Anda di halaman 1dari 33

Tax Planning Advance

For Entrepreneurs
Frederick Y. Giovanni S.

Dasar-Dasar Pajak
Perusahaan
Pendahuluan
1. Penghasilan atau pendapatan ada yang merupakan objek pajak dan ada yang bukan
2. Penghasilan yang merupakan objek pajak ada yang dikenakan PPh bersifat tidak final
ada juga yang final.
3. Pajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan
dikenakan atas penghasilan kena pajak.
4. Biaya atau pengeluaran ada yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
(deductible expenses) ada yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
(non-deductible expenses).
5. Taxability deductibility berarti bahwa biaya-biaya baru dapat dikurangkan apabila
pihak penerima uang penghasilannya dan penghasilan tersebut dikenai pajak.
6. Penghasilan Bruto – Biaya Deductible = Laba Kena Pajak

Pendahuluan
Taxable Income – Penghasilan yang Dikenakan Pajak Final

PPH Pasal 4 (2) adalah pajak atas JENIS PENGHASILAN TARIF


Bunga Deposito dan tabungan 20%
penghasilan yang bersifat final dan
Bunga Simpanan yang dibayar koperasi 10%
tidak dianggap sebagai omset yang Hadiah Lotere/Undian 25%
menjadi perhitungan PPH pasal 25/29. Transaksi Derivatif (bursa) 3%
Transaksi Penjualan Saham Pendiri 0,50%
Transaksi Penjualan Saham non Pendiri 0,10%
Sewa atas Tanah & Bangunan 10,00%
Penjualan Tanah & Bangunan 0,025
Jasa Konstruksi 1.75% - 6%
Dividen (orang Pribadi) 10,00%
Peredaran Bruto Tertentu 0,5%

Sumber : UU no 7 tahun 2021 Pasal 4 ayat 2 Klaster Pajak Penghasilan

PPH Final Jasa Konstruksi

1.Tarif 1,75% untuk penyedia Jasa yang memiliki SBU kecil atau SKK
perseorangan.
2.Tarif 2,65% untuk penyedia Jasa yang memiliki SBU menegah/ besar dan
Spesialis
3.Tarif 2,65% untuk pekerjaan konstruksi terintegrasi (jika memiliki SBU)
4.Tarif 3,5% untuk jasa konsultasi konstruksi (dengan SBU/SKK perseorangan)
5.Tarif 4% untuk penyedia jasa konstruksi yang tidak memiliki SBU/SKK
perseorangan.
6.Tarif 6% untuk penyedia jasa konsultasi konstruksi yang tidak memiliki SBU/SKK
Perseorangan)

Catatan:
SBU
Sumber=: PP
Sertifikat
no 9 TahunBadan
2022 Usaha
SKK = Sertifikat Kompetensi Kerja
PPH Final Atas Dividen – Ketentuan Umum

Beberapa syarat agar dividen tidak terkena PPH Final adalah:


1. Diinvestasikan kembali sesuai PMK no 18 tahun 2021
2. Minimal nilai yang diinvestasikan Kembali adalah 30% dari total dividen yang
diterima
3. Penempatan investasi minimal 3 tahun dan tidak boleh dialihkan, kecuali
dialihkan dalam bentuk investasi lain (pasal 34 – 35 PMK 18/2021)
4. Investasi harus dilakukan paling lambat akhir bulan ketiga setelah tahun pajak
dividen diterima/diperoleh
Apabila tidak memenuhi ketentuan diatas, maka wajib pajak orang pribadi
wajib menyetorkan PPH Final atas Dividen (10%).

Sumber : PMK no 18 tahun 2021

PPH Final Atas Dividen – List Investasi

List investasi yang diizinkan:


1. Surat Berharga Negara NKRI, Obligasi BUMN, Lembaga Pembiayaan, dan
Swasta
2. Investasi keuangan pada bank persepsi (Efek bersifat utang, sukuk , saham,
reksadana, efek beragunan aset, deposito, tabungan, giro, kontrak berjangka,
instrumen investasi pasar keuangan lainnya)
3. Investasi pada infrastruktur, dan sektor riil (termasuk didalamnya properti dalam
bentuk tanah/bangunan (termasuk properti bersubsidi)
4. Investasi pada logam mulia berbentuk emas batangan dengan kadar kemurnian
99,99%
5. Penyertaan modal pada perusahaan yang baru didirikan sebagai pemegang
saham
6. Penyertaan
Sumber modal
: PMK no 18 tahun 2021pada
pasal 34perusahaan yang sudah didirikan
7. Kerja sama dengan lembaga pengelola investasi.
8. Penyaluran pinjaman bagi UMKM.
PPH Final Peredaran Bruto Tertentu – PP 23 tahun 2018
PPh final 4 (2) bagi pengusaha dengan peredaran usaha tertentu (<4,8M) dengan tarif pajak
0,5% x Peredaran Bruto perusahaan. Namun, penerapan PPh Final memiliki konsekuensi
yakni WP tetap harus membayar pajak meski sedang dalam keadaan rugi.
Masa Berlaku
Untuk OP : 7 Tahun sejak digunakan/berdiri dengan Omset tidak kena pajak 500jt
Untuk CV : 4 Tahun sejak digunakan/berdiri
Untuk PT : 3 Tahun sejak digunakan/berdiri
Bukan Subjek Pajak PP 23/2018
1. OP dengan penghasilan dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas
2. Wajib pajak dengan penghasilan dan pajaknya dari luar negeri.
3. Wajib pajak yang penghasilannya telah dikenai PPh yang bersifat final lainnya.
4. Wajib pajak dengan penghasilan yang dikecualikan sebagai objek pajak.

Taxable Income – Penghasilan yang Dikenakan Pajak non Final


1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan termasuk gaji & natura (WP OP)
2. Hadiah dari undian/ kegiatan/ penghargaan (WP OP/WP Badan)
3. Bunga atas pinjaman, Royalti (WP OP/WP Badan)
4. Sewa sehubungan penggunaan harta selain tanah/bangunan (WP OP/WP Badan)
5. Keuntungan karena pembebasan utang (WP OP/WP Badan)
6. Keuntungan selisih kurs (WP OP/WP Badan)
7. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva (WP OP/WP Badan)
8. Pengalihan hak atas harta selain tanah/bangunan (WP OP/WP Badan)
9. Penjualan harta atau pengalihan harta (WP OP/WP Badan)
10. Penerimaan kembali pajak yang telah dicatat sebagai biaya (WP OP/WP Badan)
11. Laba atas kegiatan usaha (WP OP/WP Badan)

Sumber : UU no 7 tahun 2021 Pasal 4 ayat 1 Klaster Pajak Penghasilan


PPH Pasal 25 PPH Pasal 29
PPh Pasal 25 adalah pajak atas penghasilan PPh 29 adalah PPh Kurang Bayar, yaitu sisa
yang didapatkan, dimana pajak ini dibayar dari PPh terutang dikurangi kredit PPh
secara angsuran dengan tujuan meringankan (PPh Pasal 22 & 23) dan PPh 25 yang harus
beban wajib pajak. dibayar sebelum Lapor SPT Tahunan.

Tarif Pajak
PPH Pasal 17 PPH Pasal 31E
Tarif Pajak Penghasilan badan terbaru setelah Wajib Pajak badan dalam negeri dengan
Perppu no 1/2020: peredaran bruto sampai dengan Rp 50M
1. Sebelum tahun 2020 : 25% mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif
2. Tahun 2020 & 2021 : 22% sebesar 50% dari tarif Pasal 17 yang
3. Tahun 2022 keatas : 20% dikenakan atas Laba dari bagian peredaran
bruto sampai dengan 4,8M

Perhitungan tarif PPH 31E (Omset <4,8M)


Penjualan Bruto 3.000.000.000
Laba/Rugi sebelum pajak 600.000.000

Perhitungan PPH terhutang


50% x 22% x 600.000.000 = 66.000.000

Perhitungan tarif PPH 31E (Omset 4,8M – 50M)

Catatan: Pengurangan tarif ini hanya


berlaku bagi perusahaan dengan omset
hingga 50M/tahun
Non Taxable Income – Penghasilan tidak kena Pajak
1. Bantuan atau sumbangan termasuk zakat yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama
yang diakui di Indonesia
2. Harta hibah & Warisan
3. Harta termasuk setoran tunai sebagai penyertaan modal
4. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi
5. Iuran yang diterima dana pensiun
6. Bagian laba yang diterima anggota dari perseroan komanditer (CV)
7. Penghasilan modal ventura berupa bagian laba
8. Beasiswa
9. Dividen orang pribadi
10. Penggantian sehubungan pekerjaan dalam bentuk natura dari wajib pajak atau
pemerintah
Sumber : UU no 7 tahun 2021 Pasal 4 ayat 3 Klaster Pajak Penghasilan

Pengenaan Pajak Atas Natura

Catatan : Perlengkapan kerja seperti Laptop dan Ponsel tidak dianggap sebagai
Natura dan bukan objek pajak penghasilan bagi karyawan dan bisa dicatat sebagai
biaya bagi perusahaan.
Deductable Expense – Biaya yang dapat dibebankan
Penghasilan Kena Pajak bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap,
ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya, termasuk:
1. Biaya yang secara langsung berkaitan dengan kegiatan usaha
2. Penyusutan atas pengeluaran untuk harta berwujud
3. Iuran kepada dana pensiun
4. Kerugian karena penjualan
5. Kerugian selisih kurs mata uang asing
6. Penelitian dan pengembangan perusahaan
7. Biaya beasiswa, magang dan pelatihan
8. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih
9. Sumbangan penanggulangan bencana
10. Sumbangan penelitian dan pengembangan
11. Pembangunan infrastruktur social

Non Deductable Expense – Koreksi Fiskal Positif


Koreksi Fiskal Positif Contoh Koreksi Fiskal Positif
Adalah koreksi fiscal yang menambah beban pajak 1. Biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan pemilik.
perusahaan akibat dari adanya biaya yang tidak 2. Dana Cadangan
boleh dibebankan secara fiscal. 3. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan
pada pihak yang mempunyai hubungan istimewa.
4. Harta yang dihibahkan, bantuan, dan sumbangan.
5. Pajak Penghasilan dan Sanksi Administrasi
6. Gaji yang dibayarkan kepada pemilik CV
7. Pengeluaran dengan masa manfaat >1 tahun
8. Selisih Penyusutan komersil diatas penyusutan fiskal
9. Biaya atas penghasilan yang dikenakan PPH final.

Dasar Hukum: Pasal 9 ayat (1) UU no 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
Penyesuaian/ Koreksi Fiskal Negatif
Koreksi Fiskal Negatif Contoh Koreksi Fiskal Negatif
Adalah koreksi fiscal yang mengurangi beban 1. Penghasilan yang dikenakan PPH Final
pajak perusahaan akibat dari perbedaan 2. Pengasilan yang tidak termasuk objek
metode perhitungan biaya secara komersil dan pajak tetapi termasuk dalam peredaran
fiscal. usaha.
3. Selisih penyusutan/amortisasi komersial
dibawah penyusutan/ amortisasi fiscal.

Catatan: Penyusutan diatur dalam PMK no 96/PMK.03/2009


Contoh:
Umur ekonomis mobil menurut catatan internal adalah 10 tahun
Umur ekonomis mobil menurut pajak adalah 8 tahun

Case 1 – Contoh Koreksi Fiskal

Catatan: Asumsi umur


ekonomis mobil secara
komersil adalah 10 tahun.
Harga mobil adalah 400 jt

Biaya Training
karyawan:
Tahun 2021 – Terkena
fiscal positif

Tahun 2022 – Terkena PPh


Case 2 – Contoh Koreksi Fiskal
Catatan: Asumsi umur
ekonomis mobil secara
komersil adalah 5 tahun.
Harga mobil adalah 400 jt

Biaya Pengobatan
karyawan:
Tahun 2021 – Terkena
fiscal positif

Tahun 2022 – Terkena PPh

Aspek Perpajakan pada Perusahaan Sektor Perdagangan


Manajemen Pajak
Perusahaan

Definisi Manajemen Pajak


Upaya yang dilakukan oleh manajemen perusahaan dalam memenuhi kewajiban
perpajakan secara benar, dengan jumlah pajak yang efektif dan efisien sehingga
dikemudian hari tidak terjadi restitusi pajak atau kurang bayar yang mengakibatkan
denda dan kewajiban-kewajiban hukum lainnya

Definisi Perencanaan Pajak


Proses menyesuaikan transaksi wajib pajak agar perhitungan pajak berada dalam jumlah
minimal namun masih dalam bingkai peraturan perpajakan.
Dapat diartikan juga sebagai perencanaan pemenuhan kewajiban pajak secara optimal
sehingga menghindari pemborosan sumber daya.
Skema Perencanaan Pajak
1. Substantive tax planning:
a. Memindahkan subjek dan/atau objek pajak ke negara-negara sebagai tax haven
(negara yang memberikan perlakuan pajak khusus atas suatu jenis penghasilan).

2. Formal tax planning


Melakukan penghindaran pajak dengan cara tetap mempertahankan substansi ekonomi
dari suatu transaksi dengan cara melakukan akutansi kreatif dan jenis transaksi yang
memberikan beban pajak yang paling rendah.

Karakteristik
Legal
Integral
Valid
Cash flow
Net Present Value
Pergeseran pajak (shifting)
Pemindahan atau mentransfer beban pajak dari subjek pajak kepada pihak lain, dengan
demikian, orang atau badan yang dikenakan pajak mungkin sekali tidak menanggungnya
selama tidak melanggar hukum. Contohnya adalah transfer biaya, dan penundaan
pengakuan penghasilan dan memajukan biaya.

Invoice nilai 1M 1. Pastikan omset <4,8M


2. Pastikan memilik Suket PP 23
PT. A CV. B 3. Pastikan pemilik ada di CV ini
4. KLU di bidang jasa (KBLI:
Pembayaran senilai 1M 70209 - Aktivitas Konsultasi
Manajemen Lainnya)

Invoice masuk PT A mencatat sebagai biaya Saat ada pembayaran masuk, CV B Cukup bayar
management. Dampak: pajak 0,5%.
Laba perusahaan menjadi lebih kecil, maka bila
omset >4,8M pajaknya juga lebih kecil Pemilik CV menarik prive tanpa kena pajak.

Case 3 - Pergeseran Pajak (Shifting) Omset < 4,8M


Contoh kasus Pak Andi (TK/0)
dengan kebutuhan gaji 20jt/bulan.
Case 4 - Pergeseran Pajak (Shifting) Omset > 4,8M
Contoh kasus Pak Andi (TK/0)
dengan kebutuhan gaji 40/bulan.

Case 5 - Kapitalisasi (PPH 23)


Adalah proses perubahan nilai objek pajak dengan memasukkan komponen pajak yang
harus dipotong/pungut oleh pemberi penghasilan.

Contoh Transaksinya adalah gross up.


PT ABC menyewa mobil dengan nilai 10.000.000. Pihak pemilik mobil tidak bersedia dipotong
pajak.
Case 6 - Kapitalisasi (PPH 21)
Dengan menambah uang
keluar sebesar 927.559,
pajak yang bisa di hemat
adalah 4.296.063.

Efisiensi pajak sebesar


3.368.504

Transformasi
Adalah pembebanan pajak umumnya dilakukan oleh produsen dengan cara mengalihkan
suatu ke transaksi yang terindikasi bebas pajak atau memiliki konsekuensi pajak yang
lebih rendah. Contoh transaksinya adalah membeli bahan baku langsung dari petani
atau perusahaan tambang, atau menanam sendiri.

Petani PT. A PT. B


Objek PPH 22 Non Objek PPH
Non Objek PPN Objek PPN
Tax Avoidance
Adalah pengaturan suatu peristiwa untuk meminimumkan pajak sesuai dengan
ketentuan pajak. Atau secara umum bisa juga masuk ke kategori memanipulasi
penghasilan secara legal sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Tax Evasion
Proses manipulasi penghasilan secara illegal untuk memperkecil jumlah pajak yang
terutang, termasuk didalamnya adalah Ketidak Tahuan, Kesalahan, Kealpaan, dan
Kesalahpahaman.

Tujuan dalam Tax Planning


• Menghilangkan/mengurangi pajak dengan cara legal
• Menghilangkan/menghapus pajak dalam tahun berjalan
• Menunda pengakuan penghasilan
• Mengubah penghasilan rutin berbentuk capital gain
• Memperluas bisnis atau melakukan ekspansi usaha dengan membentuk badan usaha baru
• Menghindari pengenaan pajak ganda
• Menghindari bentuk penghasilan yang bersifat rutin atau teratur atau membentuk,
memperbanyak atau mempercepat pengurangan pajak
Petunjuk Praktis dalam Tax Planning
• Mengusahakan agar terdapat penghasilan yang stabil
• Mempercepat atau menunda beberapa penghasilan dan biaya-biaya
• Menyebarkan penghasilan menjadi penghasilan dari beberapa wajib pajak, seperti
pembentukkan group-group perusahaan.
• Menyebarkan penghasilan menjadi penghasilan beberapa tahun.
• Mengambil keuntungan sebesar-besarnya dari ketentuan-ketentuan mengenai
pengecualian dan potongan-potongan
• Mendirikan perusahaan dalam satu jalur usaha sedemikian rupa sehingga dapat diatur
secara keseluruhan penggunaan tarif pajak, potensi menghasilkan, kerugian-kerugian dan
asset yang dapat dihapus.
• Mempergunakan uang dari hasil pembebasan pengenaan pajak untuk keperluan
perluasan perusahaan

Hal yang dilarang dalam Tax Planning


• Memperkecil penghasilan dengan cara hanya melaporkan sebagian, merendahkan
harga jual, memilih menjual kepada pengusaha non PKP (Faktur Pajak Sederhana)
agar lebih mudah untuk tidak melaporkan penjualannya.
• Memperbesar harga pokok barang yang dijual dengan cara meninggikan harga
perolehan, membuat pembelian fiktif, membuat faktur PPN masukan fiktif,
membebankan Pajak Masukan yang telah dikreditkan ke dalam perhitungan harga
pokok.
• Memperbesar beban usaha dengan cara membuat utang fiktif, agar dapat membuat
beban bunga, membuat seolah-olah ada pengeluaran (beban fiktif) yang tidak
didukung dokumen yang memadai.
• Meninggikan/menurunkan harga impor/export dari perusahaan yang ada hubungan
istimewa di luar negeri.
• Merendahkan penghasilan pegawai atau pembayaran lainnya dalam rangka
penghitungan PPh Pasal 21, sementara di dalam perhitungan laba-rugi perusahaan
ditinggikan untuk merendahkan laba kena pajak (PPh Badan).
• Pembayaran dividen kepada pemegang saham secara terselubung seolah-olah
pembayaran utang.
Perhitungan dan
Praktik Perencanaan
Pajak

Mencari keuntungan sebesar-besarnya dari


pengecualian dan potongan yang diperkenankan
Misalnya, perusahaan dapat mengurangi penerimaan dengan jumlah biaya, misalnya
pendidikan, perbaikan kantor, pemasaran dan lain-lain. Maksudnya, daripada
mengeluarkan uang untuk membayar pajak lebih besar, lebih baik untuk kepentingan
perusahaan dan manfaatnya bisa dirasakan langsung oleh perusahaan.

Contoh Transaksi Lainnya adalah


• Merger antara Perusahaan yang Terus-menerus Rugi dengan Perusahaan yang Laba
• Pendanaan Aktiva Tetap Melalui Sewa Guna Usaha dengan Hak Opsi (Finance/Capital Lease)
• Ekualisasi Biaya yang Terkait dengan Objek PPh Pasal 21, 23/26, dan 4(2)
• Ekualisasi Omzet Penjualan Menurut SPT Tahunan PPh Badan dengan Penyerahan SPT Masa
PPN Selama Satu Tahun
Mengambil keuntungan dari pemilihan bentuk
perusahaan yang tepat
1. Saat peredaran bruto satu tahun tidak melebihi Rp500 juta dapat memilih
perusahaan perorangan yang tidak akan dikenakan pajak (UU HPP)
2. Masa waktu penggunaan PPH Final UMKM Perorangan adalah 7 tahun, CV adalah
4 tahun, PT adalah 3 tahun. Setelah masa berlakunya habis dan omset masih
<4,8M, maka lebih rendah tarif pajak untuk perorangan (Pasal 17 – 5%) daripada
PT atau CV.
3. CV, Firma, atau kongsi lebih menguntungkan daripada PT. Pajak atas penghasilan
PT dikenakan "dua kali", yakni saat penghasilan diperoleh atau diterima dan saat
pemilik menerima dividen.

Case 7 - Simulasi pemilihan badan usaha (<4,8M)

Asumsi gaji owner adalah


10juta/bulan
Case 8 - Simulasi pemilihan badan usaha (>4,8M)
Asumsi gaji owner adalah
10juta/bulan

Pemilihan metode penyusutan aktiva tetap


Sesuai Pasal 11 Undang-undang No. 7 Tahun 1983 yang diubah terakhir kali dengan
Undang-Undang No 36 2008 mengenai Pajak Penghasilan, dimana metode penyusutan
yang diperbolehkan berdasarkan ketentuan ini, dilakukan dengan:

1. Metode garis lurus atau straight-line method


Menghasilkan pembebanan yang tetap selama masa umur manfaat aset jika nilai
residunya tidak berubah.

2. Metode saldo menurun ganda atau declining balance method


Pembebanan yang menurun selama masa umur manfaat dengan cara menerapkan tarif
penyusutan atas nilai sisa buku.
Case 9 - Perhitungan Penyusutan Fiskal vs Future Value
Tahun Penyusutan Fiskal Pengurangan PPh Efisiensi Fiskal
Garis Lurus Saldo Menurun Garis Lurus Saldo Menurun

2019 31,250,000 62,500,000 7,812,500 15,625,000 7,812,500

2020 31,250,000 46,875,000 7,812,500 11,718,750 3,906,250

2021 31,250,000 35,156,250 7,812,500 8,789,063 976,563

2022 31,250,000 26,367,188 7,812,500 6,591,797 (1,220,703)

2023 31,250,000 19,775,391 7,812,500 4,943,848 (2,868,652)

2024 31,250,000 14,831,543 7,812,500 3,707,886 (4,104,614)

2025 31,250,000 11,123,657 7,812,500 2,780,914 (5,031,586)

2026 31,250,000 33,370,972 7,812,500 8,342,743 530,243

250,000,000 250,000,000 62,500,000 62,500,000 -

Case 10 - Akutansi Kreatif mengarahkan Transaksi ke


Objek dengan Tarif Pajak Lebih Rendah
Perusahaan membayar orang pribadi (supir) beserta mobil untuk mengantar barang
dari titik A ke titik B senilai 20.000.000. Bagaimana pencatatannya?

Biaya dicatat sebagai pembayaran supir: Biaya dicatat sebagai sewa kendaraan:
PPH 21 – Bukan Karyawan PPH 23 – Sewa Kendaraan
Penghasilan : 20.000.000 Penghasilan : 20.000.000
Dasar Pengenaan Pajak : 10.000.000 Dasar Pengenaan Pajak : 20.000.000
PPH 21 = 5% x 10.000.000 : 500.000 PPH 23 = 2% x 20.000.000 : 400.000
Case 11 - Akutansi Kreatif pungutan oknum, biaya
entertainment, etc
Perusahaan melakukan pembayaran biaya “Keamanan” kepada oknum sebesar
100.000.000

Biaya dicatat sebagai biaya entertainment: Biaya dicatat sebagai Bukan Pegawai
Koreksi Fiskal PPH 21– Bukan Pegawai Tanpa NPWP
Biaya : 100.000.000 Penghasilan : 100.000.000
Dasar Pengenaan Pajak : 100.000.000 Dasar Pengenaan Pajak : 50.000.000
PPH Badan Terkoreksi Fiskal : 22.000.000 PPH 21 = 6% x 50.000.000 : 3.000.000

Dengan membayar PPH 21 sebesar 3.000.000, biaya dapat dibebankan dan


menghemat pajak sebesar 19.000.000

Tax Planning PPH 21

Pengobatan/kesehatan karyawan
Do
1. Karyawan berobat di rumah sakit/ klinik/ dokter langganan dan pengambilan obat
dari apotik langganan. Perusahaan membayar ke Apotik.
2. Perusahaan mendirikan rumah sakit/klinik berikut dokter.

Don’t
1. Reimbursement kwitansi biaya medical dari dokter/ klinik/ rumah sakit.
2. Karyawan diberi tunjangan pengobatan atau kesehatan (medical allowance) setiap
bulan, sakit maupun tidak sakit.
Tax Planning PPH 21

Perumahan untuk karyawan


Penempatan rumah dinas yang:
- Dibeli/dibuat
- Disewa
Dapat dijadikan biaya dan bukan objek PPH 21

Penempatan rumah dinas yang:


- Memberikan penggantian sewa
- Memberikan tunjangan perumahan
Dapat dijadikan biaya dan merupakan objek PPH 21

Tax Planning PPH 21

Transportasi untuk karyawan


• Biaya eksploitasi kendaraan antar jemput karyawan dan kendaraan yang dibawa
pulang merupakan biaya perusahaan dan bukan merupakan penghasilan karyawan.
• Tunjangan transport untuk keperluan pulang pergi kantor merupakan penghasilan
bagi karyawan dan biaya bagi perusahaan.

Transportasi karyawan dari rumah ke tempat kerja dapat diberikan dalam bentuk:
• Antar jemput dengan mobil perusahaan.
• Diberikan kendaraan sedan atau sejenisnya yang dimiliki dan dipergunakan
perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan.
• Tunjangan transport boleh dibebankan sebagai biaya dan dikenakan PPh 21 bagi
karyawan.
Tax Planning PPH 21

Perjalanan dinas karyawan


• Biaya dalam rangka menjalankan tugas perusahaan, dapat dijadikan biaya
perusahaan dan bukan penghasilan karyawan.
• Pemberian uang saku  penghasilan karyawan.

Bonus dan Jasa Produksi


Beberapa hal yang diperhatikan dalam pemberian bonus dan gratifikasi, tantiem dan
jasa produksi kepada komisaris, direksi, atau pegawai sebagai berikut:
• Beban pada tahun berjalan  dapat biaya
• Laba ditahan  tidak dapat dibiayakan
• Tantiem  tidak dibiayakan tetapi dikenakan PPh 21

Tax Planning PPH 22/23/4(2)

Untuk PPh pasal 22/23/26 perusahaan harus selalu ingat dengan kontrak yang
disepakati dengan perusahaan lain apakah perusahaan bersedia dipotong pajak
atau tidak. Kemudian melakukan rekonstruksi laporan keuangan untuk
pemisahan objek pajak dan bukan objek pajak withholding tax.

Untuk perusahaan yang memiliki Hubungan Istimewa dalam membuat laporan


keuangan semua akun piutang antarafiliasi harus tereliminasi (offsetting
pembayaran) satu dengan yang lainnya pada akhir bulan dan pada akhir tahun
(sebelum tutup buku), sedemikian rupa sehingga pada akhir tutup buku tidak
terlihat saldo utang-piutang antar afiliasi di Neraca masing-masing
Teknik Ekualisasi Pajak
Bagian dari Tax
Planning

Contoh SP2DK
Apa itu Ekualisasi Pajak?
Suatu proses untuk mengecek kesesuaian
antara satu jenis pajak dengan jenis pajak
yang lain yang berhubungan. Atau, bagian
laporan dari satu pihak yang merupakan
bagian dari laporan jenis pajak yang lainnya.

Tujuan Ekualisasi Pajak


1. Bentuk preventif agar tidak terkena pemeriksaan
2. Terhindar dari koreksi pajak
3. Menguji kepatuhan wajib pajak

Dasar Hukum: SE-10/PJ/2017

Prosedur Ekualisasi Pajak

Data External

Faktur Pajak PPN Bukti Potong PPh 22, 23 & 4(2)

VS
Data Internal
SPT Tahunan Badan Usaha

SPT Masa PPN SPT Masa PPH 21, 23, 4 (2) PPH Final UMKM
Case Study 12 – Ekualisasi External
PT. ABC adalah sebuah perusahaan jasa event organizer yang sepanjang tahun 2020
menerima Bukti Potong PPH 23 sebagai berikut:
1. PT. DEF : jumlah PPh dipotong sebesar 7.500.000
2. PT. HIG : jumlah PPh dipotong sebesar 11.250.000
3. PT. KLM : jumlah PPh dipotong sebesar 28.125.000

Karena masih UMKM, sepanjang tahun 2020, PT. ABC melakukan pembayaran PPH
Final UMKM 0,5% (PP 23) sebesar 9.375.000.

Apa potensi temuan pajaknya?

Case Study 12 – Jawaban

Catatan:
Agar tidak dipotong PPH oleh klien, maka UMKM di bidang jasa harus
melampirkan SUKET PP 23 pada setiap invoice penagihan kepada klien.
Apabila klien tetap memotong PPH 23, maka UMKM tetap wajib membayar
PPH Final 0,5%. PPH 23 (2%) yang sudah dipotong bisa dicatat sebagai
biaya.
Case Study 13 – Ekualisasi External
PT. ABC adalah sebuah perusahaan PKP yang baru berdiri tahun 2020. Sepanjang
tahun 2020, PT. ABC menerima Faktur Pajak Masukan dari PT. DEF sebesar 700jt.
Berikut ini laporan laba/rugi dan neraca yang dilaporkan PT. ABC pada SPT Tahunan
2020:

Apa potensi temuan pajaknya?

Case Study 13 – Jawaban


Ekualisasi Pajak Internal

Ekualisasi Internal : SPT Masa PPN vs SPT Tahunan Badan

Selisih dapat disebabkan antara lain:


• DPP PPN yang tidak termasuk
penghasilan PPH Badan antara lain:
• Penyerahan pusat-cabang
• Pemakaian sendiri
• Pengalihan Aktiva
• Eksport
• Beda waktu penerbitan Faktur
• Selisih Kurs Pencatatan
• Pembayaran Uang Muka
Case Study 14 – Ekualisasi Internal
Diketahui jumlah penyerahan dalam SPT PPN tahun 2020 sebesar Rp 4.796.500.000. Sedangkan
jumlah peredaran usaha yang tercantum di SPT PPh Badan sejumlah Rp 4.412.500.000. Berikut data-
data yang terkait dengan ekualisasi:
• Penyerahan bulan Desember 2019 sejumlah 600 juta dicatat pada SPT PPN bulan Januari 2020
• Dalam bulan November 2020, PT ABC menerima uang muka sebesar 10% atau sebesar 70 juta atas
penjualan sebesar 700 juta yang penyerahannya baru dilakukan di bulan Maret 2021
• Dalam bulan Februari 2020 terdapat pemakaian barang untuk keperluan pribadi sebesar 15 juta
• Terdapat penjualan barang dagangan sebesar 300 juta di bulan Desember 2020 yang faktur pajak
dan penyerahannya dilaporkan dalam SPT PPN bulan Januari 2021
• Penjualan ekspor pada tanggal 7 April 2020 sebesar USD 5.000 dengan kurs KMK sebesar Rp
10.000, dan Kurs Jual (realisasi) Rp 10.500
• Penjualan ekspor pada tanggal 21 Juni 20 sebesar USD 6.000 dengan kurs KMK sebesar 10.250, dan
Kurs Jual (realisasi) Rp 10.000.

Bagaimana Kertas Kerja Ekualisasinya?

Case Study 14 – Jawaban


Ekualisasi Internal : SPT PPH 21, 23, 4 (2) vs SPT Tahunan Badan

Dimungkinkan terjadi selisih antara lain:


• Biaya bukan objek pajak PPH 21, 23, 4(2)
• Perbedaan tahun pengakuan biaya
• Keterlambatan Pemotongan
• Selisih Kurs

Case Study 15 – Ekualisasi Internal


Case Study 16 – Ekualisasi Internal

Case Study 17 – Ekualisasi Internal


Terima
Kasih!
Frederick Yocie G. S

Ada
Pertanyaan?

Anda mungkin juga menyukai