Anda di halaman 1dari 3

KELOMPOK 4

1. Clarissa Elsi S 185030407111039


2. Juli Wulandari 185030407111019
3. Nur Anisatul Arifiani 195030407111022
4. Della Febrina Utomo 195030400111018
5. Devinia Putri Ramadhanti 195030400111053
6. Safira Azzahra 195030407111016
Resume
“Fasilitas Pajak Penghasilan Badan”
A. Insentif Pajak Dalam Rangka Menarik Investasi
Secara umum, insentif pajak merupakan penyimpangan dari ketentuan umum
perpajakan yang mengurangi beban pajak perusahaan dalam rangka mendorong investasi
pada proyek atau sector tertentu. Beban pajak yang rendah disbanding Negara sekawasan
dapat menarik investor domestic dan asing untuk menanam modal sehingga meningkatkan
produksi nasional, memperluas lapangan kerja, kegiatan ekonomi penunjang produksi dan
memberikan penghasilan pada masyarakat yang akhirnya menaikan produk domestic bruto
dan kesejahteraan masyarakat.
Kebanyakan insentif ditujukan pada investasi langsung (direct investment) daripada
investasi portofolio, pada investasi riil (real investment) dalam kegiatan produktif bukani
nvestasi dalam asset financial. Insentif dapat disediakan pada investor asing dengan alas an
terdapat ketidakcukupan modal dalam negeri untuk peningkatan pembangunan ekonomi
guna mencapai tingkat pertumbuhan tertentu dalam rnagka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Insentif dapat mengimbangi ketidaknyamanan situasi yang dihadapi investor
seprti kekurangan dan rendahnya kualitas infrastruktur, peraturan perundang-undangan yang
komplikatif dan ketinggalan zaman, kompleksitas dan inefisien serta korup dan kelemahan
birokrasi dan administrasi, di segala bidang termasuk perpajakan. Solusi masalah dimaksud
termasuk reformasi semua peraturan perundang-undangan bermasalah, membangun
kepabilitas dan integritas administrasi dan birokrasi serta infrastruktur yang mencukupi.
Waluapun semua kekurnagan dalam perundang-undangan dan adminitrasi serta birokrasi
diperbaiki namun insentif pajak tetap diberikan dalam rangka pengembangan wilayah
peningkatan sector ekonomi tertentu karena perbaikan dimaksud dirasa belum efektif
menekan beban pajak.
B. Fasilitas Pembebasan Atau Pengurangan Pph Menurut Uu Pm
Atas kuasa Pasal 18(7) UUPM dan sekaligus PP 62 tahun 2008 dan PP 94 tahun
2010, PMK 130/PMK.011/2010 memberikan beberapa pengaturan berikut :
 WP badan baru berhak atas pembebasan PPh dalam waktu sekurang-kurangnya 5 tahun
dan selama-lamanya 10 tahun sejak tahun pajak dimulainya produksi komersiil. Setelah
selesai masa bebas pajak, WP badan dapat diberi 50% pengurangan PPh terutang
selama 2 tahun.
 Menteri Keuangan dapat memberikan pembebasan atau pengurangan PPh melebihi
jangka waktu di atas.
 WP badan baru yang berhak atas pembebasan atau pengurangan PPh badan dengan
syarat: (1) industri pionir, (2) rencana investasi yang telah disetujui paling kurang
sebesar Rp1 trilyun, (3) menempatkan paling kurang 10% dana rencana investasi di
perbankan di Indonesia dan tidak boleh ditarik sebelum dimulainya realisasi investasi,
dan (4) harus berbadan hukum Indonesia dan disahkan paling lama 12 bulan sebelum
PMK ini berlaku.
 Industri pionir meliputi industri: (1) logam dasar, (2) pengilangan minyak bumi dan/atau
kimia dasar organik yang bersumber dari migas bumi, (3) permesinan, (4) di bidang
sumber daya terbarukan, dan/atau (5) peralatan komunikasi. Menteri Keuangan dapat
menetapkan industri pionir lainnya yang mendapat pembebasan atau pengurangan PPh
badan.
 Fasilitas pembebasan atau pengurangan PPh badan dapat diberikan jika telah (1)
merealisasi seluruh investasi dengan laporan menurut tatacara Perdirjen Pajak, dan (2)
berproduksi secara komersial yang saat mulainya ditetapkan oleh Dirjen Pajak berdasar
tatacara menurut Perdirjen Pajak.
 Prosedur dan tata cara pemberian fasilitas sebagai berikut :
a. Menyampaikan permohonan kepada Menteri Perindustrian atau kepala BKPM,
b. Setelah berkoordinasi dengan Menteri terkait, Memperin/Kepala BKPM menyampaikan
usul pada Menkeu dengan lampiran fotokopi (i) kartu NPWP, (ii) surat persetujuan
penanaman modal terbitan kepada BKPM lengkap dengan rincian, dan (iii) bukti
penempatan dana di perbankan di Indonesia. Usulan disertai dengan uraian penelitian
tentang : (i) ketersediaan infrastruktur di lokasi investasi, (ii) penyerapan tenaga
domestic, (iii) pemenuhan kriteria industry pionir, (iv) rencana tahapan alih teknologi
secara jelas dan konkrit, dan (v) adanya ketentuan tax sparing di negara domisili.
c. Setelah berkonsultasi dengan Presiden, berdasar pertimbangan dari komite verifikasi
yang dilampiri dengan hasil penelitian, verifikasi, dan rekomendasi dengan
berkonsultasi pada Menko Perekonomian, Menteri Keuangan dapat menerbitkan
persetujuan/penolakan pemberian fasilitas pembebasan atau pengurangan PPh.
d. WP yang disetujui permohonan fasilitasnya harus secara berkala melaporkan
penggunaan dana investasi yang ditempatkan di perbankan dan realisasi investasi yang
telah diaudit secara berkala sejak mulai sampai dengan realisasi seluruh investasi
kepada Dirjen Pajak dan Komite Verifikasi (diatur lebih lanjut dalam Perdirjen
No.44/PJ/2011).

C. PPh Ditanggung Pemerintah Atas Penghasilan Dari Proyek Pemerintah Dengan Dana
Hibah/Pinjaman Luar Negeri
PP Nomor 42 Tahun 1995 stdtd PP Nomor 25 Tahun 2001 memberikan beberapa
pengaturan sebagai berikut:
- PPh yang terutang atas penghasilan yang diterima atau diperoleh kontraktor, konsulta
dan pemasok (supplier) utama dari pekerjaan yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan
proyek-proyek pemerintah yang dibiayai dengan dana hibah dan atau dana pinjaman LN,
ditanggung pemerintah (DTP). Pajak DTP hanya atas bagian penghasilan dari
pelaksanaan proyek pemerintah yang dananya dibiayai dengan hibah atau dana
pinjaman.

D. Fasilitas Bagi Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu


1. Beberapa pengertian
 Ketentuan terdapat dalam PP Nomor 20 tahun 2000 sebagaimana telah dibuah dengan PP
No 147 Tahun 2000
 Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu merupakan wilayah geografis dengan batas-
batas tertentu yang memenuhi persyaratan:
a. Memiliki potensi untuk cepat tumbuh ; dan/atau
b. Mempunyai sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi diwilayah
sekitarnya dan/atau
c. Memerlukan dana investasi yang besar bagi pengembangannya.
2. Jenis Fasilitas dan Perpajakan (PPh) di Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu
a. Pengurangan penghasilan neto sebesar 30% (tiga puluh persen) dari jumlah penanaman
modal yang dilakukan.
b. Penyusutan dan amortisasi dipercepat, sebagai berikut:

Kelompok Harta Masa Tarif Penyusutan


Manfaat Garis Lurus Saldo
Menurun
I. Bukan Bangunan dan
Harta Tak Berwujud
Kelompok 1 2 Tahun 50% 100%
Kelompok 2 4 Tahun 25% 50%
Kelompok 3 8 Tahun 12,5% 25%
Kelompok 4 10 Tahun 10% 20%
II. Bangunan
Permanen 10 Tahun 10%
Tidak Permanen 5 Tahun 20%

c. Kompensasi kerugian fiskal mulai tahun berikutnya berturut-turut sampai dengan paling
lama 10 tahun.
d. PPh atas dividen yang dibayarkan kepada WPLN sebesar 10% atau tarif yang lebih
rendah menurut P3B yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai