Secara umum insentif pajak merupakan penyimpangan dari ketentuan umum perpajakan yang
mengurangi beban pajak perusahaan dalam rangka mendorong investasi pada proyek atau sektor
tertentu.
Beban pajak yang lebih rendah dibandingkan dengan negara sekawasan dapat menarik investor
domestik maupun asing untuk menanam modal sehingga dapat menaikkan produk domestik bruto dan
kesejahteraan masyarakat.
Masyarakat pengusaha dan investor serta para pendukung insentif selalu berpendapat bahwa
insentif pajak mendorong investasi. mereka menyatakan bahwa pemberian-proper insentif
pajak akan meningkatkan investasi dalam rangka pembangunan ekonomi, yang dibentuk dan
dipupuk dari dalam perekonomian sendiri dan diperbesar oleh arus investasi asing.
Insentif pajak disukai investor karena langsung dirasakan manfaatnya dalam bentuk
penghematan cash flow yang dapat dibelanjakan untuk keperluan produktif atau investasi lainya
Akan terjadi pelarian modal (capital flight) dari satu negeri ke lain negeri
Insentif pajak bukan merupakan satu-satunya unsur pendorong investasi
Sektor ekonomi dari insentif mendistorsi harga relatif sehingga terjadi misalokasi sumberdaya
Pemberian keringanan pajak pada suatu sektor menimbulkan ketidakadilan distribusi beban
penerimaan antar sektor insentif pajak menyebabkan kompleksitas sistem pajak sehingga
membutuhkan biaya pemantauan dan pengawasan
Harmonisasi pengaturan pemberian fasilitas penanaman modal terjadi dalam tahun 1970 ketika terjadi
perubahan Ordonansi Pajak Perseroan 1925 dengan UU No 8 tahun 1970
Fasilitas tax holiday diberikan minimal 2 tahun dan paling lama 6 tahun dari saat mulai berproduksi
kepada badan baru dalam Pasal 1a, sedangkan pengurang laba berupa investment allowance diberikan
selama 4 tahun @5% dari investasi dalam Pasal 4b Ordonansi Pajak Perseroan 1925
Pengaturan ganda fasilitas pajak (dual regulated tax facilities) dalam UU Pajak dan UU lainnya demikan
direstorasi lagi pada tahun 2007 karena selain disediakan dalam Undang-undang No 17 tahun 2000
tentang Perubahan Ketiga UUPPh, Undang-undang No 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal
(UUPM) juga mengatur fasilitas PPh.
Fasilitas Pajak Bidang Usaha Tertentu Dan Daerah Tertentu Menurut UU PPh
A. Fasilitas PPh ini dapat diberikan kepada wajib pajak dalam negeri yang berbentuk:
1. Perseroan terbatas
2. Koperasi yang melakukan penanaman modal baik untuk penanaman modal baru dan
perluasan dari usaha yang telah ada
* Penanaman modal adalah investasi berupa aktiva tetap berwujud termasuk tanah yang digunakan
untuk kegiatan utama usaha.
B. Bidang-bidang usaha tertentu adalah bidang usaha di sektor kegiatan ekonomi yang
mendapat prioritas tinggi dalam skala nasional. Daerah-daerah tertentu adalah daerah yang
secara ekonomis mempunyai potensi yang layak dikembangkan.
C. Kepada wajib pajak tersebut dapat diberikan fasilitas pajak penghasilan dalam bentuk:
1. Pengurangan penghasilan neto sebesar 30% dari jumlah penanaman modal, dibebankan
selama 6 tahun masing-masing sebesar 5% per tahun.
2. Penyusutan dan amortisasi dipercepat.
3. Pengenaan pajak penghasilan atas dividen yang dibayarkan sebesar 10% atau tarif yang
lebih rendah menurut persetujuan penghindaran pajak berganda yang berlaku.
Pengurangan pajak penghasilan badan tersebut mulai dapat dimanfaatkan wajib pajak sejak tahun pajak
saat mulai berproduksi komersial.saat mulai berproduksi komersial adalah saat pertama kali hasil
produksi dari kegiatan usaha utama dijual ke pasaran dan/atau digunakan sendiri untuk proses produksi
lebih lanjut.
Tidak memenuhi kriteria wp badan yang dapat diberikan fasilitas pembebasan atau
pengurangan pajak penghasilan badan dan persyaratannya
Tidak memenuhi ketentuan penyampaian laporan setelah wp memperoleh fasilitas pembebasan
atau pengurangan pajak penghasilan badan
PPh Ditanggung Pemerintah Atas Penghasilan Dari Proyek Pemerintah Dengan Dana Hibah /
Perjalanan Luar Negeri
PP Nomor 42 Tahun 1995 dan PP Nomor 25 Tahun 2001 memberikan beberapa pengaturan sebagai
berikut :
PPh yang terutang atas penghasilan yang diterima / diperoleh kontraktor, konsultan dan pemasok
(supplier) utama dari pekerjaan yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan proyek proyek pemerintah
yang dibiayai dengan dana hibah atau dana pinjaman LN, ditanggung pemerintah (DTP), Pajak DTP hanya
atas bagian penghasilan dari pelaksanaan proyek pemerintah yang dananya dibiayai dengan hibah atau
dana pinjaman LN
Adanya tambahan pengurangan penghasilan neto sebesar 30% dari biaya langsung produksi
untuk wajib pajak dalam negeri (WPDN) yang memproduksi alat kesehatan (masker bedah,
respirator N95, pakaian pelindung, sarung tangan bedah dan pemeriksaan, ventilator dan
reagan test) atau perbekalan kesehatan rumah tangga (antiseptic hand sanitizer dan disinfektan)
untuk COVID-19.
Wajib pajak orang pribadi yang memberi sumbangan untuk COVID-19 maka sumbangan
tersebut dapat menjadi pengurang penghasilan bruto sebesar nilai yang sesungguhnya
dikeluarkan. Sumbangan tersebut perlu didukung oleh bukti penerimaan dan diterima
penyelenggara pengumpulan sumbangan yang memiliki NPWP seperti BNPB, BPBD,
Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Kementerian Sosial (Kemensos) atau lembaga
pengumpulan sumbangan berizin Kemensos / Pemda. Namun, pengurangan tersebut harus
dipilih salah satu antara mengikuti aturan PP 29/2020 atau PP 93/2010
PP 29/ 2020 membahas tarif 0% pada PPh 21 bersifat final untuk tambahan penghasilan drai
pemerintah berupa honorarium atau imbalan yang diterima wajib pajak orang pribadi untuk
tenaga kesehatan (tenaga kesehatan sesuai peraturan kesehatan dan tenaga pendukung
kesehatan seperti asisten, tenaga kebersihan, administrasi, pemulasaran jenazah, pengemudi
ambulans dan pendukung kesehatan yang lain) yang mendapat penugasan menangani COVID-19
Penghasilan WP dari pemerintah yang dikenakan PPh Final 0% atas kompensasi atau
penggantian dari persewaan harta berupa tanah, dan atau bangunan sesuai PP 34/2017 dan
sewa serta penghasilan lain sehubungan harta selain tanah/bangunan
Pembelian kembali saham yang diperjualbelikan di bursa untuk WP Perseroan Terbatas yang
ingin mendapat penurunan tarif 3%. Maka, 40% saham yang disetor, diperdagangkan pada
Bursa Efek Indonesia (BEI) / dimiliki publik minimal 300 pihak. Pihak hanya boleh memiliki saham
kurang dari 5% dan dipenuhi paling singkat 183 hari kalender dalam 1 tahun. Pihak, tidak
termasuk WP yang membeli kembali saham dan/atau yang memiiki hubungan istimewa dengan
Wajib Pajak