(PAJAK PENGHASILAN)
PPH
Setiap tambahan kemampuan ekonomis yg diterima /
diperoleh WP.
Baik yg berasal dari Indonesia maupun luar Indonesia
Yg dpt dipakai utk konsumsi atau utk menambah
kekayaan WP yg bersangkutan.
dgn nama & dlm bentuk apapun, termasuk:
a. Laba Usaha
b. Keuntungan karena penjualan / pengalihan
harta.
c. Penerimaan kembali pembayaran pajak yg tlh
dibebankan sbg biaya.
d. Bunga termasuk premium, diskonto, &
imbalan krn jaminan pengembalian utang.
e. Deviden, dg nama & dlm bentuk apapun
termasuk deviden dr prshn asuransi pd
pemegang polis, & pembagian hasil usaha
koperasi.
f. Royalti.
g. Sewa & penghasilan lain sehub.dg
penggunaan harta.
i. Keuntungan krn pembebasan utang, kecuali sampai dgn
jumlah tertentu yg ditetapkan dg PP.
j. Keuntungan krn selisih kurs mata uang asing.
k. Selisih lebih krn penilaian kembali aktiva.
l. Premi asuransi.
m. Iuran yg diterima/diperoleh perkumpulan dr anggotanya yg
terdiri dr WP yg menjlnkan usaha/pekerjaan bebas.
n. Tambahan kekayaan neto yg berasal dr penghasilan yg
belum dikenakan pajak.
o. penghasilan dari usaha berbasis syariah;
p. imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan
tata cara perpajakan; dan
q. surplus Bank Indonesia.
Dikenakan NON
FINAL OBYEK
(dikecualikan)
Penghasilan
Yang Dikenakan
Pajak Bersifat
Final
Konsekuensi dr Pengenaan
Pajak yg Bersifat Final
Penghasilan yg diterima/diperoleh tdk dihitung
kembali pajaknya pd saat penghitungan pajak
akhir tahun.
Pajak yg tlh dibayar/dipotong pd saat perolehan
penghasilan/saat transaksi tdk dpt dikreditkan
dg pajak terutang yg dihitung pd saat
penghitungan pajak akhir thn.
Biaya-biaya yg dikeluarkan sehub dg perolehan
penghasilan yg dikenakan pajak bersifat final
tdk dpt dikurangkan dr penghasilan sbg dasar
penghitungan pajak terutang.
PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPH FINAL
Jenis Penghasilan Dasar Hukum Tarif
Bunga Deposito PP 131 Th 2000 20%
Penjualan saham bursa PP 41 Th 1994 stdtd 0,1% dari nilai transaksi
PP 14 Th 1997 0,5% dari nilai saham saat
penawaran perdana
adalah orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan usaha kecil yang
memiliki dan menjalankan usaha produktif yang memenuhi kriteria sebagai
berikut :
a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah).
b. warisan;
c. harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai
pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal;
d. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa
yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau
kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah;
e. pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan,
asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa;
…lanjutan
f. dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan
terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, Badan Usaha Milik
Negara, atau Badan Usaha Milik Daerah, dari penyertaan modal pada
badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia
dengan syarat:
1) dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
2) bagi perseroan terbatas, Badan Usaha Milik Negara dan Badan
Usaha Milik Daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham
pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh
lima persen) dari jumlah modal yang disetor;
4
5
1 2 3
DANA SASARAN
peserta RETURN
PENSIUN INVESTASI
Iuran pensiun Saham di bursa Indonesia
Obligasi di bursa Indonesia
Deposito di Indonesia NON OBYEK PAJAK
NON OBYEK PAJAK Properti
Lembaga Keuangan
Agrobisnis
Usaha lainnya OBYEK PAJAK
i. bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham,
persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi;
CV AB Penghasilan 100.000 Jika ada gaji kepada pemilik,
Biaya 60.000 tdk boleh dikurangkan krn bagi
- bagianlaba Laba Bersih 40.000 Pemilik tidak dikenakan PPh
- Gaji/imbalan PPh 25% 10.000
A B Non Obyek Pajak jika dibagikan
Laba Setelah PPh 30.000
Kepada Pemiliknya
j. dihapus;
k. penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura
berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan
menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan
pasangan usaha tersebut:
1) merupakan perusahaan kecil, menengah, atau yang menjalankan
kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan; dan
2) sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.
l. beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya
diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan;
…lanjutan
PTKP (Setahun)
WP = 24.300.000
K = 2.025.000
I = 24.300.000
T @ (MAKS 3
Tanggungan) = 2.025.000
Ilustrasi
Penghasilan bruto 4.000.000.000
Penghasilan neto (menurut norma penghitungan penghasilan neto)
Misalnya 20%: 20% x Rp4.000.000.000 800.000.000
Pengurangan:
PTKP (Status kawin dengan satu anak) (K/1)
WP = 24.300.000
K = 2.025.000
I = -
T (1) = 2.025.000
Total 28.350.000 28.350.000
PKP 771.650.000
PPh terutang:
lapis 1 0-50 juta 5% x Rp50 juta 2.500.000
lapis 2 50 jt-250juta 15% x Rp200juta 30.000.000
lapis 3 250 jt-500jt 25% x Rp250juta 62.500.000
lapis 4 >500 Jt 30% x Rp271.650.000 81.495.000
Total PPh terutang 176.495.000
PAKAI NORMA (PASAL 14 AYAT 1)
SYARAT:
1. wajib pakai pencatatan
2. peredaranb bruto setahun < 4,8 milyar
3. hanya untuk WP OP
4. memberitahu ke KPP 3 bulan pertama kegiatan
usahanya
5. rumus norma:
5,00% 2.500.000
15,00% 12.266.250
JUMLAH 14.766.250
BACA BETUL PASAL 7
BACA BETUL PASAL 8
pajak menggunakan konsep PENGGABUNGAN PENGHASILAN
artinya penghasilan istri harus digabung dengan penghasilan suami
kecuali istri bekerja pada satu pemberi kerja (istri sebagai karyawati)
15,00% 30.000.000
38.831.250
jika PKP dalam bentuk satuan rupih maka untuk menghitung pajak terutang HARUS dibulatkan ke ribuan kebawah
(pasal 17 ayat 4)
contoh:
PPh terutang
jawab:
PPh terutang:
5% 2.500.000
15% 30.000.000
25% 18.862.500
51.362.500
SUBYEK PAJAK BADAN
Yg dimaksud dg Badan:
sekumpulan orang & atau modal yg merupakan
kesatuan, baik yg melakukan usaha maupun yg
tdk melakukan usaha yg meliputi:
• perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan
lainnya,
• BUMN, BUMD dg nama & bentuk apapun,
• firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi
sosial politik/organisasi yg sejenis, lembaga,
• BUT, & bentuk badan lainnya.
FORMULA PENGHITUNGAN
PPh BADAN
AKTIVITAS PENCATATAN
TRANSAKSI USAHA ………
KESIMPULAN:
PENGHASILAN
• Penjualan 1.000.000.000
• Penghasilan dari Luar Usaha 30.000.000 ..…… 1.030.000.000
BIAYA
• Harga Pokok Penjualan 700.000.000
• Biaya Usaha 230.000.000
• Biaya dari Luar Usaha 70.000.000 …… 1.000.000.000
LABA BERSIH ………………………….. 30.000.000
BAGAIMANA MENGHITUNG DASAR PENGENAAN PAJAK ..?
DEDUCTIBLE BIAYA
BIAYA-BIAYA deductible
Rp. 1.000.000.000 NON DEDUCTIBLE Rp. 860.000.000
LABA BERSIH
LABA BERSIH PROSES REKONSILIASI Rp 150.000.000
Rp 30.000.000
REKONSILIASI LAPORAN RUGILABA
untuk penghitungan PPh Badan
PERKIRAAN LAP. KOREKSI LAP.
KOMERSIAL FISKAL
Penjualan 1.000.000.000 0 1.000.000.000
Harga Pokok Penj. 700.000.000 25.000.000 675.000.000
LABA KOTOR 300.000.000 0 325.000.000
Biaya Usaha 230.000.000 100.000.000 130.000.000
LABA USAHA 70.000.000 125.000.000 195.000.000
Penghs. Luar Usaha 30.000.000 (20.000.000) 10.000.000
Biaya Luar Usaha (70.000.000) 15.000.000 (55.000.000)
LABA BERSIH 30.000.000 120.000.000 150.000.000
MENGAPA DILAKUKAN
KOREKSI …??
PERKIRAAN KOREKSI
Penjualan 0
LABA KOTOR 0
PENGHASILAN FINAL
Penghs. Luar Usaha (20.000.000) PENGHASILAN NON OBYEK PAJAK
70.000.000
PENGHASILAN KENA PAJAK …………………
37
Deductible Expenses
Pasal 6 UU PPh:
j. sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang
dilakukan di Indonesia yang ketentuannya diatur dengan
Peraturan Pemerintah;
k. biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya
diatur dengan Peraturan Pemerintah;
l. sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur
dengan Peraturan Pemerintah;
m. sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;
38
BIAYA-BIAYA LAINNYA
Pasal 6 dan 9 UU No. 36/2008 tentang Pajak Penghasilan
Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak
dalam negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan
berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan,
Apabila penghasilan bruto setelah pengurangan didapat
kerugian, kerugian tersebut dikompensasikan dengan
penghasilan mulai tahun pajak berikutnya berturut-turut
sampai dengan 5 (lima) tahun.
Pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat
lebih dari 1 (satu) tahun tidak dibolehkan untuk
dibebankan sekaligus, melainkan dibebankan melalui
penyusutan atau amortisasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 atau Pasal 11A.
Pengurang Penghasilan Bruto
Biaya Penyusutan
Persyaratan diatas tidak berlaku untuk piutang yang nyata-nyata tidak dapat
ditagih kepada debitur kecil atau debitur kecil lainnya.
DEBITUR KECIL
Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih kepada debitur kecil
adalah piutang debitur kecil yang jumlahnya tidak melebihi
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah), yang merupakan
gunggungan jumlah piutang dari beberapa kredit yang diberikan
oleh suatu institusi bank/lembaga pembiayaan dalam negeri
sebagai akibat adanya pemberian:
Kredit Usaha Keluarga Prasejahtera (Kukesra);
Kredit Usaha Tanu (KUT),
Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana (KPRSS),
Kredit Usaha Kecil (KUK);
Kredit Usaha Rakyat (KUR),
Kredit kecil lainnya dalam rangka kebijakan perkreditan Bank
Indonesia dalam mengembangkan usaha kecil dan koperasi.
Dalam hal ketentuan ini tidak dipenuhi, Biaya Promosi tidak dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto. 58
Biaya Perjamuan/Entertainment
SE-Dirjen Pajak No.27/PJ.22/1986 tanggal 13 Juni 1986
Psl 17 ayat (2b): Wajib Pajak badan dalam negeri yang berbentuk
perseroan terbuka yang paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari
jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan di bursa
efek di Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya dapat
memperoleh tarif sebesar 5% (lima persen) lebih rendah daripada
tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan ayat (2a) yang
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.
Dalam PP No. 81/PMK.03/2007 : ditambahkan syarat kepemilikan
saham publik adalah minimal 300 pihak.
FASILITAS PASAL 31E
Bagi WP Badan dengan Peredaran Bruto ≤ 50 Milyar
Contoh 1:
Peredaran bruto PT Y dalam tahun pajak 2009 sebesar Rp4.500.000.000,00 dgn PKP
sebesar Rp500.000.000,00
Penghitungan PPh yang terutang:
Seluruh PKP yang diperoleh dari peredaran bruto tersebut dikenai tarif sebesar 50% (lima
puluh persen) dari tarif Pajak Penghasilan badan yang berlaku karena jumlah peredaran
bruto PT Y tidak melebihi Rp4.800.000.000,00.
Pajak Penghasilan yang terutang:
(50% x 28%) x Rp500.000.000,00 = Rp70.000.000,00
Contoh 2:
Peredaran bruto PT X dalam tahun pajak 2009 sebesar
Rp30.000.000.000,00 dengan PKP sebesar Rp3.000.000.000,00.
Ilustrasi-1
Ilustrasi-2
- Negara B :
- PPh terhutang di negara B : 15% X Rp.500.000.000 = Rp. 75.000.000,-
- (500.000.000/1.250.000.000 X Rp.350.000.000) =
Rp.140.000.000,-
Besarnya PPh pasal 24 di negara B adalah Rp.75.000.000,--
Ilustrasi-3
PT.Faisal memperoleh penghasilan dalam tahun 2009 sbb :
1. Negara A, memperoleh penghasilan Rp.400.000.000,-- dengan
tarif pajak 20%
2. Negara B, memperoleh penghasilan Rp.500.000.000,-- dengan
tarif pajak 15%
3. Negara C, merugi sebesar Rp.150.000.000,-
4. Penghasilan usaha di Indonesia Rp.350.000.000,-
- Negara B :
- PPh terhutang di negara B : 15% X Rp.500.000.000 = Rp. 75.000.000,-
- (500.000.000/1.250.000.000 X Rp.350.000.000) =
Rp.140.000.000,-
Besarnya PPh pasal 24 di negara B adalah Rp.75.000.000,--
- Negara C : Nihil
Ilustrasi-4
- Negara B :
- PPh terhutang di negara B : 30% X Rp.600.000.000 = Rp.180.000.000,-
- (600.000.000/1.250.000.000 X Rp.350.000.000) =
Rp.168.000.000,-
Besarnya PPh pasal 24 di negara B adalah Rp.168.000.000,--
- Negara C : Nihil
Ilustrasi-5
- Negara B :
- PPh terhutang di negara B : 30% X Rp.600.000.000 = Rp.180.000.000,-
- (600.000.000/1.550.000.000 X Rp.434.000.000) = Rp.168.000.000,-
Besarnya PPh pasal 24 di negara B adalah Rp.168.000.000,--
- Negara C : Nihil
Ilustrasi 25-2
Berdasarkan ilustrasi 25-1 jika diketahui besarnya PPh pasal 25 tahun 2009 adalah sebesar
Rp.1.000.000 per bulan maka PPh pasal 29 tahun 2009 adalah :
Ilustrasi 25-2
PT.Amanah menyampaikan SPT Tahunan PPh Tahun 2009 pada Maret 2010 dan berdasarkan
perhitungan besarnya PPh Psl 25 tahun 2010 adalah sebesar Rp.3.000.000 . PPh pasal 25
Desember 2009 adalah sebesar Rp.2.500.000
Besarnya PPh Psl 25 Januari dan Februari 2010 masing-masing sebesar Rp.2.500.000
b. Jika dalam tahun berjalan, diterbitkan SKP untuk pajak tahun lalu
- Berdasarkan SKP dan berlaku mulai bulan berikutnya setelah bulan penerbitan SKP
- Besarnya SKP dapat menghasilkan Pajak Terhutang sama, lebih besar dan lebih kecil
Ilustrasi 25-3
Berdasarkan SPT Tahunan tahun 2008 yang disampaikan oleh PT.Amanah pada Maret 2009,
besaarnya PPh besarnya PPh Psl 25 tahun 2009 adalah sebesar Rp.3.000.000 . Pada bulan Mei
2009 terdapat pemeriksaan dan diterbitkan SKP untuk tahun pajak 2008 tertanggal 15 Juni 2009
dengan jumlah pajak terhutang yang harus dibayar sendiri sebesar Rp.24.000.000
Besarnya PPh Psl 25 terhitung mulai Juli 2009 adalah sebesar Rp.2.000.000
PAJAK PENGHASILAN PASAL 25
PERHITUNGAN BESARNYA PPH PSL 25 DALAM HAL-HAL TERTENTU :
c. Jika terdapat kerugian yang belum dikompensasi
- Berdasarkan Penghasilan Kena Pajak setelah diperhitungkan kompensasi kerugian
Ilustrasi 25-4
Penghasilan Kena Pajak PT. Diva Tahun 2009 sebesar Rp.200.000.000, sisa kerugian tahun
2006 yang belum dikompensasi sebesar Rp.50.000.000. PPh yang dipotong/dipungut pihak
ketiga (PPh Psl 23) sebesar Rp.7.500.000 dan PPh Psl 25 yang telah dibayar tahun 2009 setiap
bulannya sebesar Rp.1.500.000.