Anda di halaman 1dari 7

Nama : Monica Safitri

NIM : 202001010009

Prodi : D3 Akuntansi

Makul : PPh Badan

OBJEK PAJAK PPH WAJIB PAJAK BADAN

Jenis Penghasilan Pajak Final (Pasal 4 ayat 2)

Pajak Penghasilan Final Pasal 4 ayat 2 atau PPh 4 ayat 2 adalah pemotongan atas
penghasilan yang dibayarkan sehubungan dengan jasa tertentu dan sumber
tertentu seperti jasa kontsruksi, sewa tanah/bangunan, pengalihan hak atas
tanah/bangunan, hadiah undian, dan lainnya. Bersifat final dan tidak dapat
dikreditkan dengan pajak penghasilan terutang.

0,1% x Pj Bruto Penghasilan dan transaksi penjualan saham di bursa


(0,1% Ph Bruto + 0,5% x efek:
nilai saham pada saat  untuk transaksi sesmua saham
IPO)  untuk transaksi penjualan saham pribadi
0,1% x Ph Bruto Penghasilan perusahaan ventura dari transaksi
penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal
pada perusahaan pasangan usaha (syarat: merupakan
pengusaha kecil dan sahamnya tidak diperdagangkan
di BEI)
10% x Ph Bruto Penghasilan sewa tanah dan/atau bangunan
1,2% x Ph Bruto Penghasilan yang diterima WP perusahaan pelayaran
DN
2,64% x Ph Bruto Penghasilan yang diterima WP perusahaan pelayaran
LN dan/atau penerbangan LN
15% x Ph Bruto Penghasilan yang diterima/diperoleh berupa bunga
20% x Ph Bruto atau diskonto obligasi yang dijual di BEI:
 diterima WP DN
 diterima WP LN
10% x selisih lebih nilai Penghasilan selisih lebih karena revaluasi aktiva tetap
pasar dari nilai NSBF
0,25% x Penjualan Pungutan PPh atas penyerahan premium, soal,
0,30% x Penjualan premix kepada:
 SPBU Pertamina
 SPBU Swastanisasi
0,30% x Penjualan Pungutan PPh oleh Pertamina dan Badan Usaha
selain Pertamina atas penyerahan minyak tanah, gas
LPG, dan pelumas ke distributor
0,12% x Bandrol Pungutan PPh oleh industri rokok pada saat
penjualan rokok di dalam negeri
Tarif PPh 17

1. Dipungut sendiri = PPh Badan (3M : Menagih, Membayar, Melapor)


2. Dipungut pemerintah = PBB, PKB (2M : Membayar, Melapor)
3. Dipungut pihak ke-3 = PPh Pasal 21 (1M : Melapor)

PPh Tidak Final

 PPh Pasal 21 = gaji


 PPh Pasal 22 = expor, impor, bendaharawan
 PPh Pasal 23 = bunga, royalti
 PPh Pasal 24 = LN sama seperti pasal 23
Tax treaty : peraturan antara 2 belah negara yang telah disepakati
menggunakan aturan dari negara mana
 PPh Pasal 25 = angsuran PPh terutang
 PPh Pasal 26 = WP LN selain BUT
 PPh Pasal 27 (tidak ada)
 PPh Pasal 28
Berkaitan dengan kurang bayar dan lebih bayar
 PPh Pasal 29

Perbedaan :

PPh Final = Tidak bisa menjadi pengurang pajak penghasilan, tidak bisa di
kreditkan jadi langsung dikenakan

PPh Tidak Final = Bisa di kreditkan diperhitungkan kembali

PPh Badan PPh 21/Gaji 500jt

PPN 30jt

Sewa tanah & bangunan 15jt *tidak bisa mengurangi

Net Income Before Tax 50M x 22% = 11M – 500jt – 30jt = 10,47M

Penghasilan Bukan Objek Pajak

(PASAL 4 AYAT (3))

1. Bantuan atau sumbangan. Termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat
atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan
yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan
yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang
diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh
pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berjak, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah dan
2. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus
satu derajat (Bapak/Ibu ke anak), badan keagamaan, badan pendidikan, badan
social termasuk Yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha
mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,
kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan:
a. Warisan
b. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham atau
sebagai pengganti peyertaan modal;
c. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan ahtau jasa yang
diterima atau diperoleh dalam bentu natura *barang berupa kebutuhan
pokok seperti parsel lebaran dan/atau kenikmatan dari WP atau Pemerintah
kecuali yang diberikan oleh bukan WP, WP yang dikenakan pajak secara
final atau WP yang menggunakan norma penghitungan khusus (deemed
profit) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15;
d. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubugan
dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna, dan asuransi bea siswa;
e. Dividend atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas
sebagai WP DN, koperasi, BUMN, atau BUMD, dari penyertaan modal
pada badan usaha yang didirkan dan bertempat kedudukan di Indonesia
dengan syarat:
 Dividend berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
 Bagi perseroan terbatas, BUMN, dan BUMD yang menerima dividend,
kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividend paling rendah
25% dari jumlah modal yang disetor;
f. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pension yang pendiriannya telah
disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun
pegawai
g. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pension sebagaimana
dimaksud pada huruf f, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan
dengan Keputusan Menteri Keuangan;
h. Bagian laba yang diterima aitau diperoleh anggota dari perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan,
perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan
kontrak investasi kolektif;
i. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa
bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirkan dan menkalankan
usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha
tersebut:
 Merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan
kegiatan dalam sector-sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan; dan
 Sahamnya tidak diperdagangkan di BEI;
j. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur
lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

PEMBUKUAN DAN KEWAJIBAN PEMBUKUAN BAGI WAJIB PAJAK

Pasal 1 (29) UU No 28 Tahun 2007

Suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data
dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan
biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup
dengan menyusun laporan neraca dan laba rugi untuk periode Tahun Pajak
berakhir

Jika Ph usaha per tahun >4,8M harus melakukan pembukuan seperti buat lap keu
berupa neraca, lap L/R. Namun jika saham nya sudah tersebar di BEI harus 5
laporan keuangan untuk melihat sehat/tidaknya perusahaan.

Pencatatan seperti nyatet biasa dalam suatu kegiatan usaha bisa dicatat dalam
bulanan dan hasilnya bukan berupalaporan keuangan biasanya digunakan oleh
kegitan usaha yang penghasilan setahunnya < 4,8M dengan tarif 0.5%

Syarat Pembukuan

1. Diselenggarakan dengan iktikad baik dan mencerminkan keadaan sebenarnya


*Tidak merekayasa dan melebih kurangkan laporan ang dibuat
2. Dicatat sesuai standar akuntansi keuangan kecuali peraturan perpajakan
menentukan lain Bahasa Inggris (lampiran indonesia), masa simpan 10 tahun
(batas kedaluarsa masa pajak),
*ex: Depresiasi kendaraan disusutkan 6th namun dalam standar perpajakan
mobil masuk golongan 2 bukan bangunan yang penyusutanya 8th maka bisa
disusutkan menjadi 6th namun harus buat rekonsiliasi pajak penyesuaian
laporan komersil ke laporan fiskal. Krn SAK belum tentu sama dengan
standar pajak
3. Harus diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf latin, angka
arab, satuan mata uang rupiah, dan disusun dalam bahasa Indonesia
*angka arab : 1 2 3 4
4. Perubahan metode/ tahun buku pembukuan harus mendapat persetujuan dari
Direktur Jenderal Pajak
* ex: tahun buku 2015 typo 2016 saat sudah keluar maka harus digati laporan
keu dengan acc DJP, jika belum keluar maka tidah acc DJP langsung ganti

Pembukuan Dengan Menggunakan Bahasa & Mata Uang Asing

Dalam rangka penanaman modal asing, kontrak karya, kontrak bagi hasil dan
kegiatan usaha atau badan lain, setelah mendapat izin Menteri Keuangan dengan
ketentuan bahwa surat pemberitahuan harus di isi dalam bahasa Indonesia dan
mata uang rupiah

Pembayaran Pajak & Penyampaian SPT

 PPh Pasal 25
 PPh Pasal 21
 PPh Pasal 23, 26
 PPN dan PPnBM
LAPORAN KEUANGAN BENTUK USAHA TETAP

Berhak melakukan pembukuan dengan mata uang US$. Untuk keperluan


penyampaian SPT, pada akhir tahun juga harus mentranslasikan neraca dan
laporan laba ruginya. Valas Berdasar Menteri Keuangan *Kurs

Anda mungkin juga menyukai