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan PMK;
m. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga
nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/ atau bidang
penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi
yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk
sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/ atau penelitian
dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 (empat)
tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya
diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan; dan
n. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan.

137

Ilustrasi 2.2 - (Objek Pajak)


Firma
Firma Tiara
Tiara menjual
menjual mobil
mobil yang
yang digunakan
digunakan untuk
untuk kegiatan
kegiatan usaha.
usaha. Nilai
Nilai
buku
buku menurut
menurut fiskal
fiskal Rp
Rp 200.000.000,00.
200.000.000,00. Mobil
Mobil tersebut
tersebut dijual
dijual dengan
dengan
harga
hargaRp
Rp300.000.000,00.
300.000.000,00.
a.
a. Bagaimanakah
Bagaimanakahpengakuan
pengakuanpenghasilan
penghasilanoleh
olehFirma
FirmaTiara?
Tiara?
b.
b. Bagaimana
Bagaimana jika
jika mobil
mobil tersebut
tersebut dijual
dijual kepada
kepada seorang
seorang
sekutu
dengan
harga
Rp
260.000.000,00?
sekutu dengan harga Rp 260.000.000,00?
Jawaban:
Jawaban:
c.
c. Keuntungan
Keuntunganyang
yangdiperoleh
diperolehdari
daripenjualan
penjualanmobil
mobilsebesar
sebesarRp
Rp
100.000.000,00
100.000.000,00 diakui
diakui sebagai
sebagai penghasilan
penghasilan oleh
oleh Firma
Firma
Kelana
dan
merupakan
objek
pajak.
Kelana dan merupakan objek pajak.
d.
d. Firma
Firma Kelana
Kelana tetap
tetap mengakui
mengakui penghasilan
penghasilan atas
atas penjualan
penjualan
mobil
mobil sebesar
sebesar Rp
Rp 100.000.000,00.
100.000.000,00. Sekutu
Sekutu yang
yang membeli
membeli
mobil
mobil tersebut
tersebut sebagai
sebagai WP
WP OP,
OP, mengakui
mengakui penghasilan
penghasilan kena
kena
pajak
pajak sebesar
sebesar Rp
Rp 40.000.000,00
40.000.000,00 karena
karena membeli
membeli mobil
mobil
dengan
harga
lebih
murah.
dengan harga lebih murah.
138

Objek Pajak BUT


Pasal 5 Ayat (1)
Penghasilan dari:

Penghasilan kantor pusat


dari:

- Usaha/ kegiatan BUT.


- Harta yang dimiliki/ dikuasai
BUT.
- Usaha atau kegiatan.
- Penjualan barang-barang.
- Pemberian jasa.

Dilakukan di Indonesia dan


sejenis
dengan yang dilakukan BUT.
Penghasilan
sebagaimana tersebut
dalam Pasal 26, yang
diterima atau
diperoleh kantor pusat:

Sepanjang ada hubungan


efektif
antara BUT dengan harta/
kegiatan yang
memberikan penghasilan.
139

Ilustrasi 2.3 - (Objek Pajak


BUT)
Arctic
Arctic Co.
Co. perusahaan
perusahaan yang
yang didirikan
didirikan dan
dan berkedudukan
berkedudukan di
di luar
luar negeri,
negeri,
serta
serta memiliki
memiliki Bentuk
Bentuk Usaha
Usaha Tetap
Tetap di
di Indonesia.
Indonesia. Arctic
Arctic Co.
Co. Dan
Dan BUTnya
BUTnya
sama

sama
melakukan
kegiatan
penjualan
chassis
bus
di
Indonesia.
sama sama melakukan kegiatan penjualan chassis bus di Indonesia.
Selama
Selama 2012,
2012, penjualan
penjualan yang
yang dilakukan
dilakukan sendiri
sendiri oleh
oleh Arctic
Arctic Co.
Co.
mencapai
mencapai Rp
Rp 3.500.000.000,00,
3.500.000.000,00, sementara
sementara nilai
nilai penjualan
penjualan BUTnya
BUTnya
mencapai
mencapai Rp
Rp 8.250.000.000,00.
8.250.000.000,00. Arctic
Arctic Co.
Co. Juga
Juga melakukan
melakukan transaksi
transaksi
penjualan
penjualan mesin
mesin bis
bis senilai
senilai Rp
Rp 1.525.000.000,00.
1.525.000.000,00. BUTnya
BUTnya tidak
tidak
menyediakan
produk
tersebut.
Berapakah
nilai
objek
pajak
penghasilan
menyediakan produk tersebut. Berapakah nilai objek pajak penghasilan
atas
atasBUT
BUTmilik
milikArctic
ArcticCo.?
Co.?
Jawaban:
Jawaban:
Objek
Objek pajak
pajak bagi
bagi BUT
BUT meliputi
meliputi penghasilan
penghasilan oleh
oleh BUT
BUT sendiri
sendiri dan
dan
penghasilan
kantor
pusat
atas
kegiatan
bisnis
yang
serupa
dengan
penghasilan kantor pusat atas kegiatan bisnis yang serupa dengan
kegiatan
kegiatanBUT.
BUT.
Objek
Objekpajak
pajakpenghasilan
penghasilan =
=3.500.000.000
3.500.000.000 +
+ 8.250.000.000
8.250.000.000
=
=Rp
Rp11.750.000.000,00
11.750.000.000,00

140

Ilustrasi 2.4 - (Objek Pajak


BUT)
Baltic
BalticInc.
Inc.perusahaan
perusahaanyang
yangberkedudukan
berkedudukandi
diluar
luarnegeri,
negeri,serta
sertamemiliki
memiliki
Bentuk
Bentuk Usaha
Usaha Tetap
Tetap di
di Indonesia.
Indonesia. Kemenkes
Kemenkes RI
RI mengadakan
mengadakan perjanjian
perjanjian
langsung
langsung dengan
dengan Baltic
Baltic Inc.
Inc. untuk
untuk membayar
membayar royalti
royalti atas
atas paten
paten vaksin
vaksin
H1N1
H1N1 dengan
dengan nilai
nilai Rp
Rp 2.750.000.000,00
2.750.000.000,00 sehingga
sehingga vaksin
vaksin tersebut
tersebut
dapat
dapat diproduksi
diproduksi oleh
oleh BUMN
BUMN Farmasi.
Farmasi. Sebagai
Sebagai bagian
bagian dari
dari kontrak,
kontrak,
dipersyaratkan
pula
bahwa
Kemenkes
wajib
menggunakan
dipersyaratkan pula bahwa Kemenkes wajib menggunakan jasa
jasa
konsultansi
konsultansiteknis
teknisdari
dariBUT
BUTmilik
milikBaltic
BalticInc
Incdengan
dengannilai
nilaikontrak
kontrakterpisah
terpisah
senilai
senilai Rp
Rp 325.000.000,00.
325.000.000,00. Berapakah
Berapakah nilai
nilai objek
objek pajak
pajak penghasilan
penghasilan
atas
atasBUT
BUTmilik
milikArctic
ArcticCo.?
Co.?
Jawaban:
Jawaban:
Objek
Objek pajak
pajak bagi
bagi BUT
BUT meliputi
meliputi penghasilan
penghasilan oleh
oleh BUT
BUT sendiri
sendiri dan
dan
penghasilan
penghasilan kantor
kantor pusat
pusat atas
atas atas
atas harta
harta (paten)
(paten) yang
yang memiliki
memiliki
hubungan
hubunganefektif
efektifdengan
denganBUT.
BUT.
Objek
Objekpajak
pajakpenghasilan
penghasilan =
=2.750.000.000
2.750.000.000 +
+375.000.000
375.000.000
=
Rp
3.125.000.000,00
= Rp 3.125.000.000,00
141

Deductible Expenses atas Penghasilan BUT


Pasal 5 Ayat (2)

Meliputi biaya yang berkenaan


dengan penghasilan kantor pusat:

Sehubungan dengan:
- usaha atau kegiatan;
- penjualan barang;
- pemberian jasa;
yang sejenis dengan yang
dijalankan BUT
di Indonesia.

Penghasilan sebagaimana
tersebut dalam
Pasal 26, selama terdapat
hubungan
efektif antara BUT dengan harta/
kegiatan
yang memberikan penghasilan.

142

Penentuan Laba BUT


Pasal 5 Ayat (3)

Biaya administrasi kantor pusat yang boleh dibebankan adalah biaya


yang berkaitan dengan usaha atau kegiatan BUT, berdasar besaran
yang ditentukan oleh Dirjen Pajak.
Pembayaran kepada kantor pusat yang tidak boleh dibebankan
sebagai biaya meliputi:
Royalti/ imbalan sehubungan dengan penggunaan harta, paten, dan
hak lainnya.
Imbalan sehubungan dengan jasa manajemen dan jasa lainnya.
Bunga, kecuali bunga yang berkenaan dengan usaha perbankan.

Pembayaran dari kantor pusat yang bukan sebagai penghasilan


BUT meliputi:
Royalti/ imbalan sehubungan dengan penggunaan harta, paten, dan
hak lainnya.
Imbalan sehubungan dengan jasa manajemen dan jasa lainnya.
Bunga, kecuali bunga yang berkenaan dengan usaha perbankan. 143

Biaya untuk Mendapatkan, Menagih, dan


Memelihara (3M) Penghasilan (1)
Pasal 6 Ayat (1)

Biaya 3M bersifat dapat dikurangkan (deductible) atas penghasilan


bruto :
a. Biaya yang berkaitan dengan kegiatan usaha, meliputi:
i. Biaya pembelian bahan baku;
ii. Biaya tenaga kerja;
iii. Bunga, sewa, dan royalti;
iv. Biaya perjalanan;
v. Biaya pengolahan limbah;
vi. Premi asuransi;
vii. Biaya promosi, sesuai ketentuan PMK;
viii. Biaya administrasi
ix. Pajak selain PPh.
b. Biaya penyusutan fiskal dan/atau amortisasi;
c. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
Menkeu;
d. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta ;

144

Biaya untuk Mendapatkan, Menagih, dan


Memelihara (3M) Penghasilan (1)
Pasal 6 Ayat (1)

e. Kerugian dari selisih kurs;


f. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan
di Indonesia;
g. Biaya bea siswa, magang, dan pelatihan;
h. Piutang yang nyata nyata tak dapat ditagih, dengan syarat:
Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi
komersial;
Daftar piutang yang tidak dapat ditagih telah diserahkan kepada
Ditjen Pajak;
Telah diserahkan perkara penagihannya kepada PN atau BUPLN;
Ada perjanjian tertulis mengenai
penghapusan piutang/
pembebasan utang
antara kreditur dan debitur;
Telah dipublikasikan dalam penerbitan umum dan khusus.
i. Sumbangan dalam rangka bencana nasional yang diatur oleh PP.
j. Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengebangan yang
diatur oleh PP.
k. Sumbangan dalam rangka bencana nasional yang diatur oleh PP.
l. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang diatur oleh
PP.
145

Ketentuan Khusus Atas Biaya 3M

Biaya 3M yang dapat dibebankan hanyalah biaya biaya yang


dikeluarkan terkait penghasilan yang ditetapkan sebagai objek
pajak.
Biaya 3M yang dikeluarkan terkait penghasilan yang dikenai
pajak final atau penghasilan yang bukan merupakan objek pajak,
tidak dapat dibebankan.
Jika diketahui nilai biaya secara total, penghitungan biaya 3M
yang dapat dibebankan atau tidak, dapat ditetapkan berdasar
metode pro rata berdasar proporsi penghasilan

146

Ilustrasi 2.5 - (Deductible Expenses)

PT. Mulia memiliki total penghasilan 600 milyar dan beban yang dapat
dikurangkan sebesar 450 milyar. Beban tersebut dikeluarkan untuk
memperoleh semua penghasilan yang diterimanya. Dari penghasilan
tersebut 100 milyar merupakan penghasilan final. Perusahaan tidak dapat
mengindentifikasi secara spesifik beban yang terkait dengan penghasilan
final tersebut. Berapakah penghasilan kena pajak perusahaan?
Jawab:
Penghasilan dikenakan pajak final sebesar 100 milyar dikeluarkan dari
perhitungan penghasilan.
Beban yang akan menjadi pengurang dari penghasilan yang tidak final
sebesar 500/600 x 450 = 375.
Penghasilan kena pajak
Penghasilan
500
Beban yang boleh dikurangkan 375
Penghasilan kena pajak
125
147

Kompensasi Kerugian
Pasal 6 Ayat (2)

Kerugian dapat dikompensasikan dengan penghasilan


mulai tahun pajak berikutnya, berturut-turut sampai
dengan 5 tahun.

Atas penanaman modal di bidang bidang usaha


tertentu atau di daerah daerah tertentu,
kompensasi kerugian dapat diberikan hingga paling
lama 10 tahun.

148

Ilustrasi 2.6 (1) - (Kompensasi


Kerugian)
CV.
CV. Kandawa
Kandawa perusahaan
perusahaan yang
yang didirikan
didirikan di
di tahun
tahun
2006.
2006. Pada
Pada awal
awal operasinya
operasinya menghadapi
menghadapi pasang
pasang
surut
surut usaha.
usaha. Berikut
Berikut laba
laba dan
dan rugi
rugi fiskal
fiskal semenjak
semenjak
pertama
pertama kali
kali berdiri.
berdiri.
Tahun2006
Tahun2006 Rugi
Rugi Rp
Rp 1.750.000.000,00
1.750.000.000,00
2007
2007 Rugi
Rugi Rp
Rp 825.000.000,00
825.000.000,00
2008
2008 Laba
Laba Rp
Rp 215.000.000,00
215.000.000,00
2009
2009 Rugi
Rugi Rp
Rp 65.000.000,00
65.000.000,00
2010
2010 Laba
Laba Rp
Rp 765.000.000,00
765.000.000,00
2011
2011 Rugi
Rugi Rp
Rp 12.500.000,00
12.500.000,00
Jika
Jika perusahaan
perusahaan memperoleh
memperoleh laba
laba senilai
senilai Rp
Rp
1.975.000.000,00
1.975.000.000,00 di
di tahun
tahun 2012,
2012, berapakah
berapakah
Penghasilan
Penghasilan Kena
Kena Pajak
Pajak CV.
CV. Kandawa
Kandawa pada
pada tahun
tahun
2012?
2012?
149

Ilustrasi 2.6 (2) - (Kompensasi


Kerugian)
Jawaban
Jawaban ::
Kompensasi
Kompensasi kerugian
kerugian di
di 2008
2008 =
= 215.000.000,00
215.000.000,00 (Berasal
(Berasal dari
dari rugi
rugi
fiskal
fiskal2007)
2007)
Kompensasi
Kompensasi kerugian
kerugian di
di 2010
2010 =
= 765.000.000,00
765.000.000,00 (Berasal
(Berasal dari
dari rugi
rugi
fiskal
fiskal2007)
2007)
Kompensasi
Kompensasi kerugian
kerugian di
di 2012
2012 =
= Rugi
Rugi fiskal
fiskal 2007
2007 +
+ Rugi
Rugi fiskal
fiskal 2009
2009
+
+Rugi
Rugifiskal
fiskal2011
2011
=
=825.000.000
825.000.000 +
+65.000.000
65.000.000 +
+12.500.000
12.500.000
=
=Rp
Rp902.500.000,00
902.500.000,00
Adapun
Adapun rugi
rugi fiskal
fiskal 2006
2006 yang
yang belum
belum dikompensasikan,
dikompensasikan, yaitu
yaitu senilai
senilai Rp
Rp
770.000.000,00
(1.750.000.000
215.000.000
765.000.000),
tidak
770.000.000,00 (1.750.000.000 - 215.000.000 - 765.000.000), tidak
dapat
dapatdikompensasikan
dikompensasikandi
di2012,
2012,sebab
sebabtelah
telahmelewati
melewatibatas
bataswaktu
waktulima
lima
tahun.
tahun.
Penghasilan
PenghasilanKena
KenaPajak
Pajakdi
di2012
2012=
=1.975.000.000
1.975.000.000--902.500.000
902.500.000
=
=Rp
Rp1.072.500.000,00
1.072.500.000,00

150

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)


Pasal 7 Ayat (1), (2), dan (3)

N
o
.

Elemen

1 WP Sendiri

2 Status Kawin

PTKP

Rp
15.840.
000,00

Rp
1.320.0
00,00
Tanggungan meliputi anggota keluarga sedarah atau semenda
3 Tanggungan,
Rp
dalam
per
orang,
1.320.0
garis keturunan lurus (orang tua, mertua, anak kandung, anak
dengan jumlah 00,00
tiri),
maksimal tiga
atau anak angkat.
orang
tanggungan.
Penerapan
PTKP ditentukan oleh keadaan pada awal tahun pajak
atau
4 PTKP bagi istri
Rp awal bagian tahun pajak
yang
15.840.
penghasilannn 000,00
151

Penghasilan Wanita Bersuami


Pasal 8 Ayat (1)

Penghasilan atau kerugian bagi wanita yang telah


kawin dianggap sebagai penghasilan atau kerugian
suaminya.
Ketentuan di atas berlaku, kecuali jika:
1. Penghasilan tersebut semata mata berasal dari
satu pemberi kerja dan telah dipotong PPh Pasal
21; dan
2. Pekerjaan istri tersebut tidak ada hubungannya
dengan usaha atau pekerjaan bebas suami atau
anggota keluarga lainnya.
152

Ilustrasi 2.7 (1) -(PTKP)


Karna
Karna merupakan
merupakan seorang
seorang pegawai
pegawai yang
yang bekerja
bekerja untuk
untuk sebuah
sebuah
perusahaan
perusahaan perbankan.
perbankan. Ia
Ia telah
telah menikah
menikah dan
dan bertempat
bertempat tinggal
tinggal di
di satu
satu
kavling
apartemen
milik
sendri.
Berikut
merupakan
susunan
anggota
kavling apartemen milik sendri. Berikut merupakan susunan anggota
keluarga
keluargaKarna.
Karna.
Nama

Tangg
al
Lahir

Statu
s

Peke
rjaan

Dewi

3
Oktob
er
1962

Istri

Ibu
Rum
ah
Tang
ga

Darsi

6 Mei
1987

Anak
Kand
ung

Mah
asis
wa
S2

Hani

17
Agust
us199
5

Anak
Kand
ung

Pelaj
ar
153

Ilustrasi 2.7 (2) - (PTKP)

Berapakah
BerapakahPTKP
PTKPatas
ataspenghasilan
penghasilanKarna
Karnadi
ditahun
tahun2012,
2012,jika:
jika:
a.
Tidak
terdapat
keterangan
tambahan.
a. Tidak terdapat keterangan tambahan.
b.
b. Dewi
Dewibekerja
bekerjasemata
sematamata
matasebagai
sebagaipegawai
pegawaipemerintah.
pemerintah.
c.
c. Dewi
Dewimemiliki
memilikiusaha
usahalaundry
laundrydi
diblok
blokapartemen.
apartemen.
d.
d. Darsi
Darsimenikah
menikahdi
ditanggal
tanggal33Januari
Januari2012?
2012?
e.
e. Kunthi
Kunthi masih
masih menerima
menerima pembayaran
pembayaran pensiun
pensiun mendiang
mendiang
suaminya.
suaminya.

154

Ilustrasi 2.7 (3) - (PTKP)


Jawaban
Jawaban ::
a.
a. PTKP
PTKP =
=WP
WPSendiri
Sendiri +
+Status
StatusKawin
Kawin +
+33Tanggungan
Tanggungan
=
15.840.000
+
1.320.000
+
3
x
1.320.000
= 15.840.000 + 1.320.000
+ 3 x 1.320.000
=
=Rp
Rp21.120.000,00
21.120.000,00
Tanggungan
Tanggunganadalah
adalahHani,
Hani,Indra,
Indra,dan
danKunthi.
Kunthi.
b.
b. PTKP
PTKPtidak
tidakberubah
berubahsesuai
sesuaipoin
poin(a).
(a).
c.
c. PTKP
PTKP bertambah
bertambah sebesar
sebesar Rp
Rp 15.840.000,00
15.840.000,00 dibanding
dibanding poin
poin (a)
(a)
untuk
penghasilan
istri
yang
digabungkan.
untuk penghasilan istri yang digabungkan.
d.
d. Awal
Awal tahun,
tahun, Darsi
Darsi masih
masih diakui
diakui sebagai
sebagai tanggungan.
tanggungan. Akan
Akan
tetapi
tetapi PTKP
PTKP tidak
tidak berubah
berubah sesuai
sesuai poin
poin (a),
(a), sebab
sebab maksimal
maksimal
tanggungan
tanggunganadalah
adalah33orang.
orang.
e.
e. Kunthi
Kunthi tidak
tidak termasuk
termasuk tanggungan.
tanggungan. PTKP
PTKP berkurang
berkurang sebesar
sebesar Rp
Rp
1.320.000,00
dibanding
poin
(a).
1.320.000,00 dibanding poin (a).

155

Pemisahan Pajak Suami - Istri


Pasal 8 Ayat (2), dan (3)

Jika suami istri hidup


berpisah:

Jika suami istri


mengadakan perjanjian
pemisahan harta dan
penghasilan secara
tertulis.
Jika istri menghendaki
memenuhi kewajiban
perpajakannya sendiri.

Penghitungan PKP dan pengenaan


pajaknya dilakukan sendiri
sendiri.

Penghitungan pajaknya berdasar


kepada pembagian prorata atas
penghasilan netto suami istri
yang digabung.

156

Ilustrasi 2.8 (1)


(Penghasilan Suami Istri)

Permadi
Permadi seorang
seorang notaris
notaris yang
yang memiliki
memiliki kantor
kantor sendiri
sendiri dengan
dengan
penghasilan
penghasilan netto
netto di
di tahun
tahun 2012
2012 sebesar
sebesar Rp
Rp 135.000.000,00.
135.000.000,00. Istri
Istri
Permadi
seorang
sekretaris
yang
bekerja
di
kantor
Permadi.
Atas
asas
Permadi seorang sekretaris yang bekerja di kantor Permadi. Atas asas
profesionalitas,
profesionalitas, Permadi
Permadi memperlakukan
memperlakukan istrinya
istrinya sebagaimana
sebagaimana pegawai
pegawai
lain
lain dengan
dengan gaji
gaji sebesar
sebesar Rp
Rp 6.750.000,00
6.750.000,00 per
per bulan.
bulan. Permadi
Permadi dan
dan
istrinya
istrinya memiliki
memiliki dua
dua orang
orang anak
anak dan
dan menanggung
menanggung ayah
ayah dan
dan ibunya
ibunya
pensiunan
pensiunanPNS
PNSuntuk
untukhidup
hidupbersama
bersamadalam
dalamkeluarganya.
keluarganya.
a.
Berapakah
pajak
penghasilan
yang
harus
a. Berapakah pajak penghasilan yang harusdibayar
dibayardi
ditahun
tahun2012
2012
oleh
olehPermadi
Permadidan
danistrinya?
istrinya?
b.
b. Bagaimana
Bagaimana jika
jika kemudian
kemudian di
di tahun
tahun 2012
2012 Permadi
Permadi dan
dan istrinya
istrinya
hidup
hidupberpisah
berpisahdengan
denganpenghasilan
penghasilanyang
yangtetap?
tetap?
c.
c. Bagaimana
Bagaimana jika
jika Permadi
Permadi dan
dan istrinya
istrinya tinggal
tinggal bersama
bersama namun
namun
istrinya
menghendaki
pemenuhan
perpajakannya
sendiri?
istrinya menghendaki pemenuhan perpajakannya sendiri?

157

Ilustrasi 2.8 (2)


(Penghasilan Suami Istri)
Jawaban
Jawaban ::
a.
a. Penghitungan
Penghitungan dilakukan
dilakukan dengan
dengan menggabungkan
menggabungkan penghasilan
penghasilan
Permadi
dan
istri.
Permadi dan istri.

Penghasilan
Penghasilan istri
istri Permadi
Permadi tidak
tidak bersifat
bersifat final
final dan
dan pemotongan
pemotongan PPh
PPh
21nya
dapat
dikreditkan
dalam
penghitungan
SPT
akhir
tahun
21nya dapat
dikreditkan dalam penghitungan SPT akhir tahun
158

Ilustrasi 2.8 (3)


(Penghasilan Suami Istri)
Jawaban
Jawaban ::
b.
b. Penghitungan
Penghitungan dilakukan
dilakukan secara
secara sendiri
sendiri sendiri
sendiri antara
antara Permadi
Permadi
dan
istri
(Misalkan
diasumsikan
bahwa
anak

anak
dan istri (Misalkan diasumsikan bahwa anak anak tinggal
tinggal
bersama
bersamaPermadi).
Permadi).

159

Ilustrasi 2.8 (4)


(Penghasilan Suami Istri)

160

Penghasilan Anak yang belum Dewasa


Pasal 8 Ayat (4)

Penghasilan yang diterima atau diperoleh anak yang


belum dewasa digabungkan dengan penghasilan
orang tuanya.
Mekanisme penggabungan berlaku umum tanpa
mempertimbangkan dari manapun sumber
penghasilan anak tersebut.

Batasan usia dan syarat anak yang belum dewasa


adalah anak berusia 18 tahun dan belum pernah
menikah
161

Non Deductible Expenses (1)


Pasal 9 Ayat (1)

Biaya yang tidak dapat dikurangkan (non deductible) atas


penghasilan bruto, meliputi:
a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun;
b. Biaya yang dibebankan untuk kepentingan pribadi pemegang
saham, sekutu, anggota atau anggota;
c. Pembentukan dana cadangan, kecuali:
Cadangan untuk jenis usaha tertentu yang ditetapkan KMK;
Cadangan untuk usaha asuransi;
Cadangan jaminan sosial dibentuk BPJS;
Cadangan penjaminan yang dibentuk LPS;
Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
Cadangan biaya reforestasi untuk usaha kehutanan;
Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat limbah
industri untuk usaha pengelolaan limbah;

162

Non Deductible Expenses (2)


Pasal 9 Ayat (1)
d. Premi asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna, dan
asuransi beasiswa yang dibayar oleh WP orang pribadi;
e. Penggantian/ imbalan atas pekerjaan/jasa yang diberikan dalam
bentuk natura dan kenikmatan, kecuali:
Penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai ;
Diberikan di daerah tertentu atau diberikan berkaitan dengan
pelaksanaan
pekerjaan sebagaimana ditetapkan KMK;
f. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada
pemegang saham atau pihak yang mempunyai hubungan
istimewa;
g. Harta yang dihibahkan, bantuan, atau sumbangan, selain
sumbangan yang ditetapkan sebagai deductible expense serta
selain sumbangan keagamaan yang bersifat wajib kepada
lembaga yang dibentuk atau disahkan pemerintah;
h. Pajak penghasilan;
i. Biaya yang dibebankan/ dikeluarkan untuk kepentingan pribadi
WP atau orang yang menjadi tanggungan;
j. Gaji anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer
yang modalnya tidak terbagi atas saham;
163
k. Sanksi administrasi dan pidana di bidang perpajakan.

Ketentuan Khusus Atas Natura


Natura yang diberikan berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan di daerah
tertentu adalah imbalan yang terkait dengan:
Tempat tinggal bagi pegawai dan keluarganya.
Pelayanan kesehatan.
Pendidikan.
Peribadatan.
Pengangkutan.
Olahraga, selain golf, power beating, pacuan kuda, dan terbang layang.
Natura yang diberikan akibat keharusan suatu pekerjaan di antaranya dapat
berupa seragam bagi petugas pengamanan, atau penginapan bagi kru
pelayaran atau penerbangan.
164

Dialektika Pajak:
Asas Resiprokalitas
Atas penghasilan penghasilan yang dikategorikan sebagai bukan objek pajak
bagi pihak yang menerima penghasilan bersangkutan, maka pada umumnya biaya
biaya dari pihak yang melakukan pengeluaran terkait penghasilan tersebut, akan
ditetapkan sebagai biaya yang tidak dapat dikurangkan (non deductible).

Non
Deducti
ble
Expens
e
Pihak
Melakukan
Pengeluaran

Bukan
Objek
Pajak
Pihak Menerima
Penghasilan

165

Penghasilan dan Biaya sesuai Asas Resiprokalitas


Pasal 4 Ayat (3) dan Pasal 9 Ayat (1)

Bantuan atau sumbangan, selain sumbangan keagamaan yang bersifat


wajib, serta sumbangan bencana alam, litbang, sosial, pendidikan, dan
olahraga yang ditetapkan PP.
Warisan
Imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan, selain yang diberikan oleh
bukan WP, WP dikenai pajak final, atau WP menggunakan Norma
Penghitungan Khusus.
Premi dan polis asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna, dan
beasiswa bagi WP orang pribadi.
Iuran dana pensiun yang dibayarkan oleh perusahaan.
Bagian laba yang diterima anggota persekutuan yang tidak terdiri atas
saham.

166

Penghitungan Penghasilan Netto


Pasal 14, dan 15

Ketentuan Umum

Wajib Pajak yang memiliki


peredaran bruto kurang dari
Rp 4.800.000.000,00 per
tahun dan memberitahukan
kepada Dirjen Pajak di 3 bulan
pertama periode pajak.

Wajib Pajak yang tidak dapat


dihitung penghasilan nettonya
berdasar ketentuan Pasal 16
Ayat (1) dan (3)

Subjek pajak melakukan


pembukuan dan menghitung
penghasilan netto berdasar hasil
pembukuan.
Subjek pajak melakukan
pencatatan dan menghitung
penghasilan netto berdasar
persentase Norma Penghitungan
Penghasilan Netto (NPPN).

Subjek pajak melakukan


pembukuan dan menghitung
penghasilan netto berdasar
persentase Norma Penghitungan
Khusus.
167

Penerapan NPPN di Luar Ketentuan


Pasal 14 Ayat (5)

WP wajib pembukuan atau


pencatatan namun tidak
bersedia memperlihatkan
pencatatan atau bukti
pendukungnya.

Peredaran bruto ditentukan


berdasar cara yang ditetapkan
PMK dan penghasilan netto
dihitung berdasar NPPN.

WP tidak atau tidak


sepenuhnya
menyelenggarakan
pembukuan atau pencatatan.

168

Peraturan Pelaksana
Norma Penghitungan Khusus
Perusahaan pengeboran minyak dan gas bumi.
KMK No. 628/ KMK.04/ 1991
Kantor perwakilan dagang WP luar negeri.
KMK No. 433/ KMK.04/ 1994
Perusahaan berinvestasi dengan pola Bangun, Guna, Serah
(BOT).
KMK No. 248/ KMK.04/ 1995
Perusahaan pelayaran dalam negeri.
KMK No. 416/ KMK.04/ 1996
Perusahaan pelayaran dan/ atau penerbangan luar negeri.
KMK No. 417/ KMK.04/ 1996
Perusahaan penerbangan dalam negeri.
KMK No. 475/ KMK.04/ 1996
Perusahaan maklon mainan anak anak.
KMK No. 543/ KMK.03/ 2002
169

Ilustrasi 2.9 (1) - (NPPN)


Sasrabahu
Sasrabahu pengusaha
pengusaha perseorangan
perseorangan yang
yang merintis
merintis usaha
usaha di
di bidang
bidang
perhotelan.
perhotelan. Berhubung
Berhubung belum
belum memiliki
memiliki sumber
sumber daya
daya memadai
memadai untuk
untuk
menjalankan
fungsi
akuntansi,
Sasrabahu
mengajukan
pemberitahuan
menjalankan fungsi akuntansi, Sasrabahu mengajukan pemberitahuan
kepada
kepada Dirjen
Dirjen Pajak
Pajak untuk
untuk menggunakan
menggunakan Norma
Norma Penghitungan
Penghitungan
Penghasilan
Penghasilan Netto
Netto (NPPN)
(NPPN) terkait
terkait kewajiban
kewajiban perpajakannya.
perpajakannya. Mengacu
Mengacu
kepada
kepadaketentuan
ketentuanKeputusan
KeputusanDirjen
DirjenPajak
PajakNo.
No.KEP/
KEP/536/
536/Pj./
Pj./2000,
2000,usaha
usaha
Sasrabahu
Sasrabahu tergolong
tergolong ke
ke dalam
dalam industri
industri berkode
berkode 64100
64100 dengan
dengan besaran
besaran
norma
25%
jika
berkedudukan
di
ibukota
provinsi,
20%
untuk
norma 25% jika berkedudukan di ibukota provinsi, 20% untuk kota
kota
provinsi
provinsilainnya,
lainnya,dan
dan 20%
20%untuk
untukdaerah
daerahlain.
lain.
Hotel
Hotel Sasrabahu
Sasrabahu memiliki
memiliki 25
25 kamar
kamar berkelas
berkelas Deluxe
Deluxe dengan
dengan tarif
tarif per
per
malam
malam Rp
Rp 275.000,00
275.000,00 dan
dan okupansi
okupansi rata
rata rata
rata harian
harian 90%;
90%; 10
10 kamar
kamar
berkelas
Luxury
dengan
tarif
per
malam
Rp
425.000,00
dan
okupansi
berkelas Luxury dengan tarif per malam Rp 425.000,00 dan okupansi
rata
rata rata
rata harian
harian 85%;
85%; serta
serta 55 kamar
kamar berkelas
berkelas Royal
Royal dengan
dengan tarif
tarif per
per
malam
malam Rp
Rp 650.000,00
650.000,00 dan
dan okupansi
okupansi rata
rata rata
rata harian
harian 80%.
80%. Berapakah
Berapakah
besaran
besaran penghasilan
penghasilan netto
netto hotel
hotel Sasrabahu
Sasrabahu untuk
untuk satu
satu tahun
tahun berjalan,
berjalan,
jika
jikahotel
hoteltersebut
tersebutterletak
terletakdi
diibukota
ibukotaprovinsi?
provinsi?
170

Ilustrasi 2.9 (2)


(NPPN)
Jawaban
Jawaban ::
Penghasilan
Penghasilanbruto
bruto
=
(25
x
= (25 x 90%
90% xx 275.000
275.000 +
+ 10
10 xx 85%
85% xx 425.000
425.000 +
+ 55 xx 80%
80% xx
650.000)
650.000)xx365
365
=
+
+
=(6.187.500
(6.187.500
+3.612.500
3.612.500
+2.600.000)
2.600.000)xx365
365
=
=12.400.000
12.400.000xx365
365
=
=Rp
Rp4.526.000.000,00
4.526.000.000,00
Penghasilan
Penghasilannetto
netto
=
xxNorma
=Penghasilan
Penghasilanbruto
bruto
Norma
=
=4.526.000.000
4.526.000.000 xx25%
25%
=
=Rp
Rp1.131.500.000,0
1.131.500.000,0
Penghasilan
Penghasilan netto
netto tersebut
tersebut diperlakukan
diperlakukan sebagai
sebagai Penghasilan
Penghasilan Kena
Kena
Pajak
yang
menjadi
acuan
pengenaan
pajak
penghasilan.
Pajak yang menjadi acuan pengenaan pajak penghasilan.

171

Cara Menghitung
Pajak
Landasan Hukum:
Pasal 16 s/ d Pasal 19
UU Pajak Penghasilan

172

Penghitungan Penghasilan Kena Pajak


Pasal 16

Wajib pajak orang pribadi


dalam negeri.

Penghasilan, dikurangi biaya yang


dapat dikurangkan, dikurangi
PTKP.

Wajib pajak badan dalam


negeri, serta WP BUT.

Penghasilan, dikurangi biaya yang


dapat dikurangkan, dikurangi
kompensasi kerugian.

Wajib Pajak yang


menggunakan NPPN.

Penghasilan dikalikan dengan


NPPN, dikurangi PTKP untuk WP
orang pribadi.

Wajib Pajak yang terutang


pajak dalam bagian tahun
pajak.

Penghasilan netto disetahunkan

173

Ilustrasi 2.10
(Simulasi Penghitungan PKP)

174

Ilustrasi 2.11
(Simulasi Penghitungan PKP BUT)

175

Tarif Pajak
Pasal 17 Ayat (1)

N
o
.

Lapisan
Penghasilan
Kena Pajak

Tari
f
Paj
ak

1 0 s/d Rp
5%
50.000.00,00
2 Di atas Rp
15
50.000.000,00
%
s/d Rp
250.000.000,0
Tarif pajak progresif berlaku bagi WP orang pribadi.
0
Tarif pajak bagi WP badan adalah 28% untuk penghasilan
3 Di atas Rp
25sebelum tahun 2010
250.000.000,0
% penghasilan setelah tahun 2010.
dan 25% untuk
0 s/d Rp
500.000.000,0
0

176

Ketentuan Khusus Atas Tarif Pajak

177

Ilustrasi 2.12
(Simulasi Penghitungan Pajak
Terutang)

178

Perbandingan Utang dan Modal;


Serta Saat Diperolehnya Dividen
Pasal 18 Ayat (1), dn (2)

Menkeu berwenang menetapkan:

Besarnya perbandingan antara


utang
dan modal untuk keperluan
penghitungan pajak

Saat diperolehnya dividen oleh


WP DN atas penyertaan modal pada
badan usaha di luar negeri yang
tidak
menjual sahamnya di bursa efek.
Syarat:
Besarnya penyertaan modal WP
DN, secara sendiri atau bersama
sama dengan WP DN lain, paling
rendah 50 % dari jumlah saham
yang disetor.
179

Pengertian Hubungan Istimewa


Pasal 18 Ayat (4)

Hubungan penyertaan modal langsung atau tidak langsung paling rendah 25 %


oleh satu WP pada satu atau lebih WP lain; termasuk hubungan antar WP
yang modalnya menjadi objek penyertaan.
Hubungan penguasaan satu WP pada satu atau lebih WP lain; termasuk
hubungan antar WP yang dikuasai.
Hubungan keluarga sedarah semenda dalam garis keturunan lurus
dan/ atau ke samping satu derajat.

Dirjen Pajak berwenang menentukan kembali besarnya


penghasilan dan pengurangan penghasilan, serta menentukan
utang sebagai modal untuk menghitung PKP atas pihak yang
memiliki hubungan istimewa.
Dirjen Pajak berwenang melakukan perjanjian dengan wajib
pajak dan bekerjasama dengan pihak otoritas pajak negara lain
untuk menentukan harga harga transaksi antara pihak pihak
yang mempunyai hubungan istimewa.
180

Ilustrasi 2.13 (1)


(Hubungan Istimewa)
Sebagian
Sebagianperusahaan
perusahaanfarmasi
farmasidi
diIndonesia
Indonesiamembentuk
membentuksuatu
suatualiansi
aliansi
operasi
operasi yang
yang bertujuan
bertujuan mempermudah
mempermudah proses
proses pelaksanaan
pelaksanaan riset
riset dan
dan
pengembangan
pengembangan bersama.
bersama. Berikut
Berikut merupakan
merupakan profil
profil perusahaan
perusahaan yang
yang
terdaftar
terdaftarsebagai
sebagaianggota
anggotaaliansi.
aliansi.

NN
o a
. m
a

Dire
ktur
Uta
ma

1 P Sarpa
. T. kenak
CI a
S

Pemegan
g Saham

100% Publik

2 P Adirat 35% PT. CIS,


. T. a
15% PT. KNA,
P
50% Publik
B
Perusahaan
apa
Perusahaan
apa sajakah
sajakah yang
yang dapat
dapat disebut
disebut memiliki
memiliki hubungan
hubungan
A
istimewa?

istimewa?

3 P Sarpa
. T. kenak

30% PT. CIS,


70% Publik

181

Ilustrasi 2.13 (2)


(Hubungan Istimewa)
Jawaban
Jawaban ::
Hubungan
Hubungan istimewa
istimewa yang
yang terbentuk
terbentuk oleh
oleh kelima
kelima perusahaan
perusahaan
meliputi:
meliputi:
a.
a. Hubungan
Hubungan PT.
PT. CIS
CIS ke
ke PT.
PT. PBA,
PBA, akibat
akibat kepemilikan
kepemilikan langsung
langsung di
di
atas
atas25%
25%(35%).
(35%).
b.
b. Hubungan
HubunganPT.
PT.PBA
PBAke
kePT.
PT.PRE,
PRE,akibat
akibatkepemilikan
kepemilikanlangsung
langsungdi
diaa
tas
tas25%
25%(80%).
(80%).
c.
c. Hubungan
HubunganPT.
PT.CIS
CISke
kePT.
PT.PRE,
PRE,akibat
akibatkepemilikan
kepemilikantidak
tidaklangsung
langsung
di
diatas
atas25%
25%(28%
(28%melalui
melaluiPT.
PT.PBA).
PBA).
d.
d. Hubungan
Hubungan PT.
PT. CIS
CIS ke
ke PT.
PT. KNA,
KNA, akibat
akibat kepemilikan
kepemilikan langsung
langsung di
di
atas
atas 25%
25% (30%),
(30%), serta
serta akibat
akibat kesamaan
kesamaan pemangku
pemangku jabatan
jabatan
Direktur
DirekturUtama.
Utama.
e.
e. Hubungan
Hubungan PT.
PT. KNA
KNA ke
ke PT.
PT. PBA,
PBA, akibat
akibat sama
sama sama
sama merupakan
merupakan
objek
objek penyertaan
penyertaan modal
modal PT.
PT. CIS
CIS dengan
dengan kepemilikan
kepemilikan di
di atas
atas
25%.
25%.
f.f. Hubungan
Hubungan PT.
PT. KNA
KNA ke
ke PT.
PT. PRE,
PRE, akibat
akibat sama
sama sama
sama merupakan
merupakan
objek
objek penyertaan
penyertaan modal
modal PT.
PT. CIS
CIS dengan
dengan kepemilikan
kepemilikan di
di atas
atas
25%.
25%.
g.
182
g. Hubungan
HubunganPT.
PT.PBA
PBAke
kePT.
PT.HTE,
HTE,akibat
akibatpenguasaan
penguasaandalam
dalambentuk
bentuk

Pelunasan Pajak
Landasan Hukum:
Pasal 20 s/ d Pasal 29
UU Pajak Penghasilan

183

Cara Pelunasan Pajak


Pasal 20

Pajak tahun berjalan dapat dilunasi melalui

Pembayaran oleh wajib pajak


sendiri.
(PPh Pasal 25)

Pemotongan atau pemungutan oleh


pihak lain.
(PPh Pasal 21, 22, 23, 24, 26)

Merupakan pelunasan pajak yang


boleh dikreditkan terhadap PPh
yang terutang untuk tahun pajak
berjalan, kecuali untuk pembayaran
PPh yang bersifat final.
184

Kredit Pajak WP dalam Negeri dan BUT


Pasal 28 Ayat (1), dan (2)
Kredit PPh 21
Pemotongan PPh dari pekerjaan, jasa atau kegiatan.
Kredit PPh 22
Pemungutan PPh dari kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di
bidang lain.
Kredit PPh 23
Pemotongan PPh dari dividen, bunga, royalti, sewa, hadiah dan
penghargaan.
Kredit PPh 24
Pajak yang atas penghasilan dari luar negeri yang boleh dikreditkan.
Kredit PPh 25
Pembayaran yang dilakukan oleh wajib pajak sendiri.
Kredit PPh 26 Ayat (5)
Pemotongan pajak atas penghasilan WP LN yang beralih menjadi WP DN.
Sanksi administrasi berupa bunga, denda dan kenaikan, serta sanksi pidana
berupa denda tidak boleh dikreditkan.
185

Ilustrasi 2.14
(Simulasi Penghitungan Kredit
Pajak)

186

Pajak Kurang (Lebih) Bayar


Pasal 28A, dan 29

Status pajak terutang di akhir tahun dapat berupa:

Pajak kurang bayar.


Ketika beban pajak terutang
melebihi
total kredit pajak.

Pajak lebih bayar.


Ketika beban pajak terutang kurang
dari total kredit pajak.

Wajib dilunasi selambat


lambatnya tanggal 25 bulan ketiga
setelah tahun pajak berakhir,
sebelum SPT tahunan disampaikan.

Akan dikembalikan/ direstitusikan,


setelah dilakukan pemeriksaan
serta diperhitungkan dengan sanksi
dan kewajiban pajak lain.
187

Fasilitas
Perpajakan
Landasan Hukum:
Pasal 31A s/ d Pasal 31E
UU Pajak Penghasilan

188

Fasilitas Perpajakan
Pasal 31A

Wajib pajak yang


melakukan
penanaman modal di
bidang bidang usaha
tertentu.

Wajib pajak yang


melakukan
penanaman modal di
daerah daerah
tertentu.

Berdasar penetapan PP dapat


memperoleh fasilitas berupa:
a. Pengurangan
penghasilan
paling tinggi 30% dari jumlah
penanaman
modal
yang
dilakukan.
b. Penyusutan dan amortisasi
yang dipercepat (tarif dua kali
lebih tinggi).
c. Kompensasi kerugian yang
lebih lama, tetapi tidak lebih
dari 10 tahun.
d. Pengenaaan PPh dengan tarif
10%
atas
dividen
yang
diterima subjek pajak luar
negeri, kecuali ditetapkan
lebih rendah oleh P3B.
189

Ketentuan Khusus Atas Fasilitas Perpajakan


PP No. 52 Tahun 2011

Fasilitas dalam bentuk pengurangan penghasilan sebesar 30% dari


penanaman modal diberikan secara bertahap dalam jangka 6 tahun,
dengan besaran pengurangan 5% dari penaman modal di setiap tahunnya.
Fasilitas dalam bentuk perpanjangan masa kompensasi kerugian diberikan
jika kegiatan memenuhi persyaratan berikut:
Penanaman modal dilakukan di kawasan industri dan kawasan
berikat.
Mempekerjakan minimal 500 tenaga kerja Indonesia selama 5 tahun
berturut - turut.
Penanaman modal memerlukan investasi untuk infrastruktur ekonomi
dan sosial minimal Rp 10.000.000.000,00.
Mengeluarkan biaya litbang di dalam negeri minimal 5% dari investasi
dalam jangka 5 tahun.
Menggunakan minimal 70% bahan baku atau komponen produksi
dalam negeri sejak tahun ke 4.
Untuk setiap satu persyaratan yang dipenuhi, perusahaan berhak atas
satu tahun perpanjangan masa kompensasi.
190

Perimbangan Penerimaan Pajak


Pasal 31C

Penerimaan atas PPh orang


pribadi dan
PPh 21 yang dipotong oleh
pemberi kerja.

80%

20%

Untuk

Untuk

Pemerintah

Pemerintah

Pusat

Daerah

191

Fasilitas Perpajakan
Pasal 31E

Wajib pajak badan


yang memiliki nilai
peredaran bruto
kurang dari Rp
50.000.000.000,00

Memperoleh
pengurangan tarif
sebesar 50% dari tarif
Pasal 17 (tarif flat 25%).
untuk bagian Penghasilan
Kena Pajak dari
Berlaku untuk bagian
Penghasilan Kena Pajak
dari bagian penghasilan
bruto sampai dengan Rp
4.800.000.000,00.
192

Ilustrasi 2.15 (1)


(Fasilitas Perpajakan)
CV.
CV. Mandaraka
Mandaraka perusahan
perusahan yang
yang bergerak
bergerak di
di bidang
bidang
pengalengan
pengalengan ikan
ikan dan
dan melakukan
melakukan kegiatan
kegiatan ekspor.
ekspor.
Sepanjang
Sepanjang tahun
tahun 2010,
2010, CV.
CV. Mandaraka
Mandaraka mencatatkan
mencatatkan
penghasilan
penghasilan bruto
bruto senilai
senilai Rp
Rp 48.000.000.000,00
48.000.000.000,00 dan
dan
mencatatkan
mencatatkan nilai
nilai biaya
biaya yang
yang dapat
dapat dikurangkan
dikurangkan
sesuai
ketentuan
perpajakan
sebesar
Rp
sesuai
ketentuan
perpajakan
sebesar
Rp
36.000.000.000,00.
36.000.000.000,00.
a.
a. Berapakah
Berapakah nilai
nilai pajak
pajak terutang
terutang oleh
oleh CV.
CV.
Mandaraka
Mandaraka di
di tahun
tahun 2010?
2010?
b.
b. Bagaimana
Bagaimana jika
jika di
di tahun
tahun 2011
2011 perusahaan
perusahaan
memperoleh
memperoleh penghasilan
penghasilan bruto
bruto yang
yang tetap
tetap
namun
mencatatkan
biaya
Rp
namun
mencatatkan
biaya
Rp
10.000.000.000,00
10.000.000.000,00 lebih
lebih tinggi?
tinggi?
c.
c. Bagaimana
Bagaimana jika
jika di
di tahun
tahun 2012
2012 perusahaan
perusahaan
193
mencatatkan biaya yang serupa dengan tahun

Ilustrasi 2.15 (2)


(Fasilitas Perpajakan)

194

Ilustrasi 2.15 (3)


(Fasilitas Perpajakan)

195

Ilustrasi 2.15 (4)


(Fasilitas Perpajakan)
Jawaban
Jawaban::
c.
c. Peredaran
Peredaran bruto
bruto 2012
2012 =
= 48.000.000.000
48.000.000.000 +
+
8.000.000.000
8.000.000.000
=
= Rp
Rp 56.000.000.000,00
56.000.000.000,00
CV.
CV. Mandaraka
Mandaraka tidak
tidak memperoleh
memperoleh fasilitas
fasilitas
pengurangan
pengurangan tarif,
tarif, sebab
sebab memiliki
memiliki nilai
nilai peredaran
peredaran
bruto
bruto lebih
lebih dari
dari Rp
Rp 50.000.000.000,00.
50.000.000.000,00.
Beban
Beban pajak
pajak terutang
terutang
=
= 25%
25% xx (56.000.000.000
(56.000.000.000 36.000.000.000)
36.000.000.000)
=
= 25%
25% xx 20.000.000.000
20.000.000.000
=
= Rp
Rp 5.000.000.000,00
5.000.000.000,00

196

Anda mungkin juga menyukai