BAB I : Pendahuluan
A. Latar belakang
B. Pengertian
C. Contoh kerjasama dan kolaborasi
1 KERJASAMADANKOLABORASI@DTSDASARPAJAKI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa masing-masing memiliki
kelebihan dan kekurangan, yang berbeda antara manusia yang satu dengan
manusia yang lain. Manusia tidak ada yang sempurna, karenanya manusia selalu
membutuhkan kehadiran orang lain.
Kumpulan orang yang pandai belum tentu membuahkan hasil yang cerdas
(Adi Soenarno, 2006). Pernah ada suatu tim sepakbola yang semua pemainnya
adalah pemain bintang, mereka adalah All Europe Selection. Penjaga gawang
terbaik dari Belanda, back dari Perancis, gelandang orang Inggris dan penyerang
dari Jerman dan Rusia. Ketika tim tersebut diadu dengan klub dari Chile, mereka
kalah 13. Secara perorangan, tim All Europe Selection sangat hebat, diatas rata-
rata pemain lawan. Namun, secara tim, mereka belum padu. All Selection perlu
banyak waktu untuk saling menyesuaikan, baik strategi peyerangan maupun
saling bantu di lini pertahanan. Sebaliknya, klub dari Chile adalah kumpulan
pemain amatir, tetapi sangat kompak karena mereka sering latihan bersama.
Mereka sudah padu. Hal ini dapat menjadi analogi atau gambaran kelompok kerja
dalam suatu organisasi. Mereka perlu kompak. Seperti halnya sepakbola, jika
perlu memberlakukan pertahanan berlapis, maka saat satu orang dilewati musuh,
temam lainnya datang membantu.
Kehidupan operasional dalam suatu organisasi sangat memerlukan adanya
kekompakan dan upaya saling membantu diantara para anggota dalam
organisasi. Sikap solidaritas yang dimaksud tidak hanya diperlukan dalam aktifitas
sosial atau di luar kegiatan resmi organisasi, melainkan pula dalam mencapai
target organisasi. Oleh karena itu, jika ada keberhasilan di suatu bidang, maka hal
itu merupakan akibat kerja tim yang solid. Jika ada salah satu anggota tim
mengatakan bahwa jika tanpa dirinya, organisasi tidak akan jalan, maka kata-
katanya adalah pernyataan yang konyol dan justru mematikan kekompakan tim.
Konsep dari tim ini terbentuk dari kata yang sering kita dengar berulang
kali, yaitu sinergi. Kata sinergi ini berasal dari bahasa Yunani sunergos, sun
2 KERJASAMADANKOLABORASI@DTSDASARPAJAKI
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK Amin Subiyakto,Ak., M.Si
berarti bersama dan ergon berarti bekerja. Sinergi berarti interaksi dari dua
individu atau lebih atau kekuatan yang memungkinkan kombinasi tenaga mereka
melebihi jumlah tenaga individu mereka.
Kerja tim adalah kemampuan untuk bekerja sama menuju satu visi yang
sama, kemampuan mengarahkan pencapaian individu ke arah sasaran organisasi.
Itulah rangsangan yang memungkinkan orang biasa mencapai hasil yang luar
biasa. Dalam kajian perilaku organisasi (organizational behavior), terdapat
demonstrasi tentang bagaimana kerjasama dapat menghasilkan suatu hal yang
luar biasa. Beberapa orang disuruh untuk membentuk beberapa tim yang
beranggotakan lima orang, di mana setiap orang belum memiliki kemampuan
untuk menganalisis bidang kerjasama tim dengan baik. Setiap orang dalam
kelompok diminta untuk memberikan peringkat terhadap suatu hal berdasarkan
urutan dari hal yang dianggap paling penting, sampai tidak penting. Setelah itu
setiap pendapat dari setiap orang digabungkan untuk mendapatkan rata-rata
peringkat untuk setiap kelompok. Apa yang terjadi? Kesimpulan rata-rata
kelompok mendekati jawaban yang telah diberikan. Bahkan apabila hasil dari
setiap kelompok disatukan dan diambil rata-ratanya, maka penilaian dari setiap
kelompok hampir sama dengan penilaian para ahli di bidang tersebut.
Jika tim yang tangguh berhasil dibangun dalam suatu organisasi, maka
niscaya akan didapat hasil yang optimal pula dari kinerja suatu organisasi karena
dalam suatu organisasi yang berbasis tim, pencapaian kinerja sangat ditentukan
oleh kinerja tim yang terdiri dari sekelompok orang dengan latar belakang budaya
berbeda dan kompetensinya yang variatif. Keberhasilan tim tersebut akan sangat
ditentukan oleh kemampuan individu-individu di dalamnya untuk bekerja sama
satu dengan yang lainnya
Secara umum, keuntungan dari sebuah Tim adalah sebagai berikut:
1. Memperingan tugas yang harus dipikul oleh masing-masing pihak;
2. Menghemat tenaga, pikiran dan dana yang biasanya sangat terbatas dalam
setiap kegiatan;
3. Dengan dana, tenaga, pikiran yang tersedia, dapat menghasilkan lebih
banyak;
3 KERJASAMADANKOLABORASI@DTSDASARPAJAKI
4 KERJASAMADANKOLABORASI@DTSDASARPAJAKI
individu dan untuk mengkompensasi kelemahan individu dengan cara yang
positif. Anggota tim bisa saling belajar.
5. Kepuasan pribadi
Anggota tim biasanya melaporkan rasa kepuasan pribadi. Sebuah tim bisa
memberikan rasa aman yang memungkinkan individu untuk mengambil risiko
dan membuat keputusan yang tidak bisa mereka lakukan jika mereka bekerja
sendirian. Ini biasanya mengarah ke pertumbuhan untuk organisasi maupun
individu. Karena kebanyakan dari kita menghabiskan sekitar 25 persen dari
hidup kita di tempat kerja, ia harus merupakan sebuah pengalaman yang
menyenangkan. Teamwork dapat memimpin untuk membuat pekerjaan
menyenangkan dengan membantu untuk mengembangkan hubungan
pribadi. Bahkan, anda seharusnya tidak merasa seolah-olah anda bangun
untuk pergi bekerja, tapi bahwa anda bangun untuk pergi bermain setiap
hari.
B. Pengertian
Kolaborasi merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk
menggambarkan suatu hubungan kerja sama yang dilakukan pihak tertentu.
Sekian banyak pengertian dikemukakan dengan sudut pandang beragam namun
didasari prinsip yang sama yaitu mengenai kebersamaan, kerja sama, berbagi
tugas, kesetaraan, tanggung jawab dan tanggung gugat. Namun demikian
kolaborasi sulit didefinisikan untuk menggambarkan apa yang sebenarnya yang
menjadi esensi dari kegiatan ini. Terdapat banyak pengertian dan definisi terkait
dengan kerjasama dan kolaborasi, diantaranya dapat disampaikan berikut ini;
1. Berdasarkan kamus Heritage Amerika (2000), kolaborasi adalah bekerja
bersama khususnya dalam usaha penggambungkan pemikiran.
2. Gray (1989) menggambarkan bahwa kolaborasi sebagai suatu proses berfikir
dimana pihak yang terklibat memandang aspek-aspek perbedaan dari suatu
masalah serta menemukan solusi dari perbedaan tersebut dan keterbatasan
padangan mereka terhadap apa yang dapat dilakukan.
3. Kerjasama adalah upaya dua orang atau sekelompok orang utk memenuhi
kepentingan bersama, dgn menekan pertentangan-pertentangan kecil yg ada
5 KERJASAMADANKOLABORASI@DTSDASARPAJAKI
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK Amin Subiyakto,Ak., M.Si
6 KERJASAMADANKOLABORASI@DTSDASARPAJAKI
7 KERJASAMADANKOLABORASI@DTSDASARPAJAKI
Tingkat Kemahiran
Indikator Perilaku
Level Deskripsi
1 Berpartisipasi Berpartisipasi sebagai anggota
dalam tim tim yang baik, melakukan
tugas/bagiannya, mendukung
keputusan tim.
Memberikan usulan-usulan
bagi kepentingan tim.
Mendengarkan dan
menghargai masukan dari
orang lain.
Bekerja sama secara efektif
dalam interaksi formal dan
informal.
2 Menumbuhkan Membantu orang lain dalam
suasana menyelesaikan tugas-tugas
partisipatif bagi mereka untuk mendukung
orang lain. sasaran tim.
Berbagi informasi yang relevan
atau bermanfaat pada anggota
tim.
Mendorong dan
memberdayakan orang lain,
yang membuat mereka merasa
dibutuhkan.
3 Berperan dalam Memberikan prioritas yang
peningkatan lebih tinggi kepada tujuan tim
efektivitas tim dibanding tujuan pribadi.
Melihat kelemahan tim dan
mengantisipasi kemungkinan
hambatan, serta mencari solusi
yang tepat.
4 Membangun Melakukan kolaborasi dengan
komitmen tim tim lain sehingga tercipta
sinergi.
Memfasilitasi kepentingan yang
berbeda dari anggota tim
sehingga tercipta sinergi.
memiliki kelebihan atas kekurangan yang dimiliki diri sendiri, serta memberi
manfaat baik bagi diri sendiri maupun mitra kerja sama. Dengan demikian, kerja
sama tidak didorong oleh kepentingan sepihak saja, melainkan harus dilandasi
oleh kesepakatan yang membawa kemaslahatan kedua pihak.
Dari pengertian kerjasama dan dari uraian di atas, maka dapat dipahami
apa sebenarnya maksud dari diadakannya kerja sama. Moh. Jafar Hafsah (2000)
mengatakan bahwa pada dasarnya maksud dan tujuan dari kemitraan (kerja
sama) adalah win win solution. Maksudnya adalah bahwa dalam kerja sama
harus menimbulkan kesadaran dan saling menguntungkan kedua pihak. Tentu
saja, saling menguntungkan bukan berarti bahwa kedua pihak yang bekerja sama
tersebut harus memiliki kekuatan dan kemampuan yang sama serta memperoleh
keuntungan yang sama besar. Akan tetapi, kedua pihak memberi kontribusi atau
peran yang sesuai dengan kekuatan dan potensi masing-masing pihak, sehingga
keuntungan atau kerugian yang dicapai atau diderita kedua pihak bersifat
proporsional, artinya sesuai dengan peran dan kekuatan masing-masing. Sebagai
contoh, Si A dan si B melakukan kesepakatan kerjasama. A memiliki sejumlah
uang yang dapat dipakai untuk modal suatu usaha, namun A kurang menguasai
manajemen usaha. Sementara B tidak memiliki uang, namun memiliki keahlian
dalam pengelolaan usaha. Dalam hal ini, kekuatan dan peran dari A dan B tidak
sama, namun mereka sepakat untuk melakukan kerja sama usaha dan
menyepakati pula pembagian keuntungan yang bakal diperoleh, misalnya dengan
pembagian 60 % untuk A dan 40 % untuk B, serta kesepakatankesepakatan lain.
Dari ilustrasi contoh di atas, jelas bahwa dalam kerja sama, antara pihak yang
bekerja sama tidak harus memiliki kekuatan yang sama besar, namun yang lebih
utama adalah motivasi yang jelas dari kerja sama tersebut.
Kesuksesan kerja sama tidak akan dicapai kalau hanya satu pihak saja
yang berperan, sedangkan pihak lain hanya menuntut hasil. Oleh karena itu,
sebelum kesepakatan kerja sama ditandatangani, harus jelas dulu apa saja yang
disepakati beserta aturan mainnya dan sanksi-sanksi, bila salah satu pihak ingkar
janji dari kerja sama. Jadi dalam kerja sama usaha harus dimunculkan rasa
kesadaran memiliki (sense of belonging), sehingga melahirkan rasa bertanggung
jawab (sense of reponsibility) atas apa yang telah disepakati dalam kerja sama.
9 KERJASAMADANKOLABORASI@DTSDASARPAJAKI
2. Kerjasma dan kolaborasi antara dokter dan perawat
Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang
telah cukup lama dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien. Perspektif
yang berbeda dalam memandang pasien, dalam prakteknya menyebabkan
munculnya hambatan-hambatan teknik dalam melakukan proses kolaborasi.
Kendala psikologis keilmuan dan individual, factor sosial, serta budaya
menempatkan kedua profesi ini memunculkan kebutuhan akan upaya kolaborasi
yang dapat menjadikan keduanya lebih solid dengan semangat kepentingan
pasien.
10 KERJASAMADANKOLABORASI@DTSDASARPAJAKI
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK Amin Subiyakto,Ak., M.Si
Dilain pihak seorang perawat akan berfikir; apa masalah pasien ini?
Bagaimana pasien menanganinya?, bantuan apa yang dibutuhkannya? Dan apa
yang dapat diberikan kepada pasien?. Perawat dididik untuk mampu menilai
status kesehatan pasien, merencanakan intervensi, melaksanakan rencana,
mengevaluasi hasil dan menilai kembali sesuai kebutuhan. Para pendidik
menyebutnya sebagai proses keperawatan. Inilah yang dijadikan dasar
argumentasi bahwa profesi keperawatan didasari oleh disiplin ilmu yang
membantu individu sakit atau sehat dalam menjalankan kegiatan yang
mendukung kesehatan atau pemulihan sehingga pasien bisa mandiri.
11 KERJASAMADANKOLABORASI@DTSDASARPAJAKI
Pasien secara integral adalah anggota tim yang penting. Partisipasi pasien
dalam pengambilan keputusan akan menambah kemungkinan suatu rencana
menjadi efektif. Tercapainya tujuan kesehatan pasien yang optimal hanya dapat
dicapai jika pasien sebagai pusat anggota tim.
12 KERJASAMADANKOLABORASI@DTSDASARPAJAKI
13 KERJASAMADANKOLABORASI@DTSDASARPAJAKI
BAB II
MEMBANGUN KERJASAMA DAN KOLABORASI
14 KERJASAMADANKOLABORASI@DTSDASARPAJAKI
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK Amin Subiyakto,Ak., M.Si
sehingga dapat memberikan solusi inovatif setiap saat diperlukan. Selain itu
perpaduan dari ketrampilan dan pengetahuan yang beranekaragam dari suatu
teamwork, diyakini memiliki potensi yang lebih besar bila dibandingkan dengan
seorang individu yang brilian sekalipun.
Sebuah tim bila sudah berjalan, secara otomatis akan menjadi suatu unit
yang mengatur dirinya sendiri. Rentangan ketrampilan dan pengetahuan yang
dimiliki setiap anggota tim dan "self monitoring" yang ditunjukkan oleh masing-
masing anggota tim memungkinkannya untuk diberikan suatu tugas dan
tanggungjawab yang lebih besar. Bahkan ketika suatu masalah bila diputuskan
secara bersama dengan melibatkan teamwork, akan memberikan beberapa
keuntungan. Keuntungan tersebut antara lain:
1. Keputusan yang dibuat secara bersama-sama akan meningkatkan motivasi
tim dalam pelaksanaanya.
2. Keputusan bersama akan lebih mudah dipahami oleh tim dibandingkan jika
hanya mengandalkan keputusan dari satu orang saja.
3. Keputusan bersama akan mengikat setiap individu yang terlibat untuk
merasa ikut memiliki (sense of belonging) serta merasa ikut bertanggung
jawab (sense of responsibility).
Pandangan lain dari perspektif individu, dapat dimaknai bahwa dengan masuknya
seseorang ke dalam suatu kelompok (tim) maka hal tersebut akan menambah
semangat juang/motivasinya untuk berprestasi, yang mungkin justru tidak akan
pernah dapat dicapai bila dikerjakan seorang diri . Kepercayaan dan kesediaan
untuk bekerjasama dalam suatu temwork selain akan meningkatkan harga diri dan
rasa percaya diri (self confident), juga akan mendorong setiap anggota tim untuk
menghormati wewenang dan tanggungjawab masing-masing individu, sesuai
dengan kesepakatan dan kesepahaman bersama.
Team building bertujuan untuk memperkuat anggota organisasi dalam
memperjelas bagaimana mereka bekerja sama, mengidentifikasi kelemahan dan
mengembangkan cara yang lebih efektif dalam bekerjasama. Tujuan dari
kesemua itu adalah agar tim dapat bekerja lebih efektif.
Apa yang dimaksud dengan tim?
Terdapat beberapa definisi tentang Tim antara lain sebagai berikut:
15 KERJASAMADANKOLABORASI@DTSDASARPAJAKI
Sejumlah kecil orang yang memiliki keahlian yang saling melengkapi, yang
punya komitmen pada tujuan yang sama, dan melakukan pekerjaan dengan
saling bergantung satu dengan yang lain dan bertanggungjawab (Katzenbach
and Smith 1999).
Sebuah tim merupakan sekelompok orang yang bekerja bersama-sama
untuk sebuah tujuan yang sama (Ralph Lewis).
Sebuah tim merupakan sekumpulan individu-individu yang saling berbagi,
berkolaborasi, dan membantu satu sama lain. Kelompok tersebut biasanya
terdiri dari 20 individu. Anggota-anggota kelompok mencari teman sebayanya
untuk dukungan. Jenis tim seperti ini mengarahkan pada iklim kerja yang
sukses.
Sebuah tim merupakan sekelompok orang yang saling tergantung satu sama
lain untuk mencapai sebuah tujuan bersama.
Tim adalah:
Kelompok yang terdiri dari 2 orang atau lebih.
Muncul untuk mencapai tujuan.
Saling tergantung, berinteraksi dan saling mempengaruhi satu sama lain.
Masing-masing bertanggungjawab demi tercapainya tujuan bersama.
Merasa bahwa mereka merupakan kesatuan sosial.
Orang-orang bekerja bersama-sama dalam melakukan berbagai cara untuk
mencapai tujuan bersama atau misi. Pekerjaannya adalah ketergantungan
satu sama lain dan anggota kelompok saling berbagi tanggungjawab dan
memegang tanggungjawab mereka sendiri untuk mencapai hasil.
Dengan kata lain, ketika satu orang tidak dapat mengerjakan pekerjaannya
sendirian dan beberapa individu lainnya harus bekerjasama untuk mencapai
misi, maka Anda memerlukan tim. Semakin baik kerjasama, komunikasi dan
koordinasi diantara anggota-anggota tim maka semakin efisien.
Group
Group adalah kumpulan dua orang atau lebih, yang memiliki ketertarikan yang
sama terhadap sesuatu hal dan memiliki pola hubungan yang tetap/tidak berubah
yang berbagi tujuan bersama dan memposisikan diri mereka sendiri sebagai
sebuah kelompok.
16 KERJASAMADANKOLABORASI@DTSDASARPAJAKI
Team vs Group
Istilah team dan group seringkali saling dipertukarkan dalam penggunaannya.
Sebenarnya tim dan group bukanlah hal yang sama (Katzenbach dan Smith 1999;
Greenberg 1996; Robbins 1997). Atasan seringkali memberikan tugas-tugas
kepada bawahannya dengan cara membentuk group dengan tujuan untuk
menanamkan dan memelihara kompetensi bawahannya dalam membangun tim
guna membekali mereka untuk menyelesaikan penugasan yang menjadi tanggung
jawabnya.
Pada praktiknya, tugas kelompok yang diberikan atasan ternyata tidak serta merta
akan menciptakan team building dalam diri bawahannya, atau tidak otomatis
membuat bawahannya bekerja sebagai sebuah tim. Mengapa bisa demikian?
Jawabannya adalah ada kekeliruan dalam memahami pengertian antara tim dan
group, serta kekeliruan dalam menerapkan satu rangkaian pekerjaan yang
dibentuk dalam group. Oleh karena itu, penting membedakan tim dan groups.
Untuk memperjelas perbedaan antara tim dengan groups, Katzenbach dan
Smith, 1999 mengidentifikasi 3 karakteristik utama sebuah tim, yaitu: Komitmen,
Akuntabilitas/ dapat dipertanggungjawabkan, dan Keahlian.
1. Komitmen
Katzenbach (1999) menjelaskan bahwa tim bukan hanya sebuah kelompok
yang bekerja bersama, akan tetapi suatu tim bergantung pada sinergi
anggotanya yang secara kolektif menghasilkan sebuah hasil akhir yang
bukan hanya sekedar penggabungan sederhana dari bagian-bagian
pekerjaan individual. Oleh karena itu, tim memiliki komitmen untuk
mencapai suatu tujuan yang spesifik yang bergantung pada usaha kolektif
para anggota tim untuk mencapai sukses. Untuk mencapai tujuan ini,
anggota tim harus belajar untuk saling percaya. Sedangkan group tidak
membutuhkan sinergi untuk mencapai tujuan bersama, anggota group
seringkali bekerja secara individu lalu kemudian menggabungkan pekerjaan
mereka untuk membentuk hasil akhir. Dalam group, unsur kepercayaan
bukanlah hal yang penting.
17 KERJASAMADANKOLABORASI@DTSDASARPAJAKI
2. Akuntabilitas
Anggota tim saling bertanggungjawab untuk mencapai hasil akhir yang
berkualitas. Semua anggota tim memiliki komitmen pada hasil yang dicapai
dan memberikan rasa tanggungjawab pribadi kepada hasil akhir. Disini,
unsur kepercayaan sangat penting diantara anggota tim, mereka percaya
bahwa anggota yang lain akan bekerja secara bersungguh-sungguh dan
berkerjasama mencapai tujuan. Sebaliknya, anggota group hanya
bertanggungjawab pada sebagian tugas yang menjadi bagian mereka,
sepanjang mereka percaya bahwa mereka telah melakukan bagian mereka
dengan baik, maka mereka tidak merasa perlu bertanggungjawab jika hasil
akhir mereka kurang baik.
3. Keahlian
Sebuah tim terdiri dari individu-individu yang memiliki keahlian dan
kompetensi yang saling melengkapi dan menjadikannya sebagai sebuah
tim yang berbakat, sedangkan anggota group memiliki tingkat keahlian
yang relatif sama pada tugas yang akan dikerjakan. Istilah group mengacu
pada orang-orang yang punya kepentingan yang sama dalam satu area
fungsional.
Contoh:
Sebuah tim audit berdasarkan hirarkinya, terdiri dari: staf auditor,
senior, manager dan partner audit, tiap bagian memiliki level
keahlian dan kompetensi yang berbeda. Tugas yang diberikan dosen
kepada mahasiswa yang melibatkan beberapa orang, apakah dapat
disebut sebagai tim atau group, tergantung pada seberapa luas
dosen tersebut mendesain penyelesaian tugas, yang nantinya akan
mempengaruhi baik/tidaknya proses yang dilakukan mahasiswa
dalam menyelesaikan tugas.
Seorang kepala kantor menugaskan para kasi dan AR secara
berkelompok untuk menggali potensi pajak. Penugasan yang
diberikan tanpa diikuti instruksi/pengarahan tambahan dari kepala
kantor. Para Kasi dan AR diberikan kebebasan mengatur
kelompoknya dan melaksanakan tugasnya. Akhirnya, hasil akhir
18 KERJASAMADANKOLABORASI@DTSDASARPAJAKI
tugas tersebut merupakan hasil kerja tiap individu yang kemudian
digabungkan menjadi potensi kantor. Penugasan seperti ini tidak
membentuk sebuah tim, tapi hanya sekedar sebuah group. Para
anggota hanya sedikit berinteraksi diantara mereka sebab mereka
memberikan kontribusi terpisah untuk satu tugas akhir. Mereka juga
tidak merasa memerlukan kepercayaan, sinergi, dan rasa
tanggungjawab, rasa saling bergantung untuk menyelesaikan hasil
akhir. Untuk mengembangkan team building skill bagi Kasi dan AR,
kepala kantor harus fokus pada dua tujuan penting, yaitu:
1. Membantu Kasi dan AR membentuk kepercayaan dan
komitmen dan menuangkannya ke dalam tim untuk
mencapai tujuan bersama,
2. Membantu mengembangkan rasa tanggungjawab dan rasa
saling bergantung diantara anggota tim.
19 KERJASAMADANKOLABORASI@DTSDASARPAJAKI
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK Amin Subiyakto,Ak., M.Si
20 KERJASAMADANKOLABORASI@DTSDASARPAJAKI
21 KERJASAMADANKOLABORASI@DTSDASARPAJAKI
1. Harapan
Apakah pimpinan telah menjelaskan tujuan yang ingin dicapai oleh tim?
Apakah anggota tim mengerti mengapa tim itu diciptakan? Apakah
organisasi memberikan dukungan kepada tim melalui sumber daya
manusia, waktu dan uang?
2. Konteks
Apakah anggota tim mengerti mengapa mereka berpartisipasi dalam tim?
Apakah strategi dalam tim dikomunikasikan dan apakah mereka
memahami strategi tersebut? Apakah anggota tim memahami pentingnya
untuk mencapai tujuan organisasi? Apakah tim memahami bahwa mereka
bekerja dalam konteks untuk mencapai tujuan organisasi, prinsip, visi dan
nilai-nilai?
3. Komitmen
Apakah anggota tim ingin berpartisipasi dalam tim? Apakah anggota tim
merasa misi tim adalah penting? Apakah anggota berkomitmen untuk
mencapai misi tim dan hasil yang diharapkan? Apakah anggota tim
menganggap pelayanan mereka sebagai berharga bagi organisasi dan
karier mereka sendiri? Apakah anggota tim mengantisipasi pengakuan
atas kontribusi mereka? Apakah anggota tim berharap kemampuannya
untuk tumbuh dan berkembang dalam tim
4. Kompetensi
Apakah tim merasa bahwa ia memiliki orang yang tepat yang
berpartisipasi? (Sebagai contoh, dalam proses perbaikan, adalah setiap
langkah dari proses diwakili dalam tim) Apakah tim merasa bahwa
anggotanya memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan untuk
mengatasi masalah dalam tim yang dibentuk? Jika tidak, apakah tim yang
memiliki akses untuk mendukungnya? Apakah tim merasa telah memiliki
sumber daya, strategi dan dukungan yang diperlukan untuk mencapai
misinya?
5. Kontrol
Apakah tim memiliki kebebasan yang cukup dan pemberdayaan untuk
merasakan kepemilikan diperlukan untuk mencapai tujuan? Pada saat
22 KERJASAMADANKOLABORASI@DTSDASARPAJAKI
23 KERJASAMADANKOLABORASI@DTSDASARPAJAKI
8. Inovasi Kreatif
Apakah organisasi benar-benar tertarik pada perubahan? Apakah terdapat
nilai berpikir kreatif, solusi yang unik, dan ide-ide baru dalam organisasi
dan tim? Apakah terdapat penghagaan bagi anggota tim yang telah
mengambil risiko untuk melakukan perbaikan? Apakah terdapat pelatihan,
pendidikan, akses ke buku dan film, dan kunjungan lapangan yang
diperlukan untuk merangsang proses kreatif tim?
9. Konsekuensi
Apakah anggota tim merasa bertanggung jawab atas prestasi tim? Apakah
penghargaan dan pengakuan diberikan ketika tim sukses? Apakah reward
dan punishment terdapat dalam organisasi? Apakah anggota tim
menghabiskan waktu mereka untuk memecahkan masalah yang terjadi?
Apakah organisasi merancang sistem penghargaan yang mengakui kinerja
tim dan kinerja individu?
10. Koordinasi
Apakah tim dikoordinasikan oleh tim kepemimpinan pusat yang membantu
kelompok untuk mendapatkan apa yang mereka butuhkan untuk sukses?
Memiliki prioritas dan alokasi sumber daya telah direncanakan di seluruh
departemen? Apakah tim-tim memahami konsep proses-pelanggan
internal? Apakah organisasi mengembangkan proses yang berfokus pada
orientasi pada pelanggan?
11. Perubahan Budaya
Apakah organisasi mengakui bahwa tim berbasis, kolaboratif,
memberdayakan, sehingga budaya organisasi di masa depan berbeda
dengan organisasi, tradisional hirarkis itu mungkin saat ini? Apakah
rencana organisasi untuk menggunakan kegagalan untuk belajar dan
dukungan risiko yang wajar? Apakah organisasi mengakui bahwa semakin
dapat perubahan iklim untuk mendukung tim, semakin ia akan menerima
dalam membayar kembali dari hasil kerja tim?
24 KERJASAMADANKOLABORASI@DTSDASARPAJAKI
C. Peran pemimpin dalam mengefektifkan tim
Kepemimpinan berdampak sangat besar terhadap keberhasilan sebuah tim.
Ketika anggota tim ditanya apa yang mereka inginkan dari seorang pemimpin,
maka mereka sering menginginkan sesorang pemimpin yang memiliki kriteria
sebagai berikut :
1. Pendelegasian yang sesuai
Seorang pemimpin tim yang efektif harus mampu mendelegasikan
pekerjaannya dengan baik dan efisien. Agar hal ini dapat terjadi, seorang
pemimpin tim harus mengetahui semua anggota tim dengan baik. Dia harus
tahu kekuatan dan kelemahan dan harus menggunakan pengetahuan ini
untuk mendelegasikan tugasnya dengan benar. Jika, sebagai pemimpin
tim, Anda gagal untuk mendistribusikan beban kerja secara merata dan
sesuai dengan spesialisasi dari semua anggota tim, ketidakpuasan pasti
timbul. Anggota tim mungkin merasa bahwa mereka telah diberikan beban
kerja yang tidak semestinya.
2. Berkomunikan
Komunikasi adalah aspek yang paling penting dalam lingkungan
profesional. Sebagai pemimpin tim, Anda harus terbuka dan komunikatif
dengan anggota tim, sehingga mereka dapat datang kepada Anda jika
mereka memiliki masalah apapun. Pastikan bahwa pasangan tim Anda
dapat berkomunikasi dengan Anda ketika mereka mengalami masalah.
Cobalah untuk mencari solusi dan memperbaiki masalah secepat mungkin
agar anggota tim merasa dihargai.
3. Membuat keputusan dengan cepat
Menjadi pemimpin tim, Anda harus siap untuk membuat keputusan yang
cepat dan praktis sehingga anggota tim tidak kehilangan fokus mereka. Jika
Anda membuat alasan ketika anggota tim bergantung pada Anda untuk
mengambil keputusan, anggota tim akan merasa bahwa Anda bukan orang
yang tepat untuk membimbing mereka dan karenanya terikat gagal
mereka.Jadi, setiap saat, tetap fokus, tajam dan tenang sehingga Anda
dapat membuat keputusan cepat bila dibutuhkan.
25 KERJASAMADANKOLABORASI@DTSDASARPAJAKI
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK Amin Subiyakto,Ak., M.Si
26 KERJASAMADANKOLABORASI@DTSDASARPAJAKI
Pengembangan tim
Pengembangan tim didasarkan pada asumsi bahwa setiap kelompok dapat
bekerja lebih efektif jika anggota siap untuk menghadapi pertanyaan-pertanyaan
seperti:
1. Bagaimana individu-individu dapat bekerja bersama secara lebih efektif
sebagai sebuah tim?
2. Bagaimana kita dapat menggunakan sumber daya yang dimiliki secara
lebih baiki?
3. Bagaimana kita bisa berkomunikasi satu sama lainnya secara lebih efektif
untuk membuat keputusan yang lebih baik?
4. Apa yang menghambat kinerja kami?
Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan diatas dapat ditemukan dengan meneliti
faktor yang menyebabkan tim pengembangan dan efektifitas. Faktor-faktor ini
dapat diukur, atau diinventarisasi, oleh anggota tim dengan penggunaan
Efektivitas Tim Kritik. Sebelum bentuk kritik yang diberikan, semua anggota tim
harus memahami terminologi yang digunakan untuk menjelaskan sembilan faktor.
Uraian berikut dapat disajikan dalam format lecturette kepada anggota tim
sebelum penyelesaian kritik.
1. Shared Goals and Objectives
Agar tim beroperasi secara efektif, maka tim harus memiliki tujuan. Tujuan ini
bukan merupakan pemahaman sederhana dari tugas, tetapi pemahaman
keseluruhan tentang peran kelompok dalam organisasi, tanggung jawabnya,
dan hal-hal yang ingin dicapai tim. Selain itu, anggota tim harus memiliki
komitmen untuk mencapai tujuan. Komitmen tersebut berasal dari seluruh
anggota tim dalam mendefinisikan tujuan dan sasaran yang relevan.
2. Utilization of Resources
Tujuan akhir dari sebuah tim adalah untuk melakukan hal-hal secara efektif.
Untuk mencapai ini, tim harus menggunakan secara efektif semua sumber
daya yang dimilikinya. Ini berarti membangun suatu lingkungan yang
memungkinkan digunakannya seluruh sumber daya individu yang tersedia.
Efektivitas tim meningkat bila setiap anggota memiliki kesempatan untuk
berkontribusi dan ketika semua opini didengar dan dipertimbangkan. Ini
27 KERJASAMADANKOLABORASI@DTSDASARPAJAKI
4. Shared Leadership
Individu tidak akan berfungsi sebagai tim jika mereka disatukan hanya untuk
mendukung keputusan yang dibuat oleh pemimpin mereka atau orang lain
yang bukan kelompok mereka. Pengembangan tim akan berhasil jika
terdapat Shared Leadership keseluruh anggota tim. Ini berarti bahwa semua
anggota menerima tanggung jawab dan berinteraksi secara efektif.Tugas
fungsi meliputi: memulai diskusi atau tindakan, mengklarifikasi isu-isu dan
tujuan, meringkas poin, konsensus atau kesepakatan, dan mencari atau
memberikan informasi. Tugas pemimpinan adalah membantu kelompok
untuk membuat dan membantu kelompok dalam bergerak menuju tujuan
5. Control and Procedures
Kelompok perlu menetapkan prosedur yang dapat digunakan untuk
memandu atau mengatur aktivitas. Sebagai contoh, agenda rapat yang
berfungsi untuk membimbing kelompok selama pertemuan. Dalam
pertemuan kontrol dicapai melalui penunjukan seorang ketua yang bertugas
untuk memfasilitasi prosedur yang ditetapkan oleh tim. Beberapa tim
menemukan bahwa mereka tidak perlu pemimpin formal, setiap anggota
mengatur kontribusinya sendiri.
28 KERJASAMADANKOLABORASI@DTSDASARPAJAKI
29 KERJASAMADANKOLABORASI@DTSDASARPAJAKI
30 KERJASAMADANKOLABORASI@DTSDASARPAJAKI
BAB III
TANTANGAN DAN CARA MENGATASINYA
31 KERJASAMADANKOLABORASI@DTSDASARPAJAKI
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK Amin Subiyakto,Ak., M.Si
kota lain yang berada pada lokasi yang tidak menyenangkan atau di
PHK oleh organisasi di mana kita bekerja.
c. Konflik Pendekatan-menghindari
Konflik ini meliputi sebuah situasi di mana seseorang harus mengambil
keputusan sehubungan dengan sebuah alternatif yang memiliki
konsekuensi positif maupun negatif yang berkaitan dengannya. Contoh:
apabila seseorang diberi tawaran promosi yang menjanjikan gaji lebih
besar, tetapi yang juga sekaligus mengandung tanggung jawab yang
makin meningkat dan yang tidak disukai.
2. Konflik antar individu
Konflik antar individu (interpersonal conflict) bersifat substantif, emosional atau
kedua-duanya. Konflik ini terjadi ketika adanya perbedaan tentang isu tertentu,
tindakan dan tujuan di mana hasil bersama sangat menentukan.
3. Konflik antar anggota dalam satu kelompok
Setiap kelompok dapat mengalami konflik substantif atau efektif. Konflik
subtantif terjadi karena adanya latar belakang keahlian yang berbeda, ketika
anggota dari suatu komite menghasilkan kesimpulan yang berbeda atas data
yang sama. Sedangkan konflik efektif terjadi karena tanggapan emosional
terhadap suatu situasi tertentu.
4. Konflik antar kelompok
Konflik intergroup terjadi karena adanya saling ketergantungan, perbedaan
persepsi, perbedaan tujuan, dan meningkatnya tuntutan akan keahlian.
5. Konflik antar bagian dalam organisasi
Tentu saja yang mengalami konflik adalah orang, tetapi dalam hal ini orang
tersebut "mewakili" unit kerja tertentu. Menurut Mulyasa (2004:244) konflik ini
terdiri atas
a. Konflik vertikal. Terjadi antara pimpinan dengan bawahan yang tidak
sependapat tentang cara terbaik untuk menyelesaikan sesuatu.
Misalnya konflik antara kepala sekolah dengan guru.
b. Konflik horizontal. Terjadi antar pegawai atau departemen yang memiliki
hierarki yang sama dalam organisasi. Misalnya konflik antar tenaga
kependidikan.
32 KERJASAMADANKOLABORASI@DTSDASARPAJAKI
33 KERJASAMADANKOLABORASI@DTSDASARPAJAKI
b. Intergroup Conflict
Merupakan konflik yang terjadi antara bagian atau seksi dalam suatu
bagian atau departemen. Intergroup Conflict muncul karena adanya
perbedaan sudut pandang dan loyalitas antar bagian serta persaingan
dalam memperoleh sumber daya
B. Resolusi konflik
Penyelesaian konflik yang terjadi di antara orang lain.
Ketika sebuah konflik terjadi dia antara dua orang lain di luar kita, maka kita dapat
memilih beberapa sikap dalam menghadapi konflik tersebut. Beberapa pilihan itu
adalah:
1. Mengabaikan.
Kadang-kadang, konflik akan terselesaikan sendiri dengan cara dibiarkan.
Namun demikian, bukan mustahil pembiaran justru menyebabkan konflik
menjadi lebih buruk. Oleh karena itu mengabaikan konflik selesai dengan
sendirinya hanya dapat dilakukan untuk konflik yang tidak memiliki resiko
tinggi.
2. Mengancam
Suatu konflik yang terjadi dia antara pihak lain dapat diselesaikan dengan
cara memberikan ancaman kepada pihak-pihak yang terlibat. Namun
demikian cara ini bukan cara terbaik yang dapat dilakukan.
3. Memisahkan
Memisahkan orang yang terlibat konflik secara fisik dapat mengakhiri konflik
yang terjadi antar pihak yang terlibat.
4. Menghentikan/memecat
Cara paling mudah untuk memastikan selesainya konflik antara pihak-pihak
dalam sebuah organisasi adalah dengan cara melakukan pemecatan.
Walaupun cara ini sangat mudah, tetapi cara ini sering kali memerlukan
biaya yang cukup besar. Biaya besar itu muncul untuk memberikan
pesangon kepada pegawai yang dipecat. Biaya besar juga harus dikeluarkan
bila pegawai yang bersangkutan melakukan tuntutan secara hukum di
pengadilan. Dengan demikian meskipun cara ini sangat mudah, tetapi cara
ini belum tentu dapat diambil oleh semua organisasi.
34 KERJASAMADANKOLABORASI@DTSDASARPAJAKI
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK Amin Subiyakto,Ak., M.Si
35 KERJASAMADANKOLABORASI@DTSDASARPAJAKI
36 KERJASAMADANKOLABORASI@DTSDASARPAJAKI
37 KERJASAMADANKOLABORASI@DTSDASARPAJAKI
38 KERJASAMADANKOLABORASI@DTSDASARPAJAKI
39 KERJASAMADANKOLABORASI@DTSDASARPAJAKI
terus tertanam dalam benak kita adalah "sesuatu yang kita butuhkan
dipecahkan."
3. Membawa pembicaraan keluar
Setelah diperoleh kesepakatan waktu dan tempat pembicaraan, maka
dalam melakukan pembicaraan ini kita memerankan dua fungsi. Fungsi
negosiator, di mana kita memerankan diri kita yang sebenarnya dengan
kepentingan-kepentingan kita, tanpa harus menurunkan target negosiasi
yang harus dicapai. Fungsi kedua adalah fungsi mediator. Harus difahami,
bahwa pada saat melakukan pembicaraan, kita juga memiliki fungsi
sebagai mediator.
Sebagai mediator kita harus memerankan fungsi sebagaimana dalam
mediator konflik bagi orang lain. Dalam proses ini kita memiliki tugas:
a. Pastikan proses pembicaraan masalah penting terus berjalan.
b. Penawaran dan dukungan Perlambangan mendamaikan tures.
c. Dengan sabar menunggu terobosan.
Mediator harus jeli melihat kapan dia dapat membuat terobosan dari
pembicaraan yang dilakukan. Bila langkah terobosan dapat diperoleh,
maka proses akan menuju pada langkah berikutny yaitu membuat
kesepakatan.
4. Membuat kesepakatan
Ketika ditemukan terobosan dari pembicaraan yang ada, maka langkah
menuju kesepakatan sudah hampir tercapai. Terdapat tiga jenis keputusan
pembicaraan bila ditinjau dari sisi untung rugi pihak-pihak yang terkait.
a) Keputusan menang kalah
Jika saya menang, maka anda kalah /kehilangan (dan sebaliknya).
Keputusan model ini akan berakibat bahwa pemenang "mengambil
semua hasil".
b) Keputusan Kalah-kalah
"Kalau aku kalah, aku akan memastikan bahwa Anda akan
kehilangan juga adalah asumsi keputusan kalah-kalah. Keputusan
ini tidak cocok dalam menyelesaikan konflik, karena jika suatu fihak
kalah, maka dia akan mencegah orang lain untuk menang.
40 KERJASAMADANKOLABORASI@DTSDASARPAJAKI
c) Keputusan menang-menang.
"Saya percaya masing-masing dari kita dapat memperoleh
keuntungan " merupakan sebuah asumsi yang baik. Keputusan ini
dapat menjadi alat untuk mencari keputusan non-permusuhan
sebagai landasan bersama untuk melakukan kepentingan bersama.
Tentu saja sebagaimana diuraikan dalam pemecahan konflik antara
orang lain, dalam membuat kesepakatan untuk konflik dengan orang
lain juga memperhatikan tiga hal yaitu: seimbang, spesifik dan dicatat.
Penyelesaian Konflik Tim
Sejauh ini kita telah belajar cara menggunakan alat mediasi untuk memecahkan
konflik yang memiliki struktur sederhana satu-dua individu yang saling bergantung
yang tidak mewakili konstituen dan yang mampu berkomunikasi pada waktu yang
sama di tempat yang sama. Kadang-kadang konflik yang terjadi melibatkan lebih
dari dua pihak untuk diselesaikan. Dalam kondisi seperti ini, proses mediasi yang
harus dilakukan tentu lebih rumit. Untuk menangani masalah seperti ini Daniel
Dana menunjukkan beberapa langkah sebagai panduan dengan rincian sebagai
berikut.
Langkah 1, Tentukan masalah.
Ketika konflik terjadi dalam sebuah tim dengan banyak pihak yang terlibat, di
mana beberapa pihak merasa benar dan menyalahkan pihak yang lain, maka
definisi masalah yang tepat adalah bukan menentukan terlebih dahulu siapa
yang bersalah. Mediator harus menentukan prinsip bahwa tim dapat
bekerjasama untuk mencapai target yang ditentukan.
Langkah 2. Tentukan pihak yang akan dilibatkan
Dalam hal jumlah orang yang terlibat hanya sedikit, bisa saja semua pihak
dilibatkan dalam melakukan mediasi. Apabila jumlah yang terlibat sangat
besar, maka dapat dibuat kluster alam atau sub-tim. Kluster terdiri dari orang
dengan minat yang sama. Setiap kelompok harus memilih seorang juru bicara
yang melapor kepada tim penuh. Pemisahan ruangan dapat digunakan untuk
memungkinkan kelompok untuk mencapai konsensus secara pribadi sebelum
melaporkan kepada tim penuh. Co-fasilitator atau mediator mungkin
41 KERJASAMADANKOLABORASI@DTSDASARPAJAKI
42 KERJASAMADANKOLABORASI@DTSDASARPAJAKI
43 KERJASAMADANKOLABORASI@DTSDASARPAJAKI
Pada tahap ini , untuk menghindari masalah, mediator konflik tim harus
menghindari tiga perilaku berikut:
1. Personalisasi
Jangan biarkan orang-orang untuk menggunakan penghinaan pribadi
inflamasi dan bahasa merendahkan lainnya. Tunjukkan penolakan
Anda dengan segera bila terjadi.
2. Penarikan
Jangan biarkan orang-orang untuk tetap pasif untuk periode waktu
panjang. Setiap orang butuh mengekspresikan dirinya sendiri selama
proses mediasi. Ajukan pertanyaan khusus dengan ditarik individu
untuk memperoleh respon mereka.
3. Pengkambinghitaman
Jangan biarkan subkelompok untuk "mengeroyok" pada individu atau
lebih kecil subkelompok. Dorong ekspresi individu; mencegah koalisi
subkelompok yang mengarah ke "kita terhadap mereka" sehingga
lebih mengarah pada pemanfaatan kekuatan dan hukum.
Langkah 5. Brainstorming pilihan.
Setelah masing-masing menuliskan keinginan-keinginan mereka, tahap
berikutnya adalah meminta kepada para pihak untuk merumuskan
pemecahan masalah yaitu bagaimana agar mereka dapat bekerjasama untuk
mencapai tujuan bersama. Dalam rangka melakukan brainstorming ini
terdapat sebuah teknik yang dikenal dengan nama NGT (Nominal Group
Technique) yang dikenalkan pertam kali oleh Andre L Delbecg, Andrew H Van
de Ven dan David H Gustafon pada tahun 1975. Dalam teknik ini
brainstorming dilakukan dalam empat tahap yaitu:
1. Silent generattion of ideas (hening /diam sesaat untuk menghasilkan
ide-ide).
Pertama mediator dapat meminta agar masing-masing berdiam diri
sejenak untuk berfikir dan selanjutnya menuliskan sedikitnya tiga ide
pemecahan masalah tentang bagaimana agar kita dapat bekerja sama
44 KERJASAMADANKOLABORASI@DTSDASARPAJAKI
45 KERJASAMADANKOLABORASI@DTSDASARPAJAKI
yang sama, maka pada saat akhir akan diperoleh jumlah ide yang lebih
sedikit dari jumlah semula.
4. Voting and ranking (pengambilan suara dan pemeringkatan)
Mediator meminta anggota tim agar masing-masing menentukan beberapa
pilihan favoritnya dari daftar yang telah ada (Daniel dana menyebutkan jumlah
yang praktis adalah sepertiga dari jumlah ide. Jika daftar berisi 10 gagasan,
meminta tiga favorit. Jika daftar memiliki 23 ide, meminta delapan favorit.)
Berdasarkan pilihan favorit yang diperoleh dari peserta, mediator membuat
pemeringkatan secara urut berdasarkan jumlah dukungan peserta atas
sebuah ide. Urutan teratas adalah ide yang mendapat dukungan terbanyak,
sedangkan ide yang dukungannya lebih sedikit mengikuti di bawahnya. Pada
tahap ini, mungkin ada juga ide-ide yang sudah tidak mendapat dukungan.
Dari daftar urutan yang sudah diperoleh itu mediator dapat memastikan
bahwa ide-ide yang paling menjanjikan dipilih untuk dianalisis lebih dalam.
Voting dan peringkat juga memastikan bahwa semua anggota memiliki
pengaruh yang sama dalam pemilihan akhir.
46 KERJASAMADANKOLABORASI@DTSDASARPAJAKI
47 KERJASAMADANKOLABORASI@DTSDASARPAJAKI
DAFTAR PUSTAKA
Adair, John & Allen, Melanie. (2003). Time Management and Personal
Development. London: Thorogood Publishing Ltd.
Bellingham, Rick, Ed.D., & Campanello, J. Russel. (2004). HR Optimization.
Massachusetts: HRD Press, Inc.
Biech, Elaine. (2006). The Pfeiffer Book of Successful Team-Building Tools, Best
of The Annuals (2nd edition). San Francisco: Pfeiffer Awiley Imprint.
Dana, Daniel. (2001). Conflict Resolution. New York: The McGraw-Hill
Companies, Inc.
Goleman, D. (1995). Emotional Intelligence. New York: Bantam.
Luthan, Fred. (2001). Organizational Behavior (5th edition). San Francisco:
McGraw-Hill International Editions, Management Series.
Madded, R. B. (2009). Team Building, Terampil Membangun Tim Handal. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Soernarno, Adi Dr., MBA. (2006). Team Building. Yogyakarta: C.V Andi Offset.
Styron, Ron. (2005). Team Building. Mississippi: University of Southern
Mississippi.
Winston, Stephane. (2005). Organized for Success, Kiat Dahsyat Mengatasi
Tumpukan Pekerjaan Ala CEO Top Dunia. Jakarta: B-First.
DJP, Modul Coaching & Leadership Skill
48 KERJASAMADANKOLABORASI@DTSDASARPAJAKI