Anda di halaman 1dari 52

PERENCANAAN

PAJAK

TEKNIK
PENGHINADARAN
PAJAK

By Kelompok 5
OUR
TEAMS

Monalisa Sarah Novita Riad Afrillah


502310010108 50231010229 502310010316
TABLE
OF CONTENT
01 Taxable dan Deductable 07 Pemecahan perusahaan
02 Formula umum perhitungan pajak 08 Memaksimalkan pengurangan
penghasilan
09 Penyebaran penghasilan dan
03 Critical Variables biaya
04 Faktor Pajak 10 Pemilihan bentuk usaha dan
kegiatan usaha yang tepat
05 Memaksimalkan pengecualian
11 Metode dan periode akuntansi
06 Tarif pajak marginal dan tarif
pajak rata-rata
TAXABLE
DAN DEDUCTABLE
Sebagai ilustrasi pemberian dalam
bentuk natura dan kenikmatan
Taxable (dapat dipajaki) dan kepada para pegawai, berdasarkan
deductible (dapat dikurangi) pasal 4 ayat (3) huruf d UU PPH Nomor
merupakan prinsip yang laizm dipakai 7 tahun 2021
dalam perencanaan pajak, yang
pada umumnya mengubah biaya Sebaliknya dari sudut pandangan
yang tidak boleh dikurangkan menjadi perusahaan yang mengeluarkan
biaya yang boleh dikurangkan biaya tersebut, secara komersial
ataupun sebaliknya mengubah merupakan biaya yang dapat
penghasilan yang merupakan objek dikurangkan dari penghasilan
pajak menjadi penghasilan yang tidak perusahaan, tetapi berdasarkan pasal
objek pajak, dengan konsekuensi 9 ayat (1) UU PPH Nomor 7 tahun 2021
terjadinya perubahan pajak terutang merupakan biaya yang tidaak boleh
akibat pengubahan tersebut. dikurangkan

Mohammad Zain, 2007, Manajemen Perpajakan, Edisi 3, Penerbit Salemba Empat, Jakarta
Pasal 4 Ayat (3) huruf d UU PPh No 7 Tahun 2021 Pasal 9 Ayat (1) UU PPh No 7 Tahun 2021

(1). Untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri
dan bentuk usaha tetap tidak boleh dikurangkan:
(3). Yang dikecualikan dari objek pajak adalah:
a. pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan
asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;
d. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan b. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau anggota;
atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura c. pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali:
1. cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak
dan/atau kenikmatan, meliputi: opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang yang dihitung berdasarkan standar akuntansi keuangan
1. makanan, bahan makanan, bahan minuman, dan/atau yang berlaku dengan batasan tertentu setelah berkoordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan;
minuman bagi seluruh pegawai; 2. cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;
3. cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;
2. natura dan/atau kenikmatan yang disediakan di daerah 4. cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
tertentu; 5. cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan
3. natura dan/atau kenikmatan yang harus disediakan oleh 6. cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri untuk usaha pengolahan limbah industri, yang
memenuhi persyaratan tertentu;
pemberi kerja dalam pelaksanaan pekerjaan; d. premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa, yang dibayar oleh Wajib
4. natura dan/atau kenikmatan yang bersumber atau dibiayai
Robust Black
Pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran yang bersangkutan;
e. dihapus; Markets
Pendapatan dan Belanja Daerah, dan/atau Anggaran f. jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan
Pendapatan dan Belanja Desa; atau istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan;
5. natura dan/atau kenikmatan dengan jenis dan/atau g. harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b,
kecuali sumbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf i sampai dengan huruf m serta zakat yang diterima oleh
batasan tertentu; badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau sumbangan keagamaan yang sifatnya
wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh
pemerintah, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah;
h. Pajak Penghasilan;
i. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya;
j. gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham;
k. sanksi administratif berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.
Pembebanan Biaya dalam Natura atau Kenikmatan

PMK No. 66 Tahun 2023 Pasal 2 menyatakan bahwa biaya penggantian atau imbalan yang
diberikan dalam bentuk natura atau kenikmatan dapat dikurangkan dari penghasilan bruto untuk
menentukan Penghasilan Kena Pajak (PKP) oleh pemberi kerja. Dalam hal ini, biaya natura atau
kenikmatan yang dimaksud merupakan biaya yang dikeluarkan dalam mendapatkan, menagih, dan
PMK NO 66 Tahun 2023 tentang
perlakuan pajak penghasilan memelihara penghasilan.
atas penggantian atau
imbalan sehubungan dengan Biaya penggantian atau imbalan sehubungan pekerjaan berkaitan dengan biaya hubungan kerja
pekerjaan atau jasa yang antara pemberi kerja dan pegawainya. Selain itu, biaya penggantian atau imbalan yang sehubungan
diterima atau diperoleh dalam dengan jasa berkaitan dengan biaya yang muncul dari transaksi jasa antar-Wajib Pajak.
bentuk natura dan/atau
kenikmatan.
Pengeluaran biaya penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan yang
dimanfaatkan kurang dari 1 tahun dapat dibebankan
Robust Black pada tahun terjadinya pengeluaran.
Markets
Sedangkan, untuk pengeluaran biaya penggantian atau imbalan dalam bentuk kenikmatan yang
dimanfaatkan lebih dari 1 tahun dapat dibebankan melalui amortisasi atau penyusutan sesuai
dengan UU Pajak Penghasilan (PPh) yang belaku.

Pelaporan biaya penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan dilakukan oleh
pemberi kerja kepada pegawai dalam Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) PPh. Kebijakan ini
berlaku sejak tanggal 1 Januari 2022 bagi pemberi kerja yang melakukan pembukuan tahun buku
2022 sebelum, setelah, maupun pada tanggal 1 Januari 2022.
Natura atau Kenikmatan sebagai Objek Pajak Penghasilan

Dalam PMK No. 66 Tahun 2023 Pasal 3 ayat 1, penggantian


atau imbalan yang diterima dalam bentuk natura atau
PMK NO 66 Tahun 2023 tentang
perlakuan pajak penghasilan kenikmatan merupakan penghasilan yang termasuk dalam objek
atas penggantian atau
imbalan sehubungan dengan
pajak penghasilan pada Pasal 4 ayat (1) huruf a UU PPh
pekerjaan atau jasa yang terbaru, yakni UU No. 7 Tahun 2021. Penggantian atau
diterima atau diperoleh dalam
bentuk natura dan/atau imbalan dalam bentuk natura tersebut diberikan dalam bentuk
kenikmatan.
barang selain uang. Sedangkan, penggantian atau imbalan
dalam bentuk kenikmatanRobust Blackdalam bentuk hak atas
diberikan
Markets
pemanfaatan suatu fasilitas yang bersumber dari pemberi atau
pihak ketiga yang dibiayai oleh pemberi untuk dimanfaatkan
penerima.
Pengecualian Natura atau Kenikmatan sebagai Objek Pajak Penghasilan

Objek pajak penghasilan atas penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau
kenikmatan yang dikecualikan menurut PMK No. 66 Tahun 2023 Pasal 4 meliputi:
PMK NO 66 Tahun 2023 tentang
perlakuan pajak penghasilan 1. Makanan, minuman, bahan makanan, dan bahan minuman yang diberikan
atas penggantian atau kepada seluruh pegawai dengan ketentuan sebagai berikut
imbalan sehubungan dengan
pekerjaan atau jasa yang 2. Natura atau kenikmatan di daerah tertentu
diterima atau diperoleh dalam 3. Natura atau kenikmatan yang harus diberikan oleh pemberi kerja dalam
bentuk natura dan/atau
kenikmatan. pelaksanaan pekerjaan sehubungan dengan persyaratan mengenai keamanan,
kesehatan, atau keselamatan pegawai yang diwajibkan, seperti pakaian seragam,
peralatan keselamatn kerja, sarana antarRobust
jemput,Black
penginapan untuk awak kapal
Markets
dan sejenisnya, serta natura atau kenikmatan yang diterima dalam penanganan
bencana nasional
4. Natura atau kenikmatan yang dibiayai atau memiliki sumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD), atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes)
5. Natura atau kenikmatan dengan jenis atau batasan tertentu.
Taxable & Deductable

Taxable biasanya ditujukan untuk pengenaan pajak atas penghasilan yang diperoleh orang
atau badan tanpa melihat dari mana penghasilan tersebut diperoleh (sumber penghasilan).

Prinsip taxable diatur di Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 4 ayat (2) UU PPh No.07 tahun 2021

Deductible adalah biaya yang diakui oleh pajak, biasanya ditujukan kepada beban / biaya
yang menurut ketentuan menjadi pengurang penghasilan Bruto

Prinsip deductible diatur di Pasal 6 UU PPh No.07 tahun 2021

http://www.indonesiataxconsultant.com
TAXABLE
DAN DEDUCTABLE
Apabila pemberian dalam bentuk
natura dan kenikmatan, seperti dokter
dan obat misalnya, diubah menjadi
tunjangan kesehatan, maka
berdasarkan pasal 4 ayat (1) huruf a
Undang-undang Pajak Peenghasilan
2021, tunjangan kesehatan yang
diberikan dalam bentuk uang tersebut
merupakan penghasilan yang akan
dipajaki, dan di lain pihak berdasarkan
pasal 6 ayat (1) huruf a biaya tunjangan
kesehatan tersebut dapat dikurangkan
dari penghasilan bruto perusahaan,

Mohammad Zain, 2007, Manajemen Perpajakan, Edisi 3, Penerbit Salemba Empat, Jakarta
Pasal 4 ayat (1) huruf a UU PPH Nomor 7 tahun2021
(1) Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima
atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai
untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam
bentuk apa pun, termasuk:
a. penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk
gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk
lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang ini;

Pasal 6 ayat (1) huruf a UU PPH Nomor 7 tahun2021


(1) Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan
bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk:
a. biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha, antara lain: 1. biaya pembelian bahan; 2. biaya
berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam
bentuk uang; 3. bunga, sewa, dan royalti; 4. biaya perjalanan; 5. biaya pengolahan limbah; 6. premi asuransi; 7. biaya promosi dan
penjualan; 8. biaya administrasi; dan 9. pajak kecuali Pajak Penghasilan;
FORMULA UMUM PERHITUNGAN
PAJAK PENGHASILAN
Dalam rangka mendesain suatu perencanaan pajak ada beberapa
alternatif pendekatan sistematis yang dapat dilakukan, tetapi
kesemuanya itu bertitik tolak kepada formula umum perhitungan
pajak penghasilan
Seperti pada Tampilan disamping.

Oleh karena sasarannya adalah mengefisienkan beban pajak (pajak


terutang) yang berada pada lapisan bawah dari perhitungan
tersebut, maka secara aritmetika untuk memperoleh lapisan bawah
yang minimal tersebut, pengaturan harus dilakukan dengan
melibatkan semua komponen yang diatasnya secara maksimal,
sehingga dengan demikian berarti bahwa perencanaan pajak
mencakup hal-hal seperti meminimalkan tarif pajak dan
memaksimalkan biaya fiskal yang dapat dikurangkan serta
memaksimalkan penghasilan yang ditangguhkan atau dikecualikan
dari pengenaan pajak. Komponen-komponen dari formula umum
tersebut kita sebut sebagai “variabel-variabel” perencanaan pajak
dan hampir seluruh komponen-komponen yang terdapat pada
nomor genap formula tersebut merupakan “variabel kritis (critical
variables)”

Mohammad Zain, 2007, Manajemen Perpajakan, Edisi 3, Penerbit Salemba Empat, Jakarta
VARIABEL KRITIS
(CRITICAL VARIABLES)
Untuk membantu pengolahan “variabel kritis” tersebut ada
beberapa petunjuk yang dapat digunakan, antara lain :

Usahakan agar terdapat penghasilan yang stabil untuk


menghindari pengenaan pajak dari kelas penghasilan yang
tarifnya tinggi (top rate brackets)

Percepat atau tunda beberapa penghasilan dan biaya-biaya untuk


memperoleh keuntungan dari kemungkinan perubahan tarif pajak yang tinggi
atau rendah, seperrti penangguhan pengenaan PPN, PPN yang ditanggung
oleh pemerintah dan seterusnya.

Sebarkan penghasilan menjadi penghasilan dari beberapa


wajib pajak, seperti pembentukan grup-grup perusahaan.

Mohammad Zain, 2007, Manajemen Perpajakan, Edisi 3, Penerbit Salemba Empat, Jakarta
VARIABEL KRITIS
(CRITICAL VARIABLES)

Sebarkan penghasilan menjadi penghasilan beberapa tahun untuk mencegah


penghasilan tersebut termasuk dalam kelas penghasilan yang tarifnya tinggi
dan tunda pembayaran pajaknya, seperti penjualan cicilan, kredit, dan
seterusnya.

Transformasikan penghasilan biasaa menjadi “Capital


gain“ jangka panjang.

Ambil keuntungan sebesar-sebesarnya dari ketentuan-


ketentuan mengenai pengecualian dan potongan -potongan

Mohammad Zain, 2007, Manajemen Perpajakan, Edisi 3, Penerbit Salemba Empat, Jakarta
VARIABEL KRITIS
(CRITICAL VARIABLES)

Pergunakan uang dari hasil pembebasan pengenaan pajak untuk


keperluan perluasan perusahaan yang mendapatkan kemudahan-
kemudahan

Pilihlah bentuk usaha yang terbaik untuk operasional


usahanya

Dirikanlah perusahaan dalam satu jalur usaha sedemikian rupa, sehingga


dapat diatur secara keseluruhan penggunaan tarif pajak, potensi
menghasilkan, kerugian-kerugian dan aset yang dapat dihapus.

Mohammad Zain, 2007, Manajemen Perpajakan, Edisi 3, Penerbit Salemba Empat, Jakarta
FAKTOR
PAJAK Usahakan penghasilan tersebut tidak termasuk pengertian
penghasilan yang dapat dikenakan pajak penghasilan atau
penghasilan yang kena pajak diganti dengan penghasilan yang tidak
kena pajak atau pengenaan pajaknya ditangguhkan

Faktor pajak yanng terlibat Tingkatkan biaya-biaya yag dapat dikurangkan atau biaya tertentu yang
tidak dapat dikurangkan atau biaya tertentu yang tidak dapat
dalam setiap situasi dikurangkan dari penghasilan kena pajak dikurangi dan dialihkan ke
biaya-biaya yang dapat dikurangkan
sangat terbatas sekali dan
apabila misalnya
diinginkan suatu beban Perpanjangan jangka waktu pengenaan pajak atas penghasilan
pajak penghasilan yang atau perpendek jangka waktu biaya-biaya yang dapat
dikurangkan
efisien, maka harus :

Pertimbangkan antara naiknya penghasilan dengan beban


pajak yang meningkat, atau naiknya biaya tertentu dengan
berkurangnya beban pajak, dan hasil akhir (neto) harus
memperbesaar laba setelah pajak penghasilan

Mohammad Zain, 2007, Manajemen Perpajakan, Edisi 3, Penerbit Salemba Empat, Jakarta
PAJAK ATAS DIVIDEN PASCA UU CIPTA KERJA
Dividen Dalam Negeri yang Diterima oleh Orang Pribadi

Sesuai ketentuan Pasal 4 ayat (3) huruf f angka 1a UU PPh, dividen yang diterima oleh
orang pribadi kini dikecualikan dari pengenaan pajak. Pengecualian berlaku untuk
dividen yang berasal dari saham go public maupun private. Pengecualian diberikan
apabila dividen diinvestasikan kembali di Indonesia dengan persyaratan lain yang
harus dipenuhi. Secara detail, ketentuan investasi dividen dapat dilihat pada
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18 Tahun 2023 (PMK 18/2021).

Perlu dicatat, pengenaan pajak final 10% atas dividen dapat diterapkan jika Wajib
Pajak tidak memenuhi persyaratan yang dimaksud. Nantinya, penyetoran pajak
dilakukan melalui mekanisme setor sendiri.
PAJAK ATAS DIVIDEN PASCA UU CIPTA KERJA
Dividen Dalam Negeri yang Diterima oleh Badan

Sesuai ketentuan terbaru pada Pasal 4 ayat (3) huruf f angka 1b UU PPh, dividen
dalam negeri yang diterima oleh Wajib Pajak Badan atau BUT, dibebaskan dari
pengenaan pajak. Pengecualian diberikan untuk dividen yang berasal dari saham
public maupun private, tanpa melihat besar kepemilikan, dan tanpa perlu
mengajukan Surat Keterangan Bebas. Selain itu, pembebasan juga diberikan tanpa
syarat untuk menginvestasikan kembali dividen yang diterima.
MEMAKSIMALKAN PENGECUALIAN-
PENGECUALIAN (MAXIMIZING EXCLUSIONS)

"Memaksimalkan,pengecualian-pengecualian" (maximizing exclusions) adalah


pengalihan penanaman dalam surat-surat berharga ke dalam deposito
berjangka (sebelum perubahan terakhir, bunga deposito dikenakan PPh). Oleh
karena dividen merupakan penghasilan yangdapat dikenakan pajak,
sedangkan bunga deposito ditangguhkan pengenaan pajaknya, maka dengan
pemindahan tersebut penghasilan kena pajaknya menurun, yang dengan
sendirinya akan menurunkan pula beban pajaknya dengan catatan bahwa
harus pula dilihat, mana di antara kedua penanaman tersebut yang lebih
menguntungkan dengan cara membandingkan penghasilan setelah dikurangi
pajak penghasilan, masing-masing cara tersebut.
MEMAKSIMALKAN PENGECUALIAN-
PENGECUALIAN (MAXIMIZING EXCLUSIONS)

Pasal 4 Ayat 3 UU PPh


No 7 Tahun 2021
Yang dikecualikan
dari objek pajak
adalah :

Robust Black
Markets
Pasal 4 Ayat 3 UU PPh No 7 Tahun 2021
Yang dikecualikan dari objek pajak adalah :

Robust Black
Markets
Pasal 4 Ayat 3 UU PPh No 7 Tahun 2021
Yang dikecualikan dari objek pajak adalah :
TARIF PAJAK MARGINAL DAN TARIF PAJAK RATA-RATA
Menurut UU Nomor 7 Tahun 2021 Pasal 4 ayat 1 penghasilan
adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima
atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi
atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan,
dengan nama dan dalam bentuk apapun.

Biaya (cost) sebagai sumber daya yang dikorbankan (sacrified) atau


dilepaskan (forgone) untuk mencapai tujuan tertentu. Horngren et al
(2005)
(1) TARIF PAJAK YANG DITERAPKAN ATAS PENGHASILAN KENA PAJAK BAGI:
A. WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DALAM NEGERI SEBAGAI BERIKUT:

B. WAJIB PAJAK BADAN DALAM NEGERI DAN BENTUK USAHA TETAP SEBESAR 22%
(DUA PULUH DUA PERSEN).
Penjelasan Pasal 17 Ayat (1)
Huruf a
Contoh penghitungan pajak yang terutang untuk Wajib Pajak orang pribadi: Jumlah
Penghasilan Kena Pajak Rp6.000.000.000,00 (enam miliar rupiah). Pajak Penghasilan
yang terutang:
Huruf b
Contoh penghitungan pajak yang terutang untuk Wajib
Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap:
Penghasilan Kena Pajak PT A pada tahun pajak 2022
sebesar Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta
rupiah).

Pajak Penghasilan yang terutang untuk tahun pajak


2022: 22% x Rp1.500.000.000,00 = Rp330.000.000,00
PEMECAHAN PERUSAHAAN
Makin tinggi penghasilan kena pajak, makin tarif pajak rata-
ratanya makin mendekati marjinalnya, dan hal ini berarti pula
bahwa tarif tersebut akan lebih menyempitkan rangsangan untuk
membagi perusahaan kedalam perusahaan-perusahaan yang
lebih kecil guna meminimalkan beban pajaknya.

Perusahaan akan berusaha untuk membuat pajak yang dikeluarkan se


minimal atau se efisen mungkin salah satu cara yang dilakukan adalah
dengan memecah perusahaan yang akanberdampak terhadap
pemecahan penghasilan perusahaan.

Moh. Zain (Manajemen Perpajakan, Edisi 3, 2008)


PEMECAHAN PERUSAHAAN
1. PT ABUNIDAL (sebelum di pecah)
penghasilan kena pajak Rp 1.500.000.000
Peredaran Bruto Rp 7.000.000.000

Sehingga pajak terutangnya adalah :


(Rp 4,8 Miliar : Penghasilan Bruto) x Penghasilan Kena Pajak
(4,8 Miliar : 7 Miliar ) x 1,5 Miliar = 1.028.571.428
Mendapatkan fasilitas
(50% x 22%) x 1.028.571.428 = 113.142.857
Tidak mendapatkan fasilitas
22% x (1,5 Miliar - 1.028.571.428) = 471.428.572
Maka, PPH terutang adalah : 113.142.857 + 471.428.572 = 584.571.429

Moh. Zain (Manajemen Perpajakan, Edisi 3, 2008)


PEMECAHAN PERUSAHAAN

2. PT ABUNIDAL tersebut dipecah menjadi PT Abu dan PT Nidal dengan masing-masing


omsetnya adalah 3.500.000.000 dan untuk penghasilan kena pajak nya dalah 750.000.000
Sehingga pajak terutangnya adalah (Pasal 31E) :
(50% x 22%) x 750.000.000 = 82.500.000

Maka PPH terutang adalah 82.500.000 (per perusahaan)

Jadi, jika di bagi dua maka total PPH Terutang adalah 165.000.000

PPh terutang PT ABUNIDAL sebelum dipecah = 584.571.429


PPh terutang PT ABU dan PT NIDAL = 165.000.000
Selisisih yang menguntungkan = 419.571.429

Moh. Zain (Manajemen Perpajakan, Edisi 3, 2008)


MEMAKSIMALKAN PENGURANGAN
BERDASARKAN UU NO 7 TAHUN 2021

Pasal 21 Ayat (3) Bagi pegawai tetap besarnya penghasilan yang dipotong pajak
adalah penghasilan bruto dikurangi dengan biaya jabatan, iuran pensiun, dan
Penghasilan Tidak Kena Pajak. Dalam pengertian iuran pensiun termasuk juga iuran
tunjangan hari tua atau tabungan hari tua yang dibayar oleh pegawai.

Bagi pensiunan besarnya penghasilan yang dipotong pajak adalah jumlah


penghasilan bruto dikurangi dengan biaya pensiun dan Penghasilan Tidak Kena Pajak.
Dalam pengertian pensiunan termasuk juga penerima tunjangan hari tua atau
tabungan hari tua.

Ayat (4) Besarnya penghasilan yang dipotong pajak bagi pegawai harian, mingguan,
serta pegawai tidak tetap lainnya adalah jumlah penghasilan bruto dikurangi dengan
bagian penghasilan yang tidak dikenai pemotongan yang besarnya ditetapkan
dengan Peraturan Menteri Keuangan, dengan memerhatikan Penghasilan Tidak Kena
Pajak yang berlaku
MEMAKSIMALKAN PENGURANGAN
BERDASARKAN UU NO 7 TAHUN 2021

Pasal 21 Ayat (5a) Kepemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dapat dibuktikan oleh
Wajib Pajak, antara lain, dengan cara menunjukkan kartu NPWP.

Contoh: Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp75.000.000,00


Pajak Penghasilan yang harus dipotong bagi Wajib Pajak yang memiliki NPWP adalah:
5% x Rp50.000.000,00 = Rp 2.500.000,00 1
5% x Rp25.000.000,00 = Rp 3.750.000,00(+)
Jumlah = Rp 6.250.000,00

Pajak Penghasilan yang harus dipotong jika Wajib Pajak tidak memiliki NPWP adalah:
5% x 120% x Rp50.000.000,00 = Rp 3.000.000,00
15% x 120% x Rp25.000.000,00 = Rp 4.500.000,00(+)
Jumlah =Rp 7.500.000,00
Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2016 ditegaskan kembali
jenis penghasilan apa saja yang dikenakan PPh Pasal 21. Penghasilan tersebut
yaitu:
Penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai Tetap, baik berupa
Penghasilan yang Bersifat Teratur maupun Tidak Teratur
Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secara teratur
berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya
Penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari
tua, atau jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus, yang pembayarannya
melewati jangka waktu 2 (dua) tahun sejak pegawai berhenti bekerja
Penghasilan Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas, berupa upah
harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang
dibayarkan secara bulanan
Imbalan kepada Bukan Pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee,
dan imbalan sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk apa pun sebagai
imbalan sehubungan jasa yang dilakukan
Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang
representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan
nama dan dalam bentuk apa pun Penghasilan berupa honorarium atau
imbalan yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh anggota
dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai
Pegawai Tetap pada perusahaan yang sama
Penghasilan berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus atau imbalan lain
yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh mantan pegawai
Penghasilan berupa penarikan dana pensiun oleh peserta program pensiun
yang masih berstatus sebagai pegawai, dari dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan
CONTOH #1 PENGHITUNGAN PPH 21 PEGAWAI TETAP
Retto pada tahun 2016 bekerja pada perusahaan PT Jaya Abadi dengan memperoleh gaji sebulan
Rp5.750.000,00 dan membayar iuran pensiun sebesar Rp200.000,00.

Retto menikah tetapi belum mempunyai anak. Pada bulan Januari penghasilan Retto dari PT Jaya
Abadi hanya dari gaji.

Penghitungan PPh Pasal 21 bulan Januari adalah sebagai berikut:

1. Biaya Jabatan adalah biaya untuk


mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan yang dapat dikurangkan dari
penghasilan setiap orang yang bekerja
sebagai pegawai tetap tanpa memandang
mempunyai jabatan ataupun tidak.
2. Contoh tersebut berlaku apabila pegawai
yang bersangkutan sudah memiliki Nomor
PokoWajib Pajak (NPWP). Dalam hal pegawai
yang bersangkutan belum memiliki NPWP,
maka
3. jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong
pada bulan Januari adalah sebesar 120% x
Rp19.375,00= Rp23.250,00. Untuk contoh-
contoh selanjutnya diasumsikan penerima
penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21
sudah memiliki NPWP, kecuali disebut lain
dalam contoh tersebut.
CONTOH #2 PENGHITUNGAN PPH 21 PEGAWAI TETAP
Rohmad Nayoan pegawai pada perusahaan PT Candra Kirana, menikah tanpa anak, memperoleh gaji sebulan Rp8.000.000,00.
Pt Candra Kirana mengikuti program BPJS Ketenagakerjaan, premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan Kematian dibayar
oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing 0,50% dan 0,30% dari gaji.
PT Candra Kirana menanggung iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar 3,70% dari gaji sedangkan Rohmad Nayoan membayar
iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji setiap bulan. Disamping itu PT Candra Kirana juga mengikuti program pensiun untuk
pegawainya.
PT Candra Kirana membayar iuran pensiun untuk Rohmad Nayoan ke dana pensiun, yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan, setiap bulan sebesar Rp200.000,00, sedangkan Rohmad Nayoan membayar iuran pensiun sebesar Rp 100.000,00.
Pada bulan Juli 2016 Rohmad Nayoan hanya menerima pembayaran berupa gaji. Penghitungan PPh Pasal 21 bulan Juli 2016 adalah
sebagai berikut:
CONTOH #3 PENGHITUNGAN PPH 21 PEGAWAI TETAP
dr. Aulia Rais (menikah dan mempunyai 3 anak kandung) merupakan dokter spesialis kandungan yang bekerja sebagai pegawai
tetap di rumah sakit swasta Sehat Tentrem dengan gaji tetap sebesar Rp20.000.000,00. Jam praktik dr. Aulia Rais mulai pukul 8.00 s.d
12.00 selama 5 hari dalam seminggu.

Untuk bulan Agustus 2016 dr. Aulia Rais menerima pembayaran dari Rumah Sakit Sehat Tentrem berupa gaji sebesar Rp20.000.000,00
dan menerima jasa medis sebagai dokter yang bersumber dari pasien sebesar Rp25.000.000,00. Dokter Aulia Rais membayar iuran
pensiun sebesar Rp200.000,00 setiap bulannya.

Penghitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan dr. Aulia Rais dari Rumah Sakit Tentrem pada bulan Agustus 2016 adalah:
Penyebaran Penghasilan dan Biaya
Berdasarkan UU No 7 Tahun 2021 Pasal 4 Ayat 1 : yang menjadi objek penghasilan
1. Penggantian atau imbalan yang berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji,
tunjangan, honorarium, dan lain-lain
2. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan
3. Laba usaha
4. Keuntungan karna penjualan atau karena peralihan harta
5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan
6. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang
7. Dividen
8. Royalti
9. Sewa dan penghasilan yang sehubungan dengan penggunaan harta
10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala
11. Keuntungan karena pembebasan utang
12. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva
13. Premi asuransi
14. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari WP yang menjalankan pekerjaan
bebeas
15. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak
16. Penghasilan dari usaha berbasis syariah
17. Imbalan bunga
18. Surplus BI
Berdasarkan UU No 7 Tahun 2021 Pasal 4
Ayat 2 : yang menjadi objek penghasilan Bersifat Final

1. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara,
bunga atau diskonto surat berharga jangka pendek yang diperdagangkan di pasar uang, dan bunga
simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi
2. Penghasilan berupa hadiah undian
3. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang diperdagangkan di
bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan
pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura
4. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa
konstruksi, usaha real estat, dan persewaan tanah dan/atau bangunan
5. Penghasilan tertentu lainnya, termasuk penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu
Berdasarkan UU No 7 Tahun 2021 Pasal 6
Ayat 1: yang dapat menjadi pengurang penghasilan bruto
1. Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha
2. Penyusutan, amortisasi
3. Iuran pensiun
4. Kerugian karna penjualan
5. Kerugian selisih kurs mata uang asing
6. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia
7. Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan
8. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih
9. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional
10. Sumbangan dalam rangka penelitian
11. Biaya pembangunan infrastruktur sosial
12. Sumbangan fasilitas pendidikan
13. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga
14. Biaya penggantian atau imbalan yang diberikan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan
Contoh salah satu dari biaya adalah biaya penyusutan, cara
menghitungnya terbagi atas 2 sebagai berikut:

Dalam UU No 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Perpajakan pasal 11 ayat 6


dijelaskan terdapat 2 metode penyusutan yang dapat digunakan yaitu penyusutan
garis lurus dan saldo menurun.

Metode Garis Lurus


Sebuah mesin yang harga perolehannya Rp 150.000.000 dan masa manfaatnya 4 tahun
Jawab:
Harga perolehan : 150.000.000
Umur manfaat 4 tahun (25%)
150.000.000 X 25%
37.500.000
Contoh dalam melakukan perencanaan pajak menggunakan
biaya penysutan

Metode Saldo
Dalam UUMenurun
No 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Perpajakan pasal 11 ayat 6
dijelaskan terdapat
Sebuah mesin 2 metode
yang harga penyusutan
perolehannya yang dapat dan
Rp 150.000.000 digunakan yaitu penyusutan
masa manfaatnya 4 tahun
Jawab: garis lurus dan saldo menurun.
Lanjutan Penjelasan:
Perlu diketahui bahwa tidak semua asset dapat memilih antara metode yang telah di sebutkan
sebelumnya. Terdapat beberapa asset yang memang sangat dianjutkan untuk tetap konsisten
menggunakan salah satu metode saja seperti perhitungan penyusutan komputer bagi
perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa yang banyak menggunakan komputer seperti jasa
sewa layanan penggunaan komputer. Perusahaan tersebut lebih disarankan menggunakan
metode penyusutan saldo menurun. Hal ini dikarenakan banyaknya inovasi atau cepatnya
inovasi terhadap jenis komputer tersebut sehingga nilai dari komputer tersebut lama kelamaan
akan menurun. Oleh karena itu, penggunaan saldo menurun akan lebih baik karena
penilaiannya berdasarkan nilai sisa buku yang nilainya akan menyesuaikan dengan nilai sisa
buku yang ada dibanding dengan metode garis lurus yang nilainya sama tiap tahunnya.
PEMILIHAN BENTUK USAHA

Beberapa faktor pajak secara prinsipan yang harus dipertimbangkan dalam


memilih bentuk usaha:

1. Bagaimana hubungan antara tarif pajak penghasilan WP OP dan tari


pajak WP Badan
2. Pengenaan pajak penghasilan secara berganda
3. Kesempatan untuk dapat menunda pengenaan pajak pada tarif pajak
penghasilan lebih kecil/lebih besar
4. Adanya ketentuan-ketentuan mengenai kerugian hasil usaha neto.

Moh. Zain (Manajemen Perpajakan, Edisi 3, 2008)


Bentuk Usaha Badan (PT)
PT Angkasa bergerak sebagai distributor mainan anak yang terbuat dari bahan yang
aman dan berkualitas. Laba/rugi PT Angkasa tahun 2022 menunjukkan informasi
sebagai berikut:
Bentuk Usaha Badan (PT)
Asumsi: Jika deviden dibagaikan kepada orang pribadi berdasarkan PPH Pasal 17 (2c)
tarif yang dikenakan atas penghasilan berupa dividen yang dibagikan kepada WP OP
dalam negari dengan tarif 10% dan bersifat final (PMK No 111/PMK.03/2010).

Maka

Berdasarkan informasi diatas maka pajak terutang oleh PT. Angkasa adalah :
5.280.000.000 + 1.872.000.000
= 7.152.000.000
Bentuk Usaha Badan (CV)
CV Utama bergerak sebagai distributor mainan anak yang terbuat dari bahan yang
aman dan berkualitas. Laba/rugi PT Angkasa tahun 2022 menunjukkan informasi
sebagai berikut:
Bentuk Usaha Badan (CV)
Berdasarkan UU Nomor 7 Tahun 2021 Pasal 4 ayat 3 huruf i terkait yang bukan
objek pajak, menjelaskan bahwa bagian laba atau sisa hasil usaha yang diterima
atau diperoleh anggota dari koperasi, perseroan komaditer yang modalnya tidak
terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi
termasuk pemegang unit pentertaan kontrak investasi kolektif

Berdasarkan informasi diatas maka pajak terutang oleh CV. Utama adalah :
5.280.000.000
Bentuk Usaha Orang Pribadi
Tuan Dzaky (K3) memiliki usaha perdagangan bahan-bahan bangunan. Selama tahun
2022 Laporan Laba Rugi Tuan Dzaky sebagai berikut:
Kesimpulan

Jadi berdasarkan informasi yang telah disampaikan dan melihat besaran


pajak terutang dalam pemilihan bentuk usaha dengan ilustrasi jumlah
peredaran bruto adalah 55.000.000.000 (55 M) adalah bentuk usaha badan
yaitu CV. Karena tarif nya yang tunggal sehingga jika penghasilan
meningkat pun tarif yang dikenakan akan tetap, tidak seperti Orang Pribadi
yang tarifnya progresif dan badan berbentu PT yang memiliki objek pajak
lain seperti dividen.
Note : Tidak semua dividen menjadiobjek pajak, dapat dilihat dalam UU No 7 Tahun 2021 tentang
Harmonisasi Perpajakan Pasal 4 ayat 3 terkait tentang yang bukan termasuk Objek Pajak Penghasilan
serta dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 18 Tahun 2021 yang merupakan aturan
turunan dari UU Cipta Kerja yang mengatur tentang pengecualian dividen dari objek pajak
penghasilan (PPh).
METODE DAN PERIODE AKUNTANSI
Pada dasarnya terdapat dua metode akuntansi
prinsipil yaitu:
1. Prinsip penerimaan dan pengeluaran kas (cash
basis)
2. Prinsip atau metode akrual (akrual basis)

Cara pembukuan menggunakan akrual Cara pembukuan menggunakan cash basis


basis adalah metode penghasilan dan adalah cara membukukan penghasilan saat
biaya dalam artian penhasilan diakui pada diterimanya penghasilan tersebut dan
waktu diperoleh dan biaya diakui pada mengurangkan pengeluarannya pada saat
waktu terutang.. pengeluaran gtersebut dibayar.

Moh. Zain (Manajemen Perpajakan, Edisi 3, 2008)


METODE DAN PERIODE AKUNTANSI
Dalam periode akuntansi pemakaian tahun pajak naik berdasarkan tahun kalender atau
tahun buku harus taat dan konsisten. Hal ini terutama untuk mencegah kemungkinan
adanya pergeseran laba atau rugi, apabila wajib pajak diberi kebebasan untuk setiap saat
berganti tahun pajaknya. Oleh karena itu, apabila wajib pajak ingin merubah tahun pajak,
maka harus meminta persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak, sesuai dengan Pasal 28 (6)
UU No 7 Tahun 2021.

Dengan demikian, berarti bahwa dalam undang-undang pajak masih terbuka


kemungkinan untuk mengadakan perubahan akuntansi. Secara umum dapat
dikatan bahwa, periode akuntansi berasal dari keputusan yang diambil saat
mendirikan perusahaan, dimana saat itu diberi kebebasan memilih periode
akuntansi yang sesuai.

Moh. Zain (Manajemen Perpajakan, Edisi 3, 2008)


PERENCANAAN
PERPAJAKAN

THANK YOU!

Anda mungkin juga menyukai