c. Penggantian atau imbalan pekerjaan atau jasa dalam bentuk natura dan kenikmatan
Dalam Pasal 4 ayat (3) huruf d UU PPh, penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan
kenikmatan dianggap bukan merupakan objek pajak.
Imbalan pekerjaan dalam bentuk natura di antaranya seperti upah bagi karyawan yang
dibayar dengan sembako. Pemberian sembako ini bukan objek pajak penghasilan bagi pegawai, dan
bukan biaya bagi pemberi kerja.Mengenai hal ini diatur dalam PMK No.167/PMK.03/2018.
d. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham/pihak yang mempunyai
hubungan istimewa sehubungan dengan pekerjaan.
Peraturan yang mengatur jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada
pemegang saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah Pasal 8 ayat (1)
huruf a Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Pasal tersebut
menyatakan bahwa "Pada prinsipnya biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto adalah
biaya yang mempunyai hubungan langsung dan tidak langsung dengan usaha atau kegiatan untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak yang
pembebanannya dapat dilakukan dalam tahun pengeluaran atau selama masa manfaat dari
pengeluaran tersebut. Pengeluaran yang tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto meliputi
pengeluaran yang sifatnya pemakaian penghasilan atau yang jumlahnya melebihi kewajaran"
e. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan
Hibah, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana di maksud dalam Pasal 4 ayat (3)
huruf a dan huruf b tidak boleh dibebankan sebagai biaya. Kecuali zakat atas penghasilan yang
dibayarkan oleh WP kepada badan amil zakat.
Mengenai ini diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2010 tentang Zakat atau
Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya Wajib yang Dapat Dikurangkan dari Penghasilan Bruto.
f. Pajak penghasilan
Dalam Pasal 9 ayat (1) huruf h, biaya PPh adalah PPh yang terutang dari WP.
PPh merupakan hasil perkalian penghasilan neto dengan tarif pajak. Dengan begitu, PPh merupakan
proses terakhir dalam menghitung besarnya PPh terutang. Untuk menjadi catatan, biaya ini tidak
dapat dikurangkan sebagai biaya fiskal.
g. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma atau CV yang modalnya tidak terbagi atas
saham
Pasal yang mengatur gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham adalah Pasal 9 ayat (1) huruf j UU PPh. Pasal ini
menyatakan bahwa "biaya yang tak dapat dibiayakan adalah gaji yang dibayarkan kepada anggota
persekutuan, firma, atau perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham." Ketentuan
ini diatur dalam UU No. 7/1983 tentang Pajak Penghasilan s.t.d.t.d UU No. 7/2021 tentang
Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP) di bidang pajak penghasilan (PPh).
h. Sanksi administrasi
Sanksi administrasi pada penyesuaian fiskal positif diatur dalam Pasal 9 UU PPh. Pasal ini
menyatakan bahwa "sanksi administrasi" adalah salah satu jenis biaya yang tidak diperkenankan oleh
pajak sebagaimana diatur dalam UU PPh. Sanksi administrasi ini mencakup beberapa aspek penting
seperti penyesuaian fiskal positif, penyesuaian fiskal negatif, dan penyesuaian fiskal khusus
i. Selisih penyusutan komersial di atas penyusutan fiskal
Selisih penyusutan komersial di atas penyusutan fiskal pada penyesuaian fiskal positif diatur
dalam Pasal 9 UU PPh. Pasal ini menyatakan bahwa "sanksi administrasi" adalah salah satu jenis
biaya yang tidak diperkenankan oleh pajak sebagaimana diatur dalam UU PPh. Sanksi administrasi
ini mencakup beberapa aspek penting seperti penyesuaian fiskal positif, penyesuaian fiskal negatif,
dan penyesuaian fiskal khusus.