Anda di halaman 1dari 33

PENGERTIAN KOREKSI FISKAL

(Rekonsiliasi Fiskal)

Rekonsiliasi fiskal (Koreksi Fiskal) adalah


kertas kerja yang berisi penyesuaian antara
laba/rugi sebelum pajak menurut
komersial/ pembukuan dengan laba/rugi
menurut SPT Tahunan
Pengertian - Pengertian
• Laba bersih komersial : laba yang dihitung sesuai prosedur
pembukuan yg wajar sesuai Standar Akuntansi Keuangan
(SAK)
• Laba bersih fiskal : laba bersih komersial yang telah
disesuaikan atau dikoreksi secara fiskal/sesuai ketentuan
perpajakan sebagai dasar pengenaan pajak disebut
Penghasilan Kena Pajak.
• Koreksi Fiskal : Koreksi atas laba bersih komersial menjadi
penghasilan kena pajak
• Jadi untuk mendapatkan penghasilan kena pajak laba
komersial tersebut harus dilakukan koreksi fiskal.
Kerangka Perbedaan

Undang-
PSAK
Undang

Akuntansi Pajak

Perbedaan

Permanen Temporer
Penelitian: Pajak Tangguhan:
Book Tax Gap  Aktiva/ Utang
Effective Tax  Beban/
Rate Pendapatan
L/K Komersial & Fiskal

Keterangan L/K Komersial L/K Fiskal

Tujuan - Menghitung laba bersih - Menghitung


- Mengukur kinerja besarnya pajak
- Mengukur keadaan posisi terutang
- Mengukur keadaan kekayaan - Laporannya untuk
-Laporannya untuk pihak ketiga pihak fiskus
dan manajemen

- Pengambilan keputusan yang Sanksi dibidang


Akibat tidak tepat oleh manajemen perpajakan:
penyimpangan - Opini yang buruk terhadap - Sanksi admnistrasi
laporan keuangan yang berupa denda, bunga
berhubungan langsung dengan atau kenaikan
kreditur, investur, pemilik - Sanksi Pidana berupa
perusahaan kurungan atau penjara
L/K Komersial & Fiskal

Keterangan L/K Komersial L/K Fiskal

Dasar Penyusunan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) SAK disesuaikan dg UU Pajak


berlaku
1. Dasar Akrual
Konsep 2. Mempertemukan beban dg 1. Dasar Akrual Stelsel
pendapatan yang paling tepat 2. Mempertemukan antara
3. Konservative, yaitu konsep hati-hati; biaya untuk mendapat,
mungkin rugi yang dapat ditaksir menagih dan memelihara
sudah diakui sebagai kerugian, penghasilan dengan
dengan membentuk penyisihan penghasilan yang merupakan
(cadangan) pada akhir tahun atau objek PPh
dengan membuat adjustment 3. Konservative tidak
4. Materialitas digunakan oleh Auditor digunakan
untuk menyatakan wajar/tidak wajar 4. Materialitas digunakan oleh
dalam penilaian LK Komersial Auditor untuk menyatakan
wajar/ tidak wajar dalam
penilaian LK komersial tidak
digunakan
PENYEBAB TERJADINYA
Rekonsiliasi Fiskal

1. Adanya perbedaan antara SAK dengan peraturan


perpajakan (beda konsep, beda pengukuran, dan
beda metode pengalokasian/saat pengakuan
biaya)
2. Adanya penghasilan tertentu yang bukan
merupakan objek pajak, atau telah dikenakan PPh
bersifat final.
3. Adanya kompensasi kerugian fiskal
4. Adanya harga yang tidak wajar karena hubungan
istimewa
Koreksi Fiskal
Terdiri dari :
1. Koreksi karena perbedaan waktu
Beda Waktu merupakan perbedaan metode perhitungan
pendapatan dan/atau biaya tiap tahun atau tahun buku yang
digunakan antara komersial dengan fiskal.
 
Dengan demikian total biaya atau pendapatan menurut komersial
dan fiskal adalah sama besar, yang berbeda adalah lamanya waktu
pengalokasian pendapatan dan atau biaya tersebut.
 
Contoh :
Biaya Penyusutan atau amortisasi
Penilaian persediaan
Koreksi Fiskal
2. Koreksi karena perbedaan tetap
Timbul karena adanya perbedaan pengakuan pendapatan antara komersial dan fiskal.
 
Koreksi beda tetap terdiri dari:
a. Beda tetap atas penghasilan yang bukan objek PPh. Seperti bantuan, sumbangan, harta
hibahan yang diterima sepanjang tidak ada hubungan usaha dengan pekerjaan,
kepemilikan atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan dan dari
pemerintah.
b. Beda tetap murni, yaitu: Biaya yang dipergunakan untuk mendapatkan, menagih,
memelihara penghasilan yang bukan objek pajak. Penggantian atau imbalan
sehubungan dengan pekerjaan/jasa yang diberikan dalam bentuk natura/kenikmatan.
c. Beda tetap yang disebabkan tidak dipenuhinya syarat-syarat khusus, yaitu: berhubungan
dengan kegiatan langsung perusahaan. Adanya bukti pendukung yang kuat, karena
lokasi, penggunaan praktek-praktek akuntansi yang tidak sehat.
Koreksi Fiskal
3. Koreksi karena pengenaan pajak final
Koreksi ini terdiri dari:
a. Pendapatan yang telah dipotong pajak final oleh pihak yang membayarakan
penghasilan seperti pendapatan bunga deposito, pendapatan jasa giro, penghasilan
sewa tanah dan atau bangunan, pendapatan karena pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan (khusus untuk WP Badan real setate dan OP).

b. Biaya untuk mendapatkan, memelihara, menagih penghasilan yang telah dikenakan


PPh final seperti biaya yang berhubungan dengan penghasilan dari sewa tanah dan
atau bangunan, biaya yang berhubungan dengan penghasilan dari pengalihan hak
atas tanah dan atau bangunan.
Penghitungan Penghasilan Kena Pajak dari
Laba Komersial
Laba bersih Komersial XXXX
Koreksi Fiskal :
(+) Koreksi fiskal positif XXXX
(-) Koreksi fiskal negatif XXXX
Jumlah koreksi fiskal XXXX
Jumlah penghasilan Kena Pajak XXXX
Bentuk Kertas Kerja Koreksi Fiskal
Sampai saat ini belum ada bentuk baku kertas kerja rekonsiliasi fiskal. Dibawah ini disajikan bentuk
kertas kerja yang sering digunakan dalam bentuk sehari-hari :
PT ABC
Rekonsiliasi – fiskal
 
Laba komersial sebelum pajak ……………………….. xxx
Ditambah koreksi positif:
Sumbangan…………………………………………. xxx
Iklan dan promisi…………………………………….xxx
Kenikmatan…………………………………………..xxx
Biaya dalam bentuk natura…………………………..xxx
Biaya pemeliharaan gedung yang disewakan……… .xxx
Biaya penyusutan………………………………… …xxx
Biaya penyisihan kerugian piutang…………………..xxx
 
Dikurangi koreksi negatif:
Biaya penyusutan…………………………………….xxx
Pendapatan sewa gedung……………………………..xxx
Pendapatan deviden…………………………………..xxx
Pendapatan bunga deposito…………………………..xxx
Pendapatan Jasa giro…………………………………xxx
 
Laba/rugi fiskal sebelum pajak xxxx
Langkah Penyesuaian Perbedaan

Dikurangi
Ditambah
penghasil Ditambah
penghasil
Laba an yang biaya non
an yang
akuntansi bukan deductibl
belum
objek e.
diakui.
pajak.
Dikurangi
biaya
Penghasil Ditambah Dikurangi
deductibl
an Kena biaya 3M penghasil
e yang
Pajak penghasil an dikenai
belum
(PKP) an final. PPh final.
dibebank
an.
Rincian Item
Rekonsiliasi 13
Penghasilan Bukan Objek Pajak (1)
Pasal 4 Ayat (3) UU PPh

a. Bantuan atau sumbangan, zakat yang diterima oleh badan/


lembaga amil zakat yang disahkan oleh pemerintah dan yang
diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan
keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang
diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan
yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang
diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah;
b. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah garis
keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan
pendidikan, sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang
pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan PMK,
sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,14
Penghasilan Bukan Objek Pajak (2)
Pasal 4 Ayat (3) UU PPh

c. Warisan;
d. Harta, termasuk setoran tunai, sebagai pengganti saham
atau sebagai pengganti penyertaan modal;
e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan
atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura
dan/ atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau pemerintah,
kecuali yang diberikan oleh bukan WP, WP yang dikenakan
pajak secara final atau WP dengan Norma Penghitungan
Khusus (deemed profit);
f. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi
kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi
bea siswa;
15
Penghasilan Bukan Objek Pajak (3)
Pasal 4 Ayat (3) UU PPh

g. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh PT


sebagai WP dalam negeri, koperasi, badan usaha milik
negara, atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan
modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat
kedudukan di Indonesia dengan syarat:
Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan
badan usaha milik daerah yang menerima dividen,
kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen
paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal
yang disetor;
h. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan, baik yang
dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai; 16
Penghasilan Bukan Objek Pajak (4)
Pasal 4 Ayat (3) UU PPh

i. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun


dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan;
j. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari
perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas
saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi,
termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi
kolektif;
k. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal
ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang
didirikan dan menjalankan usaha di Indonesia, dengan syarat
badan pasangan usaha tersebut:
Merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang
menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur17
Penghasilan Bukan Objek Pajak (5)
Pasal 4 Ayat (3) UU PPh

l. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang


ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan
PMK;
m. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga
nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/ atau
bidang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar
pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan
kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan
pendidikan dan/ atau penelitian dan pengembangan, dalam
jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak
diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur
lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan; dan
n. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan18
Non Deductible Expenses (1)
Pasal 9 Ayat (1) UU PPh

Biaya yang tidak dapat dikurangkan (non deductible) atas


penghasilan bruto, meliputi:
a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun;
b. Biaya yang dibebankan untuk kepentingan pribadi pemegang
saham, sekutu, anggota atau anggota;
c. Pembentukan dana cadangan, kecuali:
Cadangan untuk jenis usaha tertentu yang ditetapkan KMK;
Cadangan untuk usaha asuransi;
Cadangan jaminan sosial dibentuk BPJS;
Cadangan penjaminan yang dibentuk LPS;
Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
Cadangan biaya reforestasi untuk usaha kehutanan;
Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat limbah
industri untuk usaha pengelolaan limbah; 19
Non Deductible Expenses (2)
Pasal 9 Ayat (1) UU PPh

d. Premi asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna, dan


asuransi beasiswa yang dibayar oleh WP orang pribadi;
e. Penggantian/ imbalan atas pekerjaan/jasa yang diberikan
dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali:
Penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai ;
Diberikan di daerah tertentu atau diberikan berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan sebagaimana ditetapkan KMK;
f. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada
pemegang saham atau pihak yang mempunyai hubungan
istimewa;
g. Harta yang dihibahkan, bantuan, atau sumbangan, selain
sumbangan yang ditetapkan sebagai deductible expense serta
selain sumbangan keagamaan yang bersifat wajib kepada
lembaga yang dibentuk atau disahkan pemerintah; 20
Non Deductible Expenses (3)
Pasal 9 Ayat (1) UU PPh

i. Biaya yang dibebankan/ dikeluarkan untuk kepentingan


pribadi WP atau orang yang menjadi tanggungan;
j. Gaji anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer
yang modalnya tidak terbagi atas saham;
k. Sanksi administrasi dan pidana di bidang perpajakan.

21
Non Deductible Expenses Lain
Non Deductible Deductible
Pengobatan secara cuma – Penggantian biaya
cuma bagi pegawai. pengobatan.
Makan siang bagi sebagian Makan siang bagi seluruh
pegawai. pegawai.
PPh 21 ditanggung
Tunjangan PPh 21.
perusahaan.
Biaya jamuan tanpa daftar Biaya jamuan dilengkapi
nominatif. daftar nominatif.

22
Penghasilan Dikenai PPh Final
Pasal 4 Ayat (2) UU PPh
a. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya,
bunga obligasi dan surat utang negara, dan bunga
simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota
koperasi orang pribadi;
b. Penghasilan berupa hadiah undian;
c. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya,
transaksi derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan
transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan
modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh
perusahaan modal ventura;
d. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah
dan/atau bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real
estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan; dan
e. Penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Pemerintah. 23
Soal-soal Rekonsiliasi Fiskal
Pada Tahun fiskal PT X yang berakhir pada 31
Desember 2015 informasi pembukuan komersial yang
dimiliki perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Penghasilan dan biaya-biaya PT X:
Penjualan barang dagangan = 6.850.600.000
Potongan penjualan = 65.000.000
Retur Penjualan = 87.000.000
Persediaan bahan awal tahun = 250.760.000
Pembelian bahan = 4.190.000.000
Persediaan bahan akhir tahun = 378.000.000
• Biaya overhead pabrik:
Biaya bahan penolong = 62.000.000
Biaya upah tidak langsung = 93.100.000
Biaya overhead pabrik lain = 15.000.000

Persediaan barang jadi awal tahun = 160.000.000


Persediaan barang jadi akhir tahun = 175.000.000
Biaya usaha:
Gaji, bonus, THR dan pesangon = 1.049.576.000
Honorarium komisaris = 60.000.000
Biaya PPh Pasal 21 = 120.000.000
Biaya iklan dan promosi = 45.000.000
Biaya komisi penjualan = 120.000.000
Biaya perjalanan dinas = 13.500.000
Fiskal luar negeri = 2.000.000
• Biaya bunga pinjaman Bank BNI = 123.000.000
• Biaya makan dan minum karyawan = 52.000.000
• Biaya perawatan dan pemeliharaan gedung =
11.200.000
• Biaya air, listrik, telepon (termasuk pulsa ponsel
Rp 30.000.000) = 148.000.000
• Biaya premi asuransi kebakaran = 36.000.000
• Biaya rekreasi = 25.000.000
• Biaya honorarium notaris = 10.000.000
• Biaya alat kantor = 3.000.000
• B iaya kebersihan dan keamanan = 15.000.000
• Sumbangan ke panti asuhan = 6.750.000
• Biaya perjamuan tamu ( 30% daftar nominatif
tersedia) = 20.000.000
• Biaya PBB = 2.300.000
• Biaya cadangan kerugian piutang = 33.000.000
• Biaya sewa gedung = 100.000.000
• Biaya sewa mesin (termasuk PPN Masukan
yang dikreditkan 10%) = 12.000.000
• Pakaian seragam karyawan = 6.000.000
• Biaya penyusutan aktiva = 95.600.000
• Bantuan gerakan peduli banjir = 5.000.000
• Biaya selisih kurs = 18.500.000
2. Penghasilan lain-lain:
a. Penghasilan deviden dari PT Sentosa,
memiliki NPWP, dengan proporsi kepemilikan
saham 20% sebesar Rp 20.000.000 (setelah
dipotong PPh)
b. Penghasilan deviden dari Sun Wear, Ltd,
Singapura = 150.000.000 (sebelum dipotong
PPh)
c. Pendapatan bunga deposito dari Bank Mandiri
sebelum dipotong PPh) sebesar Rp 16.000.000
d. Pendapatan sewa kantor dari PT Bumi Mandala sebesar Rp
20.000.000 (setelah dipotong PPh)
e. Pendapatan jasa giro dari Bank Lippo (sebelum dipotong PPh)
= Rp 6.400.000

4. Data dan informasi untuk aktiva tetap:


- Dalam aset tetap yang dibeli pada 3 April
2014 termasuk pembelian sebagai berikut:
a. Satu unit mobil sedan yang dibawa pulang
direksi seharga Rp 200.000.000
b. Satu unit komputer seharga Rp 8.000.000
- Penyusutan dialokasikan pada biaya operasi
dan umum dengan menggunakan metode garis
lurus
Jenis Aktiva Tetap Tahun Perolehan Harga Perolehan

Kelompok 1 5 FebruarI 2012 120.000.000

Kelompok 2 15 Mei 2012 27.000.000

Kelompok 1 7 Agustus 2013 12.000.000

Kelompok 2 25 November 2013 30.000.000

Kelompok 3 3 April 2014 708.000.000


Data dan informasi lain:
1. PPh Pasal 25 yang telah dibayar mulai Januari
sampai dengan Desember 2015 = Rp
50.000.000
2. Pajak yang dibayar atas dividen dari Sun Wear
Ltd di Singapura = Rp 30.000.000
Diminta:
1. Hitung penyusutan aset perusahaan menurut
fiskal sesuai tabel berikut:
Jenis Aktiva Bulan/ Tarif Harga Akumulai Nilai Buku Penyusutan
Tahun Perolehan Penyusutan Awal Tahun Fiskal
Perolehan Awal Tahun 2105 Tahun 2015
2105
2. Buat rekonsiliasi fiskal terhadap laporan laba
rugi komersial perusahaan
3. Hitung besarnya PPh Pasal 24
4. Hitung besarnya PPh Pasal 29 atau Pasal 28
5. Hitung besarnya PPh Pasal 25 per bulan untuk
Tahun 2016

Anda mungkin juga menyukai