Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada dasarnya antara akuntansi pajak dan akuntansi keuangan memiliki kesamaan tujuan,
yaitu untuk menetapkan hasil operasi bisnis dengan pengukuran dan rekognisi penghasilan dan
biaya. Namun ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian, bahwa ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan tidak sekadar instrument pentransfer sumber daya
(fungsi budgeter), akan tetapi seringkali pula digunakan untuk tujuan memengaruhi perilaku
wajib pajak untuk investasi, kesejahteraan dan lain-lain (fungsi mengatur) yang kadang-kadang
merupakan alasan untuk membenarkan penyimpangan dari standar akuntansi keuangan.

Di lain pihak, atas penghasilan yang diterima atau diperoleh subjek pajak dalam tahun pajak
yang bersangkutan, baik subjek pajak orang pribadi maupun subjek pajak badan, dikenakan
pajak penghasilan dan untuk menghitung pajak penghasilan tersebut, subjek pajak yang
bersangkutan berkewajiban mengisi Surat Pemberitahuan (SPT) yang disediakan oleh Instansi
Pajak.

Pada umumnya bentuk dan isi yang terdapat dalam Surat pemberitahuan untuk kepentingan
perpajakan hampir tidak berbeda jauh dengan bentuk dan isi yang terdapat dalam Laporan
Keuangan untuk kepentingan komersial. Penghasilan Kena Pajak (PKP- Taxable Income) dihitung
berdasarkan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan (KPPP) sedangkan
Penghasilan Sebelum Pajak (PSP- Accounting Income atau Pretax Accounting Income atau
Pretax Book Income) dihitung berdasarkan standar yang disusun oleh profesi yang dikenal
sebagai Standar Akuntansi Keuangan (SAK).

Oleh karena basis pengenaan penghasilan untuk keperluan perhitungan pajak penghasilan
berbeda dengan basis perhitungan penghasilan untuk keperluan komersial, atau dengan
perkataan lain akibat dari perbedaan rekognisi penghasilan dan biaya maka akan terdapat
perbedaan yang cukup signifikan antara kedua basis tersebut. Pajak penghasilan yang dihitung
berbasis pada Penghasilan Kena Pajak yang sesungguhnya dibayar kepada pemerintah disebut
sebagai “PPh terutang- Income Tax Payable atau Income Tax Liability,” sedangkan Pajak
Penghasilan yang dihitung berbasis Penghasilan Sebelum Pajak disebut sebagai “Beban Pajak
Penghasilan- Income Tax Expense atau Provision for Income Taxes.”

1
Sebagian perbedaan yang terjadi akibat perbedaan antara PPh Terutang dengan Beban Pajak
yang dimaksud sepanjang menyangkut perbedaan temporer hendaknya dilakukan pencatatan
dan tercermin dalam laporan keuangan komersial dalam akun pajak tangguhan (deferred tax)
baik aktiva pajak tangguhan maupun kewajiban pajak tangguhannya.

Jones Sally M dan Rhoades Catanach Shelley C. mengungkapkan bahwa perbedaan temporer
tidak berpengaruh terhadap perhitungan beban pajak (tax expense) tarif pajak efektif atau
rekonsiliasi antara tarif pajak efektif dengan tarif pajak berdasarkan undang-undang. Malahan,
perbedaan temporer tersebut akan menghasilkan baik aktiva pajak tangguhan maupun
kewajiban pajak tangguhan.

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pajak Tangguhan
Pajak tangguhan adalah pajak yang kewajibannya ditunda sampai waktu yang
ditentukan atau diperbolehkan. Pada dasarnya antara akuntansi pajak dan akuntansi
keuangan memiliki kesamaan tujuan, yaitu untuk menetapkan hasil operasi bisnis dengan
pengukuran dan rekognisi pengahasilan dan biaya. Namun ada beberapa hal yang perlu
mendapatkan perhatian, bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
tidak sekadar intstrumen penstranfer sumber daya ( fungsi budgeter), akan tetapi
seringkali pula digunakan untuk tujuan memepengaruhi perilaku wajib pajak untuk
inveastasi, kesejahteraan dll ( fungsi mengatur) yang kadang-kadang merupakan alas an
untuk membenarkan penyimpangan dari standar akuntansi keuangan.
Oleh karena basis pengenaan penghasilan untuk keperluan perhitungan pajak
penghasilan berbeda dengan basis perhitungan penghasilan untuk keperluan komersial,
atau dengan perkataan lain, akibat dari perbedaan rekognisi penghasilan dan biaya, maka
akan terdapat perbedaan yang cukup signifikan antar kedua basis tersebut. Pajak
pebnghasilan yang dihitung berbasis pada penghasilan yang sesungguhnya dibayar
kepada pemerintah, disebut sebagai “PPh terutang-income tax payable atau income tax
liability,”sedangkan pajak penghasilan yang dihitung berbasis penghasilan sebelum
pajak, disebut sebagai “beban pajak penghasilan-income tax expense/ profision for
income taxes”.

2.1.1 Beban Pajak Tangguhan dan Pendapatan Pajak Tangguhan


Beban PPh terdiri atas beban pajak kini dan beban pajak tangguhan atau
pendapatan pajak tangguhan. Pajak kini ( current tax ) merupakan jumlah PPh
terutang atas Penghasilan Kena Pajak pada suatu periode. Pajak Penghasilan
diperlakukan sebagai biaya bagi perusahaan. Oleh karena itu, Pajak Penghasilan
harus diasosiasikan dengan laba dimana Pajak Penghasilan tersebut dikenakan
atau diperhitungkan. Proses untuk mengasosiasiakan Pajak Penghasilan dengan
laba dimana pajak itu dikenakan disebut Alokasi Pajak.
Beban pajak tangguhan akan menimbulkan kewajiban pajak tangguhan
sedangkan pendapatan pajak tangguhan mengakibatkan aset pajak tangguhan.

3
2.1.2 Aset Pajak Tangguhan
Aset pajak tangguhan timbul apabila beda waktu yang menyebabkan
terjadinya koreksi positif sehingga beban pajak menurut akuntansi lebih kecil
daripada beban pajak menurut peraturan perpajakan. Aset pajak tangguhan
adalah jumlah PPh terpulihkan pada periode mendatang sebagai akibat adanya
perbedaan temporer yang boleh di kurangkan dan sisa kompensasi kerugian.

2.1.3 Kewajiban Pajak Tangguhan

Kewajiban pajak tangguhan timbul karena adanya perbedaan waktu yang


menyebabkan terjadinya koreksi negative sehingga beban pajak menurut
akuntansi lebih besar daripada beban pajak menurut peraturan perpajakan.
Kewajiban pajak tangguhan adalah jumlah PPh terutang untuk periode mendatang
sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena pajak.
Baik Kewajiban Pajak Tangguhan maupun Aset Pajak Tangguhan dapat terjadi
dalam hal- hal sebagai berikut :

1. Apabila Penghasilan sebelum Pajak lebih besar dari Penghasilan Kena Pajak,
maka Beban Pajak pun akan lebih besar dari Pajak Terutang, sehingga akan
menghasilkan Kewajiban Pajak Tangguhan.
2. Sebaliknya apabila Penghasilan Sebelum Pajak lebih kecil dari Penghasilan
Kena Pajak, maka Beban Pajaknya akan juga lebih kecil dari Pajak Terutang,
sehingga akan menghasilkan Aktiva Pajak Tangguhan.

Perbedaan Temporer Perbedaan Temporer x Tarif Hasilnya :

PSP > PKP BP > PT Kewajiban Pajak Tangguhan

PSP < PKP BP < PT Aset Pajak Tangguhan

Keterangan :
PSP : Penghasilan Sebelum Pajak BP : Beban Pajak
PKP : Penghasilan Kena Pajak PT : Pajak Terutang

4
2.2 Prinsip-Prinsip Alokasi Pajak
Pada dasarnya Alokasi Pajak Penghasilan bagi perusahaan sebagai wajib pajak bisa
mencakup 2 hal, yaitu:

1. Interperiod Allocation
Yaitu proses alokasi pajak penghasilan antar periode tahun buku yang satu
dengan periode- periode tahun buku berikut atau sesudahnya. Alokasi pajak
penghasilan antar periode tahun buku ini diperlukan karena adanya perbedaan
terhadap jumlah laba kena pajak dan laba akuntansi.

2. Intraperiod Allocation
Yaitu proses alokasi pajak penghasilan dalam suatu periode akuntansi karena
adanya perbedaan tarif pajak yang dikenakan terhadap tiap- tiap komponen laba
atau pendapatan ( Misalnya, tarif pajak untuk laba sebelum pos luar biasa berbeda
dengan tarif pajak untuk laba atau rugi luar biasa ).
Karena Undang – Undang Perpajakan di Indonesia tidak mengenal diskriminasi
tarif yang diberlakukan terhadap tiap – tiap komponen laba atau pendapatan, maka
masalah IntraperiodAllocation praktis tidak pernah dijumpai, sehingga pembahasan
lebih dititikberatkan pada masalah Interperiod Allocation.

2.3 Metode Alokasi Pajak Interperiode


Metode alokasi pajak digunakan untuk mempertanggungjawabkan pengaruh – pengaruh pajak
dan bagaimana pengaruh- pengaruh tersebut harus di sajikan dalam laporan keuangan. Ada
tiga metode untuk mengalokasikan pajak yaitu :
1. Defferal Method (Metode Pajak Tangguhan)
Dalam metode ini menggunakan pendekatan laba rugi yang memandang
perbedaan perlakuan antara akuntansi dan perpajakan dari sudut pandang laporan
laba rugi, yaitu kapan suatu transaksi diakui dalam laporan laba rugi baik dari segi
komersial maupun fiscal. Pendekatan ini mengenal istilah perbedaan waktu dan
perbedaan permanen. Hasil perhitungan dari pendekatan ini adalah pergerakan yang
akan diakui sebagai Pajak Tangguhan pada laporan laba rugi. Metode ini lebih
menekankan Matching Principle pada periode terjadinya perbedaan tersebut.
Keunggulan dan Kelemahan dari metode ini adalah :

5
a. Metode pajak tangguhan lebih menekankan pada pengukuran berapa besar
pengematan pajak kini akibat perbedaan temporer tersebut yang dialokasikan
pada periode mendatang. Sedangkan di lain pihak, metode kewajiban
tekanannya pada berapa besar pengeluaran kas yang akan dilakukan di masa
mendatang untuk keperluan pajak penghasilan terutang.
b. Metode pajak tangguhan lebih obyektif bila dibandingkan dengan metode
kewajiban, karena tidak menggunakan estimasi atau asumsi berkenaan dengan
waktu pemulihan penhasilan kena pajak kini maupun pada periode pemulihan
atau tarif pajak.
c. Baik metode pajak tangguhan maupun metode kewajiban mengungkapkan
secara terpisah berkenaan dengan pajak tangguhan di neraca dan laba-rugi
perusahaan dan tidak tergabung dalam nilai individu asset atau kewajiban,
penghasilan atau biaya, seperti halnya pada metode pajak netto.
d. Kelemahan yang serius pada metode pajak tangguhan adalah tidak terdapatnya
konsep mendasar atau teori yang rasional yang mempermasalahkan kredit paja
tangguhan. Kredit tersebut tidak memiliki atribut yang lazimnya sebagai utang
menurut akuntansi, dan malahan. Seolah-olah merupakan klaim pemilik atas
asset perusahaan. Para direksi lebih memfokuskan pada masalah laporan laba-
rugi dan obyektivitas pengukuran beban pajak dalam metode pajak tangguhan,
dibandingkan dengan perhatiannya terhadap neraca perushaan dan konstitensi
teori kredit pajak tangguhan dengan ekuitas lainnya.

2. Liability Method (Metode Kewajiban)

Metode ini menggunakan pendekatan neraca ( balance sheet approach) yang


menekankan pada kegunaan laporan keuangan dalam mengevaluasi posisi
keuangan dan memprediksi aliran kas pada masa yang akan datang. Pendekatan
neraca memandang perbedaan perlakuan akuntansi dan perpajakan dari sudut
pandang neraca, yaitu perbedaan antara saldo buku menurut komersial dan dasar
pengenaan pajaknya. Pendekatan ini mengenal istilah perbedaan temporer dan non
temporer. Beban pajak tangguhan di laporkan di laba rugi bagian taksiran PPh
sebagai komponen pajak tangguhan, sedangkan penghasilan pajak tangguhan harus
dilaporkan di laba rugi sebagai komponen negative dari beban pajak tangguhan.

6
3. Net of Tax Method (Metode Pajak Neto)
Pada metode ini tidak ada pajak tangguhan yang diakui. Konsekuensi dari pajak
atas perbedaan temporer tidak dilaporkan secara terpisah, sebaliknya diperlakukan
sebagai penyesuian atas niali aktiva atau kewajiban tertentu dan penghasilan atau
beban yang terkait. Dalam metode ini, beban pajak yang disajikan dalam laporan
laba rugi sama dengan jumlah pajak penghasilan yang terutang menurut SPT
Tahunan.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan ( PSAK 46 ) di antara ketiga metode
tersebut, hanya Deferral Method ( Metode Pajak Tangguhan ) yang diperkenankan
digunakan. Terpilihnya metode pajak tangguhan untuk digunakan dalam
penyusunan laporan keuangan, karena secara umum dapat dikatakan bahwa metode
ini memasukkan alokasi perbedaan temporer yang komprehensif dan bukan alokasi
perbedaan temporer yang parsial. Selain itum keunggulan dan kelemahan dari
metode ini adalah : metode pajak tangguhan lebih menekankan pada pengukuran
berapa besar penghematan pajak kini akibat perbedaan temporer tersebut yang
dialokasikan pada periode mendatang.Sedangkan di lain pihak, metode kewajiaban
tekanannya pada berapa besar pengeluaran kas yang akan dilakukan di masa
mendatang untuk keperluan pajak penghasilan terutang.

2.4 Perbedaan Permanen dan Perbedaan Waktu


2.4.1 Perbedaan Permanen

Pada dasarnya, perbedaan permanen tersebut muncul, disebabkan oleh


kebijaksanaan ekonomi atau disebabkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat yang
menghendaki penghapusan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
yang memberatkan salah satu sub sector dari sub sector perekonomian. Perbedaan
permanen tersebut dapat terbentuk :

1. Penghasilan tertentu, baik sebagian maupun seluruhnya dikecualikan dari


pengenaan pajak penghasilan
2. Kelompok wajib pajak tertentu, baik sebagian maupun seluruhnya
dibebaskan dari pembayaran pajak.
3. Pengurangan khusus yang diberikan kepada wajib pajak atau pengurangan
secara selektif yang diberlakukan terhadap wajib pajak tertentu.

7
Dengan demikian akan terjadi perbedaan sebagai berikut :

a. Bagi akuntansi keuangan merupakan penghasilan, tetapi bagi akuntansin


pajak pengahsilan tersebut bukan merupakan penghasilan (tidak objek pajak)
atau merupakan penghasilan yang diotangguhkan pengenaan pajaknya.
b. Bagi akuntansi keuangan sudah merupakan pengeluaran, tetapi bagi
akuntansi pajak pengeluaran tersebut tidak dapat dikurangkan sebagai biaya.
c. Bagia akuntansi keuangan tidak atau belum merupakan biaya, tetapi bagia
akuntansi pajak pengeluaran tersebut dapat dikurangkan sebagai biaya.

2.4.2 Perbedaan Waktu atau Sementara


A Tidak termasuk sebagai pemberi kerja yang mempunyai kewajiban untuk
melakukan pemotongan pajak
1. Kantor perwakilan Negara asing;
2. Organisasi-organisasi internasional sebagaiman dimaksud dalam Pasal
3ayat (1) huruf c UU PPh, yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan;
3. Organisasi-organisasi internasional yang ketentuan pajak penghasilannya
didasarkan pada ketentuan perjanjian internasional dan dalam perjanjian
tersebut mengecualikan kewajiban pemotongan pajak, serta serta telah
ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
4. Pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas yang semata-mata mempekerjakan orang pribadi untuk
melakukan pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan bukan dalam rangka
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

2.5 Pencatatan dan Penyajiannya


Pengakuan aset dan kewajiban Pajak Tangguhan dilakukan terhadap rugi fiscal yang masih
dapat dikompensasikan dan beda waktu antara laporan keuangan komersial dengan laporan
keuangan fiscal yang dikenakan pajak, dikalikan dengan tarif pajak yang berlaku. Karena tarif
Pajak Penghasilan berubah – ubah dari waktu ke waktu, maka diperlukan suatu metode alokasi
agar diperoleh kepastian dan perlakuan yang konsisten terhadap pajak penghasailan tersebut
beserta penyajiannya dalam Laporan Keuangan. Dalam aplikasinya, tarif pajak maksimum PPh
30% digunakan karena alasan kepraktisan.

8
2.5.1 Pencatatan
Jurnal untuk mencatat timbulnya asset pajak tangguhan adalah

Keterangan Debit Kredit

Aset pajak tangguhan xxxx


Pendapatan pajak tangguhan Xxx

Jurnal untuk mencatat timbulnya kewajiban pajak tangguhan adalah

Keterangan Debit Kredit

Beban pajak tangguhan xxxx


Kewajiban pajak tangguhan Xxx

2.5.2 Penyajian Pajak Tangguhan


1. Aset pajak dan kewajiban pajak harus disajikan terpisah dari aset dan
kewajiban lainnya dalam neraca.
2. Aset dan kewajiban pajak tangguhan harus dibedakan dari aset pajak kini
(tax receivable/prepaid tax) dan kewajiban pajak kini (tax payable).
3. Aset atau kewajiban pajak tangguhan tidak boleh disajikan sebagai aset atau
kewajiban lancar.
4. Aset pajak kini harus dikompensasikan (offset) dengan kewajiban pajak kini
dan iumlah netonya disajikan dalam neraca.
5. Beban (penghasilan) pajak yang berhubungan dengan laba atau rugi dari
aktivitas normal harus disajikan tersendiri pada laporan laba rugi.
6. Aset pajak tangguhan disajikan terpisah dengan akun tagihan restitusi PPh
dan kewajiban tangguhan juga disajikan terpisah dengan utang PPh 29.
7. PPh final:
a. Apabila nilai tercatat aset atau kewajiban yang berhubungan dengan PPh
final berbeda dari Dasar Pengenaan Pajaknya, maka perbedaan tersebut
tidak boleh diakui sebagai aset atau kewajiban pajak tangguhan.
b. Atas penghasilan yang telah dikenakan PPh final, beban pajak diakui
proporsional dengan jumlah pendapatan menurut akuntansi yang diakui
pada periode berjalan.

9
c. Selisih antara jumlah PPh final yang terutang dengan jumlah yang
dibebankan sebagai pajak kini pada perhitungan laba rugi diakui sebagai
Pajak Dibayar di Muka dan Utang Pajak.
d. Akun PPh final dibayar di muka harus disajikan terpisah dari PPh final
yang masih harus dibayar.
8. Perlakuan akuntansi untuk hal khusus:
a. Jumlah tambahan pokok dan denda pajak yang ditetapkan dalam Surat
Ketetapan Pajak harus dibebankan sebagai pendapatan atau beban lain-
lain pada Laporan Laba Rugi periode berjalan.
b. Apabila diajukan keberatan dan atau banding, pembebanannya
ditangguhkan.
c. Apabila terdapat kesalahan mendasar, perlakuan akuntansinya mengacu
pada PSAK 25 tentang Laba atau Rugi Bersih untuk periode berjalan,
kesalahan mendasar, dan perubahan kebijakan akuntansi.

2.5.3 Penyajian Dalam Laporan Keuangan


Laba sebelum PPh xxx
PPh:
• PajakKini xxx
• Pajak Tangguhan xxx
(xxx)
Laba Setelah PPh xxx

2.6 Contoh Soal


Contoh:
1. Laba sebelum pajak tahun 2006 = Rp 900.000.000. Koreksi fiscal atas laba tersebut
adalah:
a. Pendapatan bunga deposito Rp 60.000.000.
b. Beban jamuan tanpa daftar nominatif Rp 40.000.00
c. Penyusutan fiskal lebih kecil Rp 15.000.000 daripada penyusutan komersial.
Angsuran PPh 25 Rp 20.000.000 per bulan.
Pertanyaan:
a. Tentukan Penghasilan Kena Pajak
b. Tentukan PPh Kurang/Lebih Bayar.

10
c. Tentukan aset atau kewajiban pajak tangguhan.
d. Buatlah jurnal dan penyajiannya.

Jawab:
a. Laba sebelum pajak Rp 90.000.000
Koreksi beda tetap:
-/- Pendapatan bunga deposito (Rp 60.000.000)
+/+ Beban jamuan Rp 40.000.000
Total beda tetap (Rp 20.000.000)
Rp 880.000.000

Koreksi beda waktu :


+/+ Penyusutan Rp 15.000.000
Total beda waktu Rp 15.000.000
Penghasilan Kena Pajak Rp 895.000.000

b. Pajak terutang: 10% x Rp 50.000.000 = Rp 5.000.000


15% x Rp 50.000.000 = Rp 7.500.000
30% x Rp 795.000.000 = Rp 238.500.000
Rp 251.000.000
Kredit PPh 25 (Rp 240.000.000)
PPh Kurang Bayar (PPh 29) Rp 11.000.000

c. Aset Pajak Tangguhan 30% x Rp 15.000.000 = Rp 4.500.000


d. Jurnal:

Keterangan Debit Kredit

PPh Badan – Pajak Kini 251.000.000


Asset Pajak Tangguhan 4.500.000
Pendapatan Pajak Tangguhan 4.500.000
PPh 25 dibayar di muka 240.000.000
Hutang PPh 29 11.000.000

Penyajian :
Laba sebelum pajak Rp 90.000.000
11
Pajak Kini Rp 251.000.000
Pajak Tangguhan (Rp 4.500.000)
(Rp 246.500.000)
Laba Bersih Rp 653.500.000

2. Laba sebelum pajak tahun 2006 = Rp 700.000.000. Koreksi fiskal atas laba tersebut
adalah:
a. Pendapatan sewa bangunan Rp 50.000.000.
b. Beban bunga pajak Rp 10.000.000.
c. Beban pemberian sembako Rp 40.000.000.
d. Penyusutan komersial Rp 10.000.000 lebih tinggi dan penyusutan fiskal.
e. Pendapatan jasa giro Rp 20.000.000.
f. Beban PPh Rp 5.000.000.
g. Amortisasi fiskal Rp 15.000.000 lebih tinggi dan amortisasi komersial.
Kredit Pajak:
a. PPh 22: Rp 10.000.000
b. PPh 23: Rp 100.000.000
c. PPh 24: Rp 25.000.000
d. PPh 25: Rp 15.000.000
Pertanyaan:
a. Tentukan Penghasilan Kena Pajak.
b. Tentukan pajak Kurang/Lebih Bayar.
c. Tentukan aset atau kewajiban pajak tangguhan.
d. Buatlah jurnal dan penyajiannya.
Jawab:
a. Laba sebelum pajak Rp 700.000.000
Koreksi beda tetap:
-/- Pendapatan sewa bangunan (Rp 50.000.000)
-/- Pendapatan jasa giro (Rp 20.000.000)
+/+ Beban bunga pajak Rp 10.000.000
+/+ Beban pemberian sembako Rp 40.000.000
+/+ Beban PPh Rp 5.000.000
Total beda tetap (Rp 15.000.000)
Rp 685.000.000

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pajak tangguhan adalah pajak yang kewajibannya ditunda sampai waktu yang
ditentukan atau diperbolehkan. Pada dasarnya antara akuntansi pajak dan akuntansi
keuangan memiliki kesamaan tujuan, yaitu untuk menetapkan hasil operasi bisnis dengan
pengukuran dan rekognisi pengahasilan dan biaya. Namun ada beberapa hal yang perlu
mendapatkan perhatian, bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
tidak sekadar intstrumen penstranfer sumber daya ( fungsi budgeter), akan tetapi
seringkali pula digunakan untuk tujuan memepengaruhi perilaku wajib pajak untuk
inveastasi, kesejahteraan dll ( fungsi mengatur) yang kadang-kadang merupakan alas an
untuk membenarkan penyimpangan dari standar akuntansi keuangan.

3.2 Kritik dan Saran


Menyadari bahwa kami masih jauh dari kata sempurna, kedepannya kami akan
lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber -
sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk
menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan. Untuk
bagian terakhir dari makalah adalah daftar pustaka. Pada kesempatan lain akan saya
jelaskan tentang daftar pustaka makalah.

13

Anda mungkin juga menyukai