+ Akun PPh 21 Dibayar di Muka adalah akun aset yang dikelompokkan sebagai aktiva lancar
dalam neraca (laporan posisi keuangan) sebelum ditutup (dikreditkan) ke jumlah PPh yang
terutang pada akhir periode.
+ Pada tanggal 17 Juli 2020, CV Cendekia membeli kertas secara kredit dari Pabrik Kertas Sinar Bulan.
Harga kertas itu adalah Rp200.000.000. Faktur pembelian yang diterima CV Cendekia juga
mencantumkan pungutan PPh Pasal 22 sebesar 0,1%.
+ Berapakah besarnya PPh pasal 22 yang dipungut oleh Pabrik Kertas Sinar Bulan dari transaksi
tersebut?
+ Besarnya pungutan PPh pasal 22 adalah Rp200.000 (Rp200.000.000 × 0,1%), sehingga jumlah yang
harus dibayar CV Cendekia adalah Rp200.200.000 (Rp200.000.000 + Rp200.000).
+ Bagaimanakah ayat jurnal yang harus dibuat di pihak CV Cendekia untuk mencatat transaksi
pembelian persediaan barang dagang dan pungutan PPh pasal 22 oleh Pabrik Kertas Sinar Bulan
tersebut?
+ Sebagaimana ayat jurnal untuk transaksi pada tanggal 8 Juli 2020, akun PPh 21 Dibayar di
Muka didebit sebesar PPh pasal 22 yang dipungut pihak lain. Perhatikan, akun Persediaan Barang
Dagang dicatat sebesar (diukur dengan) biaya perolehan tidak termasuk PPh pasal 22 karena
pungutan pajak tersebut tidak bersifat final.
+ Pada tanggal 22 Juli 2020, CV Cendekia membayar utang
dagang kepada Pabrik Kertas Sinar Bulan.
+ Bagaimanakah jurnal yang harus dibuat oleh CV Cendekia
untuk mencatat pelunasan faktur pembelian dari Pabrik Kertas
Sinar Bulan tersebut?
+ Sifat transaksi ini sama dengan yang terjadi pada tanggal 6 Juli 2020. Kewajiban
perpajakan terkait PPh pasal 22 belum dicatat oleh CV Cendekia karena PPh pasal 22
terutang pada saat pembayaran.
+ Pada tanggal 28 Juli 2020, CV Cendekia menerima pembayaran dari Bank
BNI Syariah Cabang Purwokerto. Kas yang diterima adalah setelah
dikurangi pungutan PPh pasal 22.
+ Berapakah jumlah kas yang diterima CV Cendekia dari Bank BNI Syariah
Cabang Purwokerto?
+ Besarnya pungutan PPh pasal 22 adalah Rp2.250.000 (Rp150.000.000 ×
1,5%). Kas bersih yang diterima oleh CV Cendekia
adalah Rp147.750.000 (Rp150.000.000 – Rp2.250.000).
+ Bagaimanakah ayat jurnal yang diperlukan di pihak CV Cendekia untuk
mencatat penerimaan kas dan pungutan PPh pasal 22 oleh pihak lain
tersebut?
Contoh jurnal dan perhitungan PPh pasal 22
dari pihak pemungut
+ Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, dari sudut pandang
pemungut kewajiban perpajakan PPh pasal 22 lebih bersifat
administratif. Secara akuntansi, pemungutan PPh pasal 22
hanya menimbulkan kewajiban jangka pendek (utang lancar)
sebelum dilakukannya penyetoran pungutan PPh pasal 22.
+ Pabrik Kertas Sinar Bulan adalah perusahaan manufaktur yang memproduksi kertas. Karena belum lama beroperasi, peredaran
brutonya dalam setahun terakhir belum mencapai Rp4,8 miliar, Pabrik Kertas Sinar Bulan belum dikukuhkan sebagai pengusaha kena
pajak (PKP) menurut ketentuan PPN.
+ Pada tanggal 6 Juli 2020, Pabrik Kertas Sinar Bulan menjual kertas secara kredit kepada CV Kurnia Asih, distributor yang beroperasi
di wilayah Jawa Tengah. Jumlah harga jual kertas itu Rp150.000.000, sedangkan harga pokoknya Rp105.000.000. Ketentuan PPh
pasal 22 mewajibkan Pabrik Kertas Sinar Bulan selaku produsen kertas untuk memungut PPh Pasal 22 dengan tarif 0,1% dari harga
jual.
+ Berapakah besarnya PPh pasal 22 yang harus dipungut oleh Pabrik Kertas Sinar Bulan terkait transaksi penjualan tersebut?
+ PPh yang dipungut berjumlah Rp150.000 (Rp150.000.000 × 0,1%).
+ Bagaimanakah ayat jurnal yang seharusnya dibuat di pihak Pabrik Kertas Sinar Bulan untuk mencatat penjualan kertas dan
pemungutan PPh pasal 22 terkait?
+ Perhatikan, jumlah yang ditagihkan kepada CV Kurnia Asih sejumlah Rp150.150.000 mencakup pungutan PPh pasal 22 sejumlah
Rp150.000. Pabrik Kertas Sinar Bulan dalam hal ini hanya bertindak sebagai pemungut PPh pasal 22 dari CV Kurnia Asih selaku
pembeli.
+ Pada tanggal 11 Juli 2020, Pabrik Kertas Sinar Bulan menerima
pembayaran dari CV Kurnia Asih.
+ Bagaimanakah jurnal di pihak Pabrik Kertas Sinar Bulan untuk
mencatat penerimaan kas dari piutang dagang tersebut?
+ Pada tanggal 15 Juli 2020, Pabrik Kertas Sinar Bulan menjual kertas secara kredit kepada
PT Maritha, distributor yang beroperasi di wilayah Jawa Timur. Jumlah harga jual
Rp300.000.000, harga pokok Rp225.000.000. Pabrik Kertas Sinar Bulan wajib memungut
PPh pasal 22 dengan tarif 0,1% dari harga jual.
+ Berapakah PPh yang seharusnya dipungut Pabrik Kertas Sinar Bulan dari transaksi
tersebut?
+ PPh pasal 22 yang dipungut berjumlah Rp300.000 (Rp300.000.000 × 0,1%).
+ Bagaimanakah jurnal untuk mencatat penjualan tersebut di pihak Pabrik Kertas Sinar
Bulan?
+ Sifat transaksi ini sama dengan yang terjadi pada tanggal 6 Juli 2020. Pembeli ditagih
dengan jumlah yang mencakup pungutan PPh pasal 22.
+ Pada tanggal 17 Juli 2020, Pabrik Kertas Sinar Bulan membeli bahan bakar gas
secara tunai dari Pertamina. Jumlah harga beli (biaya perolehan) Rp240.000.000.
Atas pembelian tersebut, Pabrik Kertas Sinar Bulan dipungut PPh Pasal 22 dengan
tarif 0,3%.
+ Berapakah pungutan PPh pasal 22 yang harus dibayar oleh Pabrik Kertas Sinar
Bulan?
+ Pungutan PPh pasal 22 berjumlah Rp720.000 (Rp240.000.000 × 0,3%).
+ Bagaimanakah ayat jurnal yang harus dibuat oleh Pabrik Kertas Sinar Bulan untuk
mencatat pembelian tunai dan pembayaran PPh pasal 22 tersebut?
+ Dalam kasus ini, Pabrik Kertas Sinar Bulan adalah pihak yang dipungut PPh pasal 22.
Perhatikan, pembayaran PPh pasal 22 ini diperlakukan sebagai aset lancar (beban
dibayar di muka) yang akan dikreditkan ke PPh terutang pada akhir tahun fiskal.
+ Pada tanggal 20 Juli 2020, Pabrik Kertas Sinar Bulan menerima
pembayaran dari PT Maritha terkait faktur yang dikeluarkan
tanggal 15 Juli 2020.
+ Bagaimanakah ayat jurnal di pihak Pabrik Kertas Sinar Bulan
untuk mencatat penerimaan kas tersebut?
+ Jika tidak ada lagi transaksi penjualan kertas pada bulan Juli
2018, akun Utang PPh 22 akan bersaldo kredit Rp450.000 pada
akhir bulan, yang berasal dari transaksi tanggal 6 dan 15 Juli.
Jika pada tanggal 10 Agustus Pabrik Kertas Sinar Bulan
menyetor PPh pasal 22 yang dipungutnya selama bulan Juli,
ayat jurnal untuk mencatat setoran tersebut adalah sebagai
berikut:
Contoh jurnal dan perhitungan PPh pasal 22
final
+ PPh pasal 22 final dikenakan atas penjualan BBM dan BBG
kepada penyalur/agen BBM dan BBG seperti stasiun pengisian
bahan bakar umum (SPBU). Pembayaran PPh pasal 22 final
yang dilakukan oleh penyalur/agen BBM dan BBG diperlakukan
sebagai beban pada periode terjadinya.
+ PT Srikandi adalah agen BBM Pertamina. Pada tanggal 31 Agustus 2020,
PT Srikandi membeli persediaan premium senilai Rp100.000.000 secara
tunai. PPh pasal 22 yang harus dibayar terkait pembelian tersebut adalah
0,25% dari harga beli, yaitu sejumlah Rp250.000. Ayat jurnal di pihak PT
Srikandi untuk mencatat pembelian tersebut adalah sebagai berikut:
+ 31 Agust Persediaan Barang Dagang 100.000.000
Beban PPh 22 Final 250.000
Kas 100.250.000
+ Dalam perhitungan laba-rugi komersial, Beban PPh Final dilaporkan
sebagai pengurang pendapatan penjualan dalam penentuan laba bersih.
Apabila PT Srikandi tidak menjalankan usaha lain, penghasilan berupa laba
usaha dari usaha SPBU tersebut sudah dikenakan PPh Pasal 22 bersifat
final.