Anda di halaman 1dari 23

PAJAK PENGHASILAN

ANGGOTA

Dafa Listyo Firdaus Syahid M. Raihan Rizky


Muzakki Alfaridzi Habibuddin Yudiansyah
DEFINISI
Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan
atas objek Pajak Penghasilan sebagaimana diatur
pada Undang-Undang Pajak Penghasilan.

PPh atau pajak penghasilan adalah pajak yang


dikenakan kepada orang pribadi atau badan atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam
suatu tahun pajak.

Penghasilan yang dimaksud dapat berupa


keuntungan usaha, gaji, honorarium, hadiah, dan
yang lainnya.
OBJEK BUKAN
• Imbalan pekerjaan atau jasa

OBJEK
Bantuan atau sumbangan
• Hadiah dari undian, kegiatan, dsb.
• Harta hibah
• Laba usaha
• Warisan
• Keuntungan karena penjualan atau
• Harta termasuk setoran tunai yang diterima
pengalihan harta
• oleh badan sebagaimana dimaksud dalam
Penerimaan Kembali pembayaran pajak
• Pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti
Bunga
• saham atau sebagai pengganti penyertaan
Dividen
• modal
Royalti
• Imbalan pekerjaan atau jasa dalam bentuk
• Sewa
• natura
Premi asuransi
• Dll.
• Dll.
RUANG LINGKUP
• PSAK 46 diterapkan untuk akuntansi pajak penghasilan, termasuk semua pajak dalam negeri
dan luar negeri yang didasarkan pada laba kena pajak. Juga meliputi pemotongan pajak yang
terutang oleh entitas anak, entitas asosiasi, atau ventura bersama atas distribusi kepada entitas
pelapor, serta pajak penghasilan final.

• PSAK 46 tidak mengatur metode akuntansi untuk hibah pemerintah, yang telah diatur PSAK
61 Akuntansi Hibah Pemerintah dan Pengungkapan Bantuan Pemerintah,atau kredit pajak
investasi. Namun PSAK 46 diterapkan untuk akuntansi perbedaan temporer yang dapat ditimbulkan
oleh hibah pemerintah dan kredit pajak investasi.
JENIS-JENIS
Pajak atas penghasilan berupa gaji, upah
Dikenakan pada penghasilan atas penyerahan
PPh honorarium, tunjangan, dan pembayaran
jasa, hadiah, royalti, dan lainnya selain yang PPh
lainnya yang sehubungan dengan pekerjaan
Pasal 21 atau jabatan, jasa, dan kegiatan.
telah di potong oleh PPh Pasal 21.
Pasal 23

Dikenakan kepada badan usaha tertentu, baik Pajak atas jenis penghasilan yang wajib pajak
usaha milik pemerintah, ataupun swasta yang dapatkan dan pemotongannya bersifat final PPh
PPh kegiatannya berhubungan dengan perdagangan oleh wajib pajak badan maupun wajib pajak
Pasal 4
Pasal 22 ekspor/impor dan juga penjualan barang pribadi dan tidak bisa di kreditkan dengan
mewah. pajak penghasilan terutang. Ayat 2
JENIS-JENIS
Yang dibayar secara angsuran dengan tujuan PPh kurang bayar dalam SPT Tahunan PPh
agar meringankan beban wajib pajak dan pajak yang dihasilkan dari nilai pajak terutang
PPh terutangnya dilunasi dalan jangka waktu satu dikurangi dengan kredit PPh (PPh 21, 22,23 PPh
tahun dan pembayarannya tidak dapat
Pasal 25 diwakilkan melainkan harus dilakukan sendiri.
dan 24) dan PPh pasal 25 dari suatu perusahaan
dalam satu tahun pajak.
Pasal 29

Yang dipotong dari badan usaha di Indonesia Pajak yang dipungut dari wajib pajak yang
atas transaksi pembayaran seperti gaji, bunga mempunyai atau pada bidang industry
PPh dan sejenisnya kepada Wajib Pajak Luar Negeri pelayaran dan juga penerbangan international. PPh
Adapun, bisnis lain yang bisa terkena PPh 15
Pasal 26 selain bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia.
yaitu seperti perusahaan pengeboran minyak. Pasal 15
PENGAKUAN & PENGUKURAN

PAJAK
PAJAK KINI
TANGGUHAN
PENGAKUAN & PENGUKURAN
Pajak kini adalah pajak yang dihitung atas laba kena pajak, sesuai dengan
peraturan pajak yang berlaku dalam suatu negara. Atas peraturan pajak tersebut,
dapat timbul aset pajak kini (current tax asset) dan hutang pajak kini (current tax
liability).

Aset pajak kini adalah pembayaran pajak yang sudah dibayarkan oleh entitas
namun belum merupakan pajak terhutang atau dengan kata lain, jika jumlah pajak
PAJAK KINI yang telah dibayar untuk priode kini dan periode-periode lalu melebihi jumlah
pajak yang terutang untuk periode tersebut, maka entitas akan mengakui adanya
aset pajak kini.

Liabilitas pajak kini adalah jumlah pajak kini untuk periode kini dan periode
lalu yang belum dibayarkan oleh entitas.
PENGAKUAN & PENGUKURAN
Perbedaan penafsiran dan pengakuan antar SAK dan Peraturan Perpajakan atas pengakuan
pendapatan dan beban mengakibatkan timbulnya perbedaan (difference) jumlah dalam
perhitungan laba rugi akuntansi dan fiskal. Perbedaan tersebut dikenal dengan istilah perbedaan
temporer (temporary differences)

PSAK 46 menggunakan yang disebut sebagai Pendekatan Neraca (Balance Sheet Approach)
dalam penentuan timbulnya perbedaan temporer, yaitu dengan membandingkan antara nilai PAJAK
tercatat aset dan liabilitas dengan dasar pengenaan pajaknya.
TANGGUHAN
Perbedaan temporer dapat berupa :
• Perbedaan temporer kena pajak (taxable temporary difference)
• bPerbedaan temporer dapat dikurangkan (deductible temporary difference)
PENGAKUAN & PENGUKURAN
Perbedaan temporer kena pajak (taxable temporary Perbedaan temporer dapat dikurangkan (deductible
difference), yaitu perbedaan temporer yang menimbulkan temporary difference), yaitu perbedaan temporer yang
jumlah kena pajak dalam penghitungan laba kena pajak menimbulkan jumlah yang dapat dikurangkan dalam
(rugi pajak) periode mendatang ketika jumlah tercatat aset penghitungan laba kena pajak (rugi pajak) periode
atau liabilitas diperhitungkan kembali (recovered) atau mendatang ketika jumlah tercatat aset atau liabilitas
diselesaikan (settled). diperhitungkan kembali (recovered) atau diselesaikan.

Perbedaan temporer kena pajak terjadi jika nilai tercatat Perbedaan temporer yang dapat dikurangkan terjadi jika nilai
lebih besar dari dasar pengenaan pajak dan menimbulkan tercatat lebih kecil dari dasar pengenaan pajak dan
liabilitas pajak tangguhan menimbulkan aset pajak tangguhan.
PENGAKUAN & PENGUKURAN
ASET DAN LIABILITAS
PAJAK TANGGUHAN
TIDAK DIDISKONTOKAN

Karena realisasi atau pembalikan atas suatu aset dan liabilitas


pajak tangguhan sulit dijadwalkan secara rinci dan akurat, maka
SAK tidak mensyaratkan atau mengizinkan pendiskontoan atas
aset dan liabilitas pajak tangguhan.
PENGAKUAN & PENGUKURAN
Pengukuran atau perhitungan liabilitas dan aset sehubungan dengan Pada setiap akhir periode pelaporan, harus dilakukan kaji
pajak harus ulang atas aset pajak
berdasarkan peraturan perundangan perpajakan yang berlaku, tangguhan. Jika kemungkinan besar laba kena pajak tidak
yaitu diukur atau lagi tersedia dalam jumlah
dihitung sebesar jumlah ekspektasi liabilitas pajak yang harus yang memadai untuk mengkompensasikan aset pajak
dibayarkan atau jumlah tangguhan tersebut, maka aset
pajak yang dapat direstitusi oleh otoritas perpajakan, yang dihitung pajak tangguhan harus dihentikan pengakuannya dan entitas
menggunakan tarif mengakui sebagai beban
pajak berdasarkan peraturan pajak yang berlaku pada akhir periode pajak periode berjalan.
pelaporan atau
secara substantive telah berlaku pada akhir periode pelaporan.
PENYAJIAN / PENGUNGKAPAN
Aset dan liabilitas haruslah disajikan
secara terpisah, dan tidak diperkenankan
penyajian jumlah neto saja setelah
dilakukan saling hapus, kecuali dalam
keadaan khusus dengan syarat tertentu.

Untuk aset dan liabilitas pajak terutama


harus diperhatian peraturan perpajakan
yang berlaku, apakah mengizinkan
dilakukan saling hapus.
PENYAJIAN / PENGUNGKAPAN
PSAK 46 menetapkan saling hapus atas aset dan liabilitas Demikian juga entitas pelapor
pajak kini serta aset dan liabilitas pajak tangguhan sebagai hanya dapat melakukan saling
berikut: Penyajian secara saling hapus atas aset dan hapus atas aset pajak tangguhan
liabilitas pajak kini hanya dapat dilakukan bila entitas: dan liabilitas pajak tangguhan

a. memiliki hak yang dapat dipaksakan secara hukum untuk jika dan hanya jika penghasilan

melakukan saling hapus atas jumlah yang diakui; dan yang dikenakan oleh otoritas

b. bermaksud untuk menyelesaikan dengan dasar neto, atau perpajakan yang sama atas:

merealisasikan aset dan menyelesaikan liabilitas secara


bersamaan. (Paragraf 71)
PENYAJIAN / PENGUNGKAPAN
a. entitas memiliki hak yang dapat dipaksakan secara hukum untuk melakukan saling hapus aset pajak kini terhadap
liabilitas pajak kini; dan
b. aset pajak tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan terkait dengan pajak penghasilan yang dikenakan oleh
otoritas perpajakan yang sama atas:
i. entitas kena pajak yang sama; atau
ii. entitas kena pajak berbeda yang bermaksud untuk memulihkan aset dan liabilitas pajak kini dengan dasar
neto, atau merealisasikan aset dan menyelesaikan liabilitas secara bersamaan, pada setiap periode masa
depan dimana jumlah signifikan atas aset atau liabilitas pajak tangguhan diekspektasikan untuk diselesaikan
atau dipulihkan
PENYAJIAN / PENGUNGKAPAN
PENYAJIAN / PENGUNGKAPAN
Penyajian beban pajak atau mungkin suatu penghasilan
sehubungan dengan kompensasi pajak haruslah
berpedoman pada PSAK 1 Penyajian Laporan Keuangan.

PSAK 46 memperjelas bahawa beban (manfaat) pajak


Penyajian Beban (Penghasilan) Pajak terkait dengan laba rugi dari aktivitas normal disajikan
Terkait dengan Laba Rugi dari sebagai bagian dari laba rugi aktivitas normal, sedangkan
Aktivitas Normal beban (manfaat) pajak terkait dengan penghasilan
komprehensif lain, disajikan sebagai bagian dari
penghasilan komprehensif lain.
PENYAJIAN / PENGUNGKAPAN
Masalah pajak khususnya bagi suatu entitas yang jaringan kepemilikan, investasi, dan operasi bisnis cukup
kompleks maka pengungkapan tentang beban, penghasilan, aset dan liabilitas sehubungan dengan pajak
menjadi juga cukup kompleks.

Pengungkapan antara lain meliputi: unsur pajak, kaitannya dengan transaksi, investasi, atau ekuitas tertentu,
rekonsiliasi antar laba rugi akuntansi dengan laba rugi fiskal, tarif pajak serta perubahan tarif pajak yang
terjadi, aset dan liabilitas pajak tangguhan serta batasan yang ada, konsekuensi pajak atas kombinasi bisnis,
investasi pada entitas anak, asosiasi; dan lain-lain.

Mengingat prinsip pengungkapan dalam penyusunan laporan keuangan adalah sangat penting untuk
dilakukan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku, maka perlu dipahami PSAK 1 dan PSAK 46 tentang
penyajian dan kewajiban pengungkapan.
KAJIAN ISU PSAK TERBARU
Perbandingan IAS 12 dengan PSAK 46

Perbandingan ini mengacu pada komponen dasar yang ada dalan kedua standar
yaitu prinsip pengakuan, penilaian, dan pelaporan. Dari hasil perbandingan
keduanya, terdapat beberapa persamaan pada beberapa komponen dasar yang
berarti kedua standar telah melakukan penerapan yang sama sehingga PSAK tidak
perlu melalukan adopsi terhadap IFRS yaitu IAS 12.

Selain itu dari perbandingan tersebut juga terdapat beberapa perbedaan yang berarti
PSAK 46 harus melakukan adopsi terhadap standar yang diterapkan dalam IFRS
yaitu IAS 12 yang disesuaikan dengan kondisi dan kultur yang ada di Indonesia.
THANK YOU!

Do You Have Any Question?

Anda mungkin juga menyukai