Anda di halaman 1dari 208

PPh PEMOTONGAN DAN

PEMUNGUTAN

PKN STAN 2016


PETA
KONSEP Pemotongan PPh Atas
Penghasilan Orang
Priadi Sehubungan
Dengan Pekerjaan,
Jasa, dan Kegiatan

Pemotongaan dan Pemungutan Pajak


Pemungutan Pajak Penghasilan Atas
Penghasilan Yang Penyerahan Barang Dan
Dihitung dengan Kegiatan Di Bidang Impor
Menerapkan Norma Atau Kegiatan Usaha Di
Bidang Lain (PPh Pasal 22)
Penghitungan PENGERTIAN
Penghasilan Neto

PPh potput
UMUM
PEEMUNGUTAN/
PEMOTONGAN

Pemotongan dan
Pemungutan Pajak Pemotongan Pajak
Penghasilan Yang Penghasilan atas
Bersifat Final Penghasilan dari
Modal, Harta, dan
Jasa (PPh Psal 23)
Pemotongan dan
Pemungutan Pajak
Penghasilan Wajib
Pajak Luar Negeri (PPh
Pasal 26)
Prinsip Dasar
Pemotongan dan witholding tax
Pemungutan Pajak system
Penghasilan

suatu sistem
pemungutan pajak
yang terutang dengan
cara pemotongan atau
Pay as Your Earn
pemungutan oleh
pihak ketiga yang (PAYE)
ditunjuk untuk
memotong atau
memungut pajak.
Sejarah Pemotongan dan Pemungutan Pajak

• Perpu No.12 Tahun 1959, withholding tax atas deviden yang


dibayarkan ke luar negeri (UU Pajak Deviden 1959)
• Sasaran pengenaan pembayaran dividen keluar Indonesia
• dilakukan oleh wajib pajak dalam negeri Indonesia
• yuridiksi Indonesia hanya ada pada wilayah geografis Indonesia
Sebelum
taxreform 1983 : • Objek diperluas dikenakan pada Bunga dan royalty (Undang-
Undang Pajak atas Bunga, Deviden, dan Royalti UU No. 10 Tahun
1970).

• wajib pajak dalam negeri dan wajib pajak luar negeri


• penghasilan berupa bunga, dividen, dan royalti.
• pemotongan oleh pembayar bunga dividen, atau royalti.
UU 10 tahun
1970 PDBR • Jika WP DN  down payment
• WPLN  bersifat final.
UU No. 8 Tahun 1967 sebagai pengganti dari PP Nomor. 11 Tahun 1967 tentang
Perubahan Dan Penyempurnaan Tata Cara Pemungutan Pajak Pendapatan 1944,
Pajak Kekayaan 1932, dan Pajak Perseroan 1925.
• sistem MPS-MPO
• cikal bakal self assessment system.

• sebelumnya didasarkan SKP sementara


• digantikan WP menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri, dlm tahun berjalan.
MPS : • Akhir tahun pajak ditetapkan melalui SKP Rampung.

• Menghitung Pajak Orang Lain


• menghitungkan, memotongkan dan menyetorkan pajak
MPO • orang atau badan yang ditunjuk sebagai kolektor pajak

• dilakukan pada saat wajib pajak dalam keadaan mampu membayar;


• merupakan suatu pembayaran pajak yang "tidak terasa"
Kebaikan • pengurangan beban pajak dari yang bersangkutan.
MPO
Kelebihan dan Kekurangan witholding tax system

Kelebihan : Kelemahan:

Mempengaruhi
Ketepatan waktu
cashflow Wajib
penyetoran.
Pajak

Menambah
beban
Kemudahan
adminisitrasi
wajib pajak

Menambah
Kesederhanaan beban biaya wajib
pajak

Biaya
Resiko hukum
Pemungutan
atas kepatuhan
pajak yang lebih
wajib pajak
murah
• Pemotongan dan pemungutan pajak dilakukan pada suatu saat
dimana pajak dinyatakan terutang.
• Saat yang tepat adalah pada saat pendapatan tersebut diterima
atau diperoleh.
• pajak terutang pada saat dianggap berpotensi timbulnya
penghasilan
• menjaga cashflow keuangan pemerintah.
• Cashflow wajib pajak akan terpakai sebelum jumlah pajak terutang
pada akhir tahun pajak diketahui.
• Wajib pajak pemotong dan pemungut, dapat diuntungkan secara
cashflow
• perbedaan waktu antara saat terutang pajakdengan saat
penyetoran pajak
• kemudahan bagi administrasi perpajakan
• kemudahan dan kesederhanaan
• Beban administrasi sebagian telah diambil alih oleh Wajib Pajak
• Risiko hukum bagi wajib pajak
Objek Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan.

sangat luas
• Pada umumnya payroll tax dan passive income
• melainkan meliputi semua sektor usaha seperti jasa, perdagangan dan
industri manufaktur.

• Domestic witholding tax


Sumber
Penghasilan :
• International witholding tax.

• Ph neto
DPP : • Ph bruto

• Final
Sifat : • Kredit Ajak
Kewajiban Wajib Pajak Pemotong dan Pemungut
Pasal 3 PMK 184/PMK.03/2007 Jo PMK 80/PMK.03/2010 jo PMK
242/PMK.03/2014

(1) Dalam hal tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak
bertepatan dengan hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur
nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari
kerja berikutnya.
(2) Hari libur nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk hari
yang diliburkan untuk penyelenggaraan Pemilihan Umum yang
ditetapkan oleh Pemerintah dan cuti bersama secara nasional yang
ditetapkan oleh Pemerintah.
Saat Jatuh Tempo Penyetoran PPh Pemotongan Atau Pemungutan
No Jenis Pajak Tanggal jatuh Tempo

1 PPh Pasal 4 ayat (2)


2 PPh Pasal 15 paling lama tanggal 10 (sepuluh) bulan
3 PPh Pasal 21 berikutnya setelah Masa Pajak berakhir
4 PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 26

5 PPh Pasal 22 BBM, gas, dan pelumas ke


penyalur/agen atau industri
6 PPh Pasal 22 WP badan tertentu
sebagai Pemungut Pajak
9 PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan PPnBM bersamaan dengan saat pembayaran BM
atas impor BM ditunda /dibebaskan, saat
penyelesaian dokumen pem-beritahuan
pabean impor
10 PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan PPnBM 1 hari kerja setelah dilakukan pemungutan
atas impor oleh DJBC pajak
11 PPh Pasal 22 yang dipungut oleh pada hari yang sama dengan pelaksanaan
bendahara pembayaran, SSP atas nama rekanan dan
ditandatangani oleh bendahara
PPh Pasal 4 ayat (2) yang dipotong tanggal 10 (sepuluh) bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir, kecuali
ditetapkan lain oleh Mkeu.
2) PPh Pasal 4 ayat (2) dibayar sendiri tanggal 15 (lima belas)
bulan berikutnya setelah
Masa Pajak berakhir,
kecuali ditetapkan lain
oleh Mkeu.
(3) PPh Pasal 4 ayat (2) atas penghasilan dari harus disetor sebelum
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang akta, keputusan,
dipotong/dipungut atau yang harus dibayar sendiri, perjanjian, kesepakatan
atau risalah lelang atas
pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan
ditandatangani oleh
pejabat yang berwenang.
Pelayanan Perbendaharaan Negara.
(12) PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Bendahara
Pengeluaran, harus disetor paling lama 7 (tujuh) hari
(4) PPh Pasal 15 yang dipotong harus disetor
tanggal 10
(sepuluh) bulan
berikutnya
setelah Masa
Pajak berakhir.
(5) PPh Pasal 15 yang harus dibayar sendiri harus disetor
tanggal 15 (lima
belas) bulan
berikutnya
setelah Masa
Pajak berakhir.
(6) PPh Pasal 21 yang dipotong harus disetor
(7) PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 26 yang dipotong oleh tanggal 10
Pemotong PPh harus disetor paling lama tanggal (sepuluh) bulan
10 (sepuluh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berikutnya
berakhir. setelah Masa
ukan pemungutan pajak. Pajak berakhir.
Pelaporan Kewajiban Pemotongan Atau Pemungutan PPh

Pelaporan secara berkala PPh

Melalui SPT Masa atau melalui Laporan pemotongan atau


pemungutan.

paling lama 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak


berakhir.

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai : secara mingguan


paling lama pada hari kerja terakhir minggu berikutnya.
Pemungutan PPh Pasal 22 yang oleh bendahara wajib
dilaporkan hasil pemungutannya paling lama 14 (empat
belas) hari setelah Masa Pajak berakhir.
PPh Pasal 21
PER-31/PJ/2012,:
“Pajak Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang
dilakukan oleh Wajib Pajak orang pribadi Subjek Pajak dalam negeri, yang
selanjutnya disebut PPh Pasal 21, adalah pajak atas penghasilan berupa
gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan
dalambentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa,
dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi Subjek Pajak dalam negeri,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Undang-Undang Pajak
Penghasilan”

• Pekerjaan
• Jasa
• kegiatan
PPh Pasal 21: • oleh Wajib Pajak orang pribadi
• Subjek Pajak dalam negeri
• Pemberi kerja yang terdiri dari:
Pemotong • orang pribadi dan badan;
cabang, perwakilan, atau unit
PPh Pasal • Bendahara atau pemegang kas
pemerintah
21 • Dana pensiun, badan
dan/atau penyelenggara jaminan sosial
tenaga kerja, dan badan-badan
PPh Pasal • Orang pribadi yang melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan
26 bebas serta badan yang
membayar
• Kantor perwakilan negara asing;
Tidak • Organisasi-organisasi internasional,
termasuk yang telah ditetapkan oleh menteri
keuangan;
pemotong • Pemberi kerja orang pribadi bukan
dalam rangka melakukan kegiatan
pajak usaha atau pekerjaan bebas.
SKEMA DASAR PENGENAAN PPh PASAL 21
TETAP
Ph NETO - PTKP
PEGAWAI BULANAN Ph BRUTO - PTKP
TIDAK TETAP
Ph BRUTO – 200 RIBU
HARIAN
Ph BRUTO(>2,025jt s.d.7jt) – PTKP Harian

Ph BRUTO(>7jt) – PTKP

PENSIUNAN SEKALIGUS PP 68 Th 2009

BERKALA Ph NETO - PTKP

50% X (Ph Bruto) - PTKP bulanan


BERKESINAMBUNGAN, berNPWP Kumulatif

BUKAN PEGAWAI BERKESINAMBUNGAN, tidak ber NPWP 50% X Ph Bruto Kumulatif

TIDAK BERKESINAMBUNGAN 50 % x Ph Bruto

KOMISARIS, MANTAN PEGAWAI, Ph Bruto Kumulatif


PENARIKAN DAPEN O/ PEGAWAI

PESERTA KEGIATAN Ph Bruto


PPh Pasal 21
PEGAWAI TETAP
Pegawai:
Pegawai adalah :
• yang bekerja pada pemberi kerja,
• berdasarkan perjanjian atau kesepakatan
kerja
• tertulis maupun tidak tertulis
• untuk melaksanakan suatu pekerjaan dalam
jabatan atau kegiatan tertentu
• memperoleh imbalan yang dibayarkan
berdasarkan periode tertentu, penyelesaian
pekerjaan, atau ketentuan lain

Pegawai Tetap :
Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja • Menerima penghasilan dalam jumlah
Lepas : tertentu secara teratur
• hanya menerima penghasilan • , termasuk anggota dewan komisaris dan
apabila bekerja, anggota dewan pengawas,
• berdasarkan jumlah hari bekerja, • pegawai yang bekerja berdasarkan kontrak
jumlah unit hasil pekerjaan yang untuk suatu jangka waktu tertentu yang
dihasilkan atau penyelesaian menerima atau memperoleh penghasilan
pekerjaan dalam jumlah tertentu secara teratur
PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 BULANAN

PEGAWAI TETAP PEGAWAI TIDAK TETAP,


PEMAGANG, CAPEG

GAJI, TUNJANGAN
TERKAIT DGN GAJI

DIKURANGI
- BIAYA JABATAN
- IURAN PENSIUN

PENGHASILAN NETO
DISETAHUNKAN ( x 12 bln)

PENGHASILAN
DIKURANGI PTKP
NETO

TARIF PS.17 UU PPh PENGHASILAN KENA


PAJAK

PPh Pasal 21 Terutang PPh Pasal 21 Terutang


: 12 SEBULAN
SETAHUN
PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 BULAN DESEMBER
PENGHASILAN BRUTO
KUMULATIF
PEGAWAI TETAP
PEGAWAI TIDAK TETAP,
PEMAGANG, CAPEG
GAJI, TUNJANGAN
D
TERKAIT DGN GAJI
I
K
U
DIKURANGI : R
- BIAYA JABATAN A
- IURAN PENSIUN / JHT N
G
I

PENGHASILAN
NETO DIKURANGI PTKP

PENGHASILAN KENA PAJAK


TARIF PS.17 UU PPh (dibulatkan ke bawah hingga ribuan
penuh)

PPh Pasal 21 Terutang


A PPh PASAL 21 ATAS GAJI & TUNJANGAN YANG TERIKAT GAJI
YANG DIHITUNG SETIAP BULAN

 Penghasilan bruto pada suatu bulan Rpxxx Gaji Pokok + Tunjangan-


dikurangi: tunjangan
Biaya jabatan (Rpxxx)
5% x Ph Bruto
Iuran pensiun (Rpxxx) (Rpxxx)
 Penghasilan neto pada suatu bulan Rpxxx
 Penghasilan neto disetahunkan (x 12) Rpxxx
dikurangi:
PTKP (setahun) (Rpxxx)
 Penghasilan Kena Pajak Rpxxx
 PPh terutang (tarif Ps. 17 (1) a) Rpxxx
 PPh terutang pada suatu bulan (PPh Terutang/12) Rpxxx

Created by Hasta
Bukan Pegawai:
1. Tenaga ahli pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara, akuntan,
arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris;
2. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang
sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/i,
pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya;
3. Olahragawan;
4. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;
5. Pengarang, peneliti, dan penerjemah;
6. Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer & sistem
aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi, dan sosial
serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan;
7. Agen iklan;
8. Pengawas atau pengelola proyek;
9. Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi
perantara;
10. Petugas penjaja barang dagangan
11. Petugas dinas luar asuransi;
12. Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan
kegiatan sejenis lainnya;
peserta kegiatan :
• Peserta perlombaan olah raga, seni, ketangkasan, Iptek
• Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan kerja;
• anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara kegiatan tertentu;
• Peserta pendidikan dan pelatihan;
• Peserta kegiatan lainnya.
Penghasilan Kena Pajak :
1. Pegawai Tetap;
2. penerima pensiun berkala;
DASAR PEMOTONGAN PAJAK

3. Pegawai Tidak Tetap secara bulanan / jumlah kumulatif


/ bulan > Rp 2.025.000,00
4. Bukan Pegawai menerima imbalan yang bersifat
berkesinambungan

penghasilan > Rp200.000,00 sehari,


Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas yang
menerima upah harian, upah mingguan, upah satuan atau
upah borongan, sepanjang penghasilan kumulatif yang
diterima dalam 1 (satu) bulan < Rp2.025.000,00

50% dari penghasilan bruto, Bukan Pegawai yang


menerima imbalan yang tidak bersifat berkesinambungan

Jumlah penghasilan bruto, yang berlaku bagi penerima


penghasilan selain penerima penghasilan di atas
Catatan :
• Penerimaan dalam bentuk natura harga pasar atas barang yang
diberikan atau nilai wajar
• Pembayaran dalam mata uang asing didasarkan pada nilai tukar
(kurs) yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan
Uraian Pemberi Kerja Karyawan
JKK, JKM, JPK Biaya bagi perusahaan Penghasilan (digabung dalam penghasilan bruto
dibayar perusahaan (deductible) gaji)
Alasan : karena tidak tercantum dalam Pasal 4
(Premi Asuransi) ayat (3) (bukan obyek PPh) sehingga
merupakan obyek PPh.

JKK, JKM, JPK Bukan pengurang bagi OP (karyawan) yang


dibayar karyawan --- membayarnya. Alasan : sesuai Ps 9 (1) d
(Premi Asuransi) UU Pajak Penghasilan
Iuran JHT / Iuran Biaya bagi perusahaan Bukan menambah Penghasilan Bruto karyawan,
Pensiun (deductible) tapi Obyek PPh pada saat menerima JHT
dibayar oleh Semua iuran pensiun adalah sekaligus dari PT Jamsostek.
perusahaan biaya yang Alasan : Pasal 4 ayat (3) huruf g, iuran ke Dana
membayarnya, Pasal 6 Pensiun bukan penghasilan.
ayat (1) huruf c

Iuran JHT / Iuran Biaya bagi karyawan (pengurang Penghasilan


Pensiun --- Bruto).
dibayar oleh Alasan : Semua iuran pensiun adalah biaya bagi
karyawan yang membayarnya (Pasal 6 ayat (1) huruf
JKK = Jaminan Kecelakaan Kerja c. JPK = Jaminan Pelayanan Kesehatan
JKM = Jaminan Kematian JHT = Jaminan Hari Tua
PENGURANG PENGHASILAN BRUTO

1. BIAYA JABATAN atau BIAYA PENSIUN ( UNTUK PENSIUNAN)

= 5% DARI PENGHASILAN BRUTO MAKS Rp 6.000.000,-/ THN ATAU Rp 500.000,-/BLN

= 5% DARI PENGH. BRUTO (UANG PENSIUN) MAKS. Rp 2.400.000,-/THN atau Rp 200.000,-


/BLN

2. IURAN PENSIUN

3. PTKP TAHUNAN

• Rp 15.840.000,- UNTUK DIRI WP


• TAMBAHAN Rp 1.320.000,- UNTUK WP DGN STATUS KAWIN
• TAMBAHAN Rp 15.840.000,- UNTUK ISTRI BEKERJA YANG PENGHASILANNYA
DIGABUNG DGN PENGHASILAN SUAMI
• TAMBAHAN Rp 1.320.000,- UNTUK ANGGOTA KELUARGA SEDARAH DAN
SEMENDA DALAM GARIS KETURUNAN LURUS SERTA ANAK ANGKAT YANG
MENJADI TANGGUNGAN SEPENUHNYA (PALING BANYAK 3 ORANG)
162/PMK.011/2012 mulai tahun 2013

1. Untuk Diri WPOP = Rp. 24.300.000/ Th: Rp2.025.000,00


/bln
2. WP Kawin = Rp. 2.025.000,-
3. penghasilan istri digabung = Rp. 24.300.000,-
4. anggota keluarga (max. 3 orang) = @ Rp. 2.025.000,-

* TK/0 = Rp. 24.300.000,-


* K/0 = Rp. 26.325.000,-
* K/1 = Rp. 28.350.000,-
* K/2 = Rp. 30.375.000,-
* K/3 = Rp. 32.400.000,-
• PTKP bagi karyawati :
a. bagi karyawati kawin,: PTKP untuk dirinya sendiri;
b. bagi karyawati tidak kawin, : PTKP dirinya sendiri + PTKP tanggungan.

• Karyawati menunjukkan keterangan tertulis dari Pemda serendah-


rendahnya kecamatan yang menyatakan bahwa suaminya tidak menerima
atau memperoleh penghasilan : PTKP adalah PTKP untuk dirinya sendiri
ditambah PTKP untuk status kawin dan PTKP untuk keluarga yang
menjadi tanggungan sepenuhnya.

• PTKP ditentukan berdasarkan keadaan pada awal tahun kalender kecuali


pegawai yang baru datang dan menetap di Indonesia dalam bagian tahun
kalender ditentukan berdasarkan keadaan pada awal bulan dari bagian
tahun kalender yang bersangkutan.
Penghasilan Netto Penghasilan Netto
Setahun komulatif Disetahunkan

1. 1. Mutasi dari pemberi kerja yang


Karyawan yang baru bekerja di periode
sama
berjalan

2. 2.
Karyawan yang berhenti bekerja di Pendatang dari Luar negeri dalam
periode berjalan periode berjalan

3.
Karyawan yang berhenti karena
meninggalkan Indonesia selama-
lamanya
Khusus
WP Dalam Negeri 4.
Karyawan yang berhenti karena
meninggal dunia
TARIF Pasal 17 UU PPh
Pasal 17 UU No. 17 Tahun 2000

No. Lapisan Penghasilan Tarif

1. S.d. Rp 50.000.000,- 5%
2. Di atas Rp50.000.000,- s.d. Rp 250.000.000 15%

3. Di atas Rp250.000.000,- s.d.Rp 500.000.000,- 25%

4. Di atas Rp500.000.000,- 30%


GAJI BULANAN
Fajar Ariwibowo pada tahun 2013 bekerja pada perusahaan PT Jaya Abadi dengan
memperoleh gaji sebulan Rp2.500.000,00 dan membayar iuran pensiun sebesar
Rp100.000,00. Fajar Ariwibowo menikah tetapi belum mempunyai anak. Pada bulan
Januari penghasilan Fajar Ariwibowo dari PT Jaya Abadi hanya dari gaji. Penghitungan
PPh Pasal 21 bulan Januari adalah sebagai berikut:
Gaji Rp 2.500.000,00
Pengurangan:
1. Biaya Jabatan:
5% X Rp2.500.000,00 Rp 125.000,00
2. luran pensiun Rp 100.000,00
----------------------
Rp 225.000,00
---------------------
Penghasilan neto sebulan Rp 2.275.000,00
Penghasilan neto setahun adalah
12 x Rp2.275.000,00 Rp 27.300.000,00
PTKP setahun
- untuk WP sendiri Rp 24.300.000,00
- tambahan karena menikah Rp 2.025.000,00
----------------------
Rp 26.325.000,00
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 975.000,00
PPh Pasal 21 terutang
5% x Rp975.000,00 = Rp 48.750,00
PPh Pasal 21 bulan Januari
Rp48.750,00 : 12 = Rp 4.063,00
Catatan:
a. Biaya Jabatan adalah biaya untuk mendapatkan, menagih dan
memelihara penghasilan yang dapat dikurangkan dari penghasilan
setiap orang yang bekerja sebagai pegawai tetap tanpa memandang
mempunyai jabatan ataupun tidak.
b. Contoh di atas berlaku apabila pegawai yang bersangkutan sudah
memiliki NPWP. Dalam hal pegawai yang bersangkutan belum memiliki
NPWP, maka jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong pada bulan
Januari adalah sebesar:
120% x Rp4.063,00= Rp4.875,00.
c. Untuk contoh-contoh selanjutnya diasumsikan penerima penghasilan
yang dipotong PPh Pasal 21 sudah memiliki NPWP, kecuali disebut lain
dalam contoh tersebut.
DENGAN GAJI BULANAN
Budi Karyanto pegawai pada perusahaan PT Candra Kirana, menikah tanpa anak,
memperoleh gaji sebulan Rp3.000.000,00. PT Candra Kirana mengikuti program
Jamsostek, premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan Kematian dibayar
oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing 0,50% dan 0,30% dari gaji. PT
Candra Kirana menanggung iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar 3,70% dari
gaji sedangkan Budi Karyanto membayar iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari
gaji setiap bulan. Disamping itu PT Candra Kirana juga mengikuti program pensiun
untuk pegawainya.
PT Candra Kirana membayar iuran pensiun untuk Budi Karyanto ke dana pensiun,
yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, setiap bulan sebesar
Rp100.000,00, sedangkan Budi Karyanto membayar iuran pensiun sebesar
Rp50.000,00. Pada bulan Juli 2013 Budi Karyanto hanya menerima pembayaran
berupa gaji. Penghitungan PPh Pasal 21 bulan Juli 2013 adalah sebagai berikut
Gaji Rp 3.000.000,00
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja Rp 15.000,00
Premi Jaminan Kematian Rp 9.000,00
---------------------
Penghasilan bruto Rp 3.024.000,00
Pengurangan
1. Biaya jabatan
5% x Rp3.024.000,00 Rp 151.200,00
2. luran Pensiun Rp 50.000,00
3. luran Jaminan Hari Tua Rp 60.000,00
---------------------Rp 261.200,00
---------------------
Penghasilan neto sebulan Rp 2.762.800,00
Penghasilan neto setahun
12 x Rp2.762.800,00 Rp 33.153.600,00
PTKP
- untuk WP sendiri Rp 24.300.000,00
- tambahan /menikah Rp 2.025.000,00
----------------------
Rp 26.325.000,00
---------------------
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 6.828.600,00
Pembulatan Rp 6.828.000,00
PPh Pasal 21 terutang
5% x Rp6.828.000,00 = Rp 341.400,00
PPh Pasal 21 bulan Juli
Rp341.400,00 : 12 = Rp28.450,00
Pegawai Tetap Yang Memperoleh Penghasilan Berupa Gaji
Mingguan

Heri Herawan pegawai pada perusahaan PT Segara Hurip dengan


memperoleh gaji mingguan sebesar Rp1.000.000,00. Heri Herawan
berstatus telah menikah dan mempunyai seorang anak. PT Segara Hurip
masuk program Jamsostek, premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi
Jaminan Kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-
masing setiap bulan sebesar 1,00% dan 0,30% dari gaji. PT Segara Hurip
membayar iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar 3,70% dari gaji
dan Heri Herawan membayar iuran pensiun Rp20.000,00 dan Jaminan
Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji. Dalam minggu kedua pada bulan
Agustus 2013 Heri Herawan hanya memperoleh pembayaran berupa gaji
saja sehingga penghitungan PPh Pasal 21 untuk minggu kedua bulan
Agustus adalah
Gaji 4 X 1.000.000 4.000.000,00

Premi Jaminan Kecelakaan kerja 40.000,00


Premi Jaminan Kematian 12.000,00
Penghasilan bruto 4.052.000,00
Pengurangan :
Biaya jabatan
5% x Rp4.052.000,00 202.600,00
luran pensiun 20.000,00
luran Jaminan Hari Tua 80.000,00
302.600,00

Penghasilan neto sebulan adalah 3.749.400,00


Penghasilan neto setahun
12 x Rp3.749.400,00 44.992.800,00
PTKP
- untuk wajib pajak 24.300.000,00
- tambahan karena menikah 2.025.000,00
- tambahan seorang anak 2.025.000,00 28.350.000,00

Penghasilan Kena Pajak setahun 16.642.800,00


Pembulatan 16.642.000,00

PPh Pasal 21 setahun 5% x Rp16.642.000,00 832.100,00


PPh Pasal 21 sebulan Rp832.100,00 : 12 69.342,
PPh Pasal 21 minggu kedua Rp69.342,00 : 4 17.335,00
Pegawai Tetap yang Memperoleh Penghasilan Gaji Harian

Nasrun Bramantyo pada tahun 2013 bekerja sebagai pegawai tetap pada
perusahaan PT Rejo Indonusa dengan memperoleh gaji yang dibayar harian
sebesar Rp150.000,00. Nasrun Bramantyo kawin dan mempunyai seorang
anak. PT Rejo Indonusa masuk program Jamsostek, premi Jaminan
Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan Kematian dibayar oleh pemberi kerja
dengan jumlah masing-masing setiap bulan sebesar 1,00% dan 0,30% dari
gaji. PT Rejo Indonusa membayar iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan
sebesar 3,70% dari gaji dan Nasrun Bramantyo membayar iuran pensiun
Rp25.000,00 dan Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji
Penghasilan sebulan (26 x Rp 150.000,00) Rp 3.900.000,00
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja Rp 39.000,00
Premi Jaminan Kematian Rp 11.700,00
Penghasilan bruto Rp 3.950.700,00
Pengurangan :
1. Biaya jabatan
5% x Rp3.950.700,00 Rp 197.535,00
2. luran pensiun Rp 25.000,00
3. luran JHT Rp 78.000,00
Rp 300.535,00
Penghasilan neto sebulan Rp 3.650.165,00
Penghasilan neto setahun
12 x Rp3.650.165,00 Rp 43.801.980,00
PTKP :
- untuk wajib pajak Rp 24.300.000,00
- tambahan karena menikah Rp 2.025.000,00
- tambahan seorang anak Rp 2.025.000,00
Rp 28.350.000,00
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 15.451.980,00
Pembulatan Rp 15.451.000,00
PPh Pasal 21 setahun
5% x Rp15.451.000,00 Rp 772.550,00
PPh Pasal 21 sebulan
Rp772.550,00 : 12 Rp 64.379,00
PPh Pasal 21 sehari
Rp64.379,00 : 26 Rp 2.476,00
Penghitungan PPh Pasal 21 atas Penghasilan Teratur bagi Penerima
Pensiun Berkala
Hadi Irawan, berstatus kawin dengan 2 (dua) orang anak yang masih menjadi
tanggungan, bekerja sebagai pegawai tetap pada PT Nusa lndah Gemilang dengan
gaji sebulan sebesar Rp6.000.000,00. Hari Irawan setiap bulan membayar iuran
pensiun sebesar Rp250.000,00 ke Dana Pensiun Artha Mandiri yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan. Berdasarkan ketentuan yang berlaku di PT
Nusa Indah Gemilang terhitung mulai 1 Juli 2013, Hari Irawan akan memasuki masa
pensiun.
Penghitungan PPh Pasal 21 sebulan :
Gaji sebulan Rp 6.000.000,00
Pengurangan :
1. Biaya jabatan:
5% x Rp6.000.000,00 Rp 300.000,00
2. uran pensiun Rp 250.000,00
Rp 550.000,00
Penghasilan Neto sebulan Rp 5.450.000,00
Penghasilan Neto 6 bulan
(masa bekerja Januari s.d. Juni 2013)
Rp5.450.000,00 X 6 Rp32.700.000,00

PTKP
-untuk WP sendiri Rp24.300.000,00
-tambahan karena menikah Rp 2.025.000,00
-tambahan untuk 2 orang anak Rp 4.050.000,00
Rp 30.375.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 2.325.000,00
PPh Pasal 21 terutang :
5% x Rp2.325.000,00 Rp 116.250,00
PPh Pasal 21 terutang sebulan :
Rp116.250,00 : 6 Rp 19.375,00
Pada saat Hadi Irawan berhenti bekerja dan memasuki masa pensiun, maka
pemberi kerja memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 21 (Form 1721 A1)
dengan data sebagai berikut :
Gaji selama 6 bulan :
6 x Rp6.000.000,00 Rp 36.000.000,00
Pengurangan :
1. Biaya jabatan :
5% x Rp36.000.000,00 Rp 1.800.000,00
2. luran pensiun :
6 x Rp250.000,00 Rp 1.500.000,00
Penghasilan Neto selama 6 bulan Rp 32.700.000,00
PTKP
-untuk WP sendiri Rp24.300.000,00
-tambahan karena menikah Rp2.025.000,00
-tambahan untuk 2 anak Rp4.050.000,00
Rp30.375.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 2.325.000,00
PPh Pasal 21 terutang
(5% x Rp2.325.000,00) Rp 116.250,00
PPh Pasal 21 telah dipotong
(6 x Rp19.375,00) Rp 116.250,00
PPh Pasal 21 kurang (lebih) dipotong NIHIL
Fajar Ariwibowo pada bulan Juni 2013 menerima kenaikan gaji, menjadi
Rp3.500.000,00 sebulan dan berlaku surut sejak 1 Januari 2013. Dengan adanya
kenaikan gaji yang berlaku surut tersebut maka Fajar Ariwibowo menerima rapel
sejumlah Rp5.000.000,00 (kekurangan gaji untuk masa Januari s.d. Mei 2013). Untuk
menghitung PPh Pasal 21 atas uang rapel tersebut, terlebih dahulu dihitung kembali
PPh Pasal 21 untuk masa Januari s.d. Mei 2013 atas dasar penghasilan setelah ada
kenaikan gaji. Dengan demikian penghitungan PPh Pasal 21 terutangnya adalah
sebagai berikut :
Gaji Rp 3.500.000,00
Pengurangan :
1. Biaya jabatan:
5% x Rp 3.500.000,00 = Rp 175.000,00
2. luran Pensiun Rp 100.000,00
---------------------- Rp 275.000,00
---------------------
Penghasilan neto sebulan Rp 3.225.000,00
Penghasilan neto setahun
12 x Rp 3.225.000,00 Rp 38.700.000,00
PTKP
- untuk wajib pajak Rp 24.300.000,00
- tambahan karena menikah Rp 2.025.000,00
--------------------- Rp26.325.000,00
---------------------
Penghasilan Kena Pajak Rp12.375.000,00
PPh Pasal 21 setahun
5% x Rp 12.375.000,00 = Rp 618.750,00
PPh Pasal 21 sebulan
Rp 618.750,00: 12 = Rp 51.563,00

PPh Pasal 21 Januari s.d Mei 2013 seharusnya adalah :


5 x Rp 51.563,00 = Rp 257.815,00
PPh Pasal 21 yang sudah dipotong Januari s.d. Mei 2013
5 x Rp 4.063,00 ` = Rp 20.315,00
---------------------
PPh Pasal 21 untuk uang rapel Rp 237.500,00
Juli 2013 Hari Irawan memperoleh uang pensiun dari Dana Pensiun Artha Mandiri
sebesar Rp3.000.000,00 sebulan. Penghitungan PPh Pasal 21 :
Pensiun sebulan adalah Rp 3.000.000,00
Pengurangan :
Biaya pensiun 5% x Rp3.000.000,00 Rp150.000,00
Penghasilan neto sebulan Rp 2.850.000,00
Penghasilan neto Juli s.d. Desember 2013
6 x Rp2.850.000,00 Rp17.100.000,00
Penghasilan neto dari PT Nusa Indah Gemilang
sesuai dgn bukti pemotongan PPh Pasal 21 adalah Rp32.700.000,00
Jumlah penghasilan neto tahun 2013 Rp49.800.000,00
PTKP
-untuk WP sendiri Rp24.300.000,00
-tambahan karena menikah Rp2.025.000,00
-tambahan untuk 2 orang anak Rp4.050.000,00
Rp30.375.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp19.425.000,00
PPh Pasal 21 terutang adalah
5% x Rp19.425.000,00 Rp 971.250,00
PPh Pasal 21 (Form 1721 A1) Rp 116.250,00
PPh Pasal 21 pada DaPen,6 bulan adalah Rp 855.000,00
PPh Pasal 21 atas uang pensiun / bulan adalah :
Rp 855.000,00 : 6 = Rp 142.500,00
Penghasilan Pegawai Tetap Berupa Jasa Produksi, Tantiem,
Gratifikasi, Tunjangan Hari Raya Atau Tahun Baru, Bonus, Premi,
Dan Penghasilan Sejenis Lainnya Yang Sifatnya Tidak Tetap Dan
Pada Umumnya Diberikan Sekali Dalam Setahun

Joko Qurnain (tidak kawin) bekerja pada PT Qolbu Jaya dengan


memperoleh gaji sebesar Rp2.500.000,00 sebulan. Pada bulan Maret 2013
Joko Qurnain memperoleh bonus sebesarRp5.000.000,00 sehingga pada
bulan Maret 2013 Joko Qurnain memperoleh penghasilan berupagaji
sebesar Rp2.500.000,00 dan bonus sebesar Rp5.000.000,00. Setiap
bulannya Joko Qurnain membayar iuran pensiun ke dana Pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan sebesar Rp60.000,00

PPh Pasal 21 atas Gaji dan Bonus (penghasilan setahun)

PPh Pasal 21 atas Gaji setahun

PPh Pasal 21 atas Bonus


a. Ph Pasal 21 atas Gaji dan Bonus (penghasilan setahun):
Gaji setahun (12xRp2.500.000,00) Rp 30.000.000,00
Bonus Rp 5.000.000,00
Penghasilan bruto setahun Rp 35.000.000,00
Pengurangan :
1. Biaya Jabatan
5% x Rp 35.000.000,00 Rp 1.750.000,00
2. luran pensiun setahun
12 x Rp 60.000,00 Rp 720.000,00
Rp 2.470.000,00
Penghasilan neto setahun Rp 32.530.000,00
PTKP
- untuk WP sendiri Rp24.300.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp8.230.000,00
PPh Pasal 21 terutang
5% x Rp 8.230.000,00 Rp 411.500,00

•PPh Pasal 21 atas Gaji setahun PPh Pasal 21 atas


Gaji setahun (12 x Rp2.500,000,00) Rp30.000.000,00 Bonus
Pengurangan : Rp 411.500,00
1. Biaya Jabatan
-/- Rp 174.000,00
5% x Rp 30.000.000,00 Rp 1.500.000,00
2. luran pensiun setahun
=Rp 237.500,00
12 x Rp 60.000,00 Rp 720.000,00
Rp2.220.000,00
Penghasilan neto setahun Rp27.780.000,00
PTKP
- untuk WP sendiri Rp24.300.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp3.480.000,00
PPh Pasal 21 terutang
5% x Rp 3.480.000,00 Rp 174.000,00
PENGHITUNGAN PEMOTONGAN PPh PASAL 21 ATAS
PENGHASILAN PEGAWAI YANG DIPINDAHTUGASKAN DALAM
TAHUN BERJALAN

Agus Saparudin yang berstatus belum menikah adalah pegawai


pada PT Nusantara Mandiri di Jakarta.
Sejak 1 Juni 2013 dipindahtugaskan ke kantor cabang di Bandung
pada 1 Oktober 2013 ke kantor cabang di Garut.
Gaji Agus Saparudin sebesar Rp3.500.000,00 dan pembayaran iuran
pensiun yang dibayar sendiri sebulan sejumlah Rp100.000,00.
Selama bekerja di PT Nusantara Mandiri Agus Saparudin hanya
menerima penghasilan berupa gaji saja.
Kantor Pusat di Jakarta
Gaji selama di cabang Jakarta (5 x Rp3.500.000,00) 17.500.000
Pengurangan
1 Biaya Jabatan : 5% x Rp17.500.000,00 875.000
2 luran pensiun 5 x Rp100.000,00 500.000 1.375.000
Penghasilan neto lima bulan 16.125.000
Penghasilan neto setahun: 12/5 x Rp16.125.000,00 38.700.000
PTKP

- untuk WP sendiri 24.300.000


Penghasilan Kena Pajak 14.400.000
PPh Pasal 21 terutang setahun 5% x Rp14.400.000,00 720.000

terutang Januari s.d Mei 2013 Rp720.000,00 X 5 /12 300.000

PPh Pasal 21 yang sudah dipotong (5 x 60.000) 300.000

PPh Pasal 21 kurang (lebih) dipotong NIHIL

*)PPh Pasal 21 yang telah dipotong Januari sampai dengan Mei @


Rp60.000,00
Pengisian Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 (Form 1721 A1) di Kantor Jakarta

Gaji (Januari s.d. Mei 2013) 5 x Rp3.500.000,00 17.500.000

Pengurangan
Biaya Jabatan 5% x Rp17.500.000,00 875.000

luran pensiun 5 x Rp100.000,00 500.000 1.375.000

Penghasilan neto 5 bulan adalah 16.125.000

Penghasilan neto
12/5 x Rp16.125.000,00 38.700.000
disetahunkan:
PTKP
untuk WP sendiri 24.300.000
Penghasilan Kena Pajak disetahunkan 14.400.000

PPh Pasal 21 disetahunkan 5% x Rp14.400.000,00 = 720.000

PPh Pasal 21 terutang 5/12 x Rp720.000,00 = 300.000

PPh Pasal 21 yang telah dipotong dan dilunasi 300.000

PPh Pasal 21 kurang (lebih) dipotong Nihil


Kantor Cabang Bandung

Gaji Juni s.d. September 2013 : 4 x Rp3.500.000,00


14.000.000
Pengurangan
1 Biaya Jabatan: 5% x 14.000.000,
700.000
2 Iuran Pensiun 4 x 100.000 1.100.000
400.000
Penghasilan neto di Bandung 12.900.000

Penghasilan neto di Jakarta 16.125.000

Jumlah penghasilan neto 9 bulan 29.025.000

Penghasilan neto disetahunkan: 12/9 x 29.025.000 38.700.000


PTKP
untuk WP sendiri 24.300.000
Ph KP disetahunkan
14.400.000
PPh Pasal 21 disetahunkan: 5% x 14.400.000
720.000
PPh Pasal 21 selama 9 bulan: 9/12 x 720.000,00
540.000
yang dipotong di Jakarta 300.000
terutang di Bandung 240.000

yang di potong di Bandung 4 x 60.000,00


Pengisian Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 (Formulir 1721 — A1) di Kantor Bandung
Penghasilan neto di Bandung
Gaji Juni s.d. September 2013: 4 x Rp3.500.000,00 = Rp 14.000.000,00
Pengurangan:
1. Biaya Jabatan:
5% x Rp14.000.000,00 = Rp 700.000,00
2. luran pensiun
3. 4 x Rp100.000,00 = Rp 400.000,00
---------------------
Rp 1.100.000,00
---------------------
Penghasilan neto di Bandung Rp 12.900.000,00
Penghasilan neto di Jakarta Rp 16.125.000,00
---------------------
Jumlah penghasilan neto 9 bulan Rp 29.025.000,00
Penghasilan neto disetahunkan:
12/9 x Rp29.025.000,00 = Rp 38.700.000,00

PTKP
- untuk WP sendiri Rp 24.300.000,00
---------------------
Penghasilan Kena Pajak disetahunkan Rp 14.400.000,00
PPh Pasal 21 disetahunkan
5% x Rp14.400.000,00 = Rp 720.000,00
PPh Pasal 21 terutang
9/12 x Rp720.000,00 = Rp 540.000,00
PPh Pasal 21 telah dipotong dan dilunasi:
Di Jakarta sesuai dengan Form. 1721 - A1 Rp 300.000,00
Di Bandung (4 x Rp60.000,00) Rp 240.000,00
---------------------
PPh Pasal 21 kurang (lebih) dipotong NIHIL
Kantor Cabang Garut
a. Penghasilan neto di Garut
Gaji Oktober s.d. Desember 2013:
3 x Rp3.500.000,00 = Rp 10.500.000,00
Pengurangan
1. Biaya Jabatan 5% x Rp10.500.000,00 Rp 525.000,00
2. luran pensiun 3 x Rp100.000,00 Rp 300.000,00
----------------------
Rp 825.000,00
---------------------
Penghasilan neto di Garut Rp 9.675.000,00
b. Penghasilan neto di Jakarta Rp 16.125.000,00
c. Penghasilan neto di Bandung Rp 12.900.000,00
---------------------
Jumlah penghasilan neto setahun Rp 38.700.000,00
PTKP untuk WP sendiri Rp 24.300.000,00
---------------------
Penghasilan Kena Pajak Rp 14.400.000,00
PPh Pasal 21 terutang setahun (5% x Rp14.400.000,00=) Rp 720.000,00
PPh Pasal 21 terutang di Jakarta dan Bandung (Form. 1721 - A1) Rp 540.000,00
---------------------
PPh Pasal 21 terutang di Garut Rp 180.000,00
PPh Pasal 21 sebulan
yang harus dipotong di Garut Rp180.000,00 : 3 = Rp 60.000,00
PENGHITUNGAN PEMOTONGAN PPh PASAL 21 ATAS
PENGHASILAN PEGAWAI YANG BERHENTI BEKERJA
ATAU MULAI BEKERJA DALAM TAHUN BERJALAN

Budiyanta bekerja pada PT Xiang Malam sebagai


pegawai tetap sejak 1 September 2013. Budiyanta
menikah tetapi belum punya anak. Gaji sebulan
adalah sebesar Rp8.000.000,00 dan iuran pensiun
yang dibayar tiap bulan sebesar Rp150.000,00.
Penghitungan PPh Pasal 21 untuk bulan September
2013 dalam hal Budiyanta hanya memperoleh
penghasilan berupa gaji adalah:
Penghitungan PPh Pasal 21 tahun 2013 adalah sebagai berikut:
Gaji sebulan Rp 8.000.000,00
Pengurangan:
1. Biaya Jabatan 5% x Rp8.000.000,00 = Rp 400.000,00
2. luran Pensiun Rp 150.000,00
---------------------
Rp 550.000,00
---------------------
Penghasilan neto sebulan Rp 7.450.000,00
Penghasilan neto setahun
4 x Rp7.450.000,00 = Rp 29.800.000,00
PTKP
-untuk WP sendiri Rp 24.300.000,00
-- tambahan WP kawin Rp 2.025.000,00
---------------------
Rp 26.325.000,00
---------------------
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 3.475.000,00
PPh Pasal 21 terutang
5% x Rp3.475.000,00 = Rp 173.750,00
Ph Pasal 21 bulan September
Rp173.750,00 : 4 = Rp 43.438,00
Penghitungan PPh Pasal 21 Terutang bagi Pegawai tetap yang
mengalami jumlah pembayaran s.d. Desember

Jaka Lelana, status belum menikah dan tidak memiliki tanggungan


keluarga, bekerja pada PT Lazuardi Internusa dengan memperoleh gaji
dan tunjangan setiap bulan sebesar Rp5.500.000,00, dan yang
bersangkutan membayar iuran pensiun kepada perusahaan Dana
Pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan setiap
bulan sebesar Rp200.000,00. Mulai bulan Juli 2013, Jaka Lelana
memperoleh kenaikan penghasilan tetap setiap bulan menjadi sebesar
Rp7.000.000,00
Perhitungan PPh Pasal 21 yang harus dipotong setiap bulan untuk bulan Januari-
Juni 2013 adalah sebagai berikut :
Gaji dan tunjangan sebulan Rp 5.500.000,00
Pengurangan :
Biaya Jabatan
5% X Rp5.500.000,00 Rp 275.000,00
luran pensiun Rp 200.000,00
Penghasilan Neto atas gaji dan tunjangan sebulan Rp 5.025.000,00

Penghasilan Neto setahun:12 X Rp5.025.000,00 Rp 60.300.000,00


PTKP (TK/0)
- untuk Wajib Pajak Rp 24.300.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 36.000.000,00
PPh Pasal 21 atas gaji setahun :
5% X Rp36.000.000,00 Rp1.800.000,00
PPh Pasal 21 atas gaji sebulan :
Rp1.800.000,00 : 12 Rp 150.000,00
Perhitungan PPh Pasal 21 /bulan untuk Juli-November 2013, sebagai berikut :
Gaji dan tunjangan sebulan Rp 7.000.000,00
Pengurangan :
Biaya Jabatan
5% X Rp7.000.000,00 Rp 350.000,00
luran pensiun Rp 200.000,00
Penghasilan Neto atas gaji dan tunjangan sebulan Rp 6.450.000,00
Penghasilan Neto setahun
12 X Rp6.450.000,00 Rp77.400.000,00
PTKP (TK/0)
- untuk Wajib Pajak Rp24.300.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 53.100.000,00
PPh Pasal 21 atas penghasilan setahun :
5% X Rp50.000.000,00 Rp 2.500.000,00
15% X Rp3.100.000,00 Rp 465.000,00
Rp 2.965.000,00
PPh Pasal 21 yang harus dipotong setiap bulan :
Rp2.965.000,00 : 12 Rp247.083,00
Perhitungan PPh Pasal 21 yang harus dipotong pada bulan Desember 2013:
Penghasilan selama setahun :
(6 X Rp5.500.000,00) + (6 X Rp7.000.000,00) Rp 75.000.000,00
Pengurangan:
Biaya Jabatan :
5% X Rp75.000.000,00 Rp 3.750.000,00
luran Pensiun :
12 X Rp200.000,00 Rp 2.400.000,00
Rp6.150.000,00
Penghasilan Neto Rp 68.850.000,00
PTKP (TK/0)
- untuk Wajib Pajak Rp 24.300.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 44.550.000,00
PPh Pasal 21 terutang:
5% X Rp44.550.000,00 Rp 2.227.500,00
PPh ps 21 yang telah dipotong s.d. November 2013 :
(6 X Rp150.000,00) + (5 X Rp247.083,00) Rp 2.135.415,00
PPh Pasal 21 yang harus dipotong
pada bulan Desember 2013 Rp 92.085,00
Penghitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan pegawai yang
kewajiban pajak subjektifnya sebagai Subjek Pajak dalam
negeri dimulai setelah permulaan tahun pajak, dan mulai
bekerja pada tahun berjalan

David Raisita (K/3) mulai bekerja 1 September 2013. la bekerja di


Indonesia s.d. Agustus 2015. Selama Tahun 2013 menerima gaji per bulan
Rp20.000.000,00 Penghitungan PPh Pasal 21 bulan September tahun 2013
dalam hal David Raisita hanya menerima penghasilan berupa gaji
Gaji sebulan Rp 20.000.000,00
Pengurangan:
Biaya Jabatan
5% X Rp20.000.000,00 = Rp 1.000.000,00
Maksimum diperkenankan Rp 500.000,00
Penghasilan neto sebulan Rp 19.500.000,00
Penghasilan neto selama 4 bulan Rp 78.000.000,00
Penghasilan neto disetahunkan:
12/4 x Rp78.000.000,00 Rp 234.000.000,00
PTKP (K/3)
-untuk WP sendiri Rp 24.300.000,00
-tambahan WP kawin Rp 2.025.000,00
-tambahan 3 orang anak Rp 6.075.000,00
Rp32.400.000,00

Penghasilan Kena Pajak disetahunkan Rp 201.600.000,00

PPh Pasal 21 disetahunkan:


-5% x Rp50.000.000,00 Rp 2.500.000,00
- 15% x Rp151.600.000,00 Rp 22.740.000,00
Jumah Rp 25.240.000,00
PPh Pasal 21 terutang untuk tahun 2013
4/12 x Rp25.240.000,00 = Rp 8.413.333,00
PPh Pasal 21 terutang sebulan:
1/4 x Rp8.413.333,00 = Rp 2.103.333,00
Pegawai Yang Masih Memiliki Kewajiban Pajak Subjektif Berhenti
Bekerja Pada Tahun Berjalan

Arip Marwanto yang berstatus belum menikah adalah pegawai pada PT Mahakam
Utama di Yogyakarta - DIY. Sejak 1 Oktober 2013, yang bersangkutan berhenti
bekerja di PT Mahakam Utama.
Gaji Arip Marwanto setiap bulan memperoleh sebesar Rp3.500.000,00 dan yang
bersangkutan membayar iuran pensiun kepada Dana Pensiun yang pendiriannya
telah mendapat persetujuan Menteri Keuangan sejumlah Rp100.000,00 setiap
bulan. Selama bekerja di PT Mahakam Utama Arip Marwanto hanya menerima
penghasilan berupa gaji saja
Penghitungan PPh Pasal 21 yang dipotong setiap bulan:
Gaji sebulan Rp 3.500.000,00
Pengurangan
1. Biaya Jabatan :
5% x Rp3.500.000,00 Rp 175.000,00
2. luran pensiun Rp 100.000,00
Rp 275.000,00
Penghasilan neto Rp 3.225.000,00
Penghasilan neto setahun
12 x Rp3.225.000,00 Rp 38.700.000,00
PTKP
- untuk WP sendiri Rp 24.300.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 14.400.000,00
PPh Pasal 21 terutang
5% x Rp14.400.000,00 Rp 720.000,00
PPh Pasal 21 yang harus dipotong sebulan:
Rp720.000,00 : 12 Rp 60.000,00
Penghitungan PPh Pasal 21 pada saat berhenti bekerja:
Gaji (Januari s.d. September 2013)
9 x Rp3.500.000,00 Rp 31.500.000,00
Pengurangan
Biaya Jabatan :
5% x Rp31.500.000,00 Rp 1.575.000,00
luran pensiun
9 X Rp100.000,00 Rp 900.000,00
Rp 2.475.000,00
Penghasilan neto 9 bulan adalah Rp29.025.000,00
PTKP
- untuk WP sendiri Rp24,300.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 4.725.000,00
PPh Pasal 21 terutang
5% x Rp4.725.000,00 Rp 236.250,00
PPh Pasal 21 terutang untuk masa
Januari s.d. September 2013 adalah Rp 236.250,00
PPh Pasal 21 yang sudah dipotong sampai
dengan Bulan Agustus 2013:
8 x Rp60.000,00 = Rp 480.000,00
PPh Pasal 21 lebih dipotong Rp 243.750,00
Catatan :
Kelebihan pemotongan PPh Pasal 21 sebesar Rp243.750,00 dikembalikan oleh PT
Mahakam Utama kepada yang bersangkutan pada saat pemberian bukti pemotongan PPh
Pasal 21.
Pegawai Berhenti Bekerja Pada Tahun Berjalan dan Sekaligus
Kehilangan Kewajiban Pajak Subjektif
Lewis Oshea (K/3) mulai bekerja Mei 2005 dan berhenti bekerja sejak 1 Juni 2013
dan meninggalkan Indonesia ke negara asalnya (kehilangan kewajiban pajak
subjektif). Selama tahun 2013 menerima gaji perbulan sebesar Rp15.000.000,00 dan
pada bulan April 2013 menerima bonus sebesar Rp20.0000.000,00

Catatan :
Cara penghitungan di atas berlaku juga bagi pegawai yang
kehilangan kewajiban subjektifnya pada tahun berjalan karena
meninggal dunia
•Penghitungan PPh Pasal 21 atas gaji adalah:
Gaji sebulan Rp 15.000.000,00
Pengurangan :
Biaya Jabatan
5% x Rp15.000.000 = Rp 750.000,00
Maksimum diperkenankan Rp 500.000,00
Penghasilan Neto atas gaji sebulan Rp 14.500.000,00
Penghasilan Neto setahun:
12 x Rp14.500.000,00 Rp174.000.000,00
PTKP (K/3)
-untuk Wajib Pajak Rp24.300.000,00
-tambahan WP kawin Rp 2.025.000,00
-tambahan 3 orang anak Rp6.075.000,00
Rp 32.400.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp141.600.000,00
PPh Pasal 21 atas gaji setahun:
5% x Rp50.000.000,00 Rp 2.500.000,00
15% x Rp91.600.000,00 Rp 13.740.000,00
Rp 16.240.000,00
PPh Pasal 21 atas gaji sebulan
Rp16.240.000,00 : 12 Rp 1.353.333,00
Penghitungan kembali pada saat berhenti dan meninggalkan Indonesia:
Gaji selama 5 bulan (5 x Rp15.000.000,00) Rp 75.000.000,00
Bonus Rp 20.000.000,00
Jumlah selama 5 bulan Rp 95.000.000,00
Pengurangan:
Biaya Jabatan:
5% x Rp95.000.000,00 =Rp4.750.000,00
Maksimum diperkenankan
5 x Rp500.000,00 Rp2.500.000,00
Penghasilan Neto selama 5 bulan Rp92.500.000,00
Jumlah penghasilan neto disetahunkan
12/5 x Rp92.500.000,00 Rp222.000.000,00
PTKP (K/3)
- untuk Wajib Pajak Rp 24.300.000,00
- tambahan WP kawin Rp 2.025.000,00
- tambahan 3 orang anak Rp 6.075.000,00
Rp32.400.000,00
Penghasilan Kena Pajak disetahunkan Rp189.600.000,00
PPh Pasal 21 disetahunkan:
5% x Rp50.000.000,00 Rp 2.500.000,00
15 % x Rp139.600.000,00 Rp 20.940.000,00
Rp 23.440.000,00
PPh Pasal 21 terutang:
5/12 x Rp 23.440.000,00 Rp 9.766.667,00
PPh Pasal 21 telah dipotong sampai dengan
bulan April 2013 atas gaji dan bonus:
(4 x Rp1.353.333,00) + Rp3.000.000,00 Rp 8.413.333,00
PPh Pasal 21 terutang dan harus dipotong Rp 1.353.333,00
Pengisian Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 (Formulir 1721 — A1) di Kantor Garut

Penghasilan neto Oktober s.d. Desember :


3 x Rp3.500.000,00 = Rp 10.500.000,00
Pengurangan
1. Biaya Jabatan :
5% x Rp10.500.000,00 = Rp 525.000,00
2. luran pensiun
3 x Rp100.000,00 = Rp 300.000,00
--------------------- Rp 825.000,00
---------------------
Penghasilan neto di Garut Rp 9.675.000,00
Penghasilan neto di Jakarta Rp 16.125.000,00
Penghasilan neto di Bandung Rp 12.900.000,00
---------------------
Jumlah penghasilan neto setahun Rp 38.700.000,00
PTKP untuk WP sendiri Rp 24.300.000,00
---------------------
Penghasilan Kena Pajak Rp 14.400.000,00
PPh Pasal 21 terutang (5% x Rp14.400.000,00 ) = Rp 720.000,00
PPh Pasal 21 terutang di Jakarta dan Bandung1721 - A1 Rp 540.000,00
---------------------
PPh Pasal 21 terutang di Garut Rp 180.000,00
PPh Pasal 21 telah dipotong ( 3 x Rp60.000,00) Rp 180.000,00
---------------------
PPh Pasal 21 kurang (lebih) dipotong NIHIL
PENGHITUNGAN PEMOTONGAN PPh PPh PASAL 21 SELURUH ATAU
PASAL 21 ATAS PENGHASILAN YANG SEBAGIAN DITANGGUNG OLEH
SEBAGIAN ATAU SELURUHNYA PEMBERI KERJA
DIPEROLEH DALAM MATA UANG
ASING
PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ATAS
PENERIMAAN DALAM BENTUK
PENGHITUNGAN PEMOTONGAN PPh NATURA DAN KENIKMATAN LAINNYA
PASAL 21 TERHADAP PEGAWAI TETAP YANG DIBERIKAN OLEH WAJIB PAJAK
YANG MENERIMA TUNJANGAN PAJAK YANG PENGENAAN PAJAK
PENGHASILANNYA BERSIFAT FINAL
PERHITUNGAN PPH PASAL 21 BAGI
ATAU BERDASARKAN NORMA
PEGAWAI TETAP YANG BARU MEMILIKI
PENGHITUNGAN KHUSUS (DEEMED
NPWP PADA TAHUN BERJALAN
PROFIT)
Latihan …………………….
Penghitungan PPh Pasal 21 Untuk Pegawai
Tidak Tetap Atau Tenaga Kerja Lepas.
Penghitungan PPh Pasal 21 atas gaji dan bonus:
Gaji setahun (12 x Rp15.000.000,00) Rp180.000.000,00
Bonus Rp 20.000.000,00
Rp200.000.000,00
Pengurangan:
Biaya Jabatan:
5% x Rp200.000.000,00 = Rp 10.000.000,00
Maksimum diperkenankan Rp 6.000.000,00
Penghasilan Neto atas gaji setahun dan bonus: Rp194.000.000,00
PTKP (K/3)
- untuk Wajib Pajak Rp 24.300.000,00
- tambahan WP kawin Rp 2.025.000,00
- tambahan 3 orang anak Rp 6.075.000,00
Rp 32.400.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp161.600.000,00
PPh Pasal 21 atas gaji setahun dan bonus:
5% x Rp50.000.000,00 Rp 2.500.000,00
15% x Rp111.600.000,00 Rp 16.740.000,00
Rp 19.240.000,00
•Penghitungan PPh Pasal 21 atas Bonus:
Rp19.240.000,00 - Rp16.240.000,00 = Rp3.000.000,00
PENGHITUNGAN PEMOTONGAN PPh PASAL 21 TERHADAP PENGHASILAN PEGAWAI
HARIAN, TENAGA HARIAN LEPAS, PENERIMA UPAH SATUAN, DAN PENERIMA UPAH
BORONGAN

Nurcahyo dengan status belum menikah pada bulan Januari 2013 bekerja sebagai
buruh harian PT Cipta Mandiri Sejahtera. la bekerja selama 10 hari dan menerima
upah harian sebesar Rp200.000,00

Penghitungan PPh Pasal 21 terutang:


Upah sehari Rp 200.000,00
Dikurangi batas upah Rp 200.000,00
Penghasilan Kena Pajak sehari Rp 0,00
PPh Pasal 21 dipotong atas Upah sehari: Rp 0,00

Sampai dengan hari ke-10, karena jumlah kumulatif upah yang


diterima belum melebihi Rp2.025.000,00 maka tidak ada PPh Pasal
21 yang dipotong.
Pada hari ke-11 jumlah kumulatif upah yang diterima melebihi Rp2.025.000,00,
maka PPh Pasal 21 terutang dihitung berdasarkan upah setelah dikurangi PTKP
yang sebenarnya.
Upah s.d hari ke-11 (Rp200.000,00 x 11) Rp 2.200.000,00
PTKP sebenarnya:11 x (Rp24.300.000,00/ 360) Rp 742.500,00
Penghasilan Kena Pajak s.d hari ke-11 Rp 1.457.500,00
PPh Pasal 21 terutang s.d hari ke-11
5% x Rp1.457.500,00 Rp 72.875,00
PPh Pasal 21 yang telah dipotong s.d hari ke-10 Rp 0,00
PPh Pasal1 yang harus dipotong pada hari ke-11 Rp 72.875,00
Sehingga pada hari ke-11, upah bersih yang diterima Nurcahyo sebesar:
Rp200.000,00 - Rp72.875,00= Rp127.125,00

Misalkan Nurcahyo bekerja selama 12 hari, maka penghitungan PPh Pasal 21 yang
harus dipotong pada hari ke - 12 adalah sebagai berikut :

Pada hari kerja ke-12, jumlah PPh Pasal 21 yang dipotong adalah:
Upah sehari Rp 200.000,00
PTKP sehari (Rp 24.300.000,00: 360) Rp 67.500,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 132.500,00
PPh Pasal 21 terutang
5% x Rp132.500,00 Rp 6.625,00
menerima upah bersih sebesar: Rp200.000,00 - Rp6.625,00 = Rp193.375,00
Nanang Hermawan (belum menikah) pada bulan Maret 2013 bekerja pada
perusahaan PT Tani Jaya, menerima upah sebesar Rp300.000,00 per hari.
Penghitungan PPh Pasal 21 Upah sehari Rp300.000,00

Upah sehari di atas Rp200.000,00 : Rp300.000,00 - Rp200.000,00 = Rp100.000,00


PPh Pasal 21 = 5% x Rp100.000,00 = Rp5.000,00 (harian)

Pada hari ke-7 telah melebihi Rp2.025.000,00.


bulan Maret 2013 dihitung sebagai berikut:
Upah 7 hari kerja Rp 2.100.000,00
PTKP: 7 x (Rp24.300.000,00/360) Rp 472.500,00
Penghasilan Kena Pajak Rp1.627.500,00
PPh Pasal 21 = 5% x Rp1.627.500,00 Rp 81.375,00
PPh Pasal 21 yang telah dipotong s.d hari ke-6:
6 x Rp5.000,00 Rp 30.000,00
PPh Pasal 21 yang harus dipotong pada hari ke-7 Rp 51.375,00

Pada hari kerja ke-8 dan seterusnya dalam bulan kalender yang bersangkutan,
jumlah PPh Pasal 21 per hari yang dipotong adalah:
Upah sehari Rp 300.000,00
PTKP untuk WP sendiri (Rp24.300.000,00 : 360) Rp 67.500,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 232.500,00
PPh Pasal 21 terutang adalah 5% x Rp232.500,00 = Rp11.625,00
DENGAN UPAH SATUAN
Rizal Fahmi (belum menikah) adalah seorang karyawan yang bekerja sebagai
perakit TV pada suatu perusahaan elektronika. Upah yang dibayar berdasarkan
atas jumlah unit/satuan yang diselesaikan yaitu Rp75.000,00 per buah TV dan
dibayarkan tiap minggu. Dalam waktu 1 minggu (6 hari kerja) dihasilkan
sebanyak 24 buah TV dengan upah Rp1.800.000,00

Penghitungan PPh Pasal 21 :


Upah sehari adalah Rp1.800.000,00 : 6 Rp 300.000,00
Upah diatas Rp200.000,00 sehari
Rp300.000,00- Rp200.000,00 Rp 100.000,00
Upah seminggu terutang pajak
6 x Rp100.000,00 Rp 600.000,00
PPh Pasal 21
5% x Rp600.000,00= Rp30.000,00 (Mingguan)
Mawan mengerjakan dekorasi sebuah rumah dengan upah borongan sebesar
Rp450.000,00, pekerjaan diselesaikan dalam 2 hari.

Upah borongan sehari : Rp450.000,00 : 2 = Rp 225.000,00


Upah sehari diatas Rp200.000,00
Rp225.000,00 — Rp200.000,00 Rp 25.000,00
Upah borongan terutang pajak:
2 x Rp25.000,00 Rp 50.000,00
PPh Pasal 21 = 5% x Rp50.000,00 = Rp 2.500,00
Bagus Hermanto bekerja pada perusahaan elektronik
dengan dasar upah harian yang dibayarkan bulanan. Dalam
bulan Januari 2013 Bagus Hermanto hanya bekerja 20 hari
kerja dan upah sehari adalah Rp150.000,00. Bagus
Hermanto menikah tetapi belum memiliki anak:

Penghitungan PPh Pasal 21


Upah Januari 2013 = 20 x Rp150.000,00 = Rp 3.000.000,00
Penghasilan neto setahun = 12 x Rp3.000.000,00 = Rp 36.000.000,00
PTKP (K/-) :
-Untuk WP sendiri Rp24.300.000,00
- tambahan karena menikah Rp 2.025.000,00
Rp 26.325.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 9.675.000,00
PPh Pasal 21 setahun adalah sebesar:
5% x Rp9.675.000,00 = Rp 483.750,00
PPh Pasal 21 sebulan adalah sebesar:
Rp483.750,00 : 12 = Rp 40.312,00
Latihan : ….
Penghitungan PPh Pasal 21 bagi Mantan Pegawai Yang
Menerima Penghasilan Berupa Jasa Produksi, Tantiem,
Gratifikasi, Bonus atau Imbalan Lain yang Bersifat Tidak Teratur,

Victoria Endah bekerja pada PT Fajar Wisesa. Pada tanggal 1 Januari 2013 telah
berhenti bekerja pada PT Fajar Wisesa karena pensiun. Pada bulan Maret 2013
Victoria Endah menerima jasa produksi tahun 2012., sebesar Rp55.000.000,00.
PPh Pasal 21 yang terutang adalah:
5% x Rp50.000.000,00 Rp 2.500.000,00
15% x Rp5.000.000,00 Rp 750.000,00
PPh Pasal 21 yang harus dipotong Rp 3.250.000,00

Apabila dalam tahun kalender dibayarkan lebih dari 1 kali, maka PPh Pasal 21 atas
dihitung dengan menerapkan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh atas jumlah
penghasilan bruto kumulatif nya
Penghitungan PPh Pasal 21 bagi Mantan Pegawai Yang
Menerima Penghasilan Berupa Jasa Produksi, Tantiem,
Gratifikasi, Bonus atau Imbalan Lain yang Bersifat Tidak
Teratur

Aulia Rais adalah seorang komisaris di PT Media Primatama, yang bukan


sebagai pegawai tetap. Dalam tahun 2013, yaitu bulan Desember 2013
menerima honorarium sebesar Rp 60.000.000,00

PPh Pasal 21 yang terutang adalah:


5% x Rp50.000.000,00 Rp 2.500.000,00
15% x Rp10.000.000,00 Rp 1.500.000,00
PPh Pasal 21 yang harus dipotong Rp4.000.000,00
Penghitungan PPh Pasal 21 bagi Peserta Program Pensiun Yang
Masih Berstatus Sebagai Pegawai yang Menarik Dana Pensiun
Nicholas Sinulingga adalah pegawai PT Abadi Sejahtera menerima gaji Rp2.000.000,00
sebulan. PT Abadi Sejahtera mengikuti program pensiun untuk para pegawainya. PT
Abadi Sejahtera membayar iuran dana pensiun untuk Nicholas Sinulingga sebesar
Rp100.000,00 sebulan ke Dana Pensiun Abadi Sejahtera, yang merupakan dana pensiun
yang dibentuk bagi pengelolaan uang pensiun pegawai PT Abadi Sejahtera yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan. Nicholas Sinulingga membayar iuran
serupa ke dana pensiun yang sama sebesar Rp50.000,00 sebulan.
Bulan April 2013 Nicholas Sinulingga memerlukan biaya untuk perbaikan rumahnya maka
ia mengambil iuran dana pensiun yang telah dibayar sendiri sebesar Rp20.000.000,00.
Kemudian pada bulan Juni 2013 ia menarik lagi dana sebesar Rp15.000.000,00.
Kemudian bulan Oktober 2013 untuk keperluan lainnya ia menarik lagi dana sebesar
Rp25.000.000,00.

atas penarikan dana sebesar Rp20.000.000,00 pada bulan April 2013 :


- 5% x Rp20.000.000,00 = Rp1.000.000,00.
atas penarikan dana sebesar Rp15.000.000,00 pada bulan Juni 2013
- 5% x Rp15.000.000,00 = Rp750.000,00
atas penarikan dana sebesar Rp25.000.000,00 pada bulan Oktober 2013
- 5% x Rp15.000.000,00 Rp 750.000,00
-15% x Rp10.000.000,00 Rp 1.500.000,00
Rp 2.250.000,00
Penghitungan PPh Pasal 21 Bagi Orang Pribadi Yang
Berstatus Sebagai Bukan Pegawai

Pemotongan PPh Pasal 21 Bagi Orang Pribadi Dalam Negeri Bukan


Pegawai, atas Imbalan yang Bersifat Berkesinambungan.

Ber-NPWP, Ph semata-mata dari Pemotong


PPh Pasal 21 = tarif Ps 17 ayat (1) a X jumlah kumulatif PhKP.
Ph KP = 50% X Ph Bruto -/- PTKP per bulan.

Non NPWP, ada Ph lain:


PPh Pasal 21 = tarif Ps 17 ayat (1) a X jumlah kumulatif PhKP.
Ph KP = 50% X Ph Bruto.

Imbalan yang Tidak Bersifat Berkesinambungan.

PPh Pasal 21 =
tarif Pasal 17 ayat (1) aX 50% X penghasilan bruto.
dr. Abdul Gopar merupakan dokter spesialis jantung yang melakukan praktik di
Rumah Sakit Harapan Jantung Sehat dengan perjanjian bahwa atas setiap jasa
dokter yang dibayarkan oleh pasien akan dipotong 20% oleh pihak rumah sakit
sebagai bagian penghasilan rumah sakit dan sisanya sebesar 80% dari jasa dokter
tersebut akan dibayarkan kepada dr. Abdul Gopar pada setiap akhir bulan. Dalam
semester pertama tahun 2009, jasa dokter yang dibayarkan pasien atas tindakan
dr. Abdul Gopar adalah sebagai berikut:
BULAN JASA DOKTER YANG BULAN JASA DOKTER YANG DIBAYAR
DIBAYAR PASIEN PASIEN
(RUPIAH) (RUPIAH)

JANUARI 45,000,000.00 JULI 40,000,000.00

FEBRUARI 49,000,000.00 AGUSTUS 35,000,000.00

MARET 47,000,000.00 SEPTEMBER 45,000,000.00

APRIL 40,000,000.00 OKTOBER 44,000,000.00

MEI 44,000,000.00 NOVEMBER 43,000,000.00

JUNI 52,000,000.00 DESEMBER 40,000,000.00

JUMLAH
524,000,000.00
JASA DOKETR DASAR DASAR TARIF PPH
YANG DIBAYAR PEMOTONGAN PEMOTONGAN PASAL 17 PASAL 21
BULAN PASIEN PPH PASAL 21 PPH PASAL 21 AYAT (1) TERUTANG
KUMULATIF HURUF A
(RUPIAH) (RUPIAH) (RUPIAH) UU PPH (RUPIAH)

(1) (2) (3)=50% X (2) (4) (5) (6)=(3) X (5)


JANUARI 45,000,000 22,500,000 22,500,000 5% 1,125,000
FEBRUARI 49,000,000 24,500,000 47,000,000 5% 1,225,000
3,000,000 50,000,000 5% 150,000
MARET 47,000,000 ----------------- ----------------- --------- -------------
20,500,000 70,500,000 15% 3,075,000

APRIL 40,000,000 20,000,000 90,500,000 15% 3,000,000

MEI 44,000,000 22,000,000 112,500,000 15% 3,300,000


JUNI 52,000,000 26,000,000 138,500,000 15% 3,900,000

JULI 40,000,000 20,000,000 158,500,000 15% 3,000,000

AGUSTUS 35,000,000 17,500,000 176,000,000 15% 2,625,000

SEPTEMBER 45,000,000 22,500,000 198,500,000 15% 3,375,000

OKTOBER 44,000,000 22,000,000 220,500,000 15% 3,300,000

NOVEMBER 43,000,000 21,500,000 242,000,000 15% 3,225,000

DESEMBER 8,000,000 250,000,000 15% 1,200,000


40,000,000 ----------------- ----------------- --------- ---------------
12,000,000 262,000,000 25% 3,000,000

JUMLAH 524,000,000 262,000,000 35,500,000


Neneng Hasanah adalah petugas dinas luar asuransi dari PT. Tabarru Life.
Suami Neneng Hasanah telah terdaftar sebagai Wajib Pajak dan mempunyai
NPWP, dan yang bersangkutan bekerja pada PT. Kersamanah. Neneng
Hasanah telah menyampaikan fotokopi kartu NPWP suami, fotokopi surat
nikah dan fotokopi kartu keluarga kepada pemotong pajak. Neneng Hasanah
hanya memperoleh penghasilan dari kegiatannya sebagai petugas dinas luar
asuransi, dan telah menyampaikan surat pernyataan yang menerangkan hal
tersebut kepada PT Tabarru Life. Pada tahun 2009, penghasilan yang
diterima oleh Neneng Hasanah sebagai petugas dinas luar asuransi dari PT.
Tabarru Life adalah sebagai berikut:
BULAN KOMISI AGEN BULAN KOMISI AGEN
(RUPIAH) (RUPIAH)
JANUARI 38.000.000,00 JULI 45.000.000,00

FEBRUARI 38.000.000,00 AGUSTUS 48.000.000,00

MARET 41.000.000,00 SEPTEMBER 50.000.000,00

APRIL 42.000.000,00 OKTOBER 52.000.000,00

MEI 44.000.000,00 NOVEMBER 55.000.000,00

JUNI 45.000.000,00 DESEMBER 56.000.000,00


JUMLAH 554.000.000,00
PENGHASILAN 50% DARI PTKP PENGHASILAN PENGHASILAN TARIF PPH
KENA PAJAK PASAL 21
BULAN BRUTO PENGHASILAN KENA PAJAK KUMULATIF TERUTANG

(RUPIAH) BRUTO (RUPIAH) (RUPIAH) (RUPIAH) (RUPIAH)

(1) (2) (3)=50%X(2) (4) (5) (6) (7) (8)=(4)X(6)

JANUARI 38.000.000 19.000.000 1.320.000 17.680.000 17.680.000 5% 884.000


FEBRUARI 38.000.000 19.000.000 1.320.000 17.680.000 35.360.000 5% 884.000
14.640.000 50.000.000 5% 732.000
MARET 41.000.000 20.500.000 1.320.000 -------------- ------------- ------- ----------------
4.540.000 54.540.000 15% 681.000

APRIL 42.000.000 21.000.000 1.320.000 19.680.000 74.220.000 15% 2.952.000

MEI 44.000.000 22.000.000 1.320.000 20.680.000 94.900.000 15% 3.102.000


JUNI 45.000.000 22.500.000 1.320.000 21.180.000 116.080.000 15% 3.177.000

JULI 45.000.000 22.500.000 1.320.000 21.180.000 137.260.000 15% 3.177.000

AGUSTUS 48.000.000 24.000.000 1.320.000 22.680.000 159.940.000 15% 3.402.000

SEPTEMBE 50.000.000 25.000.000 1.320.000 23.680.000 183.620.000 15% 3.552.000


R

OKTOBER 52.000.000 26.000.000 1.320.000 24.680.000 208.300.000 15% 3.702.000

NOVEMBE 55.000.000 27.500.000 1.320.000 26.180.000 234.480.000 15% 3.927.000


R
15.520.000 250.000.000 15% 2.328.000
DESEMBER 56.000.000 28.000.000 1.320.000 -------------- -------------- ------- ----------------
11.160.000 261.160.000 - 2.790.000
25%
JUMLAH 554.000.000 277.000.000 35.290.000
BUKAN PEGAWAI YANG MENERIMA PENGHASILAN YANG TIDAK
BERSIFAT BERKESINAMBUNGAN

Nashrun Berlianto melakukan jasa perbaikan komputer kepada PT Cahaya Kurnia dengan fee
sebesar Rp5.000,000,00.

Besarnya PPh Pasal 21 yang terutang adalah sebesar:


5% x 50% Rp5.000.000,00 = Rp125.000,00

Dalam hal Nashrun Barlianto tidak memiliki NPWP maka besarnya PPh Pasal 21 yang terutang
menjadi sebesar:
5% x 120% x 50% Rp5.000.000,00 = Rp150.000,00
Arip Nugraha melakukan jasa perawatan AC kepada PT Wahana Jaya dengan imbalan
Rp10.000.000,00. Arip Nugraha mempergunakan tenaga 5 orang pekerja dengan
membayarkan upah harian masing-masing sebesar Rp180.000,00. Upah harian yang
dibayarkan untuk 5 orang selama melakukan pekerjaan sebesar Rp4.500.000,00. selain
itu, Arip Nugraha membeli spare part AC yang dipakai untuk perawatan AC sebesar
Rp1.000.000,00.

Dalam hal berdasarkan perjanjian serta dokumen yang diberikan Arip Nugraha,
dapat diketahui bagianimbalan bruto yang merupakan upah yang harus
dibayarkan kepada pekerja harian yang dipekerjakan oleh Arip Nugraha dan
biaya untuk membeli spare part AC :
Rp10.000.000,00 - Rp4.500.000,00 - Rp1.000.000,00 = Rp4.500.000,00
PPh Pasal 21 yang harus dipotong PT Wahana Jaya atas penghasilan yang
diterima Arip Nugraha adalah sebesar:
5% x 50% x Rp4.500.000,00 = Rp112.500,00
Dalam hal tidak memiliki NPWP :
120% x 5% x 50% x Rp4.500.000,00 = Rp135.000,00
Dalam hal tidak ada informasi berdasarkan perjanjian mengenai upah atau
pembelian material/bahan, PPh Pasal 21 yang harus dipotong PT Wahana
Jaya adalah jumlah sebesar :
5% x 50% x Rp10.000.000,00 = Rp250.000,00
Dalam hal tidak memiliki NPWP :
120% x 5% x 50% x Rp10.000.000,00 = Rp300.000,00
Penghitungan PPh Pasal 21 Bagi Peserta Kegiatan

Sony Amaros adalah seorang atlet bulutangkis professional Indonesia


yang bertempat tinggal di Jakarta. la menjuarai turnamen Indonesia
Grand Prix Gold dan memperoleh hadiah sebesar Rp200.000.000,00.
PPh Pasal 21 yang terutang atas hadiah turnamen Indonesia Grand Prix
Gold tersebut adalah:
5% x Rp50.000.000,00 = Rp 2.500.000,00
15% x Rp150.000.000,00 = Rp 22.500.000,00
Rp 25.000.000,00
Perhitungan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi penerima
penghasilan berupa uang pesangon Uang Manfaat Pensiun,
Tunjangan Hari Tua, dan Jaminan Hari Tua yang dibayarkan
sekaligus
Pirman Nurjaman bekerja sebagai pegawai tetap pada PT. Asgar
Manah sejak tahun 1980. PT. Asgar Manah telah mengikutkan
program pensiun untuk seluruh pegawainya dengan membentuk
Dana Pensiun PT. Asgar Manah. Pada bulan Januari 2010, Pirman
Nurjaman terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) menerima
pembayaran Uang Pesangon sebesar Rp 600.000.000,00 dari PT.
Asgar Manah.
Selain itu, Pirman Nurjaman berhak atas manfaat pensiun sebesar
Rp 300.000.000,00 dari Dana Pensiun PT. Asgar Manah. Pirman
Nurjaman meminta pembayaran sekaligus atas manfaat pensiun
sebesar 20% dari manfaat pensiun dan sisanya (80% dari manfaat
pensiun) dibayarkan secara bulanan. Dana pensiun PT. Asgar
Manah membayarkan Uang Manfaat Pensiun yang dibayarkan
sekaligus sebesar 20% x Rp 300.000.000,00 = Rp 60.000.000,00.
Penghitungan PPh Pasal 21 yang terutang atas Uang Pesangon :
0%x Rp 50.000.000,00 = Rp0,00
5%x Rp 50.000.000,00 = Rp2.500.000,00
15% x Rp 400.000.000,00 = Rp 60.000.000,00
25% x Rp 100.000.000,00 = Rp 25.000.000,00 (+)
Rp600.000.000,0 = Rp 87.500.000,00
Penghitungan PPh Pasal 21 yang terutang atas 20% dari manfaat
pensiun yang dibayarkan secara sekaligus :
0%x Rp 50.000.000,00 = Rp 0,00
5%x Rp 10.000.000,00 = Rp 500.000,00 (+)
Jumlah Rp 500.000,00
Sedangkan penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas pembayaran
80% dari manfaat pensiun yang dibayarkan secara bulanan berlaku
ketentuan pemotongan pemotongan PPh Pasal 21 atas penerima
pensiun biasa.
Penghitungan PPh Pasal 21 atas Uang Pesangon yang Dibayarkan Secara
Bertahap.
Apabila PT. Asgar Manah melakukan pembayaran Uang Pesangon kepada
Pirman Nurjaman secara bertahap dengan jadwal pembayaran sebagai
berikut :
Bulan Januari 2010 Rp 240.000.000,00
Bulan Januari 2011 Rp 120.000.000,00
Bulan Juli 2011 Rp 120.000.000,00
Bulan Januari 2012 Rp 120.000.000,00
maka Penghitungan PPh Pasal 21 yang terutang :
a. Bulan Januari 2010 :
0% x Rp 50.000.000,00 = Rp0,00
5% x Rp 50.000.000,00 = Rp2.500.000,00
15% x Rp 140.000.000,00 = Rp 21.000.000,00 (+)
Rp 23.500.000,00
b. Bulan Januari 2011 :
15% x Rp 120.000.000,00 = Rp 18.000.000,00
c. Bulan Juli 2011 :
15% x Rp 120.000.000,00 = Rp 18.000.000,00
d. Bulan Januari 2012 :
Oleh karena pembayaran Uang Pesangon sudah memasuki tahun ketiga maka
tarif PPh Pasal 21 untuk Uang Pesangon yang dibayarkan pada bulan Januari
2012 adalah Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh dan pemotongan PPh 21
pada bulan Januari 2012 tidak bersifat Final.
Penghitungan PPh Pasal 21 untuk Bulan Januari 2012 :
5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 2.500.000,00
15% x Rp 70.000.000,00 = Rp 10.500.000,00 (+)
Jumlah = Rp 13.000.000,00
Perhitungan Bagi Penerima Penghasilan Yang Bersifat Tidak
Teratur Yang Diterima Oleh PNS, Anggota TNI Dan POLRI Yang
Dananya Berasal Dari APBN/APBD

Bendaharawan SMA Negeri XXI membayarkan honorarium kepanitiaan kepada


Bapak Suharman, karyawan pada SMAN XXI, adalah seorang pegawai negeri
sipil, berpangkat pengatur Golongan IIc. Pada bulan15 April 2013 sebesar Rp.
850.000,-
PPh Pasal 21 yang dipotong adalah:
0% X 850.000,- = Rp. 0,-

Bendaharawan Kanwil DJP membayarkan honorariumrapat kepada sdr. Anton


seorang Kepala Seksi berpangkat pengatur tingkat I / Golongan III d, sebesar
Rp.500.000,-
PPh Pasal 21 yang dipotong adalah:
5% X 500.000,- = Rp. 25.000,-
Penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 21
PAJAK PENGHASILAN

PASAL 22
(PPh PEMUNGUTAN)
Pasal 22
Menteri Keuangan dapat menetapkan:
a. bendahara pemerintah  sehubungan dengan
pembayaran atas penyerahan barang;
b. badan-badan tertentu untuk  kegiatan di bidang
impor atau kegiatan usaha di bidang lain;
c. WP badan tertentu dari pembeli atas penjualan
barang yang tergolong sangat mewah.

final penunjukan pemungut pajak secara selektif, demi


pelaksanaan yang efektif dan efisien

Pertim tidak mengganggu kelancaran lalu lintas barang


bangan prosedur pemungutan yang sederhana sehingga mudah
dilaksanakan

Non final
Pasal 8 (2) PP 138 tahun 2000

Pemungutan Pajak Penghasilan oleh pihak-pihak


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1)
UU PPh , terutang pada saat pembayaran, kecuali
ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan.

154/PMK.03/2010 stdt 175/PMK.011/2013


224/PMK.011/2012

a. Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, atas impor barang;
b. bendahara pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sebagai pemungut pajak pada Pemerintah
Pusat, Pemerintah Daerah, Instansi atau lembaga Pemerintah dan lembaga-lembaga negara lainnya,
berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang;
c. bendahara pengeluaran berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan dengan
mekanisme uang persediaan (UP);
d. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau pejabat penerbit Surat Perintah Membayar yang diberi delegasi oleh
Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang kepada pihak
ketiga yang dilakukan dengan mekanisme pembayaran langsung (LS);
e. Badan Usaha Milik Negara yaitu badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh
negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan, yang
meliputi:
1. PT Pertamina (Persero), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), PT Perusahaan Gas Negara (Persero)
Tbk., PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk., PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk., PT Pembangunan
Perumahan (Persero) Tbk., PT Wijaya Karya (Persero) Tbk., PT Adhi Karya (Persero) Tbk., PT Hutama
Karya (Persero), PT Krakatau Steel (Persero); dan
2. Bank-bank Badan Usaha Milik Negara, berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang dan/atau
bahan-bahan untuk keperluan kegiatan usahanya.
f. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas, industri baja, industri
otomotif, dan industri farmasi, atas penjualan hasil produksinya kepada distributor di dalam negeri;
g. Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM), dan importir umum kendaraan
bermotor, atas penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri;
h. Produsen atau importir bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas, atas penjualan bahan bakar
minyak, bahan bakar gas, dan pelumas;
i. Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan
perikanan, atas pembelian bahan-bahan dari pedagang pengumpul untuk keperluan industrinya atau
ekspornya.
Kegiatan : Impor

Pemungut : Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

Tarif :

jenis barang cfm Lampiran 175/PMK.011/2013, 7,5%


Barang dluar lampiran PMK 175  Dengan API.  2,5%
kedelai, gandum, dan tepung terigu  0,5%
Impor tidak menggunakan API  7,5%
Barang yang tidak dikuasai  7,5% dari harga jual lelang.

Nilai Impor = Cost , Insurance, and Freight (CIF) + Bea Masuk


dan pungutan lainnya
Tatacara Pemungutan dan Pelunasan PPh Pasal 22 atas impor barang

Saat • bersamaan dengan saat pembayaran Bea Masuk.


Pelunasan • BM ditunda/dibebaskan , saat penyelesaian dokumen
pemberitahuan pabean atas impor.

Penyetor • importir ybs;


• DJBC : 1 hari kerja setelah pemungutan pajak
ke kas negara melalui Kantor Pos, bank devisa, atau
bank yang ditunjuk oleh Menkeu.

Cara • formulir SSP sbg Bukti Pemungutan Pajak.


Pelunasan • DJBC dan pemungut pajak wajib melaporkan dengan
menggunakan SPT Masa ke KPP, secara mingguan paling lama
pada hari kerja terakhir minggu berikutnya
Belanja barang Pemerintah

bendahara pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)

bendahara pengeluaran

Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau pejabat penerbit SPM

1,5% X harga pembelian exc. PPN.


Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan

disetor ke melaporka
Kantor n dg SPT Pelaporan
Pos, bank Masa ke maks 14
devisa KPP. hari

SSP atas Penyetora


nama n pada
rekanan , hari yang
tdtgnpem sama
ungut
pajak.
Produsen atau importir BBM BBG Pelumas
penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas;

0,25%  BBM SPBU Pertamina;


0,3%  BBM SPBU
Tarif : 0,3%  SPBU Non Pertamina;
0,3%  Non SPBU
0,3%  BBG
0,3%  Pelumas

penjualan kepada:
• penyalur/agen bersifat final;
• selain penyalur/agen bersifat tidak final
Badan usaha dalam atas penjualan hasil
bidang usaha: produksinya kepada
• industri semen, distributor di dalam
• industri kertas, negeri;
• industri baja,
• industri otomotif,
• industri farmasi,
Tarif :
1. semen : 0,25%
2. kertas : 0,1%;
3. baja : 0,3%
4. kendaraan bermotor : 0,45%
5. obat : 0,3%

• Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri baja adalah industri baja
yang merupakan industri hulu, termasuk industri hulu yang terintegrasi dengan
industri antara dan industri hilir.
pembelian barang / bahan untuk kegiatan usahanya

BUMN ( .50% modal pemerintah:


PT Pertamina,
PT PLN,
PT.PGN,
PT Telkom 1,5% X
PT GIA, harga
pembelian
PT PP, exc. PPN.
PT WIKA,
PT Adhi Karya.,
PT Hutama Karya (Persero),
PT Krakatau Steel);
Bank-bank BUMN
Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian,
peternakan, dan perikanan, atas pembelian bahan-bahan dari pedagang pengumpul
untuk keperluan industrinya atau ekspornya.

Tarif : 0,25% X harga pembelian.

Pedagang pengumpul adalah badan atau orang pribadi yang kegiatan


usahanya:
a. mengumpulkan hasil kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan,
dan perikanan; dan
b. menjual hasil tersebut kepada badan usaha industri dan eksportir yang
bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan,
dan perikanan.
Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan

PPh Pasal 22 terutang dan dipungut saat pembayaran.

wajib disetor melalui Kantor Pos, bank persepsi

menggunakan Surat Setoran Pajak.


menerbitkan Bukti Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22
melaporkan hasil pemungutannya SPT Masa
dilakukan dalam jangka waktu 20 hari setelah masa pajak berakhir.

Bukti Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 ,rangkap 3 (tiga), yaitu:


lembar kesatu : Wajib Pajak yang dipungut;
lembar kedua : lampiran laporan bulanan /dilampirkan pada SPM
lembar ketiga : arsip pemungut pajak
Dikecualikan :
a. Impor barang dan/atau penyerahan barang yang berdasarkan per-UU tidak terutang
Pajak Penghasilan;
b. Impor barang yang dibebaskan dari pungutan BM dan/atau PPN :
1. barang perwakilan negara asing & para pejabatnya yang bertugas di Indonesia
berdasarkan asas timbal balik;
2. barang untuk keperluan badan internasional beserta pejabatnya yang bertugas di
Indonesia dan tidak memegang paspor Indonesia yang diakui dan terdaftar dalam
peraturan menteri keuangan;
3. barang kiriman hadiah/hibah untuk keperluan ibadah umum, amal, sosial,
kebudayaan atau untuk kepentingan penanggulangan bencana;
4. barang untuk keperluan museum, kebun binatang, konservasi alam dan tempat lain
semacam itu yang terbuka untuk umum;
5. barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan;
6. barang untuk keperluan khusus kaum tunanetra dan penyandang cacat lainnya;
7. peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu jenazah;
8. barang pindahan;
9. barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas, dan barang
kiriman sampai batas jumlah tertentu (UU kepabeanan; 29 Oktober 2010 : nilai diatas
USD 250. satu keluarga adalah USD 1.000.)
10. barang yang diimpor oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah yang ditujukan
untuk kepentingan umum;
11. persenjataan, amunisi, dan perlengkapan militer, termasuk suku cadang
12. barang dan bahan yang dipergunakan untuk menghasilkan barang bagi keperluan
pertahanan dan keamanan negara;
13. vaksin Polio : program Pekan Imunisasi Nasional (PIN);
14. buku-buku pelajaran umum, kitab suci dan buku-buku pelajaran agama;
15. kapal laut, angkutan sungai, angkutan danau, angkutan penyeberangan, kapal pandu,
kapal tunda, kapal penangkap ikan, kapal tongkang, dan suku cadang serta alat
keselamatan pelayaran atau alat keselamatan manusia yang diimpor dan digunakan
oleh Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional atau Perusahaan Penangkapan Ikan
Nasional, Perusahaan Penyelenggara Jasa Kepelabuhanan Nasional atau Perusahaan
Penyelenggara Jasa Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan Nasional, sesuai
dengan kegiatan usahanya;
16. pesawat udara dan suku cadang serta alat keselamatan penerbangan atau alat
keselamatan manusia, peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan yangdiimpor dan
digunakan oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional dan suku cadang serta
peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan pesawat udara yang diimpor oleh pihak
yang ditunjuk oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional yang digunakan dalam
rangka pemberian jasa perawatan atau reparasi pesawat udara kepada Perusahaan
Angkutan Udara Niaga nasional;
17. kereta api dan suku cadang serta peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan
serta prasarana yang diimpor dan digunakan oleh PT KAI, dan komponen atau
bahan yang diimpor oleh pihak yang ditunjuk oleh PT AI yang digunakan untuk
pembuatan kereta api, suku cadang, peralatan untuk perbaikan atau
pemeliharaan, serta prasarana yang akan digunakan
18. peralatan berikut suku cadangnya yang digunakan oleh Kementerian
Pertahanan atau TNI untuk penyediaan data batas dan photo udara wilayah
Negara RI yang dilakukan untuk mendukung pertahanan Nasional, yang
diimpor oleh Kementerian Pertahanan, TNI atau pihak yang ditunjuk oleh
Kementerian Pertahanan atau TNI; dan/atau
18. barang untuk kegiatan hulu minyak dan gas bumi yang importasinya dilakukan
oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama.
c. Impor sementara, dimaksudkan untuk diekspor kembali;
d. Impor kembali (re-impor), yang meliputi barang-barang yang telah diekspor kemudian
diimpor kembali dalam kualitas yang sama atau barang-barang yang telah diekspor
untuk keperluan perbaikan, pengerjaan dan pengujian, yang telah memenuhi syarat
yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;
e. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak berkenaan dengan:
1. pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak yang jumlahnya paling banyak
Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang
terpecah-pecah;
2. pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak BUMN/ BANK BUMN yang
jumlahnya paling banyak Rp10.000.000,00 dan tidak merupakan pembayaran yang
terpecah-pecah;
3. pembayaran untuk:
a) pembelian bahan bakar minyak, bahan bakar gas, pelumas, benda-benda pos;
b) pemakaian air dan listrik.
f. Emas batangan yang akan diproses untuk menghasilkan barang perhiasan dari emas
untuk tujuan ekspor;
g. Pembayaran untuk pembelian barang sehubungan dengan penggunaan dana Bantuan
Operasional Sekolah (BOS).
h. Penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri yang dilakukan oleh industri otomotif,
ATPM, APM), dan importir umum yang telah dikenai pemungutan Pasal 22 ayat (1) (
Barang sangat Mewah).
KEP - 523/PJ./2001
TARIF DAN TATA CARA PEMUNGUTAN,
PENYETORAN, SERTA PELAPORAN PAJAK
PENGHASILAN PASAL 22 OLEH INDUSTRI DAN
EKSPORTIR YANG BERGERAK DALAM SEKTOR
PERHUTANAN, PERKEBUNAN, PERTANIAN,
DAN PERIKANAN, ATAS PEMBELIAN BAHAN-
BAHAN UNTUK KEPERLUAN INDUSTRI ATAU
EKSPOR MEREKA DARI PEDAGANG
PENGUMPUL
KEP - 523/PJ./2001
PENGHASILAN PASAL 22 OLEH INDUSTRI DAN EKSPORTIR YANG BERGERAK
DALAM SEKTOR PERHUTANAN, PERKEBUNAN, PERTANIAN, DAN PERIKANAN,
ATAS PEMBELIAN BAHAN-BAHAN UNTUK KEPERLUAN INDUSTRI ATAU EKSPOR
MEREKA DARI PEDAGANG PENGUMPUL

• Badan usaha industri dan eksportir yang bergerak


dalam sektor perhutanan, perkebunan, pertanian,
dan perikanan ditunjuk sebagai Wapu Pasal 22 dari
pedagang pengumpul.
• Ka KPP menerbitkan Surat Keputusan Penunjukan
• Tarif sebesar 1,5 %dari harga pembelian tdk
termasuk PPN.
• KEP - 25/PJ/2003 0,5%
• PER - 23/PJ/2009  0,25%
NOMOR KEP - 32/PJ./1995
PENJUALAN HASIL PRODUKSI INDUSTRI OTOMOTIF DI
DALAM NEGERI

• Badan Usaha yang bidang industri otomotif


ditunjuk sebagai pemungut PPh Pasal 22 atas
penjualan semua jenis kendaraan bermotor
beroda dua atau lebih di dalam negeri.
• Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 22 yang
Wajib dipungut atas penjualan semua jenis
kendaraan bermotor dimaksud pada Pasal 1
adalah 0,45% dari dasar pengenaan pajak
(DPP) PPN.
Kep 529/PJ./2001
PPh Pasal 22 penyalur rokok
Tarif Pasal 22 yang wajib dipungut oleh industri
rokok pada saat penjualan rokok di 0,15% bersifat
final.

DI CABUT DENGAN

PER - 52/PJ/2008
PENYALUR/DISTRIBUTOR ROKOK
menggunakan tarif umum PPh Pasal 25
KEP - 401/PJ./2001
PAJAK PENGHASILAN PASAL 22
ATAS PENJUALAN HASIL PRODUKSI INDUSTRI SEMEN DI DALAM
NEGERI

Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 22 yang wajib


dipungut atas penjualan semua jenis semen
adalah sebesar 0,25% dari DPP PPN
NOMOR SE - 13/PJ/2009
PMK-253/PMK.03/2009
TENTANG
WAJIB PAJAK BADAN TERTENTU SEBAGAI PEMUNGUT PAJAK
PENGHASILAN DARI PEMBELI ATAS PENJUALAN BARANG YANG
TERGOLONG SANGAT MEWAH

Pemungut Pajak adalah Wajib Pajak Badan yang


melakukan penjualan barang yang tergolong
sangat mewah.
Barang yang tergolong sangat mewah
– pesawat udara pribadi > Rp 20.000.000.000,00;
– kapal pesiar dan sejenisnya > Rp 10.000.000.000,00 ;
– rumah beserta tanahnya dengan harga jual atau harga
pengalihannya > Rp10.000.000.000,00 dan luas
bangunan lebih dari 500 m2;
– apartemen, kondominium, dan sejenisnya dengan harga
jual atau pengalihannya > Rp10.000.000.000,00
dan/atau luas bangunan > 400 m2;
– kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang
kurang dari 10 orang berupa sedan, jeep, sport utility
vehicle (suv), multi purpose vehicle (mpv), minibus dan
sejenisnya dengan harga > Rp 5.000.000.000,00 dan
dengan kapasitas silinder > 3.000 cc.
• Dipungut pada saat melakukan penjualan
• Tarif 5% dari harga jual diluar PPN dan PPn BM
• PPh yang dipungut Kredit pajak pembeli.
• Disetor tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya
dengan menggunakan SSP.
• Dilaporkan dengan SPM ke KPP tempat
Pemungut Pajak terdaftar paling lama 20 hari
setelah Masa Pajak berakhir.
• Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam angka
1 sampai dengan angka 7 berlaku sejak tanggal
1 Januari 2009.
BUMN ABC adalah perusahaan Negara yang bergerak dibidang industri Alat
Berat. Memiliki Angka Pengenal Impor
Transaksi yang dilakukan Pada Bulan Maret 2014 adalah sebagai berikut:
4 Januari 2014 Impor Block Mesin dengan Rincian PIUD Invoice sebagai berikut:

Harga Mesin dan Sparepart FOB : USD 40.000,-


Insurance 1%, Freight USD 2.000
Bea Masuk 10%
Bea Masuk Tambahan 50%
Kurs KMK yang berlaku tanggal tsb : 1 USD = Rp. 11.200
Hitung PPh Pasal 22 Impor terutang:

Cost / FOB 40.000


Insurance (1%) 400
Freight 2.000
Total CIF 42.400 Kurs 11.200 = Rp 474.880.000
Bea Masuk (10%) Rp 47.488.000
Bea Masuk Tambahan (50%) Rp 237.440.000
Nilai Impor Rp 759.808.000

PPh Pasal 22 Impor : 2,50% x Rp 759.808.000 = Rp18.995.200


PT. TELAKU adalah ekportir makanan olahan dari
Bahan Singkong . Pada tanggal 3 Arpil 2014
membayar pembelian 30 Ton Singkong dari Kperasi
Petani Sido Makmur Seharga Rp. 30.000.000.
Berapa PPh Pasal 22 yang harus dipungut atas
pembelian Tersebut…..

= 0,25% X 30.000.000,- = Rp. 750.000,-


• Jasa yang dikenakan oleh
Objek : subjek pajak bukan wajib
• bunga pajak orang pribadi.
• Dividen • tidak bersifat final
• Royalti
• Sewa
• jenis-jenis jasa tertentu bukan OP

Wajib Pajak Pemotong PPh Pasal 23 :

• badan pemerintah
• subjek pajak badan dalam negeri,
• penyelenggara kegiatan,
• bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan LN
• OP sebagai WPDN dapat ditunjuk oleh Dirjen Pajak

Wajib Pajak Orang pribadi  surat penunjukan KPP untuk persewaan tanah dan bangunan
Wajib Pajak orang pribadi yang ditunjuk:
• Akuntan, Arsitek, Dokter, Notaris, PPAT kecuali PPAT Camat.
• Pengacara, dan Konsultan, yang melakukan pekerjaan bebas;
• Orang pribadi yang menjalankan usaha dan pembukuan;
Pasal 23 ayat (4) UU PPh

Pengecualian:
• penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank;
• Sewa guna usaha dengan hak opsi;
• dividen yang dikecualikan sebagai objek PPh (Pasal 4 ayat (3)
huruf f UU PPh)
• dividen yang diterima oleh orang pribadi yang telah dikenakan
PPh Final (Pasal 17 ayat (2c) UU PPh);
• bagian laba anggota dari perseroan komanditer yang modalnya
tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan,
firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak
investasi kolektif (Pasal 4 ayat (3) huruf I UU PPh);
• SHU koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada
anggotanya;
• penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha
atas jasa keuangan yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman
dan/atau pembiayaan yang diatur dengan PMK
Proses Bisnis Perbankan
Bank

Himpun Dana Menyalurkan Dana Jasa-jasa lain


Beli Dana Jual Dana
Masyarakat
Kelebihan
Dana
Masyarakat
Kekurangan
Bunga Bunga Dana Biaya-
simpanan Pinjaman biaya

Spread Based Fee


Based
Produk dan Jasa Perbankan
Produk bank dalam hal menyalurkan dana
secara umum dibagi menjadi:
– Kredit Investasi
– Kredit Modal Kerja
– Kredit Perdagangan
– Kredit Produktif
– Kredit Konsumtif
– Kredit Profesi
Produk dan Jasa Perbankan
Macam-macam Jasa Perbankan:
– Kiriman Uang (Transfer)
– Kliring (Clearing)
– Inkaso (Collection)
– Safe Deposit Box
– Bank Card
Produk dan Jasa Perbankan
Macam-macam Jasa Perbankan:
– Bank Note
– Traveller Cheque
– Letter Of Credit (L/C)
– Bank Garansi
– Menerima Setoran-Setoran
– Melakukan Pembayaran
• Dividen (Ps 4 ayat (1) huruf g UU PPh)
• Bunga (Ps 4 ayat (1) huruf f UU PPh )
• Royalty Ps 4 ayat (1) huruh h UU PPh
15% X bruto • Hadiah, penghargaan, bonus, dan
sejenisnya selain yang objek PPh Psl
21 ayat (1) huruf e

1. sewa dan penghasilan lain sehubungan dg


penggunaan harta, kecuali telah dikenaan
Psl 4 ayat (2), dan;
2. Imbalan sehubungan dengan:
• jasa tehnik,
• jasa manajemen,
• jasa konstruksi,
• jasa konsultan
• dan jasa lain (PMK 244)
WP non NPWP, tarif
100% Lebih Tinggi
PERMENKEU 244/PMK.03/2008
No Objek Tarif Dasar Sifat Batas waktu Batas waktu
Penghitungan penyetoran pelaporan
1. Dividen, Bunga, Royalti, Hadiah 15% Jumlah Bruto* 10 bln 20 bln
berikutnya berikutnya
2. Sewa dan penghasilan lain 2% Jumlah Bruto* 10 bln 20 bln
sehubungan dengan penggunaan berikutnya berikutnya
harta kecuali Sewa Tanah dan/atau
Bangunan

3. Imbalan Jasa Lain


1. Jasa Penilai (appraisal) 2% Jumlah Bruto* 10 bln 20 bln
berikutnya berikutnya

2. Jasa Aktuaris 2% Jumlah Bruto* 10 bln 20 bln


berikutnya berikutnya
3. Jasa Akuntansi,pembukuan dan 2% Jumlah Bruto* 10 bln 20 bln
atestasi laporan keuangan berikutnya berikutnya
4. Jasa Perancanag (design) 2% Jumlah Bruto* 10 bln 20 bln
berikutnya berikutnya
5. Jasa pengeboran (drilling) di 2% Jumlah Bruto* 10 bln 20 bln
bidang penambangan migas,kecuali berikutnya berikutnya
yg dilakukan BUT
6. Jasa penunjang di bidang 2% Jumlah Bruto* 10 bln 20 bln
penambangan Migas berikutnya berikutnya
7. Jasa penambangan dan jasa 2% Jumlah Bruto* 10 bln 20 bln
penunjang di bidang penambangan berikutnya berikutnya
selain migas
156
*tidak termasuk PPN
LANJUTAN
No Objek Tarif Dasar Sifat Batas waktu Batas waktu
Penghitungan penyetoran pelaporan
8. Jasa penunjang di bidang 2% Jumlah 10 bln 20 bln
penerbangan dan bandar udara Bruto* berikutnya berikutnya

9. Jasa penebangan hutan 2% Jumlah 10 bln 20 bln


Bruto* berikutnya berikutnya

10. Jasa pengelolaan limbah 2% Jumlah 10 bln 20 bln


Bruto* berikutnya berikutnya

11. Jasa penyediaan tenaga kerja 2% Jumlah 10 bln 20 bln


(outsourcing service) Bruto* berikutnya berikutnya

12. Jasa perantara atau keagenan 2% Jumlah 10 bln 20 bln


Bruto* berikutnya berikutnya

13. Jasa di bidang perdagangan surat- 2% Jumlah 10 bln 20 bln


surat berharga, kecuali yg di lakukan Bruto* berikutnya berikutnya
Bursa Efek, KSEI dan KPEI
14. Jasa kostodian/penyimpanan/penitipan, 2% Jumlah 10 bln 20 bln
kecuali yg dilakukan KSEI Bruto* berikutnya berikutnya

15. Jasa pengisian suara (dubbing dan/atau


sulih suara

*tidak termasuk PPN 157


LANJUTAN
No Objek Tarif Dasar Sifat Batas waktu Batas waktu
Penghitungan penyetoran pelaporan
16. Jasa mixing film 2% Jumlah 10 bln 20 bln
Bruto* berikutnya berikutnya

17. Jasa sehubungan dengan software 2% Jumlah 10 bln 20 bln


komputer, termasuk perawatan, Bruto* berikutnya berikutnya
pemeliharaan dan perbaikan
18. Jasa instalasi/pemasangan mesin, 2% Jumlah 10 bln 20 bln
peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, Bruto* berikutnya berikutnya
dan/atau TV Kabel, selain yg dilakukan
oleh Wajib Pajak yg ruang lingkupnya di
bidang konstruksi dan mempunyai
izin dan/atau sertifikat sbg pengusaha
konstruksi
19. Jasa perawatan/perbaikan 2% Jumlah 10 bln 20 bln
/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik Bruto* berikutnya berikutnya
telepon, air, gas, AC, dan/atau TV
Kabel, alat transportasi/kendaraan
dan/atau bangunan, selain yg dilakukan
Wajib Pajak yg ruang lingkupnya di
bidang konstruksi dan mempunyai
sertifikat sbg pengusaha konstruksi
20. Jasa maklon 2% Jumlah 10 bln 20 bln
Bruto* berikutnya berikutnya

21. Jasa penyelidikan dan keamanan 2% Jumlah 10 bln 20 bln


Bruto* berikutnya berikutnya

158
*tidak termasuk PPN
LANJUTAN

No Objek Tarif Dasar Sifat Batas waktu Batas waktu


Penghitungan penyetoran pelaporan
22. Jasa penyelenggara kegiatan 2% Jumlah 10 bln 20 bln
Bruto* berikutnya berikutnya

23. Jasa pengepakan 2% Jumlah 10 bln 20 bln


Bruto* berikutnya berikutnya

24. Jasa penyediaan tempat dan/atau 2% Jumlah 10 bln 20 bln


waktu dalam media masa, media luar Bruto* berikutnya berikutnya
ruang atau media lain untuk
penyampaian informasi
25. Jasa pembasmi hama 2% Jumlah 10 bln 20 bln
Bruto* berikutnya berikutnya

26. Jasa kebersihan atau cleaning service 2% Jumlah 10 bln 20 bln


Bruto* berikutnya berikutnya

27. Jasa katering atau tata boga 2% Jumlah 10 bln 20 bln


Bruto* berikutnya berikutnya

*tidak termasuk PPN

159
Dividen sebagai Objek pemotongan PPh Pasal 23
• Pembagian laba , secara langsung ataupun tidak langsung, dengan nama dan dalam
bentuk apapun;
• pembayaran kembali karena likuidasi yang melebihi jumlah modal yang disetor;
• pemberian saham bonus yang dilakukan tanpa penyetoran termasuk saham bonus
yang berasal dari kapitalisasi agio saham; (direvisi. PP94/2010)
• pembagian laba dalam bentuk saham;
• pencatatan tambahan modal yang dilakukan tanpa penyetoran;
• jumlah yang melebihi jumlah setoran sahamnya yang diterima atau diperoleh
pemegang saham karena buyback saham;
• pembayaran kembali seluruhnya atau sebagian dari modal yang disetorkan, jika
dalam tahun-tahun yang lampau diperoleh keuntungan, kecuali jika pembayaran
kembali itu adalah akibat dari pengecilan modal dasar (statuter) yang dilakukan
secara sah;
• pembayaran sehubungan dengan tanda-tanda laba, termasuk yang diterima sebagai
penebusan tanda-tanda laba tersebut;
• bagian laba sehubungan dengan pemilikan obligasi;
• bagian laba yang diterima oleh pemegang polis;
• pengeluaran perusahaan untuk keperluan pribadi pemegang saham yang
dibebankan sebagai biaya perusahaan
Bunga sebagai Objek pemotongan PPh Pasal 23

premium, diskonto dan imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian


utang. Premium terjadi apabila misalnya surat obligasi dijual di atas nilai
nominalnya sedangkan diskonto terjadi apabila surat obligasi dibeli di bawah
nilai nominalnya. Premium tersebut merupakan penghasilan bagi yang
menerbitkan obligasi dan diskonto merupakan penghasilan bagi yang membeli
obligasi.

Kecuali telah termasuk dalam Pengenaan PAsal 4 ayat (2) UU PPh


Royalty sebagai Objek pemotongan PPh Pasal 23
• Royalti adalah imbalan atas pemakaian suatu hak. Hak merupakan
harta tidak berwujud
• tersebutdibayarkan baik secara berkala maupun tidak

meliputi imbalan atas :


• hak cipta dibidang kesusasteraan, kesenian atau karya ilmiah, paten, disain
atau model, rencana, formula atau proses rahasia, merek dagang, atau bentuk
hak kekayaan intelektual/industrial atau hak serupa lainnya.
• peralatan/perlengkapan industrial, komersial atau ilmiah.
• Pemberian pengetahuan atau informasi di bidang ilmiah, teknikal, industrial
atau komersial.
• Pemberian bantuan tambahan atau pelengkap
• Penggunaan atau hak menggunakan film gambar hidup (motion picture film),
film atau pita video untuk siaran televisi, atau pita suara untuk siaran radio;
• Pelepasan seluruhnya atau sebagian hak yang berkenaan dengan penggunaan
atau pemberian hak kekayaan intelektual /industrial atau hak-hak lainnya
SE-35/PJ/2010
Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta adalah
• kesepakatan untuk memberikan hak menggunakan harta
• selama jangka waktu tertentu baik
• perjanjian tertulis maupun tidak tertulis
• hanya dapat digunakan oleh penerima hak

Jasa teknik adalah pemberian informasi tentang pengalaman bidang industri,


perdagangan dan ilmu pengetahuan yang dapat meliputi:
• pemberian informasi dalam pelaksanaan suatu proyek tertentu, seperti pemetaan
dan/atau pencarian dengan bantuan gelombang seismik;
• pemberian informasi dalam pembuatan suatu jenis produk tertentu, seperti
pemberian informasi dalam bentuk gambar-gambar, petunjuk produksi, perhitungan-
perhitungan dan sebagainya; atau
• pemberian informasi yang berkaitan dengan pengalaman di bidang manajemen,
seperti pemberian informasi melalui pelatihan atau seminar dengan peserta dan
materi yang telah ditentukan oleh pengguna jasa.
Jasa manajemen adalah pemberian jasa dengan ikut serta secara langsung dalam
pelaksanaan atau pengelolaan manajemen.

Jasa konsultan adalah pemberian advice (petunjuk, pertimbangan, atau nasihat)


profesional dalam suatu bidang usaha, kegiatan, atau pekerjaan yang dilakukan oleh
tenaga ahli atau perkumpulan tenaga ahli, yang tidak disertai dengan keterlibatan
langsung para tenaga ahli tersebut dalam pelaksanaannya.
Saat Terutangnya PPh Pasal 23
• saat dibayarkan
• disediakan untuk dibayarkan
• telah jatuh tempo pembayarannya
tergantung peristiwa yang terjadi terlebih dahulu.

Pasal 15 ayat (3) PP 94 Tahun 2010 :


pemotongan PPh Pasal 23, dilakukan pada akhir bulan:
• dibayarkannya penghasilan;
• disediakan untuk dibayarkannya penghasilan; atau
• jatuh temponya pembayaran penghasilan yang bersangkutan,
tergantung peristiwa yang terjadi terlebih dahulu.

Saat terutangnya PPh Pasal 23 adalah


• pada saat pembayaran,
• saat disediakan untuk dibayarkan (seperti: dividen) dan
• jatuh tempo (seperti: bunga dan sewa),
• saat yang ditentukan dalam kontrak atau perjanjian atau faktur (seperti:
royalti, imbalan jasa teknik atau jasa manajemen atau jasa lainnya).
saat disediakan untuk dibayarkan pembagian dividen

perusahaan yang tidak go public,


saat dibukukan sebagai utang dividen yang akan dibayarkan,
saat pembagian dividen diumumkan atau ditentukan RUPS
Demikian pula apabila membagikan dividen sementara (dividen interim), maka PPh
Pasal 23 terutang pada saat diumumkan atau ditentukan dalam Rapat Direksi atau
pemegang saham sesuai dengan Anggaran Dasar perseroan yang bersangkutan.

perusahaan yang go public,


adalah pada tanggal penentuan kepemilikan pemegang saham yang berhak atas
dividen (recording date). Pemotongan PPh Pasal 23 baru dapat dilakukan setelah para
pemegang saham yang berhak "menerima atau memperoleh" dividen tersebut
diketahui.

Dalam hal pembayaran bunga atau sewa


saat terutang adalah saat jatuh tempo pembayaran
• Yaitu saat kewajiban untuk melakukan pembayaran , didasarkan kesepakatan tertulis
maupun tidak tertulis dalam kontrak atau perjanjian atau faktur.
• pemotongan PPh Pasal 23 dilakukan pada tahun pajak yang berbeda dengan tahun
pajak pengakuan penghasilan, maka atas dapat dikreditkan pada tahun pajak
dilakukan pemotongan.
Saat Disediakan Untuk Dibayarkan : Pembagian Dividen
Perusahaan yang tidak go public
• saat dibukukan sebagai utang dividen yang akan dibayarkan
• saat pembagian dividen diumumkan
• Saat ditentukan dalam RUPS Tahunan
• dividen sementara (dividen interim) pada saat diumumkan atau
ditentukan dalam Rapat Direksi atau pemegang saham sesuai dengan
Anggaran Dasar perseroan yang bersangkutan.

Perusahaan ‘go public”


pada tanggal penentuan kepemilikan pemegang saham yang berhak atas
dividen (recording date).
pemotongan PPh Pasal 23 baru dapat dilakukan setelah para pemegang
saham yang berhak "menerima atau memperoleh" dividen tersebut
diketahui
pembayaran bunga atau sewa
saat terutang adalah "saat jatuh tempo pembayaran".
adalah saat kewajiban untuk melakukan pembayaran yang didasarkan atas
kesepakatan, tertulis maupun tidak tertulis
Dalam hal pemotongan PPh Pasal 23 dilakukan pada tahun pajak yang berbeda
dengan tahun pajak pengakuan penghasilan, maka atas Pajak Penghasilan yang
telah dipotong tersebut dapat dikreditkan pada tahun pajak dilakukan
pemotongan.
Cum = hari terakhir bursa di mana pemegang saham masih memiliki hak atas
kepemilikan saham.
Ex = satu hari kerja bursa setelah Cum dan merupakan hari pertama di mana hak atas
kepemilikan saham sudah kadaluwarsa.
PT. Benmirah berusaha pada bidang persewaan peratana rapat dan
konferensi berupa berupa slide projector, laptop, mesin photocopy
portable dan sound system.
Transaksi pada bulan Maret 2014 adalah sebagai berikut:
• 3 Maret menyewakan kepada Dinas Pekerjaan Umum Propinsi XX
Seharga Rp. 30.000.000 ecl. PPN
• 5 Maret : Menyewakan peralatan kepada Bank BCL cab. Kota XX
seharga 15.000.000
• 10 Maret : Membayar sewa dari PT. ABC, 5 unit mesin Photocopy Rp.
5.000.000 untuk menutupi kekurangan peralatan pada acara bulan
Februari.

Hitunglah PPh yang terutang atas transaksi di atas, dan tentukan


pemotong pajaknya.
Pasal 26
PPh Wajib Pajak Luar Negeri

SP WP
DN
penghasilan LN

dividen hadiah dan penghargaan;

bunga, termasuk premium, diskonto, pensiun dan pembayaran


dan imbalan sehubungan dengan berkala lainnya.
jaminan pengembalian utang
premi swap dan transaksi
royalti, sewa, dan penghasilan lain lindung nilai lainnya
sehubungan dengan penggunaan harta
keuntungan karena
imbalan sehubungan dengan jasa, pembebasan utang
pekerjaan, dan kegiatan
WP LN Pasal
Sendiri
25/29
Income
tax
With
holding
Pasal 26
Wajib Potong :
• badan pemerintah
• subjek pajak dalam negeri
• penyelenggara kegiatan
• bentuk usaha tetap
• perwakilan perusahaan LN

WP LN
pembayaran

tarif 20% dari jumlah bruto


Jenis-jenis penghasilan yang wajib dilakukan pemotongan :
• bersumber dari modal dalam bentuk dividen, bunga
termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang, royalti, dan sewa serta penghasilan
lain sehubungan dengan penggunaan harta;
• imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, atau kegiatan;
• hadiah dan penghargaan dengan nama dan dalam bentuk
apa pun;
• pensiun dan pembayaran berkala lainnya;
• premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya; dan
• keuntungan karena pembebasan utang
subjek pajak dalam negeri membayarkan royalti sebesar Rp100.000.000,00
kepada WP LN

subjek pajak DN berkewajiban untuk memotong PPh sebesar 20% dari


Rp100.000.000,00.

Subjek Pajak vs. WP

seorang atlet dari luar negeri yang ikut mengambil bagian dalam
perlombaan lari maraton di Indonesia, dan kemudian merebut hadiah
uang maka atas hadiah tersebut dikenai pemotongan Pajak Penghasilan
sebesar 20% (dua puluh persen).
Negara domisili dari WPLN selain yang
BUT yang menerima penghasilan dari
Indonesia ditentukan oleh tempat tinggal
NEGARA DOMISILI atau tempat kedudukan yang sebenarnya
NEGARA DOMISILI
menerima manfaat dari penghasilan
tersebut (beneficial owner).
WP negara domisili tidak hanya ditentukan
LN berdasarkan Surat Keterangan Domisili,
tetapi juga tempat tinggal atau tempat
kedudukan dari penerima manfaat dari
penghasilan.
Dalam hal penerima manfaat adalah
orang pribadi, negara domisilinya adalah
negara tempat orang pribadi tersebut
negara tempat tinggal atau tempat bertempat tinggal atau berada,
kedudukan Wajib Pajak luar negeri yang sedangkan bila penerima manfaat adalah
sebenarnya menerima manfaat dari badan maka negara domisilinya adalah
penghasilan tersebut (beneficial negara tempat pemilik atau lebih dari
owner). 50% (lima puluh persen) pemegang
saham baik sendiri-sendiri, maupun
bersama¬sama berkedudukan atau
efektif manajemennya berada.
CERTIFICATE OF DOMICILE
SE Dirjen Pajak Nomor SE-03/PJ.101/1996 tanggal 29-03-
1996 tentang Penerapan P3B:
• Surat Keterangan Domisili (SKD) wajib diserahkan oleh WPLN
untuk memperoleh manfaat P3B;
• SKD diterbitkan oleh Competent Authority atau wakilnya yang
sah di negara mitra P3B Indonesia;
• Bentuk SKD sesuai dengan kelaziman di negara tempat WPLN
berkedudukan
• Isi SKD sekurang-kurangnya menyatakan:
– Wajib Pajak luar negeri ybs. benar berkedudukan di
negara tersebut,
– disertai tanggal dan tandatangan pejabat yang
menerbitkan SKD.
• SKD berlaku selama 1 (satu) tahun sejak tanggal diterbitkan,
kecuali untuk WP bank. Bagi WP bank, SKD berlaku selama
bank tersebut tetap mempunyai alamat yang sama dengan
alamat yang tercantum dalam SKD.
179
Atas penghasilan dari penjualan atau pengalihan harta di Indonesia, kecuali
yang FINAL, yang diterima atau diperoleh WPLN selain BUT di Indonesia, dan
premi asuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar negeri,
dipotong pajak 20% (dua puluh persen) dari perkiraan penghasilan neto

NOMOR 82/PMK.03/2009

Terhadap Wajib Pajak Luar Negeri yang berkedudukan di negara-negara yang telah
mempunyai Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) dengan Indonesia,
pemotongan pajak hanya dilakukan apabila berdasarkan P3B yang berlaku, hak
pemajakannya ada pada pihak Indonesia.

Besarnya perkiraan penghasilan neto adalah 25 % (dua puluh lima persen)


dari harga jual. (Min Rp10.000.000,00 )
Penjualan atau pengalihan harta berupa perhiasan mewah, berlian, emas,
intan, jam tangan mewah, barang antik, lukisan, mobil, motor, kapal pesiar,
dan/atau pesawat terbang ringan.

dipotong PPh Ps 26 oleh pembeli yang ditunjuk sebagai pemotong pajak


dan diberikan bukti pemotongan PPh Pasal 26.
Atas penghasilan dari penjualan atau pengalihan saham dipotong pajak
sebesar 20% (dua puluh persen) dari perkiraan penghasilan neto.

Penjualan atau pengalihan saham perusahaan antara (conduit company atau


Special Purpose Company) yang didirikan atau bertempat kedudukan di
negara yang memberikan perlindungan pajak (Tax Haven Country) yang
mempunyai hubungan istimewa dengan badan yang didirikan atau bertempat
kedudukan di Indonesia atau bentuk usaha tetap di Indonesia dapat
ditetapkan sebagai penjualan atau pengalihan saham badan yang didirikan
atau bertempat kedudukan di Indonesia atau bentuk usaha tetap di
Indonesia.
Conduit company
Mengakses Manfaat P3B dengan “Conduit Companies”

Negara A
Tidak memiliki P3B dengan
Negara B
Negara C Memiliki P3B dengan Negara C

2
StepCo.

ABC Co.
(Perusahaan Terbuka)
Negara C
• Tarif pemotongan pajak: 20%
• 10% bila diterapkan P3B C-B
OPSI 1. Investasi Langsung
OPSI 2. Investasi melalui StepCo. Di negara B.

© Subdit PKPI, 2008


184 Direktorat Jenderal Pajak
258/PMK.03/2008
PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 26 ATAS PENGHASILAN DARI
PENJUALAN ATAU PENGALIHAN SAHAM SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM PASAL
18 AYAT (3c) UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN YANG DITERIMA ATAU
DIPEROLEH WAJIB PAJAK LUAR NEGERI

Penjualan atau pengalihan saham perusahaan antara (special


purpose company atau conduit company), dapat ditetapkan
sebagai penjualan atau pengalihan saham badan yang didirikan
atau bertempat kedudukan di Indonesia, atau penjualan atau
pengalihan bentuk usaha tetap di Indonesia.

Perusahaan antara (special purpose company/conduit company)


bertujuan untuk penjualan/ pengalihan saham perusahaan yang
didirikan atau bertempat kedudukan di Tax heaven Country yang
mempunyai hubungan istimewa dengan badan yang didirikan atau
bertempat kedudukan di Indonesia atau BUT di Indonesia.
• Atas penghasilan dari penjualan atau pengalihan saham
dipotong PPh sebesar 20% dari perkiraan penghasilan neto.
• penghasilan neto adalah 25% (dua puluh lima persen) dari
harga jual.
• Pajak Penghasilan adalah bersifat final.
• Terhadap penjual yang berstatus sebagai WPLN yang
merupakan penduduk dari Negara yang telah mempunyai
P3B dengan Indonesia, pemotongan pajak hanya dilakukan
apabila hak pemajakan berdasarkan P3B berada pada pihak
Indonesia.
PhKP sesudah dikurangi pajak dari BUT di Indonesia dikenai
pajak sebesar 20%
kecuali penghasilan tersebut ditanamkan kembali di Indonesia

257/PMK.03/2008
PERLAKUAN PERPAJAKAN ATAS PENGHASILAN KENA PAJAK
SESUDAH DIKURANGI PAJAK DARI SUATU BUT

penanaman kembali dilakukan atas seluruh PhKP -/- PPh BUT.


• penyertaan modal pada perusahaan yang baru didirikan
dan berkedudukan di Indonesia sebagai pendiri atau
peserta pendiri;
• perusahaan baru yang didirikan dan berkedudukan di
Indonesia, harus secara aktif melakukan kegiatan usaha
sesuai dengan akte pendiriannya, paling lama 1 (satu)
tahun sejak perusahaan tersebut didirikan;
• penanaman kembali dilakukan dalam tahun pajak
berjalan atau paling lama tahun pajak berikutnya dari
tahun pajak diterima atau diperolehnya penghasilan
tersebut; dan
• tidak melakukan pengalihan atas penanaman kembali
tersebut paling singkat dalam jangka waktu 2 (dua)
tahun sesudah perusahaan baru tersebut telah
berproduksi komersial
PhKP BUT di Indonesia tahun 2009 Rp 17.500.000.000,00
Pajak Penghasilan:
28% x Rp17.500.000.000,00 = Rp 4.900.000.000,00
PhKP setelah PPh Rp 12.600.000.000,00
Pajak Penghasilan Pasal 26 yang terutang
20% X Rp12.600.000.000 = Rp 2.520.000.000,00

Namun apabila penghasilan setelah pajak sebesar Rp12.600.000.000,00


tersebut ditanamkan kembali di Indonesia maka atas penghasilan
tersebut tidak dipotong pajak
bersifat final, kecuali:
Penghasilan yang diterima atau diperoleh kantor pusat, sepanjang terdapat
hubungan efektif antara BUT dengan harta atau kegiatan yang memberikan
penghasilan dimaksud

pemotongan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi


atau badan luar negeri yang berubah status menjadi Wajib Pajak dalam
negeri atau bentuk usaha tetap

Saat terutang pajak adalah pada saat pembayaran atau jatuh


tempo
X
X JUM PENGHASI
PENGHASI
OBYEK PEMOTONGAN LAH LAN SIFAT
LAN
BRUTO NETTO
NETTO
Dividen 20 % Final
bunga, termasuk premium, 20 % Final
diskonto, dan imbalan sehubungan
dg jaminan pengembalian utang
Royalti 20 % Final
Sewa 20 % Final
Penghasilan lain sehubungan dg 20 % Final
penggunaan harta
Imbalan sehubungan dengan jasa, 20 % Final
pekerjaan, dan kegiatan
Hadiah dan penghargaan dengan 20 % Final
nama dan dalam bentuk apa pun
Pensiun dan pembayaran berkala 20 % Final
lainnya.
Atas penghasilan dari penjualan 20 % Final
harta di , kecuali yang diatur dalam
Pasal 4 ayat (2),
X
X JUM PENGHASI
PENGHASI
OBYEK PEMOTONGAN LAH LAN SIFAT
LAN
BRUTO NETTO
NETTO
Premi asuransi dan premi reasuransi 20 % Diatur dalam Final
yang dibayarkan langsung maupun KMK :
melalui pialang kepada perusahaan 624/KMK.04
asuransi di luar negeri /1994
Penghasilan Kena Pajak sesudah 20 % Final
dikurangi pajak dari suatu bentuk usaha
(BUT) tetap di kecuali ditanamkan
kembali di (diatur oleh KMK
602/KMK.04/1994)
Dalam hal terdapat Perjanjian Lihat Tax Lihat Tax
Penghindaran Pajak Berganda (P3B), Treaty Treaty Rate
Tarif berdasarkan P3B antara dengan Rate
negara domisili penerima hasil yang
dipergunakan
Penghasilan yang dapat
dikenakan pajak bersifat
final
Pertimbangan antara lain:
final  Dorongan investasi & tabungan masyarakat;
 kesederhanaan dalam pemungutan pajak;
 beban administrasi bagi WP maupun DJP;
 pemerataan dalam pengenaan pajaknya; dan
 perkembangan ekonomi dan moneter,

Ps. 4(2) Ciri-Ciri PPh Final :


Ps 15
• Penghasilan tidak digabungkan dengan yang
Ps 19(1)
Ps. 21(1) dikenakan tarif umum
Ps. 22 • Pajak yang dibayar/dipotong/dipungut tidak
dapat dikreditkan
• Biaya terkait 3M tidak dapat dikurangkan dalam
menghitung penghasilan netto
Lihat form • Tarif tetap/sepadan kecuali pesangon progresif
spt • Dapat self assessment/withholding
No Perihal Tarif Keterangan Dasar Hukum

1. Bunga Deposi-to/Tabungan 20% Jumlah bruto bagi Wajib Pajak Psal 4 ayat (2)
Dan Diskonto Sertifikat Bank 20% Dalam Negeri P.P No.131 /2000
Indonesia (SBI) Jumlah bruto bagi W.P. Luar 51/KMK..04/
negeri atau tarif berdasarkan 01Kep.217 /PJ./
perjanjian penghindaran pajak 01
berganda yang berlaku (P3B)
2 Hadiah Undian 25% Jumlah bruto nilai hadiah yang Psal 4 ayat (2)
dibayarkan atau nilai pasar PP No 132 / 2000
hadiah berupa natura atau KEP-395/PJ./ 2001,
kenikmatan. TGL 13-06-2001
3. Bunga Simpanan Anggota 0% s/d Rp.240.000,00 per bulan Psal 4 ayat (2)
Koperasi 10 % Lebih dari Rp.240.000,00 per PP No.15 /2009
bulan
4 Bunga Obligasi 15% jumlah bruto bunga bagi WP DN Psal 4 ayat (2)
20% Bagi WP LN /ariff P3B, PP No.16 TH.
2009,9-2-09
4 Diskonto Obligasi 15% dari selisih lebih harga jual atau Psal 4 ayat (2)
nilai nominal dengan harga PP No.16 TH.
perolehan Obligasi, tidak termasuk 2009,9-2-09
bunga berjalan;
20% bagi WP DN
bagi Wajib Pajak luar negeri atau
P3B
5 bunga dan/atau diskonto dari 0% tahun 2009 s.d. 2010 Psal 4 ayat (2)
Obligasi bagi WP reksadana 5% tahun 2011 s.d. 2013; PP No.16 TH.
yang terdaftar pada Bapepam 15% tahun 2014 dan dstr 2009,9-2-09
LK
N Perihal Tarif Keterangan Dasar Hukum

o
5 Penjualan Saham Pendiri dan bukan 0,1% Jumlah bruto nilai transaksi Psal 4 ayat (2)
Pendiri di Bursa Efek PPNo.41/1994
0,5% Tambahan PPh bagi pemilik saham PPNo.14/1997
pendiri, dari nilai saham pada saat 282/KMK.04/1997
penawaran umum perdana SE-06/PJ.4/-1997

6 Penyalur/ Dealer/Agen 0,3% Penjualan SPBU Swasta Pasal 22


Produk Pertamina Dan Premix 0,25% Penjualan SPBU Pertamina 254;392/;236/KM
0,3% Penjualan minyak Tanah .03/03;154/P
0,3% Penjualan Gas LPG/Pelumas MK.03/07,08/PMK.03
/08,210/PMK.03/08.

7. Penghasilan dari Penga lihan Hak 5% bruto nilai penjualan/pengalihan tanah Psal 4 ayat (2)
Atas Tanah dan/Atau Bangunan dan/atau bangunan . PP71/08,
( Sejak 1 Jan 2009,baik OP maupun 1% Rumah susun dan rumah susun 243/PMK.33/2008;
Badan ) sederhana (243/PMK.33/2008) PERDJP. 30/PJ./2009

8. Penghasilan yang diteri 10% Jumlah bruto nilai persewaan Psal 4 ayat (2)
ma atau diperoleh dari Persewaan tanah dan/atau bangunan baik yang PP.29/1996
Tanah dan /atau Bangunan diterima /diperoleh W P Orang Pribadi PP no.5 Tahun 2002
maupun WP Badan 120/KMK.03/ 2002
KEP-227/PJ/ 2002
9 Usaha Jasa Kontruksi bersertifikat 2% Pelaksanan kontruksi kualifikasi kecil Psal 4 ayat (2)
kualifikasi kecil dan nilai pengadaan 4% Pelaksanan kontruksi kualifikasi non PP 140/2000 jo 51
<1M kecil /2008, revisi dg
3% Pelaksanan kontruksi selain diatas . PP 40 / 2009 PP 100-
4% Perencanaan / pengawasan yg 2013
berkualifikasi
6% Perencanaan atau pengawasan non
kualifikasi
100 TAHUN 2013
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG
PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI
a. bunga dari Obligasi dengan kupon sebesar:
1) 15% bagi WPDN dan BUT; dan
2) 20% atau P3B WPLN;

b. diskonto dari Obligasi dengan kupon sebesar:


1) 15% WPDN & BUT dan
2) 20% / P3B bagi WPLN non BUT , (DPP= selisih lebih harga jual atau nilai
nominal di atas harga perolehan Obligasi, tidak termasuk bunga berjalan);

c. diskonto dari Obligasi tanpa bunga sebesar:


1) 15% bagi WPDN dan BUT; dan
2) 20% atau P3B bagi WPLN Non BUT, (= harga jual atau nilai nominal -harga
perolehan Obligasi); dan

d. bunga dan/atau diskonto dari obligasi yang diterima WP reksadana yang


terdaftar pada OJK :
1) Dihapus;
2) 5% untuk tahun 2014 s.d. 2020;
3) 10% untuk tahun 2021 dst
N Perihal Tarif Keterangan Dasar
o Hukum
10 Uang pesangon, yang dibayarkan 0% Ph bruto s.d Rp. 50 juta Psal 4 ayat (2)
sekaligus 5% Rp.50 juta s.d. Rp.100 juta PP No. 68/ 2009;
15% Rp.100 juta s.d Rp.500 juta
25% diatas Rp.500 juta

Uang manfaat pensiun; 0% s.d Rp. 50 juta Psal 4 ayat (2)


Tunjangan hari tua atau Jaminan 5% Penghasilan bruto diatas PP No. 68/ 2009;
Hari Tua yang dibayarkan sekaligus Rp.50 juta

11 Penghasilan Wajib 1,2% Peredaran bruto Pasal 15.


Pajak yang bergerak dibidang usaha (Norma Khusus) 416/KMK.04/ 1996
pelayaran dalam negeri.

12 Penghasilan Wjib Pajak yang 2,64% Peredaran bruto Pasal 15.


bergerak di bidang usaha pelayaran (Norma Khusus) 417/KMK.04/ 1996
atau
penerbangan luar negeri

13 Penghasilan WP luar negeri yang 0,44% Nilai ekspor bruto Pasal 15.
mempunyai kantor perwakilan (Norma Khusus) 634/KMK.04/
dagang di Indonesia 1994;Kep-667/PJ.
/2001
14 Honorarium /imbalan atas beban 15% Penghasilan bruto Pasl 21 ay (1)
APBN/APBD yang diterima Pejabat 252/PMK.03 /08 PP 45 tahun 1994
Negara,PNS,angg. TNI , POLRI dan PER 31/PJ/2009,PER 57/PJ /2009 Kep-545/ PJ./
pensiunan. Akan diatur dengan permen keu ter 2000;Per-15 / PJ./ 06
sendiri
15 Nilai bangunan yang diterima dalam 5% Nilai penyerahan bangunan Pasal 15.
rangka 248/KMK.04 /
Bangun Guna Serah sehub. dgn 1995
berakhirnya masa perjanjian SE-38/PJ.4 / 1995
Hadiah Undian

Dasar 42 TAHUN 1994 132 TAHUN 2000


Hukum

Objek hadiah undian hadiah undian


Tarif 20% 25%
WAPU Penyelenggara undian Penyelenggara undian
Bunga simpanan anggota koperasi
PP No. 15 TAHUN 2009

• Tarif : 0% < 240.000,00 per bulan


• 10% > Rp 240.000,00 per bulan.
• WAPU Koperasi yang melakukan pembayaran
bunga
Bunga obligasi
PP no. 16 th 2009
• Obligasi surat utang; SUN> 12 bulan
• Bunga Obligasi imbalan u/pemegang Obligasi dlm bentuk
bunga dan/atau diskonto.
• PPh dikenakan Final
tarif DPP objek
15% Bruto Bunga WP DN dan BUT
20% Bruto Bunga WP LN/P3B
15% Bruto Diskonto WP DN dan BUT
20% Bruto Diskonto WP LN/P3B
0% Bruto bunga dan diskonto WP reksadana di BAPEPAM-LK s.d. th.2010

5% Bruto bunga dan diskonto WP reksadana di BAPEPAM-LK 2011 s.d.


th.2013
15% Bruto bunga dan diskonto WP reksadana di BAPEPAM-LK mulai
th.2014
Penjualan saham di bursa efek
PP 41/1994 jo. PP 14/1997

• transaksi penjualan saham 0,1% X jumlah bruto


• Pemilik saham pendiri + 0,5% nilai saham perusahaan pada
saat penutupan bursa diakhir tahun 1996.
• setelah 1 Januari 1997, maka nilai saham ditetapkan sebesar
harga saham pada saat penawaran umum perdana."
• Pemilik saham pendiri dapat menggunakan PPh Ps 17
• “pendiri” = orang pribadi /badan dalam Daftar Pemegang
Saham PT atau tercantum AD PT sebelum initial public
offering(IPO) termasuk agio dan pecahan saat IPO.
Jasa konstruksi
SE - 53/PJ/2009 – 250509
“yang dikenakan final tidak termasuk PPh Pasal 23”

PP 51/2008 :
• 2% Pelaksanaan oleh Penyedia Jasa kualifikasi usaha
kecil.
• 4% Pelaksanaan Konstruksi oleh non kualifikasi usaha;
• 3% Pelaksanaan Konstruksi kualifikasi menengah dan
besar.
• 4% Perencanaan atau Pengawasan Konstruksi yang
dilakukan oleh Penyedia Jasa yang berkualifikasi usaha.
• 6% (enam persen) untuk Perencanaan atau Pengawasan
oleh Penyedia Jasa non kualifikasi usaha.
SE - 16/PJ.43/1998
PPh Pasal 22 Migas
BKP SPBU PERTAMINA
swasta
Premium 0,3% 0,25%
Solar 0,3% 0,25%
Premix / 0,3% 0,25%
super TT
Minah 0,3%

Pelumas 0,3%

• Dipungut saat penerbitan SPPB ("delivery order").

• PPh disetor oleh pembeli atau penerima penyerahan


barang ke bank.
PPh final penyerahan tanah dan
bangunan
• PP 3/1994 : 3% tidak final
• PP 48/1994
• Objek : penjualan, tukar-menukar, perjanjian
pemindahan hak, pelepasan hak,
penyerahan hak, lelang, hibah, atau cara
lain baik dengan maupun bukan dengan
pemerintah;
• Tarif 5% X bruto ( NJOP atau harga akte)
• Sebelum akta dibuat oleh Notaris, PPAT, Camat, Pejabat Lelang.
• Dengan Pemerintah WAPU : Bendaharawan
• Dibebaskan jika : OP harga s.d. Rp. 60.000.000 / untuk kepentingan
umum persyaratan khusus/ hibah keluarga/ warisan
• OP final ; Badan : angsuran tahun berjalan
PPh final penyerahan tanah dan
bangunan
PP no. 27 Tahun 1996
• WP OP bebas jika di bawah PTKP, jika tidak, wajib setor sendiri 5%
final sebelum akhir th pajak
• Badan 2% RSS, Rusun sdhn, dan 5% u/lainnya; dlm rangka usaha
dan pekerjaannya dan tidak final.
PP No. 79 Tahun 1999
• Semuanya jadi 5%
• OP Final, Badan angsuran
PP No. 71 Tahun 2008
• OP 5% , Badan 5% perumahan biasa dan 1% perumahan sederhana.
• Tidak harus dalam usaha dan pekerjaannya
• Semuanya Final

Anda mungkin juga menyukai