Anda di halaman 1dari 4

KUIS PPH BADAN

Nama : Shafira Azzahra


NIM : 223010001
Prodi : Akuntansi Perpajakan

PENYESUAIAN FISKAL POSITIF


a. Biaya yang dibebankan /dikeluarkan untuk kepentingan pemegang saham, sekutu, atau anggota
Peraturan yang mengatur biaya yang timbul ketika perusahaan mengeluarkan biaya untuk
kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau anggota yang tidak dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto perusahaan terdapat pada Pasal 8 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
Pasal tersebut menyatakan bahwa "Pada prinsipnya biaya yang boleh dikurangkan dari
penghasilan bruto adalah biaya yang mempunyai hubungan langsung dan tidak langsung dengan
usaha atau kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan
objek pajak yang pembebanannya dapat dilakukan dalam tahun pengeluaran atau selama masa
manfaat dari pengeluaran tersebut. Pengeluaran yang tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto
meliputi pengeluaran yang sifatnya pemakaian penghasilan atau yang jumlahnya melebihi
kewajaran"
b. Pembentukan atau penumpukan dana cadangan
Berdasarkan Pasal 9 ayat (1) huruf c UU PPh, dana cadangan piutang tak tertagih yang
diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan bruto adalah:
 Cadangan piutang tak tertagih usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit,
sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak
piutang;
 Cadangan usaha seperti asuransi dan cadangan bantuan sosial yang dibentuk oleh BPJS
 Cadangan penjaminan untuk lembaga seperti LPS
 Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan
 Cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan
 Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri untuk
usaha pengolahan limbah industri.
Lebih jauh dan teknis terkait hal ini tertuang di Peraturan Menteri Keuangan (PKM)
No.81/PMK.03/2009 tentang Pembentukan atau Pemupukan Dana Cadangan yang Boleh
Dikurangkan Sebagai Biaya. Aturan ini kemudian direvisi dengan PMK No.29/PMK.011/2012.
Berikut ini adalah beberapa poin penting yang terkait dengan peraturan tersebut:
 Pembentukan atau pemupukan dana cadangan tidak boleh dikurangkan untuk menentukan
besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi wajib pajak (WP) dalam negeri dan badan usaha
(BUT).
 UU PPh memberikan pengecualian untuk pembentukan atau pemupukan dana cadangan
sebagai berikut: cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang
menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen,
dan perusahaan anjak piutang; cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan
sosial yang dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial; cadangan penjaminan untuk
Lembaga Penjamin Simpanan; cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan cadangan biaya penutupan
dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri untuk usaha pengolahan limbah
industry.
 Besarnya cadangan premi tanggungan sendiri untuk perusahaan asuransi kerugian adalah
sebesar 40% dari jumlah premi tanggungan sendiri yang diterima atau diperoleh dalam tahun
pajak yang bersangkutan.
 Cadangan premi untuk perusahaan asuransi jiwa ditentukan sesuai dengan penghitungan
aktuaria yang telah mendapat pengesahan dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan (BAPEPAM-LK sekarang menjadi Otoritas Jasa Keuangan).
 Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri untuk
usaha pengolahan limbah industri yaitu cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan bagi
perusahaan yang mengolah limbah industri yang mencakup kegiatan penyimpanan.

c. Penggantian atau imbalan pekerjaan atau jasa dalam bentuk natura dan kenikmatan
Dalam Pasal 4 ayat (3) huruf d UU PPh, penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan
kenikmatan dianggap bukan merupakan objek pajak.
Imbalan pekerjaan dalam bentuk natura di antaranya seperti upah bagi karyawan yang
dibayar dengan sembako. Pemberian sembako ini bukan objek pajak penghasilan bagi pegawai, dan
bukan biaya bagi pemberi kerja.Mengenai hal ini diatur dalam PMK No.167/PMK.03/2018.
d. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham/pihak yang mempunyai
hubungan istimewa sehubungan dengan pekerjaan.
Peraturan yang mengatur jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada
pemegang saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah Pasal 8 ayat (1)
huruf a Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Pasal tersebut
menyatakan bahwa "Pada prinsipnya biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto adalah
biaya yang mempunyai hubungan langsung dan tidak langsung dengan usaha atau kegiatan untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak yang
pembebanannya dapat dilakukan dalam tahun pengeluaran atau selama masa manfaat dari
pengeluaran tersebut. Pengeluaran yang tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto meliputi
pengeluaran yang sifatnya pemakaian penghasilan atau yang jumlahnya melebihi kewajaran"
e. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan
Hibah, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana di maksud dalam Pasal 4 ayat (3)
huruf a dan huruf b tidak boleh dibebankan sebagai biaya. Kecuali zakat atas penghasilan yang
dibayarkan oleh WP kepada badan amil zakat.
Mengenai ini diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2010 tentang Zakat atau
Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya Wajib yang Dapat Dikurangkan dari Penghasilan Bruto.
f. Pajak penghasilan
Dalam Pasal 9 ayat (1) huruf h, biaya PPh adalah PPh yang terutang dari WP.
PPh merupakan hasil perkalian penghasilan neto dengan tarif pajak. Dengan begitu, PPh merupakan
proses terakhir dalam menghitung besarnya PPh terutang. Untuk menjadi catatan, biaya ini tidak
dapat dikurangkan sebagai biaya fiskal.
g. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma atau CV yang modalnya tidak terbagi atas
saham
Pasal yang mengatur gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham adalah Pasal 9 ayat (1) huruf j UU PPh. Pasal ini
menyatakan bahwa "biaya yang tak dapat dibiayakan adalah gaji yang dibayarkan kepada anggota
persekutuan, firma, atau perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham." Ketentuan
ini diatur dalam UU No. 7/1983 tentang Pajak Penghasilan s.t.d.t.d UU No. 7/2021 tentang
Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP) di bidang pajak penghasilan (PPh).
h. Sanksi administrasi
Sanksi administrasi pada penyesuaian fiskal positif diatur dalam Pasal 9 UU PPh. Pasal ini
menyatakan bahwa "sanksi administrasi" adalah salah satu jenis biaya yang tidak diperkenankan oleh
pajak sebagaimana diatur dalam UU PPh. Sanksi administrasi ini mencakup beberapa aspek penting
seperti penyesuaian fiskal positif, penyesuaian fiskal negatif, dan penyesuaian fiskal khusus
i. Selisih penyusutan komersial di atas penyusutan fiskal
Selisih penyusutan komersial di atas penyusutan fiskal pada penyesuaian fiskal positif diatur
dalam Pasal 9 UU PPh. Pasal ini menyatakan bahwa "sanksi administrasi" adalah salah satu jenis
biaya yang tidak diperkenankan oleh pajak sebagaimana diatur dalam UU PPh. Sanksi administrasi
ini mencakup beberapa aspek penting seperti penyesuaian fiskal positif, penyesuaian fiskal negatif,
dan penyesuaian fiskal khusus.

j. Selisih amortasi komersial di atas amortisasi fiscal


selisih amortisasi komersial di atas amortisasi fiskal pada penyesuaian fiskal positif tidak
secara spesifik diatur dalam pasal tertentu. Namun, selisih ini merupakan salah satu contoh
penyesuaian fiskal positif yang perlu diperhitungkan oleh perusahaan untuk memastikan kepatuhan
perpajakan.
Selisih amortisasi komersial di atas amortisasi fiskal merupakan bagian dari penyesuaian
fiskal yang melibatkan perbedaan antara perlakuan amortisasi dalam laporan keuangan komersial
dengan perlakuan amortisasi dalam laporan keuangan fiskal. Penyesuaian ini penting untuk
memastikan bahwa perlakuan amortisasi perusahaan sesuai dengan ketentuan perpajakan yang
berlaku.
Dalam hal ini, perusahaan perlu memahami dan mengidentifikasi selisih amortisasi komersial
di atas amortisasi fiskal sebagai bagian dari proses penyesuaian fiskal positif guna memastikan
kepatuhan perpajakan.
k. Biaya yang ditangguhkan pengakuannya
Pengakuan biaya yang ditangguhkan pada penyesuaian fiskal positif biasanya diatur dalam
peraturan perpajakan negara atau yurisdiksi tertentu. Setiap negara atau yurisdiksi memiliki
ketentuan perpajakan yang berbeda, dan aturan ini dapat berubah dari waktu ke waktu.
l. Penyesuaian fiscal positif lainnya
Penyesuaian fiscal positif lainnya diatur dalam Pasal 16 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK)
Nomor 17 Tahun 2023 tentang Penerapan Tata Kelola bagi Bank Umum (POJK Tata Kelola).
Beberapa poin penting yang terkaiy dengan pasal ini meliputi:
 Kepemilikan saham direksi secara sendiri atau bersama-sama yang terkait dengan penerimaan
bonus atau tantiem dalam bentuk saham yang mengakibatkan kepemilikan saham sebesar
25%.
 Program kepemilikan saham bagi manajemen dan/atau program kepemilikan saham bagi
karyawan pada perusahaan yang merupakan pemegang saham pengendali dan/atau
pengendali terakhir bank, tidak diperhitungkan dalam penilaian independensi terhadap
pemegang saham pengendali.
 Kepemilikan saham tidak untuk diperdagangkan, dan yang bersangkutan menyampaikan
surat pernyataan bahwa senantiasa bertindak independen selama menjadi direktur utama atau
direktur yang membawahkan fungsi kepatuhan walaupun memiliki saham pemegang saham
pengendali dan/atau pengendali terakhir bank.
Dalam konteks penyesuaian fiscal positif, perusahaan perlu memahami dan mengidentifikasi
biayabiaya yang harus dikoreksi guna memastikan kepatuhan perpajakan, termasuk biaya yang
terkait dengan kepemilikan saham dan anggota direksi bank.

Anda mungkin juga menyukai