Anda di halaman 1dari 44

PAJAK PENGHASILAN BADAN

Ai Annisaa Utami
Pengertian Badan
• Berdasarkan UU KUP No. 28 Tahun 2007 Pasal 1 (3), Badan adalah
sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha
Lingkup Badan
• Perseroan terbatas, Perseroan komanditer, Perseroan lainnya
• BUMN dan BUMD dengan nama dan dalam bentuk apa pun
• Firma, Kongsi, Koperasi, Dana pensiun
• Persekutuan, Perkumpulan, Yayasan,
• Organisasi massa
• Organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya
• Lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan
• Bentuk usaha tetap
Hakikat Rekonsiliasi

Perbedaan
Pelaksanaan timbul terkait
pembukuan pengakuan
berdasar pendapatan dan Penyesuaian diperlukan
kebijakan beban di untuk menghitung
akuntansi laporan laba penghasilan kena pajak
perusahaan rugi atau dari laba akuntansi yang
berbeda dari perbedaan telah dilaporkan
ketentuan konsep perusahaan
perpajakan. penghasilan
Teknik Rekonsiliasi

Rekonsiliasi dilakukan Koreksi dilakukan


dengan membuat laporan dengan menambahkan
Rekonsiliasi

Koreksi
laba rugi fiskal dari laporan atau mengurangkan nilai
laba rugi akuntansi. koreksi dari laba
LR Akuntansi disesuaikan sebelum pajak.
dengan koreksinya untuk Teknik koreksi ini
mendapatkan nilai disajikan dalam catatan
pendapatan / beban menurut atas laporan keuangan
fiskal.
Cara ini tepat untuk tujuan
pajak

Di dunia praktik, teknik rekonsiliasi yang lebih banyak digunakan untuk tujuan
pengisian SPT, namun penyajian dalam Catatan Atas Laporan Keuangan,
menggunakan teknik koreksi positif / negatif atas laba sebelum pajak
Trade Off Akuntansi - Perpajakan
Di sisi akuntansi bersifat
menguntungkan, sebab akan
menarik minat pemegang saham
potensial.
Perusahaan terbuka akan
memprioritaskan kepentingan ini.

Tingginya Laba

Di sisi perpajakan bersifat tidak


menguntungkan, sebab
meningkatkan beban pajak yang
harus dibayar.
Latar Belakang Perbedaan

Akuntansi dan pajak ditetapkan oleh otoritas yang berbeda dan dengan tujuan yang
berbeda. Perbedaan antara akuntansi dan pajak tidak hanya terjadi di Indonesia namun juga terjadi
di negara lain.
Penelitian pajak terkait Book Tax Gap.
– Apa penyebab BTG.
– Apa akibat terjadinya BTG  Persistensi laba, persistensi return, nilai informasi dari BTG.
– Apakah BTG dapat dianggap sebagai alat untuk melakukan earning management.
Kerangka Perbedaan

Undang-
PSAK
Undang

Akuntansi Pajak

Perbedaan

Permanen Temporer

Penelitian:
Pajak Tangguhan:
Book Tax Gap
 Aktiva/ Utang
Effective Tax Rate
 Beban/ Pendapatan
Macam Perbedaan

Berdasar Sifat

• Positif, bersifat meningkatkan Penghasilan Kena


Pajak (PKP)
• Negatif, bersifat mengurangi PKP.

Berdasar Jangka Waktu

• Temporer, merupakan akibat berbedanya waktu


pengakuan, namun akan berujung pada hasil
akhir serupa.
• Permanen, merupakan perbedaan yang tidak
akan terserupakan seiring waktu.
Langkah Penyesuaian Perbedaan

Ditambah Dikurangi
Ditambah
Laba penghasilan penghasilan
biaya non
akuntansi yang belum yang bukan
deductible.
diakui. objek pajak.

Dikurangi
Ditambah Dikurangi
Penghasilan biaya
biaya 3M penghasilan
Kena Pajak deductible
penghasilan dikenai PPh
(PKP) yang belum
final. final.
dibebankan.

Menghitung beban pajak kini. Mencatat pajak tangguhan.


Pencatatan Pajak Tangguhan

Memunculkan Beban
Pajak Tangguhan di
Laporan Laba Rugi
Bersifat Kena
Pajak
Memunculkan liabilitas
Pajak Tangguhan di
Laporan Posisi
Keuangan
Perbedaan
Temporer
Memunculkan Manfaat
Pajak Tangguhan di
Laporan Laba Rugi
Bersifat Dapat
Dikurangkan
Memunculkan Aset
Pajak Tangguhan di
Laporan Posisi
Keuangan
Dialektika Pajak:
Kesalahan Pembebanan atau Kapitalisasi

Perbedaan akibat
kesalahan ini
bersifat temporer,
Seharusnya, sebab seiring
pengeluaran atas berjalannya waktu
perolehan aset aset yang
dikapitalisasi dan dikapitalisasi akan
tidak dibebankan. dibebankan secara
Kesalahan bertahap melalui
pencatatan dapat beban penyusutan.
berupa
pembebanan biaya
perolehan aset.
Penghasilan Bukan Objek Pajak
Pasal 4 Ayat (3) UU PPh

a. Bantuan atau sumbangan kegamaan bersifat wajib.


b. Hibah diterima keluarga, badan keagamaan, pendidikan, sosial.
c. Warisan.
d. Harta sebagai pengganti penyertaan modal.
e. Natura.
f. Klaim asuransi diterima WP OP.
g. Dividen dari laba ditahan atas kepemilikan > 25%.
h. Iuran diterima Dana Pensiun.
i. Penghasilan investasi oleh Dana Pensiun.
j. Bagian laba diterima anggota persekutuan.
k. Bagian laba diterima perusahaan modal ventura.
l. Beasiswa.
m. Sisa lebih diterima badan pendidikan/ litbang nirlaba yang
ditanamkan kembali.
n. Bantuan dibayarkan BPJS

14
Non Deductible Expenses
Pasal 9 Ayat (1) UU PPh

a. Pembagian laba.
b. Biaya untuk kepentingan pribadi.
c. Pembentukan dana cadangan, kecuali usaha tertentu.
d. Premi asuransi dibayar WP OP.
e. Natura, kecuali akibat tuntutan kerja atau makanan bagi
semua karyawan.
f. Jumlah melebihi kewajaran atas hubungan istimewa.
g. Harta yang dihibahkan, bantuan, atau sumbangan
selain yang dikecualikan.
h. Pajak penghasilan.
i. Gaji anggota persekutuan.
j. Sanksi administrasi dan pidana pajak.

15
.
Non Deductible Expenses Lain

Non Deductible Deductible

Pengobatan secara cuma – Penggantian biaya


cuma bagi pegawai. pengobatan.
Makan siang bagi sebagian Makan siang bagi seluruh
pegawai. pegawai.
PPh 21 ditanggung
Tunjangan PPh 21.
perusahaan.
Biaya jamuan tanpa daftar Biaya jamuan dilengkapi daftar
nominatif. nominatif.
.
Penghasilan Dikenai PPh Final
Pasal 4 Ayat (2) UU PPh

Bunga deposito,
Bunga simpanan
tabungan, obligasi
koperasi diterima Hadiah undian;
dan surat utang
WP OP.
negara.

Penghasilan dari
transaksi saham, Penghasilan Penghasilan usaha
sekuritas, dan pengalihan tanah jasa konstruksi dan
penyertaan modal dan/ atau bangunan real estate.
lain.

Penghasilan sewa
Penghasilan tertentu
tanah dan/atau
lainnya diatur PP.
bangunan.
Skema Rekonsiliasi Fiskal
Format Rekonsiliasi Fiskal
.
Ilustrasi
Perseroan Terbatas (1)

PT. Susanti merupakan perusahaan yang bergerak di bidang


wholesaling dan retailing bagi segmen konsumen bisnis maupun segmen
konsumen akhir. PT. Susanti merupakan perusahaan yang 45% sahamnya
dimiliki oleh publik dan diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.
Perusahaan melaksanakan pembukuan terkait kegiatan akuntansinya.
Berikut merupakan data yang diperoleh atas laporan keuangan PT. Susanti
di tahun 2020.
.
Ilustrasi
Perseroan Terbatas (2)

Nominal Akuntansi
Soal : Penjualan bruto 74,350,000,000
Retur penjualan (1,875,000,000)
Diskon penjualan (576,500,000)
Penjualan netto 71,898,500,000

Harga Pokok Penjualan


Persediaan barang dagangan awal (15,432,500,000)
Pembelian barang dagangan (56,984,500,000)
Persediaan barang dagangan akhir 36,857,500,000
(35,559,500,000)
Laba bruto 36,339,000,000

Biaya pemasaran
Gaji dan bonus pegawai tetap (1,864,000,000)
Tunjangan pajak penghasilan (92,740,000)
Pembagian sembako (364,835,000)
Pendidikan karyawan (986,320,000)
Promosi dan iklan (3,876,500,000)
Jamuan makan (284,250,000)
Telepon, air, dan listrik (734,250,000)
Penyusutan (50,625,000)
Biaya bahan bakar dan tol (54,320,000)
Total biaya pemasaran (8,307,840,000)
22
Ilustrasi
Perseroan Terbatas (3)

Biaya umum dan administrasi (G&A)


Soal : Gaji dan bonus pegawai tetap (2,465,000,000)
PPh 21 ditanggung perusahaan (143,400,000)
Honorarium dan komisi pegawai tidak tetap (1,486,542,000)
Seragam satpam gudang (94,560,000)
Telepon, air, dan listrik (1,055,600,000)
Biaya sewa kantor (1,633,500,000)
Penyusutan (1,254,000,000)
Royalti (660,000,000)
Biaya pembangunan pabrik baru (4,365,000,000)
Penghapusan piutang (4,763,480,000)
Pemeliharaan kendaraan (87,200,000)
Alat tulis kantor (154,380,000)
Biaya bahan bakar dan tol (328,600,000)
Asuransi kendaraan (364,700,000)
PBB gudang (762,300,000)
Riset (3,860,000,000)
Pendidikan karyawan (1,340,000,000)
Family gathering (134,700,000)
Total biaya umum dan administrasi (G&A) (24,952,962,000)

Laba operasional 3,078,198,000


23
Ilustrasi
Perseroan Terbatas (4)

Soal : Pendapatan non operasi


Dividen dari PT. Negarakertagama 382,500,000
Dividen dari PT. Sutasoma 134,900,000
Sewa mesin 67,400,000
Bunga deposito (setelah pajak) 34,280,000
Dividen dari Bremen Ag. 276,500,000
Total pendapatan non operasi 895,580,000

Biaya non operasi


Dividen bagi PT. Smaradhahana (28,700,000)
Dividen bagi PT. Arjuna Wiwaha (16,300,000)
Dividen bagi publik (60,000,000)
Bunga pinjaman (76,275,000)
Sumbangan (764,820,000)
Denda pajak (452,300,000)
Rugi selisih kurs (124,890,000)
Biaya lain - lain (742,950,000)
Total biaya non operasi (2,266,235,000)
Laba sebelum pajak 1,707,543,000
Ilustrasi
Perseroan Terbatas (5)

Berikut merupakan keterangan yang menjelaskan perincian berbagai


elemen yang terdapat di laporan keuangan PT Susanti.
a. Perusahaan mencatat penjualan berdasar prinsip akrual. Atas jumlah tercantum,
terdapat nilai pendapatan sebesar Rp 650.000.000,00 atas penjualan
merchandise Olimpiade 2020 yang diharapkan hanya akan terjadi di tahun
penyelenggaraan event olahraga tersebut.
b. Retur dan diskon penjualan dicatat ketika serah terima barang telah dilakukan.
c. Persediaan barang dagangan dicatat dengan metode FIFO.
d. Atas gaji dan bonus pegawai tetap bidang pemasaran, Rp 1.300.000.000,00
diberikan dalam bentuk gaji bulanan dan sisanya dalam bentuk bonus tahunan.
e. Atas tunjangan pajak penghasilan, Rp 32.500.000,00 diberikan bagi pegawai
dengan level supervisor, sedangkan sisanya diberikan bagi pegawai dengan level
manajer dan direktur.
f. Atas biaya pendidikan karyawan bidang pemasaran, Rp 175.000.000,00
diberikan sebagai tunjangan cuti pengganti gaji bulanan.
g. Atas biaya promosi dan iklan, 25% di antaranya diwujudkan melalui sampling
produk secara cuma – cuma kepada konsumen akhir.
25
Ilustrasi
Perseroan Terbatas (6)

h. Atas biaya jamuan makan, Rp 180.000.000 telah dilengkapi daftar nominatif


penerima secara lengkap.
i. Atas biaya telepon, air, dan listrik bidang pemasaran, meliputi Rp 334.250.000,00
untuk biaya air dan listrik. Seperempat dari biaya telepon dianggarkan dalam
bentuk penyediaan pulsa bagi Direktur Pemasaran, seperempat lain dianggarkan
atas pembelian perangkat PDA baru bagi salesperson.
j. Atas biaya penyusutan bidang pemasaran, meliputi penyusutan dengan metode
garis lurus atas:
i. Telepon genggam direktur, dibeli tahun 2019 dengan nilai tercatat Rp
25.000.000, disusutkan selama 5 tahun. Sesuai peraturan pajak termasuk
aset kelompok 1.
ii. Smartphone bagi salesperson yang berdinas di luar lapangan, dibeli tahun
2009 dan disusutkan selama 4 tahun dan sesuai peraturan pajak termasuk
aset kelompok 1.
iii. PDA baru bagi salesperson yang dibeli di akhir Juni tahun 2020, disusutkan
dengan masa manfaat 2 tahun, dan sesuai peraturan pajak termasuk aset
kelompok 1.
k. Atas biaya bahan bakar dan tol bidang pemasaran, separuh di antaranya
dialokasikan bagi Direktur Pemasaran.
26
Ilustrasi
Perseroan Terbatas (7)

l. Atas honorarium dan komisi pegawai tidak tetap, termasuk pembayaran senilai
Rp 786.542.000,00 kepada mantan pegawai yang masih dimanfaatkan jasanya
secara lepas.
m. Atas biaya sewa kantor, meliputi pembayaran bagi kurun 30 bulan dan
dibayarkan di bulan Januari 2020.
n. Biaya penyusutan bidang G&A meliputi penyusutan dengan metode garis lurus
atas:
i. Gedung pabrik lama dengan nilai kapitalisasi awal Rp 13.850.000.000,00
yang diperoleh tahun 1998 dan disusutkan dengan masa manfaat 25 tahun.
ii. Kendaraan niaga bagi keperluan distribusi dengan nilai kapitalisasi awal Rp
6.000.000.000,00 yang diperoleh tahun 2016 dan disusutkan dengan masa
manfaat 10 tahun. Peraturan perpajakan menggolongkan aset ke dalam
kelompok 2.
iii. Kendaraan dinas bagi Direktur Utama dengan nilai kapitalisasi awal Rp
2.400.000.000,00 yang diperoleh akhir September 2020 dan disusutkan
dengan masa manfaat 6 tahun. Peraturan perpajakan menggolongkan aset
ke dalam kelompok 2.
o. Atas royalti, merupakan pembayaran bagi suatu perusahaan di luar negeri. Di
dalamnya termasuk beban PPh 26 yang ditanggung PT. Susanti.
27
Ilustrasi
Perseroan Terbatas (8)
p. Pembangunan pabrik baru dikapitalisasi di akhir tahun dan atasnya belum
dilakuan depresiasi.
q. Atas biaya penghapusan piutang, senilai Rp 3.763.480.000,00 telah
diberitahukan kepada Ditjen Pajak, namun Rp 500.000.000,00 di antara jumlah
terlapor tersebut belum didaftarkan ke BUPLN.
r. Atas biaya pemeliharaan kendaraan, Rp 10.000.000,00 merupakan biaya
pemasangan sistem keamanan di kendaraan Direktur Utama.
s. Atas biaya bahan bakar dan tol bidang G&A, 15% di antaranya dialokasikan bagi
Direktur Utama.
t. Atas biaya riset, 50% di antaranya ditenderkan dan dilaksanakan di luar
Indonesia.
u. Atas dividen PT. Negarakertagama, separuhnya berasal dari laba ditahan. PT.
Susanti memiliki proporsi kepemilikan 35%.
v. Atas dividen PT. Sutasoma, seluruhnya diberikan dalam bentuk instrumen
investasi. PT. Susanti memiliki proporsi kepemilikan 15%.
w. Atas dividen dari Bremen Ag., PT. Susanti telah mencatatnya secara netto
terhadap pajak di luar negeri dengan tarif 30%.
x. Bunga sebesar 8% p.a. atas deposito PT. Susanti dibayarkan di akhir tahun.
Pokok deposito bernilai tetap sepanjang tahun.
28
Ilustrasi
Perseroan Terbatas (9)

x. Bunga pinjaman sebesar 12% p.a. dibayarkan di akhir tahun, dengan


nilai pokok pinjaman bernilai tetap sepanjang tahun.
y. Sumbangan diberikan untuk pembangunan panti asuhan rubuh di sekitar
perusahaan dan pengadaan sarana bermain di dalamnya.
z. Biaya lain – lain tidak memenuhi ketentuan perpajakan sebagai
deductible expense.
aa.Kredit pajak yang telah dipotong pihak lain meliputi:
i. PPh 22 atas impor dengan DPP PPN Rp 21.750.000.000,00.
Perusahaan telah memiliki API atas impor tersebut.
ii. PPh 23 yang dipotong pihak lain, sebesar Rp 631.250.000,00.
iii. Angsuran PPh 25 yang telah dibayar, sebesar Rp 855.750.000,00.
iv. STP PPh 25 sebesar Rp 451.500.000,00 termasuk denda Rp
35.500.000,00.
29
Ilustrasi
Perseroan Terbatas (10)

Pertanyaan :
a.Bagaimanakah rekonsiliasi fiskal ditetapkan atas PT.
Susanti?
b.Berapakah besar PPh terutang dan kredit pajak di periode
berjalan?
c.Berapakah pajak kurang (lebih) bayar di periode berjalan?
d.Berapakah angsuran PPh 25 per bulan yang seharusnya
dibayarkan di periode mendatang?
e.Bagaimanakah PT.Susanti melakukan penjurnalan terkait
kewajiban perpajakannya?
30
Ilustrasi
Perseroan Terbatas (11)
Nominal Akuntansi Koreksi Positif Koreksi Negatif Nominal Fiskal
Jawaban Penjualan:bruto 74,350,000,000 74,350,000,000
Retur penjualan (1,875,000,000) (1,875,000,000)
a. Diskon penjualan (576,500,000) (576,500,000)
Penjualan netto 71,898,500,000 71,898,500,000

Harga Pokok Penjualan


Persediaan barang dagangan awal (15,432,500,000) (15,432,500,000)
Pembelian barang dagangan (56,984,500,000) (56,984,500,000)
Persediaan barang dagangan akhir 36,857,500,000 36,857,500,000
(35,559,500,000) (35,559,500,000)
Laba bruto 36,339,000,000 36,339,000,000

Biaya pemasaran
Gaji dan bonus pegawai tetap (1,864,000,000) (1,864,000,000)
Tunjangan pajak penghasilan (92,740,000) (92,740,000)
Pembagian sembako (364,835,000) 364,835,000 0
Pendidikan karyawan (986,320,000) (986,320,000)
Promosi dan iklan (3,876,500,000) (3,876,500,000)
Jamuan makan (284,250,000) 104,250,000 (180,000,000)
Telepon, air, dan listrik (734,250,000) 150,000,000 (584,250,000)
Penyusutan (50,625,000) 14,375,000 (36,250,000)
Biaya bahan bakar dan tol (54,320,000) 13,580,000 (40,740,000)
Total biaya pemasaran (8,307,840,000) (8,307,840,000)
31
Ilustrasi
Perseroan Terbatas (12)

Keterangan :
Koreksi positif atas biaya telepon, air, dan listrik bidang pemasaran
= 50% Biaya pulsa direktur + Pembelian PDA yang seharusnya
dikapitalisasi
= 50% * ¼ * 400.000.000 + ¼ * 400.000.000
= 50.000.000 + 100.000.000
= 150.000.000
Penyusutan bidang pemasaran menurut akuntansi
= 20% * 25.000.000 + Penyusutan smartphone + 6/12 * 50% *
100.000.000
= 5.000.000 + Penyusutan smartphone + 25.000.000
= 30.000.000 + Penyusutan smartphone
32
Ilustrasi
Perseroan Terbatas (13)

Keterangan :
Penyusutan bidang pemasaran menurut fiskal
= 50% * 25% * 25.000.000 + Penyusutan smartphone + 6/12 *
25% * 100.000.000
= 3.125.000 + Penyusutan smartphone + 12.500.000
= 15.625.000 + Penyusutan smartphone
Koreksi positif atas penyusutan bidang pemasaran
= Penyusutan menurut akuntansi - Penyusutan menurut
fiskal
= (30.000.000 + Penyusutan smartphone) - (15.625.000 +
Penyusutan smartphone)
= 14.375.000
33
Ilustrasi
Perseroan Terbatas (14)

JawabanBiaya umum dan


: administrasi (G&A)
Gaji dan bonus pegawai tetap (2,465,000,000) (2,465,000,000)
a. PPh 21 ditanggung perusahaan (143,400,000) 143,400,000 0
Honorarium dan komisi pegawai tidak tetap (1,486,542,000) (1,486,542,000)
Seragam satpam gudang (94,560,000) (94,560,000)
Telepon, air, dan listrik (1,055,600,000) (1,055,600,000)
Biaya sewa kantor (1,633,500,000) 980,100,000 (653,400,000)
Penyusutan (1,254,000,000) 466,500,000 (787,500,000)
Royalti (660,000,000) 110,000,000 (550,000,000)
Biaya pembangunan pabrik baru (4,365,000,000) 4,365,000,000 0
Penghapusan piutang (4,763,480,000) 1,500,000,000 (3,263,480,000)
Pemeliharaan kendaraan (87,200,000) 5,000,000 (82,200,000)
Alat tulis kantor (154,380,000) (154,380,000)
Biaya bahan bakar dan tol (328,600,000) 24,645,000 (303,955,000)
Asuransi kendaraan (364,700,000) (364,700,000)
PBB gudang (762,300,000) (762,300,000)
Riset (3,860,000,000) 1,930,000,000 (1,930,000,000)
Pendidikan karyawan (1,340,000,000) (1,340,000,000)
Family gathering (134,700,000) (134,700,000)
Total biaya umum dan administrasi (G&A) (24,952,962,000) (24,952,962,000)

Laba operasional 3,078,198,000 3,078,198,000


34
Ilustrasi
Perseroan Terbatas (15)

Keterangan :
Koreksi positif atas biaya sewa kantor
= Proporsi biaya sewa dibayar di mukan
= 18/30 * 1.633.500.000
= 980.100.000

Penyusutan bidang G&A menurut fiskal


= Penyusutan kendaraan niaga + Penyusutan kendaraan direktur
= 12,5% *6.000.000.000 + 50% * 3/12 * 12,5% * 2.400.000.000
= 750.000.000 + 37.500.000
= 787.500.000
Gedung pabrik lama tidak disusutkan menurut fiskal, sebab telah melewati
batas masa manfaat fiskal selama 20 tahun.
35
Ilustrasi
Perseroan Terbatas (16)

Keterangan :
Koreksi positif atas penyusutan bidang G&A
= Penyusutan menurut akuntansi - Penyusutan menurut fiskal
= 1.254.000.000 - 787.500.000
= 466.500.000

Koreksi positif atas biaya royalti


= Beban PPh 26 yang tidak boleh dibebankan
= 20% / 120% * 660.000.000
= 110.000.000
36
Ilustrasi
Perseroan Terbatas (17)

Pendapatan non operasi


Jawaban :
Dividen dari PT. Negarakertagama 382,500,000 (191,250,000)
a. Dividen dari PT. Sutasoma 134,900,000
Sewa mesin 67,400,000
Bunga deposito (setelah pajak) 34,280,000 (34,280,000)
Dividen dari Bremen Ag. 276,500,000 118,500,000
Total pendapatan non operasi 895,580,000

Biaya non operasi


Dividen bagi PT. Smaradhahana (28,700,000) 28,700,000
Dividen bagi PT. Arjuna Wiwaha (16,300,000) 16,300,000
Dividen bagi publik (60,000,000) 60,000,000
Bunga pinjaman (76,275,000) 64,275,000
Sumbangan (764,820,000) 764,820,000
Denda pajak (452,300,000) 452,300,000
Rugi selisih kurs (124,890,000)
Biaya lain - lain (742,950,000) 742,950,000
Total biaya non operasi (2,266,235,000)
Laba sebelum pajak 1,707,543,000 12,419,530,000 (225,530,000)
37
Ilustrasi
Perseroan Terbatas (18)

Keterangan :
Koreksi positif atas dividen dari Bremen Ag.
= Beban pajak luar negeri yang seharusnya tidak di-netto-kan
= 30% / 70% * 276.500.000
= 118.500.000

Pokok deposito
= 100% / 80% * 34.280.000 / 8%
= 535.625.000
Pokok pinjaman
= 100% / 12% * 76.275.000
= 635.625.000
38
Ilustrasi
Perseroan Terbatas (19)

Keterangan :
Bunga pinjaman yang boleh dibebankan
= Selisih pokok pinjaman dan pokok deposito * Tingkat bunga pinjaman
= (635.625.000 - 535.625.000) * 12%
= 12.000.000

Koreksi positif atas bunga pinjaman


= Bunga pinjaman menurut akuntansi - Bunga pinjaman menurut fiskal
= 76.275.000 – 12.000.000
= 64.275.000
Ilustrasi
Perseroan Terbatas (20)
Pajak yang dibayar di luar negeri 118,500,000
Jawaban : : 0.3/ 0.7 * 274,500,000
Batas maksimum Kredit PPh 24 79,000,000
b. : 395,000,000/ 13,901,543,000 * 2,780,308,600
c. Kredit PPh 24 79,000,000

Laba sebelum pajak 13,901,543,000


PPh terutang (20%) 2,780,308,600
Tarif 20% berlaku bagi perusahaan yang minimal 40% sahamnya dikuasai publik
dan diperdagangkan di bursa efek, sesuai ketentuan Pasal 17 Ayat (2b).

Kredit pajak
Kredit PPh 22 (543,750,000)
: 2,5% * 21,750,000,000
Kredit PPh 23 (631,250,000)
Kredit PPh 24 (79,000,000)
Kredit PPh 25 (855,750,000)
STP PPh 25 (416,000,000) (2,525,750,000)
Pajak kurang (lebih) bayar 254,558,600
Ilustrasi
Perseroan Terbatas (21)

Jawaban :
d. Laba sebelum pajak 13,901,543,000
Pendapatan tidak berkesinambungan (650,000,000)
Estimasi pendapatan tahun mendatang 13,251,543,000
PPh terutang (20%) 2,650,308,600
Kredit pajak
Kredit PPh 22 (543,750,000)
: 2,5% * 21,750,000,000
Kredit PPh 23 (631,250,000)
Kredit PPh 24 (79,000,000) (1,254,000,000)
Total PPh 25 setahun 1,396,308,600
Angsuran PPh 25 per bulan 116,359,050
TARIF PAJAK
Sub Pokok Bahasan :
• Tarif Pajak
• Tarif PPh Wajib Pajak badan dalam negeri dan BUT
(UU Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 17 (1) huruf b & penjelasan)
• Tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak
badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28% (dua puluh
delapan persen) untuk tahun 2009, 25% (dua puluh lima persen) untuk tahun
2010 dan seterusnya.
• Tarif PPh Wajib Pajak badan dalam negeri yang berbentuk perseroan terbuka
(UU Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 17 (2) dan PP No. 77 tahun 2013)
Bagi Wajib Pajak badan dalam negeri yang berbentuk perseroan terbuka dapat memperoleh tarif sebesar 5%
(lima persen) lebih rendah daripada tarif normal, dengan syarat sbb :
1. Apabila jumlah kepemilikan saham publiknya 40% (empat puluh persen) atau lebih dari keseluruhan
saham yang disetor dan
2. Saham tersebut dimiliki paling sedikit oleh 300 (tiga ratus) Pihak.
3. Masing-masing Pihak tersebut hanya boleh memiliki saham kurang dari 5% (lima persen) dari keseluruhan
saham yang disetor.
4. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c harus dipenuhi dalam waktu
paling singkat 183 (seratus delapan puluh tiga) hari kalender dalam jangka waktu 1 (satu) Tahun Pajak.
• Fasilitas Penurunan Tarif PPh Wajib Pajak badan dalam negeri
(UU Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 31 E & penjelasan, SE-66/PJ/2010)
• Wajib Pajak badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) mendapat fasilitas berupa
pengurangan tarif sebesar 50% (lima puluh persen) dari tarif sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b dan ayat (2a) yang dikenakan atas
Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan
Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah).
Ketentuan-ketentuan Pasal 31 E UU No. 36 tahun 2008 sbb :
a. Fasilitas pengurangan tarif sesuai dengan Pasal 31E ayat (1) Undang-Undang Pajak Penghasilan dilaksanakan dengan
cara self assessment pada saat penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan.
Dengan demikian, Wajib Pajak tidak perlu menyampaikan permohonan untuk dapat memperoleh fasilitas tersebut.
b. Batasan peredaran bruto sampai dengan Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) adalah sebagai batasan
maksimal peredaran bruto yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak badan dalam negeri untuk dapat memperoleh
fasilitas pengurangan tarif sesuai dengan Pasal 31E ayat (1) Undang-Undang Pajak Penghasilan.
c. Peredaran bruto sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 31E ayat (1) Undang-Undang Pajak Penghasilan adalah
penghasilan yang diterima atau diperoleh dari kegiatan usaha sebelum dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih,
dan memelihara penghasilan baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, meliputi :
1) Penghasilan yang dikenai Pajak Penghasilan bersifat final;
2) Penghasilan yang dikenai Pajak Penghasilan tidak bersifat final; dan
3) Penghasilan yang dikecualikan dari objek pajak.
d. Fasilitas Pasal 31E ayat (1) tersebut bukan merupakan pilihan. Sepanjang akumulasi peredaran bruto sebagaimana
dimaksud pada huruf c di atas tidak melebihi Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah), tarif Pajak Penghasilan
yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak badan dalam negeri wajib mengikuti ketentuan fasilitas
pengurangan tarif sesuai dengan Pasal 31E ayat (1) Undang-Undang Pajak Penghasilan.

Anda mungkin juga menyukai