Anda di halaman 1dari 5

NAMA : COKORDA ISTRI AGUNG MAHAYUNI

NPM :202010121122
KELAS : C6
MATA KULIAH : HUKUM PAJAK
TANGGAL : 7 JULI 2023

UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP 2022/2023

SOAL:
1. Pemerintah menetapkan Wajib Pajak yang melakukan usaha di Kawasan Ekonomi Khusus
diberikan insentif berupa pembebasan atau keringanan pajak daerah dan retribusi daerah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagaimana diatur dalam Pasal 35
ayat (1)
Pertanyaan :
Apakah tujuan pemerintah memberikan insentif pajak ?
2. Untuk mempermudah Pelaku Usaha dalam melakukan investasi, Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2023 tentang PERPU No.2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja menjadi Undang-Undang,
Klaster Perpajakan diatur Dalam Bab VI: Pasal 105 Bagian Ketujuh, terdiri dari 4 pasal yang
mengubah, menghapus, atau menetapkan pengaturan baru beberapa ketentuan Perpajakan
yaitu :
1. Pasal 111 terkait Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
2. Pasal 112 terkait Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
3. Pasal 113 terkait Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021
tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan.
4. Pasal 114 terkait Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Pertanyaan:
1.Siapakah yang dimaksud subyek pajak berdasarkan Pasal 111 ?
2.Sebutkan pasal-pasal yang diubah, dihapus, atau menetapkan pengaturan baru sebagaimana
diatur dalam Pasal 112
3.Bagaimanakah rumusan norma hukum Pasal 114 ?

3. PT. Sejahtera memproduksi mobil tergolong mewah (Barang Kena Pajak/BKP) senilai
Rp.1.000.000.000. Keuntungan yang diinginkan sebesar Rp.100.000.000. PT. Sejahtera
juga membeli AC dan memasangnya pada mobil yang diproduksinya. Atas perolehan AC
tersebut PT. Sejahtera harus membayar PPnBM (Pajak Penjualan atas Barang mewah) senilai
Rp.500.000. Sehingga harga jual mobil menjadi sebesar Rp.1.100.500.000.
Pertanyaan:
a.Berapa besaran Dasar Pengenaan Pajak (DPP) atas mobil yang tergolong mewah tersebut ?
b.Bagaimana perhitungan PPn yang terhutang atas penyerahan BKP tergolong mewah
tersebut ? c.Bagaimana perhitungan PPnBM yang terhutang atas penyerahan BKP
tergolong mewah tersebut ?
d.Berapa besaran PPn dan PPnBM yang harus dibayarkan PT. Sejahtera ?
JAWABAN

1. Tujuan pemerintah memberikan insentif pajak bagi Wajib Pajak yang melakukan usaha
di Kawasan Ekonomi Khusus adalah untuk mendorong investasi dan pertumbuhan ekonomi di
kawasan tersebut. Beberapa tujuan khusus yang ingin dicapai melalui pemberian insentif pajak
adalah sebagai berikut:
 Menarik Investasi: Dengan memberikan pembebasan atau keringanan pajak daerah dan
retribusi daerah, pemerintah berharap dapat menarik lebih banyak investor untuk
mendirikan dan mengembangkan usaha di Kawasan Ekonomi Khusus. Insentif ini dapat
menjadi daya tarik tambahan bagi para pelaku usaha, karena mereka dapat mengurangi
beban pajak dan biaya operasional, sehingga meningkatkan daya saing dan keuntungan
investasi.
 Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi: Dengan adanya lebih banyak investasi di Kawasan
Ekonomi Khusus, diharapkan akan terjadi peningkatan aktivitas ekonomi di wilayah
tersebut. Hal ini dapat berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan,
termasuk peningkatan lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat, dan
peningkatan kontribusi sektor usaha terhadap perekonomian nasional.
 Pengembangan Infrastruktur dan Wilayah: Melalui pemberian insentif pajak, pemerintah
juga dapat mendorong pengembangan infrastruktur dan wilayah di Kawasan Ekonomi
Khusus. Dengan adanya investasi yang lebih banyak, akan terjadi peningkatan
pembangunan fasilitas dan infrastruktur pendukung, seperti jalan, jaringan listrik, air
bersih, dan telekomunikasi. Hal ini dapat memperbaiki aksesibilitas, memperluas potensi
bisnis, dan meningkatkan kualitas hidup di kawasan tersebut.
 Peningkatan Daya Saing Global: Kawasan Ekonomi Khusus seringkali didirikan dengan
tujuan meningkatkan daya saing suatu negara atau wilayah di pasar global. Dengan
memberikan insentif pajak kepada Wajib Pajak yang beroperasi di kawasan ini, pemerintah
berharap dapat meningkatkan daya tarik investasi dan mendorong perusahaan-perusahaan
untuk bersaing di pasar internasional. Insentif pajak tersebut dapat membantu perusahaan
mengurangi biaya produksi dan meningkatkan keuntungan, sehingga mereka dapat
bersaing dengan perusahaan dari negara lain.

Dengan memberikan insentif pajak kepada Wajib Pajak di Kawasan Ekonomi Khusus,
pemerintah berupaya menciptakan lingkungan bisnis yang menguntungkan dan mendukung
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
2.

2.1 Subyek pajak berdasarkan pasal 111 :


 Orang pribadi: Orang pribadi sebagai Subjek Pajak dapat bertempat tinggal atau berada
di Indonesia ataupun di luar Indonesia.
 Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan: Subjek Pajak pengganti,
menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli waris. Penunjukan warisan yang belum
terbagi sebagai Subjek Pajak pengganti dimaksudkan agar pengenaan pajak atas
penghasilan yang berasal dari warisan tersebut tetap dapat dilaksanakan.
 Badan: sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha maupun tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas,
perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah
dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun,
persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau
organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap dan bentuk badan lainnya
termasuk reksadana.
 Bentuk usaha tetap: bentuk usaha tetap ditentukan sebagai Subjek Pajak tersendiri,
terpisah dari badan. Oleh karena itu, walaupun perlakuan perpajakannya dipersamakan
dengan Subjek Pajak badan, untuk pengenaan Pajak Penghasilan, bentuk usaha tetap
mempunyai eksistensinya sendiri dan tidak termasuk dalam pengertian badan.Badan
Usaha Milik Negara dan Daerah merupakan Subjek Pajak tanpa memperhatikan nama
dan bentuknya, sehingga setiap unit tertentu dari badan Pemerintah, misalnya lembaga,
badan, dan sebagainya yang dimiliki oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan untuk memperoleh penghasilan
merupakan Subjek Pajak.

2.2 Pasal-pasal yang diubah, dihapus, atau menetapkan pengaturan baru sebagaimana
diatur dalam Pasal 112 yaitu
Dalam pasal 112 beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983
tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1983, yang diubah adalah Pasal 1A, Pasal 4A, dan pasal 13.
Ketentuan Pasal 1A diubah sehingga berbunyi :
Pasal 1A
Yang termasuk dalam pengertian penyerahan Barang Kena Pajak adalah:
a. penyerahan hak atas Barang Kena Pajak karena suatu perjanjian;
b. pengalihan Barang Kena Pajak karena suatu perjanjian sewa beli dan/atau
perjanjian sewa guna usaha (leasing)
c. penyerahan Barang Kena Pajak kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang;
d. pemakaian sendiri dan/atau pemberian cuma-cuma atas Barang Kena Pajak;
e. Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula
tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan;
f. penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau
penyerahan Barang Kena Pajak antarcabang

pasal 4A
Pasal 4A ayat 2 huruf a : yaitu jenis barang yang tidak dikenai pajak pertambahan nilai
adalah barang tertentu dalam kelompok barang hasil pertambangan atau hasil
pengeboran yang diambil dari langsung sumbernya artinya hasil pertambangan
batubara tidak termasuk jenis barang yang tidak dikenai PPN

2.3 Rumusan norma hukum Pasal 114 adalah norma hukum tunggal yaitu norma hukum
yang berdiri sendiri dan tidak diikuti dengan norma hukum lainnya. Isinya hanya das sollen
(suruhan) yang mengatur mengenai pajak daerah dan retribusi daerah dalam rangka
penciptaan lapangan kerja sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang
tentang Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

3.

a.Berapa besaran Dasar Pengenaan Pajak (DPP) atas mobil yang tergolong mewah
tersebut ?

JAWAB :
a. DPP = 100/111 x nilai penjualan
= 100/111 x 1.100.500.000

= 991.441.441,4

Jadi, besaran Dasar Pengenaan Pajak (DPP) atas mobil yang tergolong mewah tersebut
adalah Rp.991.411.441,4

b.Bagaimana perhitungan PPn yang terhutang atas penyerahan BKP tergolong


mewah tersebut ?

JAWAB :

Perhitungan PPn (Pajak Pertambahan Nilai) yang terhutang atas penyerahan Barang
Kena Pajak (BKP) tergolong mewah adalah:
PPN = 11% x DPP

= 11% x 991.441.441,4
= 109.058.558,6

Jadi, PPn yang terhutang atas penyerahan mobil tersebut adalah Rp.109.058.558,6.

c.Bagaimana perhitungan PPnBM yang terhutang atas penyerahan BKP tergolong


mewah tersebut ?

JAWAB :

Untuk menghitung PPnBM yang terhutang atas penyerahan BKP tergolong mewah, kita
perlu mengurangi DPP (Dasar Pengenaan Pajak) dari harga jual mobil.
PPnBM = 20% x PPN

= 20% x 109.058.558,6
= 21.881.711,7

Jadi, berdasarkan informasi yang diberikan, besaran PPnBM yang terhutang atas
penyerahan BKP tergolong mewah tersebut adalah Rp 21.881.711,7.

d.Berapa besaran PPn dan PPnBM yang harus dibayarkan PT. Sejahtera ?

JAWAB :
Besaran PPn dan PPnBM yang harus dibayarkan PT. Sejahtera
- Besaran PPN yang harus dibesarkan oleh PT. Sejahtera adalah RP 109.058.558,6
- Besaran PPnBM yang harus dibayarkan oleh PT. Sejahtera adalah RP 21.881.711,7

Anda mungkin juga menyukai