Anda di halaman 1dari 10

PERENCANAAN PAJAK DENGAN

PEMANFAATAN BERAGAM
FASILITAS PERPAJAKAN

Presented By.
1. Etika Novitasari
2. Alda Rizky Palupi Dewi

PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI (PPAk)


STIE MALANGKUCECWARA MALANG
ANGKATAN IX
2016
FASILITAS PAJAK PENGHASILAN (PPh)
1. Fasilitas PPh Untuk WP Badan Yang Berlaku Umum
Pasal 31E ayat 1 UU No.07 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
sekarang berubah menjadi UU No.36 Tahun 2008 (UU PPh) :
“WP Badan dalam negeri dengan peredaran bruto s.d Rp.50M mendapat
fasilitas pengurangan tarif 50% dari tarif normal sebesar 25% (Pasal 17
ayat 1b dan 2a) yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari
peredaran bruto s.d Rp.4,8M dengan syarat :
● Atas peredaran brutonya tidak dikenakan PPh final (Pasal 4 ayat 2
tentang Pemotongan PPh Final).
● Pengurangan tarif 50% dari tarif Pasal 17 ayat 1b UU PPh dikenakan
atas Penghasilan Kena Pajak dari peredaran bruto s.d Rp.4,8M.”
Jika Penghasilan Kena Pajak dibawah Rp.4,8M, maka :

Jika Penghasilan Kena Pajak diatas Rp.4,8M, maka :


1) Dihitung terlebih dahulu jumlah PKP yang memperoleh fasilitas
kemudian dikenakan PPh Badan dengan fasilitas Pasal 31 E

2) Hitung Hitung PKP non-fasilitas kemudian dikenakan PPh Badan


dengan tarif dasar normal 25%

3) Jumlahkan PPh Badan ber-fasilitas dengan PPh Badan non-fasilitas,


maka akan didapat jumlah PPh Badan yang terutang

Contoh Kasus 1
Pada Tahun 2014 PT Makmur memperoleh peredaran bruto dari usahanya
sebesar Rp.10M. Setelah dilakukan rekonsiliasi fiskal diketahui PKP sebesar
Rp.1M. Berdasarkan ilustrasi tersebut PT Makmur dapat menghitung PPh
Badan dengan fasilitas Pasal 31 E, yaitu :
PPh Badan terutang = 50% x 25% x Rp.1M = Rp.125,000,000
(www.bayar-pajak.blogspot.co.id/2013/06/menghitung-pph-badan-dengan-fasilitas.html?m=1)
Contoh Kasus 2
Total peredaran bruto PT B tahun pajak 2015 sebesar Rp.6M, rinciannya :
a) Peredaran bruto dari penghasilan :
1) PPh Final (PP No.46 Th 2013) Rp.4,500,000,000
2) PPh Final atas jasa konstruksi Rp. 500,000,000
3) PPh tidak Final Rp.1,000,000,000
Penghasilan Bruto Rp 6,000,000,000
b) Biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan :
1) PPh Final (PP No.46 Th 2013) Rp.4,000,000,000
2) PPh Final atas jasa konstruksi Rp. 200,000,000
3) PPh tidak Final Rp. 800,000,000
Jumlah (Rp.5,000,000,000)
c) Penghasilan Neto Rp.1,000,000,000
d) Koreksi Fiskal :
1) Peredaran bruto yang dikenai PPh Final (Rp.4,500,000,000)
2) Peredaran bruto yang dikenai PPh Final (Rp. 500,000,000)
3) Biaya untuk mendapatkan, menagih dan Rp.4,000,000,000
4) Biaya untuk mendapatkan, menagih dan (Rp. 200,000,000)
Jumlah (Rp. 800,000,000)
e) Jumlah penghasilan neto setelah koreksi fiskal Rp. 200,000,000
f) Kompensasi kerugian Rp. 0
g) Penghasilan Kena Pajak Rp. 200,000,000

Penghitungan Pajak Penghasilan Terutang Tahun 2015 :


a. PKP ber-fasilitas = 𝑅𝑝.4,800,000,000
𝑅𝑝.6,000,000,000
𝑥𝑅𝑝. 200, 000, 000 = 𝑅𝑝. 160, 000, 000

b. PKP non-fasilitas = Rp.200,000,000 – Rp.160,000,000 = Rp.40,000,000


c. PPh Badan Terutang :
PKP ber-fasilitas = 50% x 25% x Rp.160,000,000 = Rp.20,000,000
PKP non-fasilitas = 25% x Rp.40,000,000 = Rp.10,000,000
Pajak Penghasilan Terutang Rp.30,000,000
(www.ortax.org/ortax/?mod=studi&page=show&id=79)

**Note :
Sepanjang akumulasi peredaran bruto tidak melebihi Rp.50M, maka tarif PPh
Badan yang diterapkan atas PKP mengikuti tarif sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 31E ayat 1 UU PPh.
2. Fasilitas PPh Untuk WP Badan Yang Berlaku Khusus
a. Fasilitas Pasal 17 ayat 2b UU PPh (PP No.77 Tahun 2013 pasal 2 ayat 1)
WP Badan dalam negeri yang berbentuk Perseroan Terbuka dapat
memperoleh penurunan tarif pajak penghasilan sebesar 5% lebih rendah
dari tarif pajak penghasilan WP Badan dalam negeri dengan syarat :
1) Paling sedikit 40% dari jumlah keseluruhan saham yang disetor
dicatat untuk diperdagangkan di Bursa Efek di Indonesia dan
masuk dalam penitipan kolektif di lembaga penyimpanan dan
penyelesaian.
2) Saham sebagaimana dimaksud huruf a harus dimiliki oleh paling
sedikit 300 pihak.
3) Masing-masing pihak sebagaimana yang dimaksud dalam huruf b
hanya boleh memiliki saham kurang dari 5% dari keseluruhan
saham yang ditempatkan dan disetor penuh.
4) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b dan c harus
dipenuhi dalam waktu paling singkat 183 hari kalender dalam
jangka waktu satu tahun pajak.
Contoh Kasus
Pada tahun 2015 saham PT.Y, Tbk yang disetor dicatat untuk diperdagangkan
di Bursa Efek Indonesia sebesar 60%. Saham yang disetor dicatat untuk
diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia yang dimiliki oleh 400 pihak,
masing-masing pihak memiliki persentase kepemilikan tidak melebihi 5%.
Kondisi tersebut terjadi selama 182 hari dalam 1 tahun pajak. PT.Y,Tbk
memenuhi syarat, sehingga PT.Y, Tbk memperoleh fasilitas penurunan tarif.
Jumlah PKP dalam tahun pajak 2015 adalah Rp.1,25M.
PPh Terutang = (25% - 5%) x Rp.1,25M = Rp.250,000,000
(www.ortax.org/ortax/?mod=studi&page=show&id=79)

b. Fasilitas Pasal 31 A UU PPh


WP Badan yang melakukan penanaman modal baik di bidang usaha
tertentu dan/atau daerah tertentu, mendapatkan prioritas tinggi dalam
skala nasional untuk diberikan fasilitas perpajakan, yaitu :
1) Pengurangan penghasilan neto 30% dari jumlah penanaman
modal, dibebankan selama 6 tahun masing-masing sebesar 5% per
tahun.
Contoh Kasus
(www.pajak.go.id/content/seri-pph-fasilitas-pajak-penghasilan-bagi-wajib-pajak-yang-menanamkan-mod
al-pada-bidang)
PT ABC melakukan penanaman modal sebesar Rp.100M berupa pembelian
aktiva tetap berupa tanah, bangunan dan mesin. Terhadap PT ABC dapat
diberikan fasilitas pengurangan penghasilan neto = 5% x Rp.100M = Rp.5M
setiap tahun selama 6 tahun yang dimulai sejak tahun pemberian fasilitas.
2) Penyusutan dan amortisasi yang dipercepat
Kelompok Masa Manfaat Tarif Penyusutan dan
Aktiva Tetap Amortisasi
Berwujud Garis Lurus Saldo
Menurun
Bukan Bangunan :
Kelompok I 2 tahun 50% 100%
Kelompok II 4 tahun 25% 50%
Kelompok III 8 tahun 12,5% 25%
Kelompok IV 10 tahun 10% 20%
Bangunan :
Permanen 10 tahun 10% -
Tidak 5 tahun 20% -
Permanen
3) Pengenaan Pajak Penghasilan atas deviden yang dibayarkan
kepada subjek Pajak Luar Negeri sebesar 10% atau tarif yang lebih
rendah menurut Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda yang
berlaku.
Contoh Kasus
(www.pajak.go.id/content/seri-pph-fasilitas-pajak-penghasilan-bagi-wajib-pajak-yang-menanamkan-mod
al-pada-bidang)
Investor dari negara X memperoleh deviden dari WP Badan dalam negeri yang
telah ditetapkan untuk memperoleh fasilitas berdasarkan Peraturan
Pemerintah No.01 Tahun 2007 sebagaimana telah diubah dengan PP No.52
Tahun 2011. Apabila investor X tersebut berkedudukan di negara yang belum
memiliki Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) dengan Pemerintah
RI atau berkedudukan di negara yang telah memiliki P3B dengan Pemerintah
RI dengan tarif pajak deviden untuk WP luar negeri 10% atau lebih, maka atas
deviden hanya akan dikenakan PPh di Indonesia sebesar 10%. Namun, apabila
investor X tersebut berkedudukan di suatu negara yang telah memiliki P3B
dengan Pemerintah RI dengan tarif pajak deviden tersebut dikenakan PPh di
Indonesia sesuai tarif yang diatur dalam P3B tersebut.
4) Kompensasi kerugian yang lebih lama dari 5 tahun tetapi tidak
lebih dari 10 tahun.
● Tambahan 1 tahun : Apabila penanaman modal baru pada
bidang usaha yang diatur pada ayat 1a dilakukan di kawasan
industri dan kawasan berikat
● Tambahan 1 tahun : Apabila mempekerjakan
sekurang-kurangnya 500 orang tenaga kerja Indonesia selama
5 tahun berturut-turut
● Tambahan 1 tahun : Apabila penanaman modal baru
memerlukan investasi/pengeluaran untuk infrastruktur
ekonomi dan sosial di lokasi usaha paling sedikit sebesar
Rp.10M
● Tambahan 1 tahun : Apabila mengeluarkan biaya penelitian
dan pengembangan di dalam negeri dalam rangka
pengembangan produk atau efisiensi produksi paling sedikit
5% dari investasi dalam jangka waktu 5 tahun dan/atau
● Tambahan 1 tahun : Apabila menggunakan bahan baku
dan/atau komponen hasil produksi dalam negeri paling sedikit
70% sejak tahun ke-4.
Contoh Kasus
PT ABC pada tahun 2007 ini melakukan penanaman modal di kawasan
industri di Kota Maumere (NTT) dengan mendirikan pabrik bumbu masak dan
penyedap masakan. Pabrik tersebut memperkerjakan 750 orang tenaga kerja
tetap dan direncanakan dipekerjakan sampai tahun 2014. Bahan baku dan
komponen yang digunakan PT ABC dalam memproduksi bumbu masak dan
penyedap masakan tersebut adalah bahan baku dan komponen produksi
dalam negeri. Terhadap PT ABC diberi fasilitas Pajak Penghasilan antara lain
berupa kompensasi kerugian selama 5 tahun + 3 tahun atau 8 tahun.
c. Fasilitas Pembebasan dan Pengurangan PPh Badan dalam Rangka
Penanaman Modal berdasarkan pasal 29 PP 94 Tahun 2010
WP yang melakukan penanaman modal baru yang merupakan industri
pionir, yang tidak disebutkan dalam Pasal 31A UU PPh dapat diberikan
fasilitas pembebasan atau pengurangan PPh Badan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 18 ayat 5 UU No.25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal, yang memiliki kriteria, sebagai berikut :
1) Mempunyai perencanaan modal baru yang telah mendapatkan
pengesahan dari instansi yang berwenang paling sedikit sebesar
Rp.1T
2) Menempatkan dana di perbankan di Indonesia paling sedikit 10%
dari total rencana penanaman modal tersebut di atas, dan tidak
boleh ditarik sebelum saat dimulainya pelaksanaan realisasi
penanaman modal di Indonesia
3) Harus berstatus sebagai Badan Hukum Indonesia
Bentuk fasilitas yang di dapatkan, adalah :
● Pembebasan PPh Badan dapat diberikan untuk jangka waktu
paling lama 10 tahun pajak dan paling singkat 5 tahun pajak,
terhitung sejak tahun pajak dimulainya produksi komersial.
● Setelah berakhirnya pemberian fasilitas pembebasan PPh Badan
tahap pertama, WP diberikan pengurangan PPh Badan sebesar
50% dari PPh terutang selama 2 tahun pajak
Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No.130/PMK.011/2011
tentang Pemberian Fasilitas Pembebasan atau Pengurangan PPh Badan.
d. Fasilitas Pajak untuk Industri di Kawasan Ekonomi Khusus
WP Badan yang melakukan kegiatan usaha industri di kawasan yang
telah ditetapkan sebagai kawasan ekonomi khusus, seperti Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK) Bitung, KEK Sei Mangkei, KEK Tanjung Lesung,
dan KEK Morotai. Bentuk fasilitas yang di dapat yaitu untuk PPh bisa
berupa pengurangan atau pembebasan PPh dan untuk PPN mendapat
fasilitas PPN tidak dipungit. Sesuai dengan UU No.39 Tahun 2009
tentang Kawasan Ekonomi Terpadu.
e. Fasilitas Pajak untuk Industri di Kawasan Pengembangan Ekonomi
Terpadu (KAPET)
WP Badan yang melakukan kegiatan usaha industri di kawasan yang
telah ditetapkan sebagai Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu
(KAPET) seperti, KAPET Batulicin, KAPET Natuna, KAPET Biak, KAPET
Samarinda, Sanga-Sanga, Muara Jawa, Balikpapan, dan lain
sebagainya. Adapun bentuk fasilitas yang di dapatkan, yaitu :
1) Pengurangan penghasilan neto 30% dari jumlah penanaman
modal, dibebankan selama 6 tahun masing-masing sebesar 5%
per tahun.
2) Penyusutan dan amortisasi yang dapat dipercepat
3) Pengenaan PPh atas deviden yang dibayarkan kepada subjek
Pajak Luar Negeri sebesar 10% atau tarif yang lebih rendah
menurut Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) yang
berlaku
4) Kompensasi kerugian yang lebih lama dari 5 tahun tetapi tidak
lebih dari 10 tahun.
f. Fasilitas PPh ditanggung Pemerintah Atas Pelaksanaan Proyek
Pemerintah Yang Dibiayai dengan Hibah atau Dana Pinjaman Luar
Negeri
Fasilitas ini diberikan kepada kontraktor, konsultan dan pemasok
(supplier) utama dari pekerjaan yang dilakukan dalam rangka
pelaksanaan proyek-proyek Pemerintah yang dibiayai dengan dana
hibah dan atau dana pinjaman luar negeri. Bentuk fasilitas yang
didapatkan, adalah :
● PPh yang terutang atas penghasilan yang diterima atau diperoleh
kontraktor, konsultan, dan supplier utama dari pekerjaan yang
dilakukan dalam rangka pelaksanaan proyek-proyek Pemerintah
yang dibiayai dengan dana hibah dan atau dana pinjaman luar
negeri ditanggung oleh Pemerintah
● Untuk WP berbentuk BUT maka PPh pasal 26 ayat 4 yang
bersumber dari pekerjaan yang dilakukan dalam rangka
pelaksanaan proyek Pemerintah yang dibiayai dengan dana hibah
atau dana pinjaman luar negeri juga ditanggung oleh Pemerintah.
FASILITAS PPN DAN PEMBEBASAN BEA MASUK
1. Fasilitas PPN
Pengusaha Di Kawasan Berikat (PDKB) di dalam wilayah KAPET dapat
diberikan fasilitas perpajakan berupa Pajak Pertambahan Nilai Barang dan
Jasa, dan Penjualan atas Barang Mewah tidak dipungut atas :
a) Impor barang modal atau peralatan lainoleh PDKB yang berhubungan
langsung dengan kegiatan produksi
b) Impor barang dan/atau bahan untuk diolah di PDKB
c) Pemasukan Barang Kena Pajak dari daerah pabean Indonesia
lainnya, untuk selanjutnya disebut DPIL ke PDKB untuk diolah lebih
lanjut
d) Pengiriman barang hasil produksi PDKB ke PDKB lainnya untuk
diolah lebih lanjut
e) Pengeluaran barang dan atau bahan dari PDKB ke perusahaan
industri di DPIL atau PDKB lainnya dalam rangka sub-kontrak
f) Penyerahan kembali Barang Kena Pajak hasil pekerjaan sub-kontrak
oleh Pengusaha Kena Pajak di DPIL atau PDKB lainnya kepada
Pengusaha Kena Pajak PDKB asal
g) Peminjaman mesin dan atau peralatan pabrik dalam rangka
sub-kontrak dari PDKB kepada perusahaan industri di DPIL atau
PDKB lainnya dan pengembaliannya ke PDKB asal.
2. Fasilitas Bea Masuk
Bea Masuk dan Bea Masuk Tambahan yang terutang atas impor dalam
rangka pelaksanaan proyek Pemerintah yang dibiayai dengan hibah atau
dana pinjaman luar negeri, dibebaskan. Fasilitas yang khusus berlaku
untuk PPN dan/atau PPnBM dan/atau Bea Masuk, yaitu:
1) PP No.12 Tahun 2001 yang diubah menjadi PP No.30 Tahun 2007
BKP mengenai Fasilitas pembebasan PPN untuk BKP tertentu bersifat
strategis yang impor dan penyerahannya mendapat pembebasan PPN.
2) PP No.146 Tahun 2000 yang telah diubah menjadi PP No.38 Tahun
2003 BKP dan/atau JKP tertentu yang impor dan penyerahannya
mendapat pembebasan PPN.
3) Keputusan Menteri Keuangan No.231/KMK.03/2001 yang terkahir
diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan No.70/PMK.011/2013
tentang Fasilitas untuk BKP tertentu yang impornya mendapat
pembebasan Bea Masuk dan atas PPN nya mendapat fasilitas tidak
dipungut.
4) PP No.10 Tahun 2012 mengenai Fasilitas PPN dan Kepabean untuk
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas.
5) Peraturan Menteri Keuangan No.147/PMK.04/2011 pasal 14 ayat 2
dan 4 yang diubah menjadi Peraturan Menteri Keuangan
No.120/PMK.04/2013 mengenai Fasilitas PPN tidak dipungut dan
kepabean untuk Pengusaha di Kawasan Berikat dan Pengusaha
Kawasan Berikat.
Penangguhan Bea Masuk, pembebasan cukai, pembebasan PPN dan
PPnBM, tidak dipungut PPh pasal 22 Impor, diberikan atas pemasukan
barang dari Kawasan Bebas yang akan diolah lebih lanjut dan/atau
digabungkan dengan hasil produksi di Kawasan Berikat. Barang yang
mendapat fasilitas pembebasan PPN ataupun PPN tidak dipungut adalah
barang yang bukan merupakan barang untuk dikonsumsi di Kawasan
Berikat, seperti makanan dan minuman, bahan bakar minyak dan
pelumas. Atas Pemasukan barang impor ke Kawasan Berikat belum
diberlakukan ketentuan pembatasan di bidang impor kecuali ditentukan
lain berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Anda mungkin juga menyukai