PAJAK
TEKNIK
PENGHINADARAN
PAJAK
By Kelompok 5
OUR
TEAMS
Mohammad Zain, 2007, Manajemen Perpajakan, Edisi 3, Penerbit Salemba Empat, Jakarta
Pasal 4 Ayat (3) huruf d UU PPh No 7 Tahun 2021 Pasal 9 Ayat (1) UU PPh No 7 Tahun 2021
(1). Untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri
dan bentuk usaha tetap tidak boleh dikurangkan:
(3). Yang dikecualikan dari objek pajak adalah:
a. pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan
asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;
d. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan b. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau anggota;
atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura c. pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali:
1. cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak
dan/atau kenikmatan, meliputi: opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang yang dihitung berdasarkan standar akuntansi keuangan
1. makanan, bahan makanan, bahan minuman, dan/atau yang berlaku dengan batasan tertentu setelah berkoordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan;
minuman bagi seluruh pegawai; 2. cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;
3. cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;
2. natura dan/atau kenikmatan yang disediakan di daerah 4. cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
tertentu; 5. cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan
3. natura dan/atau kenikmatan yang harus disediakan oleh 6. cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri untuk usaha pengolahan limbah industri, yang
memenuhi persyaratan tertentu;
pemberi kerja dalam pelaksanaan pekerjaan; d. premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa, yang dibayar oleh Wajib
4. natura dan/atau kenikmatan yang bersumber atau dibiayai
Robust Black
Pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran yang bersangkutan;
e. dihapus; Markets
Pendapatan dan Belanja Daerah, dan/atau Anggaran f. jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan
Pendapatan dan Belanja Desa; atau istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan;
5. natura dan/atau kenikmatan dengan jenis dan/atau g. harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b,
kecuali sumbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf i sampai dengan huruf m serta zakat yang diterima oleh
batasan tertentu; badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau sumbangan keagamaan yang sifatnya
wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh
pemerintah, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah;
h. Pajak Penghasilan;
i. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya;
j. gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham;
k. sanksi administratif berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.
Pembebanan Biaya dalam Natura atau Kenikmatan
PMK No. 66 Tahun 2023 Pasal 2 menyatakan bahwa biaya penggantian atau imbalan yang
diberikan dalam bentuk natura atau kenikmatan dapat dikurangkan dari penghasilan bruto untuk
menentukan Penghasilan Kena Pajak (PKP) oleh pemberi kerja. Dalam hal ini, biaya natura atau
kenikmatan yang dimaksud merupakan biaya yang dikeluarkan dalam mendapatkan, menagih, dan
PMK NO 66 Tahun 2023 tentang
perlakuan pajak penghasilan memelihara penghasilan.
atas penggantian atau
imbalan sehubungan dengan Biaya penggantian atau imbalan sehubungan pekerjaan berkaitan dengan biaya hubungan kerja
pekerjaan atau jasa yang antara pemberi kerja dan pegawainya. Selain itu, biaya penggantian atau imbalan yang sehubungan
diterima atau diperoleh dalam dengan jasa berkaitan dengan biaya yang muncul dari transaksi jasa antar-Wajib Pajak.
bentuk natura dan/atau
kenikmatan.
Pengeluaran biaya penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan yang
dimanfaatkan kurang dari 1 tahun dapat dibebankan
Robust Black pada tahun terjadinya pengeluaran.
Markets
Sedangkan, untuk pengeluaran biaya penggantian atau imbalan dalam bentuk kenikmatan yang
dimanfaatkan lebih dari 1 tahun dapat dibebankan melalui amortisasi atau penyusutan sesuai
dengan UU Pajak Penghasilan (PPh) yang belaku.
Pelaporan biaya penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan dilakukan oleh
pemberi kerja kepada pegawai dalam Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) PPh. Kebijakan ini
berlaku sejak tanggal 1 Januari 2022 bagi pemberi kerja yang melakukan pembukuan tahun buku
2022 sebelum, setelah, maupun pada tanggal 1 Januari 2022.
Natura atau Kenikmatan sebagai Objek Pajak Penghasilan
Objek pajak penghasilan atas penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau
kenikmatan yang dikecualikan menurut PMK No. 66 Tahun 2023 Pasal 4 meliputi:
PMK NO 66 Tahun 2023 tentang
perlakuan pajak penghasilan 1. Makanan, minuman, bahan makanan, dan bahan minuman yang diberikan
atas penggantian atau kepada seluruh pegawai dengan ketentuan sebagai berikut
imbalan sehubungan dengan
pekerjaan atau jasa yang 2. Natura atau kenikmatan di daerah tertentu
diterima atau diperoleh dalam 3. Natura atau kenikmatan yang harus diberikan oleh pemberi kerja dalam
bentuk natura dan/atau
kenikmatan. pelaksanaan pekerjaan sehubungan dengan persyaratan mengenai keamanan,
kesehatan, atau keselamatan pegawai yang diwajibkan, seperti pakaian seragam,
peralatan keselamatn kerja, sarana antarRobust
jemput,Black
penginapan untuk awak kapal
Markets
dan sejenisnya, serta natura atau kenikmatan yang diterima dalam penanganan
bencana nasional
4. Natura atau kenikmatan yang dibiayai atau memiliki sumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD), atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes)
5. Natura atau kenikmatan dengan jenis atau batasan tertentu.
Taxable & Deductable
Taxable biasanya ditujukan untuk pengenaan pajak atas penghasilan yang diperoleh orang
atau badan tanpa melihat dari mana penghasilan tersebut diperoleh (sumber penghasilan).
Prinsip taxable diatur di Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 4 ayat (2) UU PPh No.07 tahun 2021
Deductible adalah biaya yang diakui oleh pajak, biasanya ditujukan kepada beban / biaya
yang menurut ketentuan menjadi pengurang penghasilan Bruto
http://www.indonesiataxconsultant.com
TAXABLE
DAN DEDUCTABLE
Apabila pemberian dalam bentuk
natura dan kenikmatan, seperti dokter
dan obat misalnya, diubah menjadi
tunjangan kesehatan, maka
berdasarkan pasal 4 ayat (1) huruf a
Undang-undang Pajak Peenghasilan
2021, tunjangan kesehatan yang
diberikan dalam bentuk uang tersebut
merupakan penghasilan yang akan
dipajaki, dan di lain pihak berdasarkan
pasal 6 ayat (1) huruf a biaya tunjangan
kesehatan tersebut dapat dikurangkan
dari penghasilan bruto perusahaan,
Mohammad Zain, 2007, Manajemen Perpajakan, Edisi 3, Penerbit Salemba Empat, Jakarta
Pasal 4 ayat (1) huruf a UU PPH Nomor 7 tahun2021
(1) Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima
atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai
untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam
bentuk apa pun, termasuk:
a. penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk
gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk
lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang ini;
Mohammad Zain, 2007, Manajemen Perpajakan, Edisi 3, Penerbit Salemba Empat, Jakarta
VARIABEL KRITIS
(CRITICAL VARIABLES)
Untuk membantu pengolahan “variabel kritis” tersebut ada
beberapa petunjuk yang dapat digunakan, antara lain :
Mohammad Zain, 2007, Manajemen Perpajakan, Edisi 3, Penerbit Salemba Empat, Jakarta
VARIABEL KRITIS
(CRITICAL VARIABLES)
Mohammad Zain, 2007, Manajemen Perpajakan, Edisi 3, Penerbit Salemba Empat, Jakarta
VARIABEL KRITIS
(CRITICAL VARIABLES)
Mohammad Zain, 2007, Manajemen Perpajakan, Edisi 3, Penerbit Salemba Empat, Jakarta
FAKTOR
PAJAK Usahakan penghasilan tersebut tidak termasuk pengertian
penghasilan yang dapat dikenakan pajak penghasilan atau
penghasilan yang kena pajak diganti dengan penghasilan yang tidak
kena pajak atau pengenaan pajaknya ditangguhkan
Faktor pajak yanng terlibat Tingkatkan biaya-biaya yag dapat dikurangkan atau biaya tertentu yang
tidak dapat dikurangkan atau biaya tertentu yang tidak dapat
dalam setiap situasi dikurangkan dari penghasilan kena pajak dikurangi dan dialihkan ke
biaya-biaya yang dapat dikurangkan
sangat terbatas sekali dan
apabila misalnya
diinginkan suatu beban Perpanjangan jangka waktu pengenaan pajak atas penghasilan
pajak penghasilan yang atau perpendek jangka waktu biaya-biaya yang dapat
dikurangkan
efisien, maka harus :
Mohammad Zain, 2007, Manajemen Perpajakan, Edisi 3, Penerbit Salemba Empat, Jakarta
PAJAK ATAS DIVIDEN PASCA UU CIPTA KERJA
Dividen Dalam Negeri yang Diterima oleh Orang Pribadi
Sesuai ketentuan Pasal 4 ayat (3) huruf f angka 1a UU PPh, dividen yang diterima oleh
orang pribadi kini dikecualikan dari pengenaan pajak. Pengecualian berlaku untuk
dividen yang berasal dari saham go public maupun private. Pengecualian diberikan
apabila dividen diinvestasikan kembali di Indonesia dengan persyaratan lain yang
harus dipenuhi. Secara detail, ketentuan investasi dividen dapat dilihat pada
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18 Tahun 2023 (PMK 18/2021).
Perlu dicatat, pengenaan pajak final 10% atas dividen dapat diterapkan jika Wajib
Pajak tidak memenuhi persyaratan yang dimaksud. Nantinya, penyetoran pajak
dilakukan melalui mekanisme setor sendiri.
PAJAK ATAS DIVIDEN PASCA UU CIPTA KERJA
Dividen Dalam Negeri yang Diterima oleh Badan
Sesuai ketentuan terbaru pada Pasal 4 ayat (3) huruf f angka 1b UU PPh, dividen
dalam negeri yang diterima oleh Wajib Pajak Badan atau BUT, dibebaskan dari
pengenaan pajak. Pengecualian diberikan untuk dividen yang berasal dari saham
public maupun private, tanpa melihat besar kepemilikan, dan tanpa perlu
mengajukan Surat Keterangan Bebas. Selain itu, pembebasan juga diberikan tanpa
syarat untuk menginvestasikan kembali dividen yang diterima.
MEMAKSIMALKAN PENGECUALIAN-
PENGECUALIAN (MAXIMIZING EXCLUSIONS)
Robust Black
Markets
Pasal 4 Ayat 3 UU PPh No 7 Tahun 2021
Yang dikecualikan dari objek pajak adalah :
Robust Black
Markets
Pasal 4 Ayat 3 UU PPh No 7 Tahun 2021
Yang dikecualikan dari objek pajak adalah :
TARIF PAJAK MARGINAL DAN TARIF PAJAK RATA-RATA
Menurut UU Nomor 7 Tahun 2021 Pasal 4 ayat 1 penghasilan
adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima
atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi
atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan,
dengan nama dan dalam bentuk apapun.
B. WAJIB PAJAK BADAN DALAM NEGERI DAN BENTUK USAHA TETAP SEBESAR 22%
(DUA PULUH DUA PERSEN).
Penjelasan Pasal 17 Ayat (1)
Huruf a
Contoh penghitungan pajak yang terutang untuk Wajib Pajak orang pribadi: Jumlah
Penghasilan Kena Pajak Rp6.000.000.000,00 (enam miliar rupiah). Pajak Penghasilan
yang terutang:
Huruf b
Contoh penghitungan pajak yang terutang untuk Wajib
Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap:
Penghasilan Kena Pajak PT A pada tahun pajak 2022
sebesar Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta
rupiah).
Jadi, jika di bagi dua maka total PPH Terutang adalah 165.000.000
Pasal 21 Ayat (3) Bagi pegawai tetap besarnya penghasilan yang dipotong pajak
adalah penghasilan bruto dikurangi dengan biaya jabatan, iuran pensiun, dan
Penghasilan Tidak Kena Pajak. Dalam pengertian iuran pensiun termasuk juga iuran
tunjangan hari tua atau tabungan hari tua yang dibayar oleh pegawai.
Ayat (4) Besarnya penghasilan yang dipotong pajak bagi pegawai harian, mingguan,
serta pegawai tidak tetap lainnya adalah jumlah penghasilan bruto dikurangi dengan
bagian penghasilan yang tidak dikenai pemotongan yang besarnya ditetapkan
dengan Peraturan Menteri Keuangan, dengan memerhatikan Penghasilan Tidak Kena
Pajak yang berlaku
MEMAKSIMALKAN PENGURANGAN
BERDASARKAN UU NO 7 TAHUN 2021
Pasal 21 Ayat (5a) Kepemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dapat dibuktikan oleh
Wajib Pajak, antara lain, dengan cara menunjukkan kartu NPWP.
Pajak Penghasilan yang harus dipotong jika Wajib Pajak tidak memiliki NPWP adalah:
5% x 120% x Rp50.000.000,00 = Rp 3.000.000,00
15% x 120% x Rp25.000.000,00 = Rp 4.500.000,00(+)
Jumlah =Rp 7.500.000,00
Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2016 ditegaskan kembali
jenis penghasilan apa saja yang dikenakan PPh Pasal 21. Penghasilan tersebut
yaitu:
Penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai Tetap, baik berupa
Penghasilan yang Bersifat Teratur maupun Tidak Teratur
Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secara teratur
berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya
Penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari
tua, atau jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus, yang pembayarannya
melewati jangka waktu 2 (dua) tahun sejak pegawai berhenti bekerja
Penghasilan Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas, berupa upah
harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang
dibayarkan secara bulanan
Imbalan kepada Bukan Pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee,
dan imbalan sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk apa pun sebagai
imbalan sehubungan jasa yang dilakukan
Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang
representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan
nama dan dalam bentuk apa pun Penghasilan berupa honorarium atau
imbalan yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh anggota
dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai
Pegawai Tetap pada perusahaan yang sama
Penghasilan berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus atau imbalan lain
yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh mantan pegawai
Penghasilan berupa penarikan dana pensiun oleh peserta program pensiun
yang masih berstatus sebagai pegawai, dari dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan
CONTOH #1 PENGHITUNGAN PPH 21 PEGAWAI TETAP
Retto pada tahun 2016 bekerja pada perusahaan PT Jaya Abadi dengan memperoleh gaji sebulan
Rp5.750.000,00 dan membayar iuran pensiun sebesar Rp200.000,00.
Retto menikah tetapi belum mempunyai anak. Pada bulan Januari penghasilan Retto dari PT Jaya
Abadi hanya dari gaji.
Untuk bulan Agustus 2016 dr. Aulia Rais menerima pembayaran dari Rumah Sakit Sehat Tentrem berupa gaji sebesar Rp20.000.000,00
dan menerima jasa medis sebagai dokter yang bersumber dari pasien sebesar Rp25.000.000,00. Dokter Aulia Rais membayar iuran
pensiun sebesar Rp200.000,00 setiap bulannya.
Penghitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan dr. Aulia Rais dari Rumah Sakit Tentrem pada bulan Agustus 2016 adalah:
Penyebaran Penghasilan dan Biaya
Berdasarkan UU No 7 Tahun 2021 Pasal 4 Ayat 1 : yang menjadi objek penghasilan
1. Penggantian atau imbalan yang berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji,
tunjangan, honorarium, dan lain-lain
2. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan
3. Laba usaha
4. Keuntungan karna penjualan atau karena peralihan harta
5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan
6. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang
7. Dividen
8. Royalti
9. Sewa dan penghasilan yang sehubungan dengan penggunaan harta
10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala
11. Keuntungan karena pembebasan utang
12. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva
13. Premi asuransi
14. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari WP yang menjalankan pekerjaan
bebeas
15. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak
16. Penghasilan dari usaha berbasis syariah
17. Imbalan bunga
18. Surplus BI
Berdasarkan UU No 7 Tahun 2021 Pasal 4
Ayat 2 : yang menjadi objek penghasilan Bersifat Final
1. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara,
bunga atau diskonto surat berharga jangka pendek yang diperdagangkan di pasar uang, dan bunga
simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi
2. Penghasilan berupa hadiah undian
3. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang diperdagangkan di
bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan
pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura
4. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa
konstruksi, usaha real estat, dan persewaan tanah dan/atau bangunan
5. Penghasilan tertentu lainnya, termasuk penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu
Berdasarkan UU No 7 Tahun 2021 Pasal 6
Ayat 1: yang dapat menjadi pengurang penghasilan bruto
1. Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha
2. Penyusutan, amortisasi
3. Iuran pensiun
4. Kerugian karna penjualan
5. Kerugian selisih kurs mata uang asing
6. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia
7. Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan
8. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih
9. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional
10. Sumbangan dalam rangka penelitian
11. Biaya pembangunan infrastruktur sosial
12. Sumbangan fasilitas pendidikan
13. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga
14. Biaya penggantian atau imbalan yang diberikan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan
Contoh salah satu dari biaya adalah biaya penyusutan, cara
menghitungnya terbagi atas 2 sebagai berikut:
Metode Saldo
Dalam UUMenurun
No 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Perpajakan pasal 11 ayat 6
dijelaskan terdapat
Sebuah mesin 2 metode
yang harga penyusutan
perolehannya yang dapat dan
Rp 150.000.000 digunakan yaitu penyusutan
masa manfaatnya 4 tahun
Jawab: garis lurus dan saldo menurun.
Lanjutan Penjelasan:
Perlu diketahui bahwa tidak semua asset dapat memilih antara metode yang telah di sebutkan
sebelumnya. Terdapat beberapa asset yang memang sangat dianjutkan untuk tetap konsisten
menggunakan salah satu metode saja seperti perhitungan penyusutan komputer bagi
perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa yang banyak menggunakan komputer seperti jasa
sewa layanan penggunaan komputer. Perusahaan tersebut lebih disarankan menggunakan
metode penyusutan saldo menurun. Hal ini dikarenakan banyaknya inovasi atau cepatnya
inovasi terhadap jenis komputer tersebut sehingga nilai dari komputer tersebut lama kelamaan
akan menurun. Oleh karena itu, penggunaan saldo menurun akan lebih baik karena
penilaiannya berdasarkan nilai sisa buku yang nilainya akan menyesuaikan dengan nilai sisa
buku yang ada dibanding dengan metode garis lurus yang nilainya sama tiap tahunnya.
PEMILIHAN BENTUK USAHA
Maka
Berdasarkan informasi diatas maka pajak terutang oleh PT. Angkasa adalah :
5.280.000.000 + 1.872.000.000
= 7.152.000.000
Bentuk Usaha Badan (CV)
CV Utama bergerak sebagai distributor mainan anak yang terbuat dari bahan yang
aman dan berkualitas. Laba/rugi PT Angkasa tahun 2022 menunjukkan informasi
sebagai berikut:
Bentuk Usaha Badan (CV)
Berdasarkan UU Nomor 7 Tahun 2021 Pasal 4 ayat 3 huruf i terkait yang bukan
objek pajak, menjelaskan bahwa bagian laba atau sisa hasil usaha yang diterima
atau diperoleh anggota dari koperasi, perseroan komaditer yang modalnya tidak
terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi
termasuk pemegang unit pentertaan kontrak investasi kolektif
Berdasarkan informasi diatas maka pajak terutang oleh CV. Utama adalah :
5.280.000.000
Bentuk Usaha Orang Pribadi
Tuan Dzaky (K3) memiliki usaha perdagangan bahan-bahan bangunan. Selama tahun
2022 Laporan Laba Rugi Tuan Dzaky sebagai berikut:
Kesimpulan
THANK YOU!