PEMUNGUTAN
PPh potput
UMUM
PEEMUNGUTAN/
PEMOTONGAN
Pemotongan dan
Pemungutan Pajak Pemotongan Pajak
Penghasilan Yang Penghasilan atas
Bersifat Final Penghasilan dari
Modal, Harta, dan
Jasa (PPh Psal 23)
Pemotongan dan
Pemungutan Pajak
Penghasilan Wajib
Pajak Luar Negeri (PPh
Pasal 26)
Prinsip Dasar
Pemotongan dan witholding tax
Pemungutan Pajak system
Penghasilan
suatu sistem
pemungutan pajak
yang terutang dengan
cara pemotongan atau
Pay as Your Earn
pemungutan oleh
pihak ketiga yang (PAYE)
ditunjuk untuk
memotong atau
memungut pajak.
Sejarah Pemotongan dan Pemungutan Pajak
Kelebihan : Kelemahan:
Mempengaruhi
Ketepatan waktu
cashflow Wajib
penyetoran.
Pajak
Menambah
beban
Kemudahan
adminisitrasi
wajib pajak
Menambah
Kesederhanaan beban biaya wajib
pajak
Biaya
Resiko hukum
Pemungutan
atas kepatuhan
pajak yang lebih
wajib pajak
murah
• Pemotongan dan pemungutan pajak dilakukan pada suatu saat
dimana pajak dinyatakan terutang.
• Saat yang tepat adalah pada saat pendapatan tersebut diterima
atau diperoleh.
• pajak terutang pada saat dianggap berpotensi timbulnya
penghasilan
• menjaga cashflow keuangan pemerintah.
• Cashflow wajib pajak akan terpakai sebelum jumlah pajak terutang
pada akhir tahun pajak diketahui.
• Wajib pajak pemotong dan pemungut, dapat diuntungkan secara
cashflow
• perbedaan waktu antara saat terutang pajakdengan saat
penyetoran pajak
• kemudahan bagi administrasi perpajakan
• kemudahan dan kesederhanaan
• Beban administrasi sebagian telah diambil alih oleh Wajib Pajak
• Risiko hukum bagi wajib pajak
Objek Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan.
sangat luas
• Pada umumnya payroll tax dan passive income
• melainkan meliputi semua sektor usaha seperti jasa, perdagangan dan
industri manufaktur.
• Ph neto
DPP : • Ph bruto
• Final
Sifat : • Kredit Ajak
Kewajiban Wajib Pajak Pemotong dan Pemungut
Pasal 3 PMK 184/PMK.03/2007 Jo PMK 80/PMK.03/2010 jo PMK
242/PMK.03/2014
(1) Dalam hal tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak
bertepatan dengan hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur
nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari
kerja berikutnya.
(2) Hari libur nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk hari
yang diliburkan untuk penyelenggaraan Pemilihan Umum yang
ditetapkan oleh Pemerintah dan cuti bersama secara nasional yang
ditetapkan oleh Pemerintah.
Saat Jatuh Tempo Penyetoran PPh Pemotongan Atau Pemungutan
No Jenis Pajak Tanggal jatuh Tempo
• Pekerjaan
• Jasa
• kegiatan
PPh Pasal 21: • oleh Wajib Pajak orang pribadi
• Subjek Pajak dalam negeri
• Pemberi kerja yang terdiri dari:
Pemotong • orang pribadi dan badan;
cabang, perwakilan, atau unit
PPh Pasal • Bendahara atau pemegang kas
pemerintah
21 • Dana pensiun, badan
dan/atau penyelenggara jaminan sosial
tenaga kerja, dan badan-badan
PPh Pasal • Orang pribadi yang melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan
26 bebas serta badan yang
membayar
• Kantor perwakilan negara asing;
Tidak • Organisasi-organisasi internasional,
termasuk yang telah ditetapkan oleh menteri
keuangan;
pemotong • Pemberi kerja orang pribadi bukan
dalam rangka melakukan kegiatan
pajak usaha atau pekerjaan bebas.
SKEMA DASAR PENGENAAN PPh PASAL 21
TETAP
Ph NETO - PTKP
PEGAWAI BULANAN Ph BRUTO - PTKP
TIDAK TETAP
Ph BRUTO – 200 RIBU
HARIAN
Ph BRUTO(>2,025jt s.d.7jt) – PTKP Harian
Ph BRUTO(>7jt) – PTKP
Pegawai Tetap :
Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja • Menerima penghasilan dalam jumlah
Lepas : tertentu secara teratur
• hanya menerima penghasilan • , termasuk anggota dewan komisaris dan
apabila bekerja, anggota dewan pengawas,
• berdasarkan jumlah hari bekerja, • pegawai yang bekerja berdasarkan kontrak
jumlah unit hasil pekerjaan yang untuk suatu jangka waktu tertentu yang
dihasilkan atau penyelesaian menerima atau memperoleh penghasilan
pekerjaan dalam jumlah tertentu secara teratur
PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 BULANAN
GAJI, TUNJANGAN
TERKAIT DGN GAJI
DIKURANGI
- BIAYA JABATAN
- IURAN PENSIUN
PENGHASILAN NETO
DISETAHUNKAN ( x 12 bln)
PENGHASILAN
DIKURANGI PTKP
NETO
PENGHASILAN
NETO DIKURANGI PTKP
Created by Hasta
Bukan Pegawai:
1. Tenaga ahli pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara, akuntan,
arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris;
2. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang
sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/i,
pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya;
3. Olahragawan;
4. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;
5. Pengarang, peneliti, dan penerjemah;
6. Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer & sistem
aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi, dan sosial
serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan;
7. Agen iklan;
8. Pengawas atau pengelola proyek;
9. Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi
perantara;
10. Petugas penjaja barang dagangan
11. Petugas dinas luar asuransi;
12. Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan
kegiatan sejenis lainnya;
peserta kegiatan :
• Peserta perlombaan olah raga, seni, ketangkasan, Iptek
• Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan kerja;
• anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara kegiatan tertentu;
• Peserta pendidikan dan pelatihan;
• Peserta kegiatan lainnya.
Penghasilan Kena Pajak :
1. Pegawai Tetap;
2. penerima pensiun berkala;
DASAR PEMOTONGAN PAJAK
2. IURAN PENSIUN
3. PTKP TAHUNAN
2. 2.
Karyawan yang berhenti bekerja di Pendatang dari Luar negeri dalam
periode berjalan periode berjalan
3.
Karyawan yang berhenti karena
meninggalkan Indonesia selama-
lamanya
Khusus
WP Dalam Negeri 4.
Karyawan yang berhenti karena
meninggal dunia
TARIF Pasal 17 UU PPh
Pasal 17 UU No. 17 Tahun 2000
1. S.d. Rp 50.000.000,- 5%
2. Di atas Rp50.000.000,- s.d. Rp 250.000.000 15%
Nasrun Bramantyo pada tahun 2013 bekerja sebagai pegawai tetap pada
perusahaan PT Rejo Indonusa dengan memperoleh gaji yang dibayar harian
sebesar Rp150.000,00. Nasrun Bramantyo kawin dan mempunyai seorang
anak. PT Rejo Indonusa masuk program Jamsostek, premi Jaminan
Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan Kematian dibayar oleh pemberi kerja
dengan jumlah masing-masing setiap bulan sebesar 1,00% dan 0,30% dari
gaji. PT Rejo Indonusa membayar iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan
sebesar 3,70% dari gaji dan Nasrun Bramantyo membayar iuran pensiun
Rp25.000,00 dan Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji
Penghasilan sebulan (26 x Rp 150.000,00) Rp 3.900.000,00
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja Rp 39.000,00
Premi Jaminan Kematian Rp 11.700,00
Penghasilan bruto Rp 3.950.700,00
Pengurangan :
1. Biaya jabatan
5% x Rp3.950.700,00 Rp 197.535,00
2. luran pensiun Rp 25.000,00
3. luran JHT Rp 78.000,00
Rp 300.535,00
Penghasilan neto sebulan Rp 3.650.165,00
Penghasilan neto setahun
12 x Rp3.650.165,00 Rp 43.801.980,00
PTKP :
- untuk wajib pajak Rp 24.300.000,00
- tambahan karena menikah Rp 2.025.000,00
- tambahan seorang anak Rp 2.025.000,00
Rp 28.350.000,00
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 15.451.980,00
Pembulatan Rp 15.451.000,00
PPh Pasal 21 setahun
5% x Rp15.451.000,00 Rp 772.550,00
PPh Pasal 21 sebulan
Rp772.550,00 : 12 Rp 64.379,00
PPh Pasal 21 sehari
Rp64.379,00 : 26 Rp 2.476,00
Penghitungan PPh Pasal 21 atas Penghasilan Teratur bagi Penerima
Pensiun Berkala
Hadi Irawan, berstatus kawin dengan 2 (dua) orang anak yang masih menjadi
tanggungan, bekerja sebagai pegawai tetap pada PT Nusa lndah Gemilang dengan
gaji sebulan sebesar Rp6.000.000,00. Hari Irawan setiap bulan membayar iuran
pensiun sebesar Rp250.000,00 ke Dana Pensiun Artha Mandiri yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan. Berdasarkan ketentuan yang berlaku di PT
Nusa Indah Gemilang terhitung mulai 1 Juli 2013, Hari Irawan akan memasuki masa
pensiun.
Penghitungan PPh Pasal 21 sebulan :
Gaji sebulan Rp 6.000.000,00
Pengurangan :
1. Biaya jabatan:
5% x Rp6.000.000,00 Rp 300.000,00
2. uran pensiun Rp 250.000,00
Rp 550.000,00
Penghasilan Neto sebulan Rp 5.450.000,00
Penghasilan Neto 6 bulan
(masa bekerja Januari s.d. Juni 2013)
Rp5.450.000,00 X 6 Rp32.700.000,00
PTKP
-untuk WP sendiri Rp24.300.000,00
-tambahan karena menikah Rp 2.025.000,00
-tambahan untuk 2 orang anak Rp 4.050.000,00
Rp 30.375.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 2.325.000,00
PPh Pasal 21 terutang :
5% x Rp2.325.000,00 Rp 116.250,00
PPh Pasal 21 terutang sebulan :
Rp116.250,00 : 6 Rp 19.375,00
Pada saat Hadi Irawan berhenti bekerja dan memasuki masa pensiun, maka
pemberi kerja memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 21 (Form 1721 A1)
dengan data sebagai berikut :
Gaji selama 6 bulan :
6 x Rp6.000.000,00 Rp 36.000.000,00
Pengurangan :
1. Biaya jabatan :
5% x Rp36.000.000,00 Rp 1.800.000,00
2. luran pensiun :
6 x Rp250.000,00 Rp 1.500.000,00
Penghasilan Neto selama 6 bulan Rp 32.700.000,00
PTKP
-untuk WP sendiri Rp24.300.000,00
-tambahan karena menikah Rp2.025.000,00
-tambahan untuk 2 anak Rp4.050.000,00
Rp30.375.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 2.325.000,00
PPh Pasal 21 terutang
(5% x Rp2.325.000,00) Rp 116.250,00
PPh Pasal 21 telah dipotong
(6 x Rp19.375,00) Rp 116.250,00
PPh Pasal 21 kurang (lebih) dipotong NIHIL
Fajar Ariwibowo pada bulan Juni 2013 menerima kenaikan gaji, menjadi
Rp3.500.000,00 sebulan dan berlaku surut sejak 1 Januari 2013. Dengan adanya
kenaikan gaji yang berlaku surut tersebut maka Fajar Ariwibowo menerima rapel
sejumlah Rp5.000.000,00 (kekurangan gaji untuk masa Januari s.d. Mei 2013). Untuk
menghitung PPh Pasal 21 atas uang rapel tersebut, terlebih dahulu dihitung kembali
PPh Pasal 21 untuk masa Januari s.d. Mei 2013 atas dasar penghasilan setelah ada
kenaikan gaji. Dengan demikian penghitungan PPh Pasal 21 terutangnya adalah
sebagai berikut :
Gaji Rp 3.500.000,00
Pengurangan :
1. Biaya jabatan:
5% x Rp 3.500.000,00 = Rp 175.000,00
2. luran Pensiun Rp 100.000,00
---------------------- Rp 275.000,00
---------------------
Penghasilan neto sebulan Rp 3.225.000,00
Penghasilan neto setahun
12 x Rp 3.225.000,00 Rp 38.700.000,00
PTKP
- untuk wajib pajak Rp 24.300.000,00
- tambahan karena menikah Rp 2.025.000,00
--------------------- Rp26.325.000,00
---------------------
Penghasilan Kena Pajak Rp12.375.000,00
PPh Pasal 21 setahun
5% x Rp 12.375.000,00 = Rp 618.750,00
PPh Pasal 21 sebulan
Rp 618.750,00: 12 = Rp 51.563,00
Pengurangan
Biaya Jabatan 5% x Rp17.500.000,00 875.000
Penghasilan neto
12/5 x Rp16.125.000,00 38.700.000
disetahunkan:
PTKP
untuk WP sendiri 24.300.000
Penghasilan Kena Pajak disetahunkan 14.400.000
PTKP
- untuk WP sendiri Rp 24.300.000,00
---------------------
Penghasilan Kena Pajak disetahunkan Rp 14.400.000,00
PPh Pasal 21 disetahunkan
5% x Rp14.400.000,00 = Rp 720.000,00
PPh Pasal 21 terutang
9/12 x Rp720.000,00 = Rp 540.000,00
PPh Pasal 21 telah dipotong dan dilunasi:
Di Jakarta sesuai dengan Form. 1721 - A1 Rp 300.000,00
Di Bandung (4 x Rp60.000,00) Rp 240.000,00
---------------------
PPh Pasal 21 kurang (lebih) dipotong NIHIL
Kantor Cabang Garut
a. Penghasilan neto di Garut
Gaji Oktober s.d. Desember 2013:
3 x Rp3.500.000,00 = Rp 10.500.000,00
Pengurangan
1. Biaya Jabatan 5% x Rp10.500.000,00 Rp 525.000,00
2. luran pensiun 3 x Rp100.000,00 Rp 300.000,00
----------------------
Rp 825.000,00
---------------------
Penghasilan neto di Garut Rp 9.675.000,00
b. Penghasilan neto di Jakarta Rp 16.125.000,00
c. Penghasilan neto di Bandung Rp 12.900.000,00
---------------------
Jumlah penghasilan neto setahun Rp 38.700.000,00
PTKP untuk WP sendiri Rp 24.300.000,00
---------------------
Penghasilan Kena Pajak Rp 14.400.000,00
PPh Pasal 21 terutang setahun (5% x Rp14.400.000,00=) Rp 720.000,00
PPh Pasal 21 terutang di Jakarta dan Bandung (Form. 1721 - A1) Rp 540.000,00
---------------------
PPh Pasal 21 terutang di Garut Rp 180.000,00
PPh Pasal 21 sebulan
yang harus dipotong di Garut Rp180.000,00 : 3 = Rp 60.000,00
PENGHITUNGAN PEMOTONGAN PPh PASAL 21 ATAS
PENGHASILAN PEGAWAI YANG BERHENTI BEKERJA
ATAU MULAI BEKERJA DALAM TAHUN BERJALAN
Arip Marwanto yang berstatus belum menikah adalah pegawai pada PT Mahakam
Utama di Yogyakarta - DIY. Sejak 1 Oktober 2013, yang bersangkutan berhenti
bekerja di PT Mahakam Utama.
Gaji Arip Marwanto setiap bulan memperoleh sebesar Rp3.500.000,00 dan yang
bersangkutan membayar iuran pensiun kepada Dana Pensiun yang pendiriannya
telah mendapat persetujuan Menteri Keuangan sejumlah Rp100.000,00 setiap
bulan. Selama bekerja di PT Mahakam Utama Arip Marwanto hanya menerima
penghasilan berupa gaji saja
Penghitungan PPh Pasal 21 yang dipotong setiap bulan:
Gaji sebulan Rp 3.500.000,00
Pengurangan
1. Biaya Jabatan :
5% x Rp3.500.000,00 Rp 175.000,00
2. luran pensiun Rp 100.000,00
Rp 275.000,00
Penghasilan neto Rp 3.225.000,00
Penghasilan neto setahun
12 x Rp3.225.000,00 Rp 38.700.000,00
PTKP
- untuk WP sendiri Rp 24.300.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 14.400.000,00
PPh Pasal 21 terutang
5% x Rp14.400.000,00 Rp 720.000,00
PPh Pasal 21 yang harus dipotong sebulan:
Rp720.000,00 : 12 Rp 60.000,00
Penghitungan PPh Pasal 21 pada saat berhenti bekerja:
Gaji (Januari s.d. September 2013)
9 x Rp3.500.000,00 Rp 31.500.000,00
Pengurangan
Biaya Jabatan :
5% x Rp31.500.000,00 Rp 1.575.000,00
luran pensiun
9 X Rp100.000,00 Rp 900.000,00
Rp 2.475.000,00
Penghasilan neto 9 bulan adalah Rp29.025.000,00
PTKP
- untuk WP sendiri Rp24,300.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 4.725.000,00
PPh Pasal 21 terutang
5% x Rp4.725.000,00 Rp 236.250,00
PPh Pasal 21 terutang untuk masa
Januari s.d. September 2013 adalah Rp 236.250,00
PPh Pasal 21 yang sudah dipotong sampai
dengan Bulan Agustus 2013:
8 x Rp60.000,00 = Rp 480.000,00
PPh Pasal 21 lebih dipotong Rp 243.750,00
Catatan :
Kelebihan pemotongan PPh Pasal 21 sebesar Rp243.750,00 dikembalikan oleh PT
Mahakam Utama kepada yang bersangkutan pada saat pemberian bukti pemotongan PPh
Pasal 21.
Pegawai Berhenti Bekerja Pada Tahun Berjalan dan Sekaligus
Kehilangan Kewajiban Pajak Subjektif
Lewis Oshea (K/3) mulai bekerja Mei 2005 dan berhenti bekerja sejak 1 Juni 2013
dan meninggalkan Indonesia ke negara asalnya (kehilangan kewajiban pajak
subjektif). Selama tahun 2013 menerima gaji perbulan sebesar Rp15.000.000,00 dan
pada bulan April 2013 menerima bonus sebesar Rp20.0000.000,00
Catatan :
Cara penghitungan di atas berlaku juga bagi pegawai yang
kehilangan kewajiban subjektifnya pada tahun berjalan karena
meninggal dunia
•Penghitungan PPh Pasal 21 atas gaji adalah:
Gaji sebulan Rp 15.000.000,00
Pengurangan :
Biaya Jabatan
5% x Rp15.000.000 = Rp 750.000,00
Maksimum diperkenankan Rp 500.000,00
Penghasilan Neto atas gaji sebulan Rp 14.500.000,00
Penghasilan Neto setahun:
12 x Rp14.500.000,00 Rp174.000.000,00
PTKP (K/3)
-untuk Wajib Pajak Rp24.300.000,00
-tambahan WP kawin Rp 2.025.000,00
-tambahan 3 orang anak Rp6.075.000,00
Rp 32.400.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp141.600.000,00
PPh Pasal 21 atas gaji setahun:
5% x Rp50.000.000,00 Rp 2.500.000,00
15% x Rp91.600.000,00 Rp 13.740.000,00
Rp 16.240.000,00
PPh Pasal 21 atas gaji sebulan
Rp16.240.000,00 : 12 Rp 1.353.333,00
Penghitungan kembali pada saat berhenti dan meninggalkan Indonesia:
Gaji selama 5 bulan (5 x Rp15.000.000,00) Rp 75.000.000,00
Bonus Rp 20.000.000,00
Jumlah selama 5 bulan Rp 95.000.000,00
Pengurangan:
Biaya Jabatan:
5% x Rp95.000.000,00 =Rp4.750.000,00
Maksimum diperkenankan
5 x Rp500.000,00 Rp2.500.000,00
Penghasilan Neto selama 5 bulan Rp92.500.000,00
Jumlah penghasilan neto disetahunkan
12/5 x Rp92.500.000,00 Rp222.000.000,00
PTKP (K/3)
- untuk Wajib Pajak Rp 24.300.000,00
- tambahan WP kawin Rp 2.025.000,00
- tambahan 3 orang anak Rp 6.075.000,00
Rp32.400.000,00
Penghasilan Kena Pajak disetahunkan Rp189.600.000,00
PPh Pasal 21 disetahunkan:
5% x Rp50.000.000,00 Rp 2.500.000,00
15 % x Rp139.600.000,00 Rp 20.940.000,00
Rp 23.440.000,00
PPh Pasal 21 terutang:
5/12 x Rp 23.440.000,00 Rp 9.766.667,00
PPh Pasal 21 telah dipotong sampai dengan
bulan April 2013 atas gaji dan bonus:
(4 x Rp1.353.333,00) + Rp3.000.000,00 Rp 8.413.333,00
PPh Pasal 21 terutang dan harus dipotong Rp 1.353.333,00
Pengisian Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 (Formulir 1721 — A1) di Kantor Garut
Nurcahyo dengan status belum menikah pada bulan Januari 2013 bekerja sebagai
buruh harian PT Cipta Mandiri Sejahtera. la bekerja selama 10 hari dan menerima
upah harian sebesar Rp200.000,00
Misalkan Nurcahyo bekerja selama 12 hari, maka penghitungan PPh Pasal 21 yang
harus dipotong pada hari ke - 12 adalah sebagai berikut :
Pada hari kerja ke-12, jumlah PPh Pasal 21 yang dipotong adalah:
Upah sehari Rp 200.000,00
PTKP sehari (Rp 24.300.000,00: 360) Rp 67.500,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 132.500,00
PPh Pasal 21 terutang
5% x Rp132.500,00 Rp 6.625,00
menerima upah bersih sebesar: Rp200.000,00 - Rp6.625,00 = Rp193.375,00
Nanang Hermawan (belum menikah) pada bulan Maret 2013 bekerja pada
perusahaan PT Tani Jaya, menerima upah sebesar Rp300.000,00 per hari.
Penghitungan PPh Pasal 21 Upah sehari Rp300.000,00
Pada hari kerja ke-8 dan seterusnya dalam bulan kalender yang bersangkutan,
jumlah PPh Pasal 21 per hari yang dipotong adalah:
Upah sehari Rp 300.000,00
PTKP untuk WP sendiri (Rp24.300.000,00 : 360) Rp 67.500,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 232.500,00
PPh Pasal 21 terutang adalah 5% x Rp232.500,00 = Rp11.625,00
DENGAN UPAH SATUAN
Rizal Fahmi (belum menikah) adalah seorang karyawan yang bekerja sebagai
perakit TV pada suatu perusahaan elektronika. Upah yang dibayar berdasarkan
atas jumlah unit/satuan yang diselesaikan yaitu Rp75.000,00 per buah TV dan
dibayarkan tiap minggu. Dalam waktu 1 minggu (6 hari kerja) dihasilkan
sebanyak 24 buah TV dengan upah Rp1.800.000,00
Victoria Endah bekerja pada PT Fajar Wisesa. Pada tanggal 1 Januari 2013 telah
berhenti bekerja pada PT Fajar Wisesa karena pensiun. Pada bulan Maret 2013
Victoria Endah menerima jasa produksi tahun 2012., sebesar Rp55.000.000,00.
PPh Pasal 21 yang terutang adalah:
5% x Rp50.000.000,00 Rp 2.500.000,00
15% x Rp5.000.000,00 Rp 750.000,00
PPh Pasal 21 yang harus dipotong Rp 3.250.000,00
Apabila dalam tahun kalender dibayarkan lebih dari 1 kali, maka PPh Pasal 21 atas
dihitung dengan menerapkan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh atas jumlah
penghasilan bruto kumulatif nya
Penghitungan PPh Pasal 21 bagi Mantan Pegawai Yang
Menerima Penghasilan Berupa Jasa Produksi, Tantiem,
Gratifikasi, Bonus atau Imbalan Lain yang Bersifat Tidak
Teratur
PPh Pasal 21 =
tarif Pasal 17 ayat (1) aX 50% X penghasilan bruto.
dr. Abdul Gopar merupakan dokter spesialis jantung yang melakukan praktik di
Rumah Sakit Harapan Jantung Sehat dengan perjanjian bahwa atas setiap jasa
dokter yang dibayarkan oleh pasien akan dipotong 20% oleh pihak rumah sakit
sebagai bagian penghasilan rumah sakit dan sisanya sebesar 80% dari jasa dokter
tersebut akan dibayarkan kepada dr. Abdul Gopar pada setiap akhir bulan. Dalam
semester pertama tahun 2009, jasa dokter yang dibayarkan pasien atas tindakan
dr. Abdul Gopar adalah sebagai berikut:
BULAN JASA DOKTER YANG BULAN JASA DOKTER YANG DIBAYAR
DIBAYAR PASIEN PASIEN
(RUPIAH) (RUPIAH)
JUMLAH
524,000,000.00
JASA DOKETR DASAR DASAR TARIF PPH
YANG DIBAYAR PEMOTONGAN PEMOTONGAN PASAL 17 PASAL 21
BULAN PASIEN PPH PASAL 21 PPH PASAL 21 AYAT (1) TERUTANG
KUMULATIF HURUF A
(RUPIAH) (RUPIAH) (RUPIAH) UU PPH (RUPIAH)
Nashrun Berlianto melakukan jasa perbaikan komputer kepada PT Cahaya Kurnia dengan fee
sebesar Rp5.000,000,00.
Dalam hal Nashrun Barlianto tidak memiliki NPWP maka besarnya PPh Pasal 21 yang terutang
menjadi sebesar:
5% x 120% x 50% Rp5.000.000,00 = Rp150.000,00
Arip Nugraha melakukan jasa perawatan AC kepada PT Wahana Jaya dengan imbalan
Rp10.000.000,00. Arip Nugraha mempergunakan tenaga 5 orang pekerja dengan
membayarkan upah harian masing-masing sebesar Rp180.000,00. Upah harian yang
dibayarkan untuk 5 orang selama melakukan pekerjaan sebesar Rp4.500.000,00. selain
itu, Arip Nugraha membeli spare part AC yang dipakai untuk perawatan AC sebesar
Rp1.000.000,00.
Dalam hal berdasarkan perjanjian serta dokumen yang diberikan Arip Nugraha,
dapat diketahui bagianimbalan bruto yang merupakan upah yang harus
dibayarkan kepada pekerja harian yang dipekerjakan oleh Arip Nugraha dan
biaya untuk membeli spare part AC :
Rp10.000.000,00 - Rp4.500.000,00 - Rp1.000.000,00 = Rp4.500.000,00
PPh Pasal 21 yang harus dipotong PT Wahana Jaya atas penghasilan yang
diterima Arip Nugraha adalah sebesar:
5% x 50% x Rp4.500.000,00 = Rp112.500,00
Dalam hal tidak memiliki NPWP :
120% x 5% x 50% x Rp4.500.000,00 = Rp135.000,00
Dalam hal tidak ada informasi berdasarkan perjanjian mengenai upah atau
pembelian material/bahan, PPh Pasal 21 yang harus dipotong PT Wahana
Jaya adalah jumlah sebesar :
5% x 50% x Rp10.000.000,00 = Rp250.000,00
Dalam hal tidak memiliki NPWP :
120% x 5% x 50% x Rp10.000.000,00 = Rp300.000,00
Penghitungan PPh Pasal 21 Bagi Peserta Kegiatan
PASAL 22
(PPh PEMUNGUTAN)
Pasal 22
Menteri Keuangan dapat menetapkan:
a. bendahara pemerintah sehubungan dengan
pembayaran atas penyerahan barang;
b. badan-badan tertentu untuk kegiatan di bidang
impor atau kegiatan usaha di bidang lain;
c. WP badan tertentu dari pembeli atas penjualan
barang yang tergolong sangat mewah.
Non final
Pasal 8 (2) PP 138 tahun 2000
a. Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, atas impor barang;
b. bendahara pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sebagai pemungut pajak pada Pemerintah
Pusat, Pemerintah Daerah, Instansi atau lembaga Pemerintah dan lembaga-lembaga negara lainnya,
berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang;
c. bendahara pengeluaran berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan dengan
mekanisme uang persediaan (UP);
d. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau pejabat penerbit Surat Perintah Membayar yang diberi delegasi oleh
Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang kepada pihak
ketiga yang dilakukan dengan mekanisme pembayaran langsung (LS);
e. Badan Usaha Milik Negara yaitu badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh
negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan, yang
meliputi:
1. PT Pertamina (Persero), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), PT Perusahaan Gas Negara (Persero)
Tbk., PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk., PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk., PT Pembangunan
Perumahan (Persero) Tbk., PT Wijaya Karya (Persero) Tbk., PT Adhi Karya (Persero) Tbk., PT Hutama
Karya (Persero), PT Krakatau Steel (Persero); dan
2. Bank-bank Badan Usaha Milik Negara, berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang dan/atau
bahan-bahan untuk keperluan kegiatan usahanya.
f. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas, industri baja, industri
otomotif, dan industri farmasi, atas penjualan hasil produksinya kepada distributor di dalam negeri;
g. Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM), dan importir umum kendaraan
bermotor, atas penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri;
h. Produsen atau importir bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas, atas penjualan bahan bakar
minyak, bahan bakar gas, dan pelumas;
i. Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan
perikanan, atas pembelian bahan-bahan dari pedagang pengumpul untuk keperluan industrinya atau
ekspornya.
Kegiatan : Impor
Tarif :
bendahara pengeluaran
disetor ke melaporka
Kantor n dg SPT Pelaporan
Pos, bank Masa ke maks 14
devisa KPP. hari
penjualan kepada:
• penyalur/agen bersifat final;
• selain penyalur/agen bersifat tidak final
Badan usaha dalam atas penjualan hasil
bidang usaha: produksinya kepada
• industri semen, distributor di dalam
• industri kertas, negeri;
• industri baja,
• industri otomotif,
• industri farmasi,
Tarif :
1. semen : 0,25%
2. kertas : 0,1%;
3. baja : 0,3%
4. kendaraan bermotor : 0,45%
5. obat : 0,3%
• Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri baja adalah industri baja
yang merupakan industri hulu, termasuk industri hulu yang terintegrasi dengan
industri antara dan industri hilir.
pembelian barang / bahan untuk kegiatan usahanya
DI CABUT DENGAN
PER - 52/PJ/2008
PENYALUR/DISTRIBUTOR ROKOK
menggunakan tarif umum PPh Pasal 25
KEP - 401/PJ./2001
PAJAK PENGHASILAN PASAL 22
ATAS PENJUALAN HASIL PRODUKSI INDUSTRI SEMEN DI DALAM
NEGERI
• badan pemerintah
• subjek pajak badan dalam negeri,
• penyelenggara kegiatan,
• bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan LN
• OP sebagai WPDN dapat ditunjuk oleh Dirjen Pajak
Wajib Pajak Orang pribadi surat penunjukan KPP untuk persewaan tanah dan bangunan
Wajib Pajak orang pribadi yang ditunjuk:
• Akuntan, Arsitek, Dokter, Notaris, PPAT kecuali PPAT Camat.
• Pengacara, dan Konsultan, yang melakukan pekerjaan bebas;
• Orang pribadi yang menjalankan usaha dan pembukuan;
Pasal 23 ayat (4) UU PPh
Pengecualian:
• penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank;
• Sewa guna usaha dengan hak opsi;
• dividen yang dikecualikan sebagai objek PPh (Pasal 4 ayat (3)
huruf f UU PPh)
• dividen yang diterima oleh orang pribadi yang telah dikenakan
PPh Final (Pasal 17 ayat (2c) UU PPh);
• bagian laba anggota dari perseroan komanditer yang modalnya
tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan,
firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak
investasi kolektif (Pasal 4 ayat (3) huruf I UU PPh);
• SHU koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada
anggotanya;
• penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha
atas jasa keuangan yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman
dan/atau pembiayaan yang diatur dengan PMK
Proses Bisnis Perbankan
Bank
158
*tidak termasuk PPN
LANJUTAN
159
Dividen sebagai Objek pemotongan PPh Pasal 23
• Pembagian laba , secara langsung ataupun tidak langsung, dengan nama dan dalam
bentuk apapun;
• pembayaran kembali karena likuidasi yang melebihi jumlah modal yang disetor;
• pemberian saham bonus yang dilakukan tanpa penyetoran termasuk saham bonus
yang berasal dari kapitalisasi agio saham; (direvisi. PP94/2010)
• pembagian laba dalam bentuk saham;
• pencatatan tambahan modal yang dilakukan tanpa penyetoran;
• jumlah yang melebihi jumlah setoran sahamnya yang diterima atau diperoleh
pemegang saham karena buyback saham;
• pembayaran kembali seluruhnya atau sebagian dari modal yang disetorkan, jika
dalam tahun-tahun yang lampau diperoleh keuntungan, kecuali jika pembayaran
kembali itu adalah akibat dari pengecilan modal dasar (statuter) yang dilakukan
secara sah;
• pembayaran sehubungan dengan tanda-tanda laba, termasuk yang diterima sebagai
penebusan tanda-tanda laba tersebut;
• bagian laba sehubungan dengan pemilikan obligasi;
• bagian laba yang diterima oleh pemegang polis;
• pengeluaran perusahaan untuk keperluan pribadi pemegang saham yang
dibebankan sebagai biaya perusahaan
Bunga sebagai Objek pemotongan PPh Pasal 23
SP WP
DN
penghasilan LN
WP LN
pembayaran
seorang atlet dari luar negeri yang ikut mengambil bagian dalam
perlombaan lari maraton di Indonesia, dan kemudian merebut hadiah
uang maka atas hadiah tersebut dikenai pemotongan Pajak Penghasilan
sebesar 20% (dua puluh persen).
Negara domisili dari WPLN selain yang
BUT yang menerima penghasilan dari
Indonesia ditentukan oleh tempat tinggal
NEGARA DOMISILI atau tempat kedudukan yang sebenarnya
NEGARA DOMISILI
menerima manfaat dari penghasilan
tersebut (beneficial owner).
WP negara domisili tidak hanya ditentukan
LN berdasarkan Surat Keterangan Domisili,
tetapi juga tempat tinggal atau tempat
kedudukan dari penerima manfaat dari
penghasilan.
Dalam hal penerima manfaat adalah
orang pribadi, negara domisilinya adalah
negara tempat orang pribadi tersebut
negara tempat tinggal atau tempat bertempat tinggal atau berada,
kedudukan Wajib Pajak luar negeri yang sedangkan bila penerima manfaat adalah
sebenarnya menerima manfaat dari badan maka negara domisilinya adalah
penghasilan tersebut (beneficial negara tempat pemilik atau lebih dari
owner). 50% (lima puluh persen) pemegang
saham baik sendiri-sendiri, maupun
bersama¬sama berkedudukan atau
efektif manajemennya berada.
CERTIFICATE OF DOMICILE
SE Dirjen Pajak Nomor SE-03/PJ.101/1996 tanggal 29-03-
1996 tentang Penerapan P3B:
• Surat Keterangan Domisili (SKD) wajib diserahkan oleh WPLN
untuk memperoleh manfaat P3B;
• SKD diterbitkan oleh Competent Authority atau wakilnya yang
sah di negara mitra P3B Indonesia;
• Bentuk SKD sesuai dengan kelaziman di negara tempat WPLN
berkedudukan
• Isi SKD sekurang-kurangnya menyatakan:
– Wajib Pajak luar negeri ybs. benar berkedudukan di
negara tersebut,
– disertai tanggal dan tandatangan pejabat yang
menerbitkan SKD.
• SKD berlaku selama 1 (satu) tahun sejak tanggal diterbitkan,
kecuali untuk WP bank. Bagi WP bank, SKD berlaku selama
bank tersebut tetap mempunyai alamat yang sama dengan
alamat yang tercantum dalam SKD.
179
Atas penghasilan dari penjualan atau pengalihan harta di Indonesia, kecuali
yang FINAL, yang diterima atau diperoleh WPLN selain BUT di Indonesia, dan
premi asuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar negeri,
dipotong pajak 20% (dua puluh persen) dari perkiraan penghasilan neto
NOMOR 82/PMK.03/2009
Terhadap Wajib Pajak Luar Negeri yang berkedudukan di negara-negara yang telah
mempunyai Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) dengan Indonesia,
pemotongan pajak hanya dilakukan apabila berdasarkan P3B yang berlaku, hak
pemajakannya ada pada pihak Indonesia.
Negara A
Tidak memiliki P3B dengan
Negara B
Negara C Memiliki P3B dengan Negara C
2
StepCo.
ABC Co.
(Perusahaan Terbuka)
Negara C
• Tarif pemotongan pajak: 20%
• 10% bila diterapkan P3B C-B
OPSI 1. Investasi Langsung
OPSI 2. Investasi melalui StepCo. Di negara B.
257/PMK.03/2008
PERLAKUAN PERPAJAKAN ATAS PENGHASILAN KENA PAJAK
SESUDAH DIKURANGI PAJAK DARI SUATU BUT
1. Bunga Deposi-to/Tabungan 20% Jumlah bruto bagi Wajib Pajak Psal 4 ayat (2)
Dan Diskonto Sertifikat Bank 20% Dalam Negeri P.P No.131 /2000
Indonesia (SBI) Jumlah bruto bagi W.P. Luar 51/KMK..04/
negeri atau tarif berdasarkan 01Kep.217 /PJ./
perjanjian penghindaran pajak 01
berganda yang berlaku (P3B)
2 Hadiah Undian 25% Jumlah bruto nilai hadiah yang Psal 4 ayat (2)
dibayarkan atau nilai pasar PP No 132 / 2000
hadiah berupa natura atau KEP-395/PJ./ 2001,
kenikmatan. TGL 13-06-2001
3. Bunga Simpanan Anggota 0% s/d Rp.240.000,00 per bulan Psal 4 ayat (2)
Koperasi 10 % Lebih dari Rp.240.000,00 per PP No.15 /2009
bulan
4 Bunga Obligasi 15% jumlah bruto bunga bagi WP DN Psal 4 ayat (2)
20% Bagi WP LN /ariff P3B, PP No.16 TH.
2009,9-2-09
4 Diskonto Obligasi 15% dari selisih lebih harga jual atau Psal 4 ayat (2)
nilai nominal dengan harga PP No.16 TH.
perolehan Obligasi, tidak termasuk 2009,9-2-09
bunga berjalan;
20% bagi WP DN
bagi Wajib Pajak luar negeri atau
P3B
5 bunga dan/atau diskonto dari 0% tahun 2009 s.d. 2010 Psal 4 ayat (2)
Obligasi bagi WP reksadana 5% tahun 2011 s.d. 2013; PP No.16 TH.
yang terdaftar pada Bapepam 15% tahun 2014 dan dstr 2009,9-2-09
LK
N Perihal Tarif Keterangan Dasar Hukum
o
5 Penjualan Saham Pendiri dan bukan 0,1% Jumlah bruto nilai transaksi Psal 4 ayat (2)
Pendiri di Bursa Efek PPNo.41/1994
0,5% Tambahan PPh bagi pemilik saham PPNo.14/1997
pendiri, dari nilai saham pada saat 282/KMK.04/1997
penawaran umum perdana SE-06/PJ.4/-1997
7. Penghasilan dari Penga lihan Hak 5% bruto nilai penjualan/pengalihan tanah Psal 4 ayat (2)
Atas Tanah dan/Atau Bangunan dan/atau bangunan . PP71/08,
( Sejak 1 Jan 2009,baik OP maupun 1% Rumah susun dan rumah susun 243/PMK.33/2008;
Badan ) sederhana (243/PMK.33/2008) PERDJP. 30/PJ./2009
8. Penghasilan yang diteri 10% Jumlah bruto nilai persewaan Psal 4 ayat (2)
ma atau diperoleh dari Persewaan tanah dan/atau bangunan baik yang PP.29/1996
Tanah dan /atau Bangunan diterima /diperoleh W P Orang Pribadi PP no.5 Tahun 2002
maupun WP Badan 120/KMK.03/ 2002
KEP-227/PJ/ 2002
9 Usaha Jasa Kontruksi bersertifikat 2% Pelaksanan kontruksi kualifikasi kecil Psal 4 ayat (2)
kualifikasi kecil dan nilai pengadaan 4% Pelaksanan kontruksi kualifikasi non PP 140/2000 jo 51
<1M kecil /2008, revisi dg
3% Pelaksanan kontruksi selain diatas . PP 40 / 2009 PP 100-
4% Perencanaan / pengawasan yg 2013
berkualifikasi
6% Perencanaan atau pengawasan non
kualifikasi
100 TAHUN 2013
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG
PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI
a. bunga dari Obligasi dengan kupon sebesar:
1) 15% bagi WPDN dan BUT; dan
2) 20% atau P3B WPLN;
13 Penghasilan WP luar negeri yang 0,44% Nilai ekspor bruto Pasal 15.
mempunyai kantor perwakilan (Norma Khusus) 634/KMK.04/
dagang di Indonesia 1994;Kep-667/PJ.
/2001
14 Honorarium /imbalan atas beban 15% Penghasilan bruto Pasl 21 ay (1)
APBN/APBD yang diterima Pejabat 252/PMK.03 /08 PP 45 tahun 1994
Negara,PNS,angg. TNI , POLRI dan PER 31/PJ/2009,PER 57/PJ /2009 Kep-545/ PJ./
pensiunan. Akan diatur dengan permen keu ter 2000;Per-15 / PJ./ 06
sendiri
15 Nilai bangunan yang diterima dalam 5% Nilai penyerahan bangunan Pasal 15.
rangka 248/KMK.04 /
Bangun Guna Serah sehub. dgn 1995
berakhirnya masa perjanjian SE-38/PJ.4 / 1995
Hadiah Undian
PP 51/2008 :
• 2% Pelaksanaan oleh Penyedia Jasa kualifikasi usaha
kecil.
• 4% Pelaksanaan Konstruksi oleh non kualifikasi usaha;
• 3% Pelaksanaan Konstruksi kualifikasi menengah dan
besar.
• 4% Perencanaan atau Pengawasan Konstruksi yang
dilakukan oleh Penyedia Jasa yang berkualifikasi usaha.
• 6% (enam persen) untuk Perencanaan atau Pengawasan
oleh Penyedia Jasa non kualifikasi usaha.
SE - 16/PJ.43/1998
PPh Pasal 22 Migas
BKP SPBU PERTAMINA
swasta
Premium 0,3% 0,25%
Solar 0,3% 0,25%
Premix / 0,3% 0,25%
super TT
Minah 0,3%
Pelumas 0,3%