Anda di halaman 1dari 41

Monang Situmorang, CA

BAB 18
A K U N T A N S I P A J AK P E N G H A S I L A N

A. PENDAHULUAN

E ntitas memiliki kewajiban pajak sesuai ketentuan perpajakan yang berlaku di mana
entitas beroperasi. Atas laba yang diperoleh entitas memiliki kewajiban untuk
membayar dan melaporkan pajaknya. PSAK 46: Pajak Penghasilan mengatur bagaimana
entitas menyajikan dan mengungkapkan kewajiban pajak penghasilan entitas. Peraturan
pajak (Undang-undang Pajak Penghasilan – UU PPh) dan Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
memiliki perbedaan pengakuan dan pengukuran penghasilan dan beban yang dapat
memunculkan aset atau liabilitas pajak tangguhan yang harus diungkapkan dan disajikan
dalam laporan keuangan.
Terdapat dua jenis laba yang berbeda, yaitu (1) Laba akuntansi atau laba keuangan atau
laba sebelum pajak (accounting income or pretax financial income or income before tax )
atau disebut juga “laba komersial” merupakan istilah pelaporan keuangan yang ditujukan
untuk laporan kepada pemegang saham dan (2) Laba atau penghasilan kena pajak (taxable
income”) atau disebut juga “laba fiskal” merupakan istilah akuntansi pajak yang ditujukan
untuk laporan ke Kantor Pajak. Keberadaan dari dua penghitungan yang berbeda, yang
keduanya disebut “laba sebelum pajak” menimbulkan kesulitan untuk mendefinisikan arti
dari “beban pajak penghasilan” dan untuk menghitung angka yang benar di laporan posisi
keuangan atas liabilitas pajak tangguhan dan aset pajak tangguhan yang dibayar di muka.
Kesulitan ini muncul akibat dua hal yang mendasar:
 Bagaimana cara menghitung penghasilan dan beban yang telah diakui dan dilaporkan
pada laporan keuangan, namun belum memengaruhi laba kena pajak sampai tahun-tahun
berikutnya.
 Bagaimana cara menghitung penghasilan dan beban yang telah dilaporkan ke kantor
pajak, namun belum diakui pada laporan keuangan sampai tahun-tahun berikutnya.

B. PERBEDAAN PERMANEN DAN PERBEDAAN TEMPORER


Ketentuan dalam UU PPh dan SAK terkait pengakuan penghasilan dan beban tidak sama,
karena memiliki tujuan yang berbeda. Perbedaan antara pajak (laba kena pajak) dan
akuntansi (laba akuntansi), disebut sebagai book – tax differences, dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu:
1. Perbedaan Permanen atau Perbedaan Tetap (Permanent Differences)

Halaman 1 | 41
Monang Situmorang, CA

Perbedaan permanen disebabkan oleh berbagai ketentuan tertentu dari undang-undang


1
perpajakan yang menentukan bahwa beberapa jenis penghasilan dibebaskan dari pajak dan
2
melarang pengurangan atas beberapa jenis beban atau biaya. Penghasilan tidak kena pajak
(non-taxable income) dan beban yang tidak boleh dikurangkan (non-deductible expenses),
atau tidak pernah diperhitungkan dalam menentukan laba kena pajak namun dimasukkan
dalam penghitungan laba akuntansi sesuai dengan SAK. Perbedaan permanen tidak
menimbulkan masalah akuntansi karena tidak termasuk di dalam penghitungan laba kena
pajak. Perbedaan permanen tidak berdampak pada liabilitas pajak saat ini maupun di masa
depan. Perbedaan permanen tercipta oleh tekanan-tekanan politis dan sosial untuk
kepentingan beberapa segmen tertentu di masyarakat atau untuk memajukan industri atau
kegiatan ekonomi tertentu.

2. Perbedaan Temporer atau Perbedaan Sementara atau Perbedaan Waktu ( Temporary


Differences – Timing Differences)
Umumnya, selisih antara laba akuntansi dan laba kena pajak muncul dari kejadian-
kejadian bisnis yang diakui dalam laporan keuangan maupun perpajakan, namun dalam
periode waktu yang berbeda. Dalam beberapa kasus, pembayaran pajak penghasilan
ditangguhkan hingga periode selanjutnya setelah periode di mana kejadian tersebut diakui
pada laba akuntansi. Perbedaan ini disebut dengan perbedaan temporer, setelah sekian
waktu, dampaknya akan sama terhadap laba akuntansi maupun laba kena pajak.
Perbedaan temporer dikelompokkan dalam dua kategori utama.
1. Perbedaan temporer kena pajak (taxable temporary differences) adalah perbedaan
temporer yang menimbulkan jumlah kena pajak (taxable amounts) dalam penghitungan
laba kena pajak (rugi pajak) periode masa depan pada saat jumlah aset atau liabilitas
terpulihkan. Perbedaan temporer kena pajak terjadi jika nilai tercatat lebih besar
dari dasar pengenaan pajak [atau laba akuntansi lebih besar dari laba kena
pajak] dan menimbulkan liabilitas pajak tangguhan. Pajak penghasilan yang akan
dibayarkan atas jumlah kena pajak di masa depan dilaporkan di laporan posisi keuangan
sebagai liabilitas pajak tangguhan (deferred tax liability—DTL).
2. Perbedaan temporer yang boleh dikurangkan ( deductible temporary differences )
adalah perbedaan temporer yang menimbulkan jumlah yang dapat dikurangkan

1
Lihat UU Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Perpajakan dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a
sampai dengan p, mengenai yang dikecualikan dari obyek pajak (penghasilan).
2
Lihat UU Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Perpajakan dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a
sampai dengan k dan ayat (2), mengenai biaya-biaya yang tidak boleh dikurangkan dalam
menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak.
Halaman 2 | 41
Monang Situmorang, CA

(deductible amounts) dalam penghitungan laba kena pajak (rugi pajak) periode masa
depan saat jumlah tercatat aset atau liabilitas dipulihkan atau diselesaikan. Perbedaan
temporer kena pajak terjadi jika nilai tercatat lebih kecil dari dasar pengenaan
pajak [atau laba akuntansi lebih kecil dari laba kena pajak] dan menimbulkan aset
pajak tangguhan. Manfaat atau penghematan pajak penghasilan yang diharapkan akan
terealisasi dari pengurangan di masa depan dilaporkan di laporan posisi keuangan
sebagai aset pajak tangguhan (deferred tax asset—DTA).

Beberapa perbedaan temporer timbul ketika penghasilan (pendapatan dan keuntungan)


atau beban (beban dan kerugian) diakui dalam perhitungan laba akuntansi (laporan laba rugi
dan penghasilan komprehensif lain) dalam periode yang berbeda dengan saat penghasilan
atau beban tersebut diakui dalam penghitungan laba kena pajak (Surat Pemberitahuan
Pajak – SPT).
Akuntansi untuk pajak tangguhan berfokus pada perbedaan temporer antara laba
akuntansi dan laba kena pajak. Perbedaan temporer inilah yang menghasilkan pajak
tangguhan. Dengan demikian, kejadian-kejadian yang menimbulkan antara laba akuntansi dan
laba kena pajak adalah:
 Jika di awal tahun laba kena pajak lebih kecil daripada laba akuntansi, maka laba kena
pajak akan menjadi lebih besar di tahun berikutnya. Pajak penghasilan yang akan
dibayar atas tambahan laba kena pajak di masa depan ini diakui sebagai liabilitas pajak
tangguhan.
 Jika di awal tahun laba kena pajak lebih besar daripada laba akuntansi, maka laba kena
pajak akan menjadi lebih kecil di tahun berikutnya. Pajak penghasilan yang akan
dibayar atas tambahan laba kena pajak di masa depan ini diakui sebagai aset pajak
tangguhan. (Lihat Diagram Perbedaan antara Laba Akuntansi dan Laba Kena Pajak).

Setiap akhir pelaporan entitas melakukan “rekonsiliasi fiskal” atau “koreksi fiskal” atas laba
sebelum pajak untuk menghitung jumlah laba kena pajak. Informasi dalam rekonsiliasi fiskal
disajikan dalam catatan atas laporan keuangan, sebagai informasi pendukung untuk
menghitung jumlah beban pajak kini, beban pajak tangguhan, dan aset atau liabilitas pajak
tangguhan yang terkait.

C. LIABILITAS PAJAK TANGGUHAN


Liabilitas pajak tangguhan timbul apabila “perbedaan temporer kena pajak di masa depan”
(taxable temporary differences ) menyebabkan terjadinya “koreksi negatif” sehingga beban
pajak menurut akuntansi lebih besar daripada beban pajak menurut peraturan perpajakan
atau menambah utang pajak di tahun mendatang.

Halaman 3 | 41
Monang Situmorang, CA

Diagram perbedaan antara Laba Akuntansi dan Laba Kena Pajak

Laba Akuntansi Laba Kena Pajak


(SAK) (UU PPh)
Perbedaan

Permanen Temporer

Penghasilan Beban Tidak Kena Pajak Dapat


Tidak Kena Pajak Dapat Dikurangkan
Dikurangkan

Liabilitas Pajak Tangguhan Aset Pajak Tangguhan

Laba Akuntansi > Laba Kena Pajak


Laba
Akuntansi < Laba Kena Pajak
Beban Pajak Penghasilan xxx
Liabilitas Pajak Tangguhan xxx Aset Pajak Tangguhan xxx
Beban Pajak Penghasilan xxx

Contoh 1: Pada tahun 2022, PT Ades memperoleh penghasilan sebesar Rp30.000.000.


Ades tidak mempunyai beban selain beban pajak penghasilan. Berdasarkan ketentuan pajak
penghasilan menyatakan bahwa penghasilan dikenai pajak jika diterima dalam bentuk kas
dan entitas menerima Rp10.000.000 pada tahun 2022 dan memperkirakan akan menerima
Rp20.000.000 pada tahun 2023. Asumsikan tarif pajak penghasilan adalah 25% dan tidak
berubah untuk tahun-tahun selanjutnya. Utang pajak penghasilan berjumlah Rp2.500.000
(Rp10.000.000 x 25%) karena jumlah inilah yang diperkirakan oleh kantor pajak
berdasarkan laba (penghasilan) kena pajak sebesar Rp10.000.000 yang dilaporkan. Jumlah
sebesar Rp2.500.000 merupakan “beban pajak kini” (“current tax expense”) atau “utang
pajak penghasilan kini” (“current income tax payable”).
Halaman 4 | 41
Monang Situmorang, CA

Sedangkan pajak yang masih harus dibayar atas penghasilan sebesar Rp20.000.000
yang akan diterima pada tahun 2023. Penghasilan sebesar Rp20.000.000 telah dilaporkan
pada laporan keuangan karena dihasilkan pada tahun 2022, namun belum dilaporkan ke
kantor pajak. Besar pajak yang diperkirakan untuk Rp20.000.000 sisanya adalah
Rp5.000.000 (Rp20.000.000 x 25%) dan disebut liabilitas pajak tangguhan ( deferred tax
liability). Disebut liabilitas karena mengharuskan pembayaran di masa depan (oleh sebab
itu disebut tangguhan) sebagai akibat dari transaksi di masa lalu. Liabilitas ini bisa dianggap
sebagai pajak penghasilan yang harus dibayar atas pendapatan yang diterima, namun belum
dikenai pajak. Berikut perbandingan antara beban pajak penghasilan dan utang pajak
penghasilan.
Pelaporan menurut akuntansi
Penghasilan Rp30.000.00
0
Beban 0
Laba sebelum pajak penghasilan Rp30.000.00
0
Beban pajak penghasilan (25%) Rp 7.500.000
Pelaporan menurut pajak
Penghasilan Rp10.000.000
Beban 0
Laba kena pajak Rp10.000.000
Utang pajak penghasilan (25%) Rp 2.500.000
Perbedaan (Liabilitas pajak tangguhan) Rp 5.000.000 (Rp20.000.000 x 25%)
Jurnal untuk mencatat informasi tersebut adalah sebagai berikut:
Beban pajak penghasilan (Rp5.000.000 + Rp2.500.000) 7.500.000
Utang pajak penghasilan 2.500.000
Liabilitas pajak tangguhan 5.000.000

Atau
Beban pajak penghasilan – pajak kini 2.500.000
Beban pajak tangguhan 5.000.000
Utang pajak penghasilan 2.500.000
Liabilitas pajak tangguhan 5.000.000

Penting untuk mengenali perbedaan antara dua jenis liabilitas yang dicatat.
 Utang pajak penghasilan adalah kewajiban yang sah yang diharapkan dapat ditagih
sepenuhnya oleh kantor pajak.

Halaman 5 | 41
Monang Situmorang, CA

 Liabilitas pajak tangguhan bukanlah liabilitas yang sah, bahkan menurut kantor pajak
kewajiban tersebut tidak ada. Meskipun demikian, karena Ades mengetahui bahwa
Rp20.000.000 dari penghasilan yang diterima pada tahun 2022 akan dikenai pajak
tahun 2020, maka liabilitas pajak tangguhan perlu diakui untuk memastikan bahwa
seluruh beban yang terkait dengan pendapatan tahun 2022 yang dilaporkan pada
laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain tahun 2022 dan seluruh liabilitas
dilaporkan pada laporan posisi keuangan pada 31 Desember 2023.

Beban pajak penghasilan yang akan dilaporkan pada laporan laba rugi dan penghasilan
komprehensif lain PT Ades untuk tahun 2022 adalah sebagai berikut:
Laba sebelum pajak penghasilan Rp30.000.000
Beban (penghasilan/manfaat) pajak:
Kini Rp2.500.000
Tangguhan 5.000.000 7.500.00
0
Laba bersih Rp22.500.000

Contoh 2: PT Mayora memulai usahanya di tahun 2022. Laba sebelum pajak penghasilan
sebesar Rp75.000.000. Satu-satunya perbedaan antara laba akuntansi dan laba kena pajak
adalah penyusutan. Mayora menggunakan metode garis lurus dalam menghitung penyusutan
untuk laporan keuangan dan menggunakan metode dipercepat untuk laporan pajaknya.
Jumlah penyusutan untuk aset tetap yang ada selama tahun 2022—2025 sebagai
berikut:
Penyusutan Penyusutan
Tahun menurut Laporan menurut Laporan Perbedaan
Laba Rugi dan Pajak Penghasilan
Penghasilan (SPT)
Komprehensif Lain
2022 Rp 25.000.000 Rp 40.000.000 Rp(15.000.000)
2023 25.000.000 30.000.000 (5.000.000)
2024 25.000.000 25.000.000 0
2025 25.000.000 5.000.000 20.000.000
Rp100.000.000 Rp100.000.000

Asumsikan tarif pajak penghasilan untuk tahun 2022 dan tahun-tahun berikutnya adalah
25%. Laba sebelum pajak untuk tahun 2022 sampai dengan 2025 sebesar Rp75.000.000
setiap tahunnya. Laba kena pajak untuk tahun 2022 sampai dengan tahun 2025 dapat
dihitung sebagai berikut (dalam ribuan).
Halaman 6 | 41
Monang Situmorang, CA

Tahun
Keterangan 2022 2023 2024 2025
Laba sebelum pajak penghasilan
(Laba akuntansi) Rp75.000 Rp75.00 Rp75.000 Rp75.000
0
Ditambah (dikurang):
Perbedaan temporer kena pajak (15.000) (5.000) 0 0
Pembalikan perbedaan kena pajak 0 0 0 20.000
Laba kena pajak Rp60.000 Rp70.00 Rp75.000 Rp95.000
0
Beban pajak penghasilan 15.000 17.500 18.750 23.750
Laba bersih Rp45.000 Rp52.50 Rp56.250 Rp71.250
0

Jika dibandingkan perbedaan antara pelaporan menurut akuntansi atau buku dan pajak
(book vs tax difference) dapat diikhtisarkan sebagai berikut (dalam ribuan):

Tahun Total
2022 2023 2024 2025
Pelaporan menurut
standar akuntansi
Laba sebelum pajak Rp75.000 Rp75.000 Rp75.000 Rp75.000 Rp300.000
penghasilan
Beban pajak Rp18.750 Rp18.750 Rp18.750 Rp18.750 Rp 75.000
penghasilan
Pelaporan menurut
pajak
Laba sebelum pajak Rp60.000 Rp70.000 Rp75.000 Rp95.000 Rp300.000
penghasilan
Utang pajak Rp15.000 Rp17.500 Rp18.750 Rp23.750 Rp 75.000
penghasilan
Perbedaan Rp 3.750 Rp 1.250 Rp 0 Rp(5.000) Rp 0

Jurnal untuk mencatat pajak penghasilan tahun 2022 sampai tahun 2025 adalah sebagai
berikut:
Tahun 2022
Beban pajak penghasilan 18.750.000

Halaman 7 | 41
Monang Situmorang, CA

Utang pajak penghasilan 15.000.000


Liabilitas pajak tangguhan 3.750.000
Tahun 2023

Beban pajak penghasilan 18.750.000


Utang pajak penghasilan 17.500.000
Liabilitas pajak tangguhan 1.250.000

Tahun 2024

Beban pajak penghasilan 18.750.000


Utang pajak penghasilan 18.750.000
Tahun 2025
Beban pajak penghasilan 18.750.000
Liabilitas pajak tangguhan 5.000.000
Utang pajak penghasilan 23.750.000

Pajak penghasilan yang akan dilaporkan pada laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif
lain untuk tahun 2022 sampai dengan tahun 2025 (parsial) adalah sebagai berikut (dalam
ribuan):
Tahun
2022 2023 2024 2025
Laba sebelum pajak penghasilan Rp75.000 Rp75.000 Rp75.000 Rp75.000
Beban (penghasilan/manfaat)
pajak
Kini 15.000 17.500 18.750 23.750
Tangguhan 3.750 1.250 0 (5.000)
Beban pajak penghasilan 18.750 18.750 18.750 18.750
Laba bersih Rp56.250 Rp56.250 Rp56.250 Rp56.250

Contoh 3: Asumsikan PT Andalas melaporkan pendapatan sebesar Rp130.000 dan beban


sebesar Rp60.000 setiap tahun untuk tiga tahun operasi pertamanya. Berikut disajikan
laporan laba rugi (parsial) selama tiga tahun. Diasumsikan tarif pajak penghasilan adalah
40%.
2022 2023 2024 Total
Pendapatan Rp130.000 Rp130.000 Rp130.000
Beban-beban 60.000 60.000 60.000
Laba sebelum pajak penghasilan Rp 70.000 Rp 70.000 Rp 70.000 Rp210.000
Beban pajak penghasilan (40 %) Rp 28.000 Rp 28.000 Rp 28.000 Rp 84.000

Halaman 8 | 41
Monang Situmorang, CA

Untuk tujuan pajak (mengikuti peraturan pajak), Andalas melaporkan beban yang sama ke
kantor pajak di masing-masing tahun, tetapi melaporkan pendapatan sebesar Rp100.000
tahun 2022, Rp150.000 tahun 2023, dan Rp140.000 tahun 2024 sebagaimana tampak
sebagai berikut.
2022 2023 2024 Total
Pendapatan Rp100.000 Rp150.000 Rp140.000
Beban-beban 60.000 60.000 60.000
Laba sebelum pajak penghasilan Rp 40.000 Rp 90.000 Rp 80.000 Rp210.000
Utang pajak penghasilan (40%) Rp 16.000 Rp 36.000 Rp 32.000 Rp 84.000
Beban pajak penghasilan dan utang pajak penghasilan berbeda selama tiga tahun tetapi
secara total sama, sebagaimana ditunjukkan berikut ini.
2022 2023 2024 Total
Beban pajak penghasilan Rp28.000 Rp28.000 Rp28.000 Rp84.000
Utang pajak penghasilan 16.000 36.000 32.000 84.000
Perbedaan Rp12.000 Rp(8.000) Rp(4.000) Rp 0
Jurnal untuk mencatat pajak penghasilan tahun 2022 sampai tahun 2024 adalah sebagai
berikut:
Tahun 2022
Beban pajak penghasilan 28.000
Utang pajak penghasilan 16.000
Liabilitas pajak tangguhan 12.000

Tahun 2023
Beban pajak penghasilan 28.000
Liabilitas pajak tangguhan 8.000
Utang pajak penghasilan 36.000
Tahun 2024
Beban pajak penghasilan 28.000
Liabilitas pajak tangguhan 4.000
Utang pajak penghasilan 32.000

Penghitungan beban pajak penghasilan tahun 2022 dapat dilakukan sebagai berikut:
Liabilitas pajak tangguhan akhir tahun 2022 Rp12.000
Liabilitas pajak tangguhan awal tahun 2022 0
Beban pajak tangguhan tahun 2022 Rp12.000
Beban pajak kini tahun 2022 (utang pajak penghasilan) 16.000
Beban pajak penghasilan (total) tahun 2022 Rp28.000

Halaman 9 | 41
Monang Situmorang, CA

Penghitungan menunjukkan bahwa beban pajak penghasilan mempunyai dua komponen –


beban pajak kini (jumlah utang pajak penghasilan selama periode tahun 2022) dan beban
pajak tangguhan. Beban pajak tangguhan adalah kenaikan dalam saldo liabilitas pajak
tangguhan dari awal sampai dengan akhir periode akuntansi.
Penghitungan beban pajak penghasilan tahun 2023 dapat dilakukan sebagai berikut:
Liabilitas pajak tangguhan akhir tahun 2023 Rp 4.000
Liabilitas pajak tangguhan awal tahun 2022 12.000
Beban (manfaat) pajak tangguhan tahun 2023 Rp(8.000)
Beban pajak kini tahun 2023 (utang pajak penghasilan) 36.000
Beban pajak penghasilan (total) tahun 2023 Rp28.000
Penghitungan beban pajak penghasilan tahun 2024 dapat dilakukan sebagai berikut:

Liabilitas pajak tangguhan akhir tahun 2024 Rp 0


Liabilitas pajak tangguhan awal tahun 2024 (4.000)
Beban (manfaat) pajak tangguhan tahun 2024 Rp(4.000)
Beban pajak kini tahun 2024 (utang pajak penghasilan) 32.000
Beban pajak penghasilan (total) tahun 2024 Rp28.000
Pajak penghasilan yang akan dilaporkan pada laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif
lain untuk tahun 2022 sampai dengan tahun 2024 (parsial) adalah sebagai berikut :
2022 2023 2024
Laba sebelum pajak penghasilan Rp70.000 Rp70.000 Rp70.000
Beban (penghasilan/manfaat)
pajak
Kini 16.000 36.000 32.000
Tangguhan 12.000 (8.000) (4.000)
Beban pajak penghasilan 28.000 28.000 28.000
Laba bersih Rp42.000 Rp56.250 Rp56.250

Dampak terhadap laporan posisi keuangan adalah sebagai berikut:

Akhir Utang Pajak Penghasilan Liabilitas Pajak Tangguhan


tahun
2022 Rp16.000 Rp12.000
2023 36.000 4.000
2024 32.000 0

D. ASET PAJAK TANGGUHAN

Halaman 10 | 41
Monang Situmorang, CA

Aset pajak tangguhan timbul apabila “perbedaan temporer dapat dikurangkan” (deductible
temporary differences) menyebabkan terjadinya “koreksi positif” sehingga beban pajak
menurut akuntansi lebih kecil daripada beban pajak menurut peraturan perpajakan atau
menambah pajak yang dapat dikembalikan (atau dihemat) di tahun-tahun mendatang.

Contoh 1: Pada tahun 2022, di tahun pertama operasinya, PT Lam memperoleh pendapatan
jasa sebesar Rp60.000.000, seluruhnya dikenai pajak di tahun 2022. Lam menawarkan
garansi atas jasanya. Tidak ada klaim garansi di tahun 2022, namun Lam memperkirakan
bahwa di tahun 2022 beban garansi sebesar Rp10.000.000 akan dikeluarkan untuk klaim
garansi dari pendapatan jasa tahun 2022 sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Akan
tetapi untuk tujuan pajak diasumsikan bahwa kantor pajak tidak memperbolehkan
pengurangan pajak apapun sampai saat jasa garansi yang sebenarnya dilakukan. Asumsikan
tarif pajak penghasilan sebesar 25% dan entitas tidak mempunyai beban apa pun pada
tahun 2022 selain beban garansi serta pajak penghasilan.
Utang pajak penghasilan pada akhir tahun 2022 adalah Rp15.000.000 (25% x
Rp60.000.000) karena entitas diharuskan melaporkan pendapatan sebesar Rp60.000.000 ke
kantor pajak, namun tidak boleh menguranginya dengan beban garansi sebesar
Rp10.000.000 yang diperkirakan akan tejadi di tahun 2022. Entitas bisa memperkirakan
bahwa pengurangan ini akan menurunkan tagihan pajak untuk tahun 2023 sebesar
Rp2.500.000 (Rp10.000.000 x 25%). Jumlah Rp2.500.000 ini disebut dengan aset pajak
tangguhan dan merupakan manfaat yang diharapkan dari pengurangan pajak atas pos beban
yang telah terjadi dan telah dilaporkan pada laporan keuangan, namun belum dikurangi
sesuai dengan peraturan perpajakan. Sebagai akibatnya, entitas membayar pajak tahun ini
dan memperkirakan pajak yang lebih rendah tahun depan. Ini merupakan pajak dibayar di
muka.
Menurut Menurut Perbedaan
Akuntansi Pajak
Laba sebelum pajak penghasilan Rp50.000.00 Rp50.000.000
0
Ditambah:
Perbedaan temporer dapat
dikurangkan:
Jasa garansi 0 10.000.000 Rp(10.000.000)
Laba kena pajak Rp50.000.00 Rp60.000.000 (10.000.000)
0
Beban pajak penghasilan (25%) Rp12.500.000 Rp15.000.000 Rp (2.500.000)

Halaman 11 | 41
Monang Situmorang, CA

Jurnal untuk mencatat informasi tersebut adalah sebagai berikut:

Beban pajak penghasilan (Rp15.000.000 – 12.500.000


Rp2.500.000) 2.500.000
Aset pajak tangguhan 15.000.000
Utang pajak penghasilan
Atau
Beban pajak penghasilan 15.000.000
Aset pajak tangguhan 2.500.000
Utang pajak penghasilan 15.000.000
Manfaat pajak tangguhan 2.500.000

Total beban pajak penghasilan sebesar Rp12.500.000 adalah selisih antara beban pajak
penghasilan tahun berjalan dan manfaat pajak tangguhan atau (Rp15.000.000 –
Rp2.500.000). Penyajian beban pajak penghasilan dalam laporan laba rugi dan penghasilan
komprehensif lain PT Lam untuk tahun 2022 adalah sebagai berikut:
Laba sebelum pajak penghasilan Rp50.000.000
Beban (penghasilan/manfaat) pajak:
Kini Rp15.000.000
Tangguhan (2.500.000) 12.500.000
Laba bersih Rp37.500.000

Contoh 2: Asumsikan PT Hun mempunyai pendapatan sebesar Rp900.000 untuk tahun 2022
dan tahun 2023 mempunyai beban operasi sebesar Rp400.000 untuk masing-masing tahun
tersebut. Selain itu, Hun mengakru suatu kerugian dan liabilitas terkait sebesar Rp50.000
untuk tujuan pelaporan keuangan karena proses pengadilan yang tertunda/gugatan yang
tertunda (pending litigation). Hun tidak dapat mengurangkan jumlah ini untuk tujuan pajak
sampai membayar liabilitas tersebut, yang akan dibayar tahun 2023. Akibatnya, jumlah
yang dapat dikurangkan akan terjadi pada tahun 2023 ketika Hun menyelesaikan
liabilitasnya, menyebabkan jumlah laba kena pajak lebih rendah dari laba sebelum pajak
penghasilan. Berikut ini disajikan pelaporan menurut standar akuntansi keuangan dan
pelaporan pajak selama dua tahun. Diasumsikan tarif pajak penghasilan sebesar 40%.
Pelaporan menurut standar akuntansi keuangan
2022 2023

Halaman 12 | 41
Monang Situmorang, CA

Pendapatan Rp900.000 Rp900.000


Beban operasi 400.000 400.000
Kerugian litigasi 50.000 0
Laba sebelum pajak penghasilan Rp450.000 Rp500.000
Tarif pajak 40% 40%
Beban pajak penghasilan Rp180.000 Rp200.000

Pelaporan menurut pajak


2022 2023
Pendapatan Rp900.000 Rp900.000
Beban operasi 400.000 400.000
Kerugian litigasi 0 50.000
Laba kena pajak Rp500.000 Rp450.000
Tarif pajak 40% 40%
Utang pajak penghasilan Rp200.000 Rp180.000
Dalam kasus ini, Hun mencatat aset pajak tangguhan sebesar Rp20.000 pada akhir tahun
2022 karena merepresentasikan pajak yang akan dihemat di periode mendatang sebagai
hasil dari perbedaan temporer yang dapat dikurangkan pada akhir tahun 2022.
Penghitungan aset pajak tangguhan, akhir tahun 2022.
Liabilitas litigasi menurut buku Rp50.000
Liabilitas litigasi menurut pajak 0
Perbedaan temporer kumulatif Rp50.000
Tarif pajak 40%
Aset pajak tangguhan akhir tahun 2022 Rp20.000
Hun juga dapat menghitung aset pajak tangguhan dengan membuat skedul yang
menunjukkan jumlah yang dapat dikurangkan di masa depan karena perbedaan temporer
yang dapat dikurangkan.
Jumlah yang dapat dikurangkan Rp50.000
Tarif pajak 40%
Aset pajak tangguhan akhir tahun 2022 Rp20.000
Dengan asumsi bahwa tahun 2022 adalah tahun operasi pertama dan utang pajak
penghasilan adalah Rp200.000, Hun menghitung beban pajak penghasilannya sebagai
berikut:
Aset pajak tangguhan akhir tahun 2022 Rp 20.000
Aset pajak tangguhan awal tahun 2022 0
Beban (manfaat) pajak tangguhan tahun 2022 (20.000)

Halaman 13 | 41
Monang Situmorang, CA

Beban pajak kini tahun 2022 (utang pajak penghasilan) 200.000


Beban pajak penghasilan (total) tahun 2022 Rp180.000

Manfaat pajak tangguhan (deferred tax benefit) timbul dari kenaikan aset pajak tangguhan
dari awal hingga akhir periode akuntansi. Manfaat pajak tangguhan adalah komponen
negatif dari beban pajak penghasilan. Jadi total beban pajak penghasilan sebesar
Rp180.000 di laporan laba rugi tahun 2022 terdiri dari dua unsur – beban pajak kini
Rp200.000 dan manfaat pajak tangguhan Rp20.000. Hun membuat jurnal berikut pada akhir
tahun 2022 untuk mencatat beban pajak penghasilan, pajak penghasilan tangguhan, dan
utang pajak penghasilan.
Beban pajak penghasilan 180.000
Aset pajak tangguhan 20.000
Utang pajak penghasilan 200.000
Pada akhir tahun 2023 (tahun kedua), perbedaan antara liabilitas litigasi menurut buku dan
menurut pajak adalah nol. Oleh karena itu, tidak terdapat aset pajak tangguhan pada tahun
tersebut. Dengan asumsi utang pajak penghasilan tahun 2023 adalah Rp180.000, Hun
menghitung beban pajak penghasilan tahun 2023 sebagaimana ditunjukkan di bawah ini.
Aset pajak tangguhan akhir tahun 2023 Rp 0
Aset pajak tangguhan awal tahun 2023 20.000
Beban (manfaat) pajak tangguhan tahun 2023 20.000
Beban pajak kini tahun 2023 (utang pajak penghasilan) 180.000
Beban pajak penghasilan (total) tahun 2023 Rp200.000
Entitas mencatat beban pajak tahun 2023 sebagai berikut.
Beban pajak penghasilan 200.000
Aset pajak tangguhan 20.000
Utang pajak penghasilan 180.000
Dengan demikian, beban pajak penghasilan sebesar Rp200.000 di laporan laba rugi dan
penghasilan komprehensif lain terdiri dari dua unsur – beban pajak kini Rp180.000 dan
beban pajak tangguhan Rp20.000.
Pajak penghasilan yang akan dilaporkan pada laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif
lain untuk tahun 2022 dan tahun 2023 (parsial) adalah sebagai berikut :
2022 2023
Pendapatan Rp900.000 Rp900.000
Beban operasi 400.000 400.000
Kerugian litigasi 50.000 0
Laba sebelum pajak penghasilan Rp450.000 Rp500.000

Halaman 14 | 41
Monang Situmorang, CA

Beban (manfaat) pajak penghasilan


Kini Rp200.000 Rp180.000
Tangguhan (20.000) 20.000
Jumlah Rp180.000 Rp200.000
Laba bersih Rp270.000 Rp300.000
Dampak terhadap laporan posisi keuangan:
Akhir Utang Pajak Penghasilan Liabilitas Pajak Tangguhan
tahun
2022 Rp200.000 Rp20.000
2023 180.000 0

E. ASET PAJAK TANGGUHAN DAN LIABILITAS PAJAK TANGGUHAN


Sebagaimana diuraikan sebelumnya, aset pajak tangguhan ( deferred tax asset) adalah
jumlah pajak penghasilan yang dapat dipulihkan pada periode masa depan sebagai akibat
adanya perbedaan temporer yang dapat dikurangkan; sedangkan liabilitas pajak tangguhan
(deferred tax liability) adalah jumlah pajak terutang pada periode masa depan akibat
perbedaan temporer kena pajak.
Berikut ini diberikan contoh di mana terdapat aset pajak tangguhan dan liabilitas pajak
tangguhan pada satu entitas.

Tahun 2022
Pada tahun 2022, tahun pertama operasinya, PT Gin melaporkan laba sebelum pajak
penghasilan sebesar Rp200.000.000, termasuk jumlah-jumlah berikut:
a. Pendapatan sewa mesin sebesar Rp9.000.000 diakui seluruhnya pada tahun 2022,
sedangkan untuk tujuan pajak diakui pada tahun 2023 (Rp5.000.000) dan 2024
(Rp4.000.000).
b. Penyusutan aset tetap dilaporkan dengan metode garis lurus dengan masa manfaat
empat tahun. Pada Surat Pemberitahuan Pajak (SPT), pengurangan atas penyusutan
lebih besar daripada penyusutan garis lurus untuk dua tahun pertama tetapi lebih kecil
daripada penyusutan garis lurus untuk dua tahun berikutnya:
Tahun Penyusutan menurut Penyusutan Perbedaan
Laporan Laba Rugi menurut Pajak
2022 Rp 50.000.000 Rp 66.000.000 Rp (16.000.000)
2023 50.000.000 88.000.000 (38.000.000)
2024 50.000.000 30.000.000 20.000.000
2025 50.000.000 16.000.000 34.000.000

Halaman 15 | 41
Monang Situmorang, CA

Rp200.000.000 Rp200.000.000 Rp 0

c. Estimasi beban garansi dapat dikurangkan untuk tujuan pajak ketika telah dibayar
untuk dua tahun ke depan. Estimasi pengurangan adalah sebagai berikut:
Tahun Beban Garansi menurut Beban Garansi Perbedaan
Laporan Laba Rugi menurut Pajak
2022 Rp7.000.000 Rp 0 Rp 7.000.000
2023 0 4.000.000 (4.000.000)
2024 0 3.000.000 (3.000.000)
Rp7.000.000 Rp7.000.000 Rp 0
Tahun 2023
d. Pada tahun 2023, laba sebelum pajak penghasilan sebesar Rp200.000.000 termasuk
estimasi kerugian sebesar Rp1.000.000 yang timbul dari akrual kerugian kontinjensi.
Kerugian kontinjensi diharapkan akan dibayar tahun 2025 pada saat kerugian dapat
dikurangkan untuk tujuan pajak. Asumsikan bahwa tarif pajak penghasilan adalah 40%
setiap tahun.
Diminta:
a. Hitunglah laba kena pajak, beban pajak penghasilan, utang pajak penghasilan, aset pajak
tangguhan, dan liabilitas pajak tangguhan.
b. Buatlah jurnal (tahun 2022 dan 2023) yang relevan dengan informasi di atas.
c. Buatlah penyajian beban pajak penghasilan pada laporan laba rugi dan penghasilan
komprehensif lain untuk tahun 2022 dan 2023.
Jawaban
a. Perhitungan laba kena pajak, beban pajak penghasilan, utang pajak penghasilan, aset
pajak tangguhan, dan liabilitas pajak tangguhan.
Tahun 2022 (dalam jutaan)
Tahun Jumlah Kena Pajak Jumlah Jumlah
Berjalan (Dapat Dikurangkan) Kena Pajak Dapat
Masa Depan Masa Dikurangkan
2022 2023 2024 2025 Depan Masa Depan
(Total) (Total)
Laba sebelum pajak
penghasilan Rp200
Perbedaan temporer
a. Pendapatan sewa (9) 5 4 xxx Rp 9 xxx
b. Penyusutan (16) (38) 20 Rp34 16 xxx
c. Beban garansi 7 (4) (3) xxx xxx Rp(7)

Halaman 16 | 41
Monang Situmorang, CA

d. Estimasi kerugian xxx


Laba kena pajak Rp182 Rp25 Rp(7)
Tarif pajak penghasilan 40% 40% 40%
Utang pajak penghasilan Rp72,8
Liabilitas pajak tangguhan Rp10
Aset pajak tangguhan Rp(2,8)
Liabilitas Aset Pajak
pajak Tangguhan
tangguhan
Saldo akhir Rp10 Rp2,8
Kurang: Saldo awal (0) (0)
Perubahan saldo Rp10 Rp2,8

b. Jurnal pada akhir tahun 2022


Beban pajak penghasilan 80.000.000
Aset pajak tangguhan 2.800.000
Liabilitas pajak penghasilan 10.000.000
Utang pajak penghasilan 72.800.000

Tahun 2023 (dalam jutaan)


Tahun Jumlah Kena Jumlah Jumlah
Berjalan Pajak Kena Pajak Dapat
(Dapat Masa Dikurangkan
Dikurangkan) Depan Masa Depan
Masa Depan (Total) (Total)
2022 2023 2024 2025
Laba sebelum pajak
penghasilan Rp200
Perbedaan temporer
a. Pendapatan sewa (9) 5 4 xxx Rp4 xxx
b. Penyusutan (16) (38) 20 Rp34 54 xxx
c. Beban garansi 7 (4) (3) xxx xxx Rp(3)
d. Estimasi kerugian xxx 1 xxx (1) xxx (1)
Laba kena pajak Rp164 Rp58 Rp(4)
Tarif pajak penghasilan 40% 40% 40%
Utang pajak Rp65,6
penghasilan
Liabilitas pajak tangguhan Rp23,2

Halaman 17 | 41
Monang Situmorang, CA

Aset pajak tangguhan Rp(1,6)

Liabilitas Aset Pajak


Pajak Tangguhan
Tangguhan
Saldo akhir Rp23,2 Rp1,6
Kurang: Saldo awal (10,0) (2,8)
Perubahan saldo Rp13,2 Rp(1,2)
Jurnal pada akhir tahun 2023
Beban pajak penghasilan 80.000.000
Aset pajak tangguhan 1.200.000
Liabilitas pajak penghasilan 13.200.000
Utang pajak penghasilan 65.600.000

c. Penyajian beban pajak penghasilan pada laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif
lain untuk tahun 2022 dan 2023
PT Gin
Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain (Parsial)
Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 2022 dan 2023 (dalam ribuan)
2022 2023
Laba sebelum pajak penghasilan Rp200.00 Rp200.000
0
Beban (penghasilan/manfaat)
pajak:
Kini Rp72.80 Rp65.600
0
Tangguhan 7.200 80.000 14.400 80.000
Laba bersih Rp120.000 Rp120.000

Catatan pendukung
2022 2023
Laba sebelum pajak penghasilan Rp200.000 Rp200.000
Ditambah (dikurang):
Perbedaan temporer kena pajak
 Pendapatan sewa Rp (9.000) Rp 5.000
 Penyusutan (16.000) (38.000)
Rp(25.000) Rp(33.000)
Perbedaan temporer dapat

Halaman 18 | 41
Monang Situmorang, CA

dikurangkan
 Beban garansi 7.000 (18.000) (3.000) ( 36.000)
Laba kena pajak Rp182.000 Rp164.000
Utang pajak penghasilan (40%) Rp 72.800 Rp 65.600
Beban pajak penghasilan (40%) Rp 80.000 Rp 40.000
Perbedaan Rp 7.200 Rp 14.400

F. PAJAK PENGHASILAN (PPh) FINAL


Secara singkat Pajak Penghasilan (PPh) Final berarti pajak yang sudah selesai atau
dikenakan langsung saat Wajib Pajak menerima penghasilan. Pajak Penghasilan Final atau
PPh Pasal 4 ayat 2 adalah pajak penghasilan yang bersifat final, sehingga apabila wajib
pajak telah melunasinya, maka kewajiban pajak telah selesai dan penghasilan yang
dikenakan pajak penghasilan final tidak dapat digabungkan dengan jenis penghasilan lain
yang terkena pajak penghasilan yang bersifat tidak final.
Jumlah yang dilaporkan sebagai pajak atas penghasilan yang dikenakan PPh final harus
diakui sebagai beban pajak dan merupakan bagian dari beban periode berjalan atau jumlah
tersebut diakui sebagai pengurang dari pendapatan entitas yang dikenakan PPh final.
Dengan demikian PPh Final adalah pajak penghasilan atas jenis penghasilan-penghasilan
tertentu (seperti 20% atas penghasilan bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi
dan surat utang negara, dan penghasilan dari transaksi saham) yang bersifat final dan
tidak dapat dikreditkan dengan pajak penghasilan terutang. Pemotongan PPh Pasal 4 ayat 2
ini bersifat final, artinya pajak terutang harus dilunasi dan diselesaikan dalam masa pajak
yang sama.

G. PENGARUH PERUBAHAN YANG TERJADI SAAT INI PADA TARIF DI MASA


DEPAN
Contoh-contoh sebelumnya mengasumsikan tarif pajak yang konstan di masa depan. Jika
terjadi perubahan tarif pajak di masa depan, liabilitas (aset) pajak tangguhan akan dihitung
dengan menggunakan tarif pajak di masa depan. Entitas melaporkan dampaknya sebagai
penyesuaian terhadap beban pajak penghasilan dalam periode terjadinya perubahan.
Asumsikan bahwa pada tahun 2022, UU pajak yang baru (UU Harmonisasi Pajak) telah
diundangkan di mana tarif pajak yang baru lebih rendah daripada tahun sebelumnya yaitu
dari 25 persen menjadi 22 persen yang efektif untuk tahun pajak 2022. Jika Entitas A
memiliki hanya satu perbedaan temporer pada awal tahun 2021 sejumlah Rp300.000 yang
lebih rendah daripada penyusutan pajak (perbedaan temporer kena pajak), maka entitas
memiliki akun Liabilitas Pajak Tangguhan dengan saldo Rp75.000 (25% x Rp300.000) pada 1
Halaman 19 | 41
Monang Situmorang, CA

Januari 2021. Jika jumlah yang dikenakan pajak yang berkaitan dengan perbedaan ini
direncanakan terjadi sama dalam tahun 2021, 2022, dan 2023, maka liabilitas pajak
tangguhan pada akhir tahun 2023 adalah Rp110.000, yang dihitung sebagai berikut.
2021 2022 2023 Total
Jumlah kena pajak di masa Rp100.000 Rp100.000 Rp100.000 Rp300.000
depan 25% 22% 22%
Tarif pajak Rp 25.000 Rp 22.000 Rp 22.000 Rp 69.000
Liabilitas pajak tangguhan

Oleh karena itu, Entitas A mengakui pengurangan sebesar Rp100.000 (Rp75.000 –


Rp69.000) pada akhir tahun 2021 dalam liabilitas pajak tangguhan sebagai berikut.
Liabilitas pajak tangguhan 6.000
Beban pajak penghasilan 6.000

H. RUGI OPERASI BERSIH DIKOMPENSASI KE PERIODE BERIKUTNYA


Perbedaan temporer (perbedaan temporer yang dapat dikurangkan) juga dapat muncul
karena kompensasi kerugian. Karena pajak penghasilan didasarkan pada jumlah penghasilan
kena pajak yang dilaporkan, tidak ada pajak terutang jika entitas mengalami kerugian
operasi. Sebagai insentif bagi entitas yang mengalami laba atau rugi silih berganti, maka
undang-undang perpajakan memberikan jalan untuk memperkecil risiko pada tahun-tahun
kerugian. Hal ini dilakukan dengan periode kompensasi ke periode sebelumnya ( carryback)
dan kompensasi ke periode berikutnya (carryforward) yang mengizinkan entitas untuk
memngompensasi (membebankan) rugi operasi bersih ( net operating loss – NOL) yang
terjadi pada suatu tahun terhadap laba di tahun-tahun lain.
Menurut UU PPh, apabila penghasilan bruto setelah pengurangan didapat kerugian,
kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun pajak berikutnya
berturut-turut sampai dengan 5 (lima) tahun. Hal ini berarti kerugian tersebut
dikompensasikan ke periode berikutnya (loss carryforward) dan tidak diperbolehkan
mengompensasikannya ke periode sebelumnya ( loss carryback). Kompensasi pajak ke
periode berikutnya mengakibatkan pengurangan beban pajak penghasilan pada periode
berjalan dan pengakuan aset pajak tangguhan (dengan mendebit aset pajak tangguhan dan
mengkredit beban pajak penghasilan atau manfaat pajak penghasilan.)

Jika entitas mengalami rugi sebesar Rp20.000.000 maka selama lima tahun berikutnya
entitas tidak akan membayar pajak sampai laba mencapai jumlah kerugian tersebut.
Manfaat pajak tersebut diakui secara akuntansi pada saat kerugian terjadi sebesar

Halaman 20 | 41
Monang Situmorang, CA

Rp5.000.000 (25% x Rp20.000.000). Entitas mengakui aset pajak tangguhan dalam laporan
posisi keuangan dan manfaat pajak tangguhan dalam laporan laba rugi dan penghasilan
komprehensif lain. Jika pada tahun berikutnya entitas memiliki penghasilan kena pajak
Rp6.000.000, maka entitas tidak membayar pajak karena masih memiliki kompensasi
kerugian, namun secara akuntansi tetap akan diakui beban pajak tangguhan sebesar
1.500.000. Beban pajak tangguhan ini diperoleh dari pemulihan aset pajak tangguhan. Akhir
tahun pertama saldo aset pajak tangguhan tersisa Rp5.000.000 – Rp1.500.000 =
Rp3.500.000 mencerminkan sisa kompensasi yang belum dimanfaatkan sebesar
Rp14.000.000. Aset pajak tangguhan yang telah diakui pada periode sebelumnya, karena
perubahan kondisi ekonomi menjadi tidak terpulihkan di masa depan. Untuk aset pajak
tangguhan terkait dengan kompensasi kerugian, entitas kemungkinan tidak dapat
memanfaatkan kompensasi karena entitas rugi terus.

Contoh: Selama tahun 2021, tahun pertama operasinya, PT Jaya melaporkan rugi operasi
(operating loss) sebesar Rp20.000.000 untuk tujuan akuntansi dan pajak. Tarif PPh adalah
25%.
Tahun Berjalan Jumlah yang Dapat
2021 Dikurangkan Masa Depan
Rugi operasi Rp(20.000.000)
Kompensasi kerugian 20.000.000 Rp(20.000.000)
Penghasilan kena pajak Rp 0
Tarif pajak 25% 25%
Pajak penghasilan Rp 0
Aset pajak penghasilan Rp 5.000.000

Jurnal
Aset pajak tangguhan 5.000.000
Manfaat pajak penghasilan – rugi operasi 5.000.000

Manfaat pajak penghasilan (income tax benefit) dari rugi operasi yang dikompensasi ke
periode berikutnya diakui untuk tujuan akuntansi dalam tahun di mana rugi operasi terjadi.
Rugi operasi bersih setelah pajak menggambarkan penghematan pajak di masa depan yang
kemungkinan timbul.
Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain (parsial):
Rugi operasi sebelum pajak penghasilan Rp20.000.000
Kurang: Manfaat pajak penghasilan – rugi operasi (5.000.000)
Rugi operasi bersih Rp15.000.000

Halaman 21 | 41
Monang Situmorang, CA

I. PENYAJIAN ASET PAJAK TANGGUHAN DAN LIABILITAS PAJAK TANGGUHAN


Aset pajak tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan dapat disajikan saling hapus sesuai
dengan ketentuan dalam penyajian instrumen keuangan. Saling hapus dapat dilakukan jika
entitas memiliki hak secara hukum untuk melakukan saling hapus dan berniat menyelesaikan
dengan dasar neto. Untuk aset dan liabilitas pajak tangguhan dalam satu entitas,
penyelesaiannya dilakukan dalam penghitungan pajak entitas tersebut sehingga dapat
disajikan saling hapus. Namun jika aset dan liabilitas pajak tangguhan muncul dari entitas
yang berbeda dalam laporan keuangan konsolidasian, akan tetap disajikan terpisah tidak
dinetokan. Aset pajak tangguhan pada anak entitas tidak dapat dipulihkan dari laba induk
entitas. Tidak ada hak secara hukum untuk saling hapus kewajiban perpajakan antara anak
dan induk, karena kewajiban perpajakan untuk masing-masing entitas.
Untuk entitas yang menyusun laporan keuangan konsolidasian, pajak akan
dipertanggungjawabkan untuk masing-masing entitas anak. Laba dari entitas anak bukan
obyek pajak, sehingga dalam menghitung pajak entitas induk sebagai wajib pajak tidak
memasukkan laba entitas anak. Koreksi fiskal akan dilakukan masing-masing entitas tidak
ada koreksi fiskal entitas konsolidasian. Namun karena entitas konsolidasian
menggabungkan laporan keuangan semua anak dalam kendali induk, maka beban pajak harus
dihitung atas entitas konsolidasian. Beban pajak kini dihitung dari beban pajak kini induk
dan total beban pajak kini dari entitas anak. Beban (manfaat) pajak tangguhan merupakan
penjumlahan juga. Untuk aset dan liabilitas pajak tangguhan juga dikonsolidasikan tanpa ada
proses eliminasi.

J. REKONSILIASI FISKAL
Setiap akhir pelaporan entitas melakukan rekonsiliasi fiskal atau koreksi fiskal atas laba
sebelum pajak untuk menghitung jumlah penghasilan atau laba kena pajak. Informasi dalam
rekonsiliasi fiskal disajikan dalam catatan atas laporan keuangan, sebagai informasi
pendukung untuk menghitung jumlah beban pajak kini, beban pajak tangguhan, dan aset atau
liabilitas pajak tangguhan yang terkait.
Rekonsiliasi (koreksi) fiskal adalah proses penyesuaian atas laba akuntansi (laba
komersial) yang berbeda dengan peraturan perpajakan (fiskal) untuk menghasilkan
penghasilan neto sesuai dengan peraturan perpajakan. Perbedaan antara akuntansi dan
fiskal tersebut dapat dikelompokkan menjadi perbedaan permanen dan perbedaan
temporer. Rekonsiliasi fiskal dilakukan oleh Wajib Pajak (WP) yang pembukuannya
menggunakan pendekatan akuntansi keuangan (komersial) yang bertujuan untuk
memudahkan mengisi Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) dan menyusun laporan keuangan
fiskal yang harus dilampirkan pada saat menyampaikan SPT Tahunan PPh.
Halaman 22 | 41
Monang Situmorang, CA

Koreksi fiskal dapat berupa koreksi positif dan negatif. Koreksi positif (perbedaan
temporer kena pajak – menimbulkan liabilitas pajak tangguhan) terjadi apabila laba menurut
fiskal bertambah, sedangkan koreksi negatif (perbedaan temporer dapat dikurangkan –
menimbulkan aset pajak tangguhan) terjadi apabila laba menurut fiskal berkurang.
Perbedaan permanen adalah perbedaan pengakuan pajak yang timbul karena terjadi
transaksi penghasilan dan beban yang diakui menurut akuntansi dan tidak diakui menurut
fiskal (pajak). Perbedaan ini sifatnya permanen yang artinya tidak diperhitungkan dengan
laba kena pajak tahun pajak berikutnya. Perbedaan permanen timbul dari item yang (1)
dimasukkan dalam laba sebelum pajak tetapi tidak pernah dimasukkan dalam laba kena
pajak, atau (2) dimasukkan dalam laba kena pajak tetapi tidak pernah dimasukkan dalam
laba sebelum pajak.

Contoh: PT Humpus melaporkan laba sebelum pajak penghasilan sebesar Rp2.000.000


untuk tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2023. Akuntan perusahaan tidak memahami
dengan perlakuan yang disyaratkan atas perbedaan temporer dan perbedaan permanen
dalam merekonsiliasi laba atau penghasilan kena pajak dengan laba akuntansi (laba sebelum
pajak penghasilan) dan telah meminta saran Anda. Tarif pajak penghasilan adalah 25%.
Tidak terdapat saldo awal aset pajak tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan. Catatan
Humpus yang Anda terima menunjukkan perbedaan berikut:
Penyusutan menurut pajak lebih besar dibandingkan Rp275.000
dengan penyusutan menurut akuntansi
Beban sumbangan 125.000
Pendapatan sewa mesin menurut pajak lebih besar
dibandingkan dengan akuntansi 80.000

Diminta:
a. Hitunglah beban pajak penghasilan, utang pajak penghasilan, jumlah aset pajak
tangguhan, dan liabilitas pajak tangguhan.
b. Buatlah jurnalnya.
c. Buatlah penyajian beban pajak penghasilan dalam laporan laba rugi dan penghasilan
komprehensif lain.
d. Diasumsikan terdapat kredit pajak berupa PPh Pasal 22 dan 25 masing-masing sebesar
Rp25.000 dan Rp354.000. Hitunglah pajak kurang atau lebih bayar dan buatlah
jurnalnya. (Catatan: Berdasarkan UU PPh, setelah diketahui jumlah pajak terutang,
wajib pajak dalam negeri dan badan usaha tetap dapat mengurangi pajak terutang
tersebut dengan kredit pajak untuk tahun pajak yang bersangkutan).

Halaman 23 | 41
Monang Situmorang, CA

Jawaban:
a. Beban pajak penghasilan, utang pajak penghasilan, aset pajak tangguhan , dan liabilitas
pajak tangguhan

2023 Perbedaan Perbedaan


temporer kena temporer dapat
pajak dikurangkan
Laba sebelum pajak Rp2.000.000
penghasilan
Perbedaan permanen
Beban sumbangan 125.000
Perbedaan temporer
Penyusutan (275.000) Rp275.000
Pendapatan sewa 80.000 Rp(80.000)
Penghasilan (laba) kena pajak Rp1.930.000
Tarif pajak penghasilan 25% 25% 25%
Utang pajak penghasilan Rp 482.500
Aset pajak tangguhan Rp(20.000)
Liabilitas pajak tangguhan Rp68.750

b. Jurnal
Beban pajak penghasilan (25% X Rp2.125.000) 531.250
Aset pajak tangguhan 20.000
Utang pajak penghasilan 482.500
Liabilitas pajak penghasilan 68.750

c. Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain


Laba sebelum pajak penghasilan Rp2.000.000
Beban pajak penghasilan:
Kini Rp482.500
Tangguhan 48.750 531.250
Laba bersih Rp1.468.750

d. PPh kurang atau lebih bayar dan jurnal yang diperlukan


Penghitungan PPh kurang bayar
PPh terutang Rp482.500

Halaman 24 | 41
Monang Situmorang, CA

Kredit pajak
PPh pasal 22 Rp 25.000
PPh pasal 25 354.000 379.000
PPh kurang bayar Rp103.500

Jurnal

Utang pajak penghasilan 482.500


PPh Pasal 22 dibayar di muka 25.000
PPh Pasal 25 dibayar di muka 354.000
Utang PPh Pasal 29 103.500

CATATAN
Berikut ini diberikan beberapa definisi yang digunakan dalam akuntansi pajak penghasilan.
1. Aset pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan yang dapat dipulihkan pada
periode masa depan sebagai akibat adanya:
i. perbedaan temporer yang boleh dikurangkan;
ii. akumulasi rugi pajak belum dikompensasi; dan
iii. akumulasi kredit pajak belum dimanfaatkan, dalam hal peraturan perpajakan
mengizinkan.
2. Beban pajak (Penghasilan/Manfaat pajak) adalah jumlah agregat pajak kini dan pajak
tangguhan yang diperhitungkan dalam menentukan laba atau rugi pada satu periode.
3. Beban (Manfaat pajak tangguhan) adalah perubahan selama tahun berjalan atas aset
dan liabilitas pajak tangguhan.
4. Dasar pengenaan pajak atas aset atau liabilitas adalah nilai yang terkait dengan aset
atau liabilitas untuk tujuan pajak.
i. Dasar pengenaan pajak atas aset adalah nilai yang terkait dengan aset untuk
tujuan pajak, yaitu jumlah yang dapat dikurangkan untuk tujuan pajak terhadap
setiap manfaat ekonomi kena pajak yang akan mengalir ke entitas ketika
memulihkan jumlah tercatat aset tersebut.
ii. Dasar pengenaan pajak atas liabilitas adalah nilai yang terkait dengan liabilitas
untuk tujuan pajak, yaitu jumlah yang dapat dikurangi dengan setiap jumlah yang
dapat dikurangkan untuk tujuan pajak berkenaan dengan liabilitas tersebut pada
periode mendatang.

Halaman 25 | 41
Monang Situmorang, CA

5. Laba akuntansi adalah laba atau rugi selama satu periode sebelum dikurangi beban
pajak.
6. Laba kena pajak atau laba fiskal (rugi pajak atau rugi fiskal) adalah laba (rugi)
selama satu periode yang dihitung berdasarkan peraturan yang ditetapkan oleh
Otoritas Pajak atas pajak penghasilan yang terutang (dilunasi).
7. Liabilitas pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan terutang pada periode
masa depan sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena pajak.
8. Pajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan
pajak ini dikenakan atas laba kena pajak entitas.
9. Pajak penghasilan final adalah pajak penghasilan yang bersifat final, yaitu bahwa
setelah pelunasannya, kewajiban pajak telah selesai dan penghasilan yang dikenakan
pajak penghasilan final tidak digabungkan dengan jenis penghasilan lain yang terkena
pajak penghasilan yang bersifat tidak final. Pajak jenis ini dapat dikenakan terhadap
jenis penghasilan, transaksi, atau usaha tertentu.
10. Pajak kini adalah jumlah pajak penghasilan yang terutang (dilunasi) atas laba kena pajak
(rugi pajak) untuk satu periode.
Pajak kini adalah jumlah pajak yang harus dibayar oleh Wajib Pajak, jumlah pajak ini
harus dihitung sendiri oleh wajib pajak berdasarkan penghasilan kena pajak dikalikan
dengan tarif pajak, kemudian dibayar sendiri dan dilaporkan dalam Surat
Pemberitahuan (SPT) sesuai dengan peraturan perundang-undangan pajak yang berlaku.
Penghasilan kena pajak atau laba fiskal diperoleh dari hasil koreksi fiskal terhadap laba
bersih sebelum pajak berdasarkan laporan keuangan komersial (laporan akuntansi).
11. Perbedaan temporer adalah perbedaan antara jumlah tercatat aset atau liabilitas pada
posisi keuangan dengan dasar pengenaan pajaknya. Perbedaan temporer dapat berupa:
i. Perbedaan temporer kena pajak adalah perbedaan temporer yang menimbulkan
jumlah kena pajak dalam penghitungan laba kena pajak (rugi pajak) periode masa
depan pada saat jumlah tercatat aset atau liabilitas dipulihkan atau diselesaikan
ii. Perbedaan temporer dapat dikurangkan adalah perbedaan temporer yang
menimbulkan jumlah yang dapat dikurangkan dalam penghitungan laba kena pajak
(rugi pajak) periode masa depan pada saat jumlah tercatat aset atau liabilitas
dipulihkan atau diselesaikan.

12. Perbedaan Permanen (Perbedaan Tetap) terjadi karena adanya pengakuan penghasilan
dan beban menurut akuntansi dengan fiskal, yaitu adanya penghasilan dan beban yang
diakui menurut akuntansi namun tidak diakui menurut fiskal, ataupun sebaliknya. Dengan
kata lain perbedaan permanen dihasilkan dari pos-pos yang (1) masuk dalam laba

Halaman 26 | 41
Monang Situmorang, CA

akuntansi sebelum pajak tetapi tidak pernah menjadi penghasilan (laba) kena pajak,
atau (2) masuk dalam penghasilan (laba) kena pajak tetapi tidak pernah masuk ke dalam
laba akuntansi sebelum pajak.
Perbedaan permanen biasanya terjadi karena peraturan perpajakan mengharuskan hal-
hal berikut dikeluarkan dari penghitungan penghasilan kena pajak, misalnya:
- Penghasilan yang dikenakan PPh yang bersifat final Pasal 4 ayat (2) UU PPh.
- Penghasilan yang bukan obyek pajak Pasal 4 ayat (3) UU PPh.
- Pengeluaran yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan usaha Pasal 9 ayat
(1) UU PPh.
- Beban yang digunakan untuk mendapatkan penghasilan yang ukan obyek pajak dan
penghasilan yang telah dikenakan PPh bersifat final.
- Penggantian sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk
natura.
- Sanksi perpajakan.

Halaman 27 | 41
Monang Situmorang, CA

PERTANYAAN DAN LATIHAN


1. Jelaskan perbedaan antara laba akuntansi dan laba kena pajak.
2. Sebutkan tujuan akuntansi pajak penghasilan.
3. Sebutkan pengertian Tarif Pajak Statutori ( Statutory Tax Rate – STR) Tarif Pajak
Efektif (Effective Tax Rate – ETR).
4. Bunga atas deposito dan tabungan biasanya disebut sebagai perbedaan permanen saat
menetapkan jumlah yang tepat untuk melaporkan pajak tangguhan. Sebutkan
pengertian perbedaan permanen dan berikan tiga contoh lain.
5. Apa yang dimaksud dengan book-tax differences.
6. Jelaskan pengertian perbedaan temporer dalam kaitannya dengan penghitungan pajak
dan berikan tiga contohnya.
7. Apa perbedaan antara jumlah kena pajak di masa depan ( future taxable amount) dan
jumlah yang dapat dikurangkan di masa depan (future deductible amount)?
8. Jelaskan apa yang dimaksud dengan beban pajak tangguhan dan manfaat pajak
tangguhan.
9. Jelaskan apa yang dimaksud dengan aset pajak tangguhan dan liabilitas pajak
tangguhan.
10. Bagaimana aset pajak tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan dilaporkan di laporan
posisi keuangan.
11. Jelaskan ketentuan yang mengatur saling hapus atau kompensasi ( netting) aset pajak
tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan.
12. Sebutkan perbedaan antara “loss carryforward” dan “loss carryforward.” Berikan
contohnya. Bagaimana perlakukan akuntansinya.
13. Sebutkan pengertian pajak kini dan berikan contohnya.
14. Jelaskan apa yang dimaksud dengan rekonsiliasi fiskal.
15. Untuk masing-masing item berikut di bawah ini, identifikasi apakah item tersebut
merupakan perbedaan temporer kena pajak, perbedaan temporer dapat dikurangkan,
atau perbedaan permanen (atau perbedaan tetap).

Halaman 28 | 41
Monang Situmorang, CA

Item Perbedaan Perbedaan Perbedaan


Temporer Temporer Permanen
Kena Pajak Dapat
Dikurangkan
Pemilik properti menerima sewa di muka. XX
Jumlah tersebut dikenakan pajak ketika
sewa diterima.
Penyusutan untuk tujuan pajak melebihi XX
penyusutan yang dibebankan untuk tujuan
akuntansi
Suatu penyisihan untuk biaya garansi dan XX
jaminan masa depan dicatat tetapi tidak
dapat dikurangkan untuk tujuan pajak
hingga pengeluaran benar-benar terjadi.
Iuran keanggotaan klub golf dilaporkan XX
sebagai beban promosi tetapi tidak dapat
dikurangkan untuk tujuan pajak.
Pendapatan konstruksi dilaporkan dengan XX
menggunakan metode sepanjang waktu
(persentase penyelesaian) tetapi tidak
dikenakan pajak hingga proyek selesai.
Beban atas opsi saham diakru untuk tujuan XX
pelaporan keuangan.
Estimasi kerugian atas gugatan dan klaim XX
yang tertunda (pending lawsuit and claim)
diakru di buku. Kerugian ini dapat
dikurangkan saat liabilitas terkait
diselesaikan.
Penghasilan berupa bunga deposito yang XX
telah dikenakan PPh final
Sanksi administrasi berupa bunga dan XX
denda karena keterlambatan pembayaran
pajak. Sanksi adminstrasi ini tidak dapat
dikurangkan untuk tujuan pajak.
Estimated warranty costs (covering a 3-
year warranty) are expensed for financial
Halaman 29 | 41
Monang Situmorang, CA

reporting purposes at the time of sale but


deducted for income tax purposes when
paid.
Depreciation for book and income tax
purposes differs because of different
bases of carrying the related property,
which was acquired in a trade-in. The
different bases are a result of different
rules used for book and tax purposes to
compute the basis of property acquired in
a trade-in.

16. Pada tahun 2022, PT ABC melaporkan laba sebelum pajak penghasilan sebesar
Rp300.000 dan laba kena pajak sebesar Rp100.000. Terdapat hanya satu perbedaan
temporer pada akhir periode sebesar Rp70.000 yaitu perbedaan yang disebabkan
kelebihan penyusutan untuk tujuan pajak. Jika tarif pajak untuk keseluruhan periode
adalah 25%, hitunglah jumlah beban pajak penghasilan yang dilaporkan pada tahun
2022. Tidak terdapat beban pajak tangguhan pada awal tahun.
17. PT Matahari mempunyai laba sebelum pajak sebesar Rp168.000 dan laba kena pajak
sebesar Rp120.000. Perbedaan ini disebabkan penggunaan metode penyusutan yang
berbeda untuk tujuan pajak dan akuntansi. Tarif pajak efektif adalah 25%. Hitunglah
jumlah yang akan dilaporkan sebagai utang pajak penghasilan pada 31 Desember 2022.
18. Pada 31 Desember 2021, PT Apollo mempunyai liabilitas pajak tangguhan sebesar
Rp25.000. Pada 31 Desember 2022, liabilitas pajak tangguhan sebesar Rp42.000.
Beban pajak kini sebesar Rp48.000. Berapa jumlah yang dilaporkan Apollo sebagai
beban pajak tahun 2022?
19. Pada 31 Desember 2021, PT Permai mempunyai aset pajak tangguhan sebesar
Rp30.000. Pada 31 Desember 2022, aset pajak tangguhan sebesar Rp59.000. Beban
pajak kini sebesar Rp61.000. Berapa jumlah yang dilaporkan Apollo sebagai beban pajak
tahun 2022.
20. PT Mayora mempunyai laba sebelum pajak penghasilan sebesar Rp195.000 tahun 2022.
Beban pajak kini sebesar Rp48.000 dan beban pajak tangguhan sebesar Rp30.000.
Buatlah laporan laba rugi tahun 2022, yang dimulai dengan laba sebelum pajak
penghasilan.
21. Pada 31 Desember 2022, PT Solo mempunyai estimasi liabilitas jaminan sebesar
Rp105.000 untuk tujuan akuntansi dan Rp0 untuk tujuan pajak. (Beban jaminan tidak

Halaman 30 | 41
Monang Situmorang, CA

dapat dikurangkan hingga dibayar.) Tarif pajak efektif adalah 25%. Hitunglah jumlah
yang dilaporkan sebagai aset pajak tangguhan pada 31 Desember 2022.

22. Entitas X memulai usahanya pada 1 Januari dan mencatat pendapatan ( revenues)
sebesar Rp60.000.000 untuk tahun berjalan. Selain beban pajak penghasilan, satu-
satunya beban perusahaan adalah sebagai berikut:
 Kerugian penurunan nilai piutang usaha (atau beban piutang tak tertagih) sebesar
Rp10.000.000. Peraturan pajak tidak memperbolehkan pengurangan apa pun hingga
penurunan nilai piutang atau piutang tak tertagih benar-benar dihapuskan. Selama
tahun tersebut, jumlah piutang tak tertagih yang dihapuskan adalah Rp2.000.000.
 Beban imbalan pascakerja untuk pemeliharaan kesehatan sebesar Rp15.000.000.
Peraturan pajak tidak memperbolehkan pengurangan apa pun hingga pengeluaran
untuk pemeliharaan kesehatan para pensiunan benar-benar terjadi. Tidak ada
pengeluaran yang terjadi selama tahun tersebut.
Diminta: (a) Buatlah jurnal untuk mencatat beban pajak penghasilan, pajak penghasilan
ditangguhkan, dan utang pajak penghasilan untuk tahun tersebut dan (b) Buatlah
penyajian beban pajak penghasilan dalam laporan laba rugi dan penghasilan
komprehensif lain untuk tahun tersebut. (Asumsi tarif pajak penghasilan adalah 35%)

23. Pada tanggal 1 Januari Entitas Y membeli efek investasi seharga Rp1.000.000. Efek
tersebut diklasifikasikan sebagai efek yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi
atau diperdagangkan. Pada tanggal 31 Desember efek tersebut memiliki nilai wajar
sebesar Rp700.000, namun belum dijual. Pada tanggal 1 Januari entitas juga membeli
sebuah peralatan seharga Rp10.000.000. Peralatan tersebut mempunyai umur manfaat
4 tahun dan nilai residual Rp0. Entitas menggunakan metode garis lurus untuk tujuan
pelaporan keuangan. Asumsikan penyusutan untuk tujuan pajak pada tahun pertama
umur manfaat peralatan adalah Rp3.300.000. Laba sebelum pajak untuk tahun berjalan
adalah Rp4.000.000. Tarif pajak tahun ini dan tahun-tahun berikutnya adalah 40%. (a)
Buatlah seluruh jurnal untuk mencatat beban pajak penghasilan untuk tahun tersebut
dan (b) Buatlah penyajian beban pajak penghasilan dalam laporan laba rugi dan
penghasilan komprehensif lain untuk tahun tersebut.

24. Pada tanggal 31 Desember 2021, tahun pertama operasinya, PT Kasmir memiliki
perbedaan temporer kena pajak sebesar Rp60.000.000 dan perbedaan temporer yang
dapat dikurangkan sebesar Rp17.000.000. Laba akuntansi sebelum pajak untuk tahun
2021 adalah Rp100.000.000. Tarif pajak untuk 2021 dan tahun-tahun berikutnya
adalah 40%. Buatlah jurnal untuk mencatat beban pajak penghasilan tahaun 2021.

Halaman 31 | 41
Monang Situmorang, CA

25. Perusahaan melaporkan laba akuntansi sebelum pajak penghasilan di laporan laba
ruginya sebesar Rp50.000.000. Pos-pos yang termasuk dalam laba akuntansi sebelum
pajak antara lain:
Pendapatan bunga dari Obligasi Republik Indonesia (ORI) Rp10.000.000
Beban-beban yang tidak boleh dikurangkan 17.000.000
Beban garansi (tidak boleh dikurangkan sampai benar-
benar terjadi; tidak ada beban sampai saat ini) 8.000.000

Tarif pajak penghasilan adalah 30%. Hitunglah (1) laba akuntansi yang menjadi subjek
pajak, (2) laba kena pajak (fiskal), (3) beban pajak penghasilan, (4) laba bersih, dan (5)
tarif pajak efektif (effective tax rate - ETR)

26. Fakta berikut berkaitan dengan PT Mahakam.


1) Liabilitas pajak tangguhan, 1 Januari 2023, Rp60.000.
2) Aset pajak tangguhan, 1 Januari 2023, Rp20.000.
3) Laba kena pajak (taxable income) tahun 2023, Rp115.000.
4) Perbedaan temporer kumulatif pada 31 Desember 2023, menimbulkan jumlah kena
pajak di masa depan, Rp210.000.
5) Perbedaan temporer kumulatif pada 31 Desember 2023, menimbulkan jumlah dapat
dikurangkan di masa depan, Rp95.000.
6) Tarif pajak penghasilan 40%. Tidak terdapat perbedaan permanen.
Diminta:
a. Hitunglah jumlah laba sebelum pajak penghasilan tahun 2023.
b. Buatlah jurnal untuk mencatat beban pajak penghasilan, pajak penghasilan
tangguhan, dan utang pajak penghasilan tahun 2023.
c. Buatlah bagian beban pajak penghasilan di laporan laba rugi, yang dimulai dengan
“laba sebelum pajak penghasilan.”
d. Hitunglah tarif pajak efektif (effective tax rate – ETR) pada tahun 2023.

27. PT Wika membeli aset dengan biaya perolehan Rp80.000.000 pada tahun 2022. Untuk
tujuan pelaporan keuangan aset disusutkan selama empat tahun (tidak ada nilai
residual). Untuk tujuan pajak, biaya perolehan aset disusutkan berdasarkan ketentuan
perpajakan. Tarif pajak penghasilan adalah 25%. Jumlah laba sebelum pajak
penghasilan, penyusutan, dan laba kena pajak untuk tahun 2022, 2023, 2024, dan 2025
adalah sebagai berikut:
(Dalam ribuan rupiah)

Halaman 32 | 41
Monang Situmorang, CA

2022 2023 2024 2025


Laba sebelum pajak penghasilan Rp330 Rp350 Rp365 Rp400
Penyusutan berdasarkan akuntansi 20 20 20 20
Penyusutan berdasarkan pajak (SPT) (25) (33) (15) (7)
Laba kena pajak Rp325 Rp337 Rp370 Rp413
Diminta: Untuk setiap tahun pada 31 Desember,
a. Hitunglah perbedaan pajak dan buku untuk aset tersusutkan ( the temporary book–
tax difference for the depreciable asset).
b. Saldo yang akan dilaporkan pada akun liabilitas pajak tangguhan. ( spiceland 16-4)

28. Jeonbuk Ltd. has two temporary differences between its income tax expense and
income taxes payable. The information is shown below.
2023 2024 2025
Pretax financial income $840,000 $910,000 $945,000
Excess depreciation expense on tax return (30,000) (40,000) (20,000)
Excess warranty expense in financial
income 20,000 10,000 8,000
Taxable income $830,000 $880,000 $933,000
The income tax rate for all years is 40%.
Instructions
a. Prepare the journal entry to record income tax expense, deferred income taxes,
and income tax payable for 2023, 2024, and 2025.
b. Assuming there were no temporary differences prior to 2023, indicate how
deferred taxes will be reported on the 2025 balance sheet. Jeonbuk Ltd. product
warranty is for 12 months.
c. Prepare the income tax expense section of the income statement for 2025,
beginning with the line “Pretax financial income.” (kieso e.19-8)

29. PT Jhonsonville memulai operasinya pada tahun 2023. Pada tahun yang berakhir 31
Desember 2023, entitas mengalami kerugian sebesar Rp1.000.000. Diharapkan bahwa
entitas tidak mengalami kerugian lagi dan akan menghasilkan laba kena pajak pada
tahun-tahun berikutnya adalah sebagai berikut:
Tahun Laba sebelum pajak
2024 Rp300.000
2025 400.000
2026 600.000

Halaman 33 | 41
Monang Situmorang, CA

Diasumsikan bahwa tidak ada perbedaan temporer antara jumlah tercatat aset dan
liabilitas Jhonsonville dan dasar pengenaan pajak masing-masing. Tarif pajaknya adalah
30%.
Diminta: Buatlah jurnal untuk menunjukkan pengakuan aset yang terkait dengan rugi
pajak (tax loss), maupun jurnal untuk mengakui penggunaan kerugian atau pemanfaatan
kompensasi kerugian.

30. Pada tanggal 31 Desember 2022, saldo akun liabilitas pajak tangguhan PT Sritex
Rp660.000 kredit. Asumsikan bahwa pada tanggal 31 Desember 2023 berubah dari
33% menjadi 30%.
Buatlah jurnal untuk mencatat perubahan tarif pajak untuk tahun 2022.

31. PT Taxi mempunyai saldo pajak tangguhan pada tanggal 31 Desember 2023:
Aset pajak tangguhan Rp500.000
Liabilitas pajak tangguhan 300.000

Saldo-saldo di atas dihitung ketika tarif pajak adalah 30%. Pada tanggal 28 Februari
2024 pemerintah mengurangi tarif pajak penghasilan 25%.
Diminta
Buatlah jurnal untuk mencatat untuk menyesuaikan saldo aset pajak tangguhan dan
liabilitas pajak tangguhan ke periode berikutnya (carry forward).

Halaman 34 | 41
Monang Situmorang, CA

SOAL
1. PT Welli melaporkan laba sebelum pajak penghasilan sebesar Rp80.000 selama tahun
2022. Pos-pos berikut menyebabkan laba kena pajak berbeda dengan laba sebelum
pajak penghasilan.
1) Penyusutan menurut SPT (pajak) adalah lebih besar daripada penyusutan menurut
laporan laba rugi sebesar Rp16.000.
2) Sewa yang diterima menurut SPT adalah lebih besar daripada sewa yang diperoleh
menurut laporan laba rugi sebesar Rp27.000.
3) Sumbangan sebesar Rp7.000 dan beban jamuan tamu (entertainment expenses)
Rp4.000 dilaporkan sebagai beban pada laporan laba rugi.
Tarif pajak Welli adalah 30% untuk seluruh tahun, dan entitas mengharapkan
melaporkan laba kena pajak dalam seluruh tahun pada masa depan.
Diminta
a. Hitunglah laba kena pajak dan utang pajak penghasilan untuk tahun 2022.
b. Buatlah jurnal untuk mencatat beban pajak penghasilan, pajak penghasilan
ditangguhkan, dan utang pajak penghasilan untuk tahun 2022.
c. Buatlah penyajian beban pajak penghasilan dalam laporan laba rugi dan penghasilan
komprehensif lain untuk tahun 2022.

Jawaban (dalam ribuan rupiah):


a. Laba kena pajak dan utang pajak penghasilan untuk tahun 2022
Laba sebelum pajak penghasilan Rp 80.000
Perbedaan temporer:
Kelebihan penyusutan menurut SPT (16.000)
Kelebihan sewa yang diterima atas sewa yang
diperoleh 27.000 11.000
Rp 91.000
Perbedaan permanen:
Sumbangan 7.000

Halaman 35 | 41
Monang Situmorang, CA

Jamuan tamu 4.000 11.000


Laba kena pajak Rp102.000
Utang pajak penghasilan (30% x Rp102.000) Rp 30.600
Beban pajak penghasilan (30% x Rp91.000) Rp 27.300

b. Jurnal untuk mencatat beban pajak penghasilan, pajak penghasilan ditangguhkan,


dan utang pajak penghasilan untuk tahun 2022
Beban pajak penghasilan 27.300
Aset pajak tangguhan (30% X Rp27.000) 8.100
Utang pajak penghasilan 30.600
Liabilitas pajak tangguhan (30% X Rp27.000) 4.800
Atau
Beban pajak penghasilan 30.600
Aset pajak tangguhan 8.100
Utang pajak penghasilan 30.600
Liabilitas pajak tangguhan 4.800
Manfaat pajak tangguhan 3.300

Perbedaan Jumlah Kena Pajak Tarif Pajak Pajak Tangguhan


Temporer (Dapat Penghasilan (Aset) Liabilitas
Dikurangkan) Masa
Depan
Penyusutan Rp16.000 30% Rp4.800
Pendapatan sewa
diterima di muka (27.000) 30% Rp(8.100)
Total Rp(11.000) Rp(8.100) Rp4.800*
* Total ini dapat direkonsiliasi : Rp(11.000) x 30% = Rp(8.100) + Rp4.800

Aset Pajak Liabilitas


Tangguhan Pajak
Tangguhan
Saldo akhir Rp8.100 Rp4.800
Saldo awal (0) 0
Beban (manfaat) pajak tangguhan Rp(8.100) Rp4.800

Halaman 36 | 41
Monang Situmorang, CA

Beban pajak tangguhan tahun 2022 Rp4.800


Manfaat pajak tangguhan tahun 2022 (8.100)
Manfaat pajak tangguhan neto (3.300)
Beban pajak kini tahun 2022 (Utang pajak penghasilan) 30.600
Beban pajak penghasilan tahun 2022 Rp27.300

c. Penyajian beban pajak penghasilan dalam laporan laba rugi dan penghasilan
komprehensif lain untuk tahun 2022
Laba sebelum pajak penghasilan Rp80.000
Beban (manfaat) pajak penghasilan
Kini Rp30.600
Tangguhan (3.300) 27.300
Laba bersih Rp52.700

2. Informasi berikut tersedia untuk PT Jonson selama tahun 2022.


1) Kelebihan penyusutan pajak (tax depreciation) atas penyusutan buku (book
depreciation) sebesar Rp40.000. Perbedaan sebesar Rp40.000 ini akan
terpulihkan (reverse) dengan jumlah yang sama selama tahun 2022 – 2025.
2) Untuk tujuan buku, sewa yang diterima di muka ditangguhkan sebesar Rp25.000,
sedangkan menurut pajak sewa diakui (earned) pada tahun 2022.
3) Laba sebelum pajak penghasilan (laba akuntansi) sebesar Rp350.000.
4) Asumsikan tarif pajak untuk semua tahun sebesar 40%.
Diminta
a. Hitunglah laba kena pajak untuk tahun 2022.
b. Buatlah jurnal untuk mencatat beban pajak penghasilan, pajak penghasilan
ditangguhkan, dan utang pajak penghasilan untuk tahun 2022.
c. Buatlah jurnal untuk mencatat beban pajak penghasilan, pajak penghasilan
ditangguhkan, dan utang pajak penghasilan untuk tahun 2022, dengan asumsi laba
kena pajak sebesar Rp325.000.
Jawaban
a. Laba kena pajak tahun 2022

Laba sebelum pajak penghasilan Rp350.000


Kelebihan penyusutan pajak atas penyusutan buku (40.000)
Pendapatan diterima di muka 25.000
Laba kena pajak Rp335.000

Halaman 37 | 41
Monang Situmorang, CA

b. Jurnal

Beban pajak penghasilan (Rp350.000 x 40%) 140.000


Aset pajak tangguhan 10.000
Utang pajak penghasilan (Rp335.000 x 40%) 134.000
Liabilitas pajak tangguhan 16.000

Perbedaan Jumlah Kena Pajak Tarif Pajak Pajak Tangguhan


Temporer (Dapat Penghasilan (Aset) Liabilitas
Dikurangkan) Masa
Depan
Penyusutan Rp40.000 40% Rp16.000
Pendapatan sewa
diterima di muka (25.000) 40% Rp(10.000)
Rp15.000 Rp(10.000) Rp16.000
c. Jurnal

Beban pajak penghasilan 136.000*


Liabilitas pajak tangguhan 4.000
Utang pajak penghasilan (Rp325.000 x 130.000
40%) 10.000
Aset pajak tangguhan
* (Rp130.000 – Rp4.000 + Rp10.000)

3. Catatan akuntansi PT Sakura menunjukkan data berikut untuk tahun 2022.


1) Peralatan diperoleh pada awal Januari seharga Rp300.000. Metode penyusutan
yang digunakan adalah garis lurus dengan umur manfaat 5 tahun, dengan tanpa nilai
residu. Untuk tujuan pajak, Sakura menggunakan tarif 30% untuk menghitung
penyusutan.
2) Pendapatan bunga bank setelah PPh final sebesar Rp4.000.
3) Jaminan produk diestimasi sebesar Rp50.000 untuk tahun 2022. Biaya tenaga
kerja dan perbaikan aktual yang berkaitan dengan jaminan tahun 2022 sebesar
Rp10.000. Sisanya diestimasi akan dibayar secara sama pada tahun 2023 dan
2022.
4) Penjualan berdasarkan basis akrual sebesar Rp100.000. Untuk tujuan pajak,
Rp75.000 dicatat berdasarkan metode penjualan cicilan.

Halaman 38 | 41
Monang Situmorang, CA

5) Beban yang tidak dapat dikurangkan berupa kenikmatan karyawan ( employee


benefit) sebesar Rp4.200.
6) Laba sebelum pajak penghasilan sebesar Rp750.000. Tarif pajak penghasilan adalah
30%.
Diminta [Kieso. P19.4]

a. Buatlah skedul yang dimulai dengan angka laba sebelum pajak penghasilan tahun
2022 dan berakhir dengan penghasilan kena pajak pada tahun 2022 (rekonsiliasi
fiskal)
b. Buatlah jurnal untuk mencatat utang pajak penghasilan, beban pajak penghasilan,
dan beban pajak tangguhan pada tahun 2022.
Jawaban
a. Skedul laba sebelum pajak penghasilan dan laba kena pajak untuk tahun 2022
Laba sebelum pajak penghasilan Rp750.000
Perbedaan permanen
Pendapatan bunga bank Rp(4.000)
Kenikmatan karyawan 4.200 200
Perbedaan temporer
Beban penyusutan (30.000)*
Penjualan cicilan (Rp100.000 – Rp75.000) (25.000)
Beban garansi (Rp50.000 – Rp10.000) 40.000 (15.000)
Laba kena pajak Rp735.200

*Penyusutan menurut buku (Rp300.000/5) Rp60.000


Penyusutan menurut SPT (Rp300.000 x 30%) 90.000
Perbedaan Rp30.000

Penghitungan utang pajak penghasilan tahun 2022 adalah sebagai berikut:


Laba kena pajak Rp735.200
Tarif pajak penghasilan x 30%
Utang pajak penghasilan Rp220.560

Perhitungan beban pajak tangguhan tahun 2022 adalah sebagai berikut:


Perbedaan temporer
Beban penyusutan Rp(30.000) = Rp(9.000)
x 30% LPT

Halaman 39 | 41
Monang Situmorang, CA

Penjualan cicilan (Rp100.000 – Rp75.000) (25.000) x =Rp(7.500)


30% LPT
Beban jaminan (Rp50.000 – Rp10.000) 40.000 x = Rp12.000
30% APT
b. Jurnal untuk mencatat utang pajak penghasilan, beban pajak penghasilan, dan beban
pajak tangguhan pada tahun 2022

Beban pajak penghasilan 225.060*


Aset pajak tangguhan 12.000
Liabilitas pajak tangguhan (Rp9.000 + Rp7.500) 16.500
Utang pajak penghasilan 220.560

*Beban pajak penghasilan


Beban pajak tangguhan tahun 2022
(dari liabilitas pajak tangguhan) (Rp9.000 + Rp7.500) Rp 16.500
Manfaat pajak tangguhan tahun 2022
(dari asset pajak tangguhan) (12.000)
Beban pajak tangguhan neto tahun 2022 4.500
Beban pajak kini tahun 2022 (utang pajak 220.560
penghasilan)
Beban pajak penghasilan Rp225.060
(Atau Rp750.200 x 30%) =Rp225.060

4. PT Gajah Tunggal memulai operasinya pada awal tahun 2023. Berikut informasi
mengenai entitas ini.
1) Laba sebelum pajak penghasilan tahun 2023 sebesar Rp100.000.
2) Tarif pajak untuk tahun 2023 diasumsikan sebesar 40%.
3) Perbedaan antara laporan laba rugi dan surat pemberitahuan pajak (SPT) disajikan
di bawah ini:
a) Beban jaminan yang terjadi untuk tujuan pelaporan keuangan adalah sebesar
Rp7.000. Pengurangan jaminan menurut SPT adalah sebesar Rp2.000.
b) Laba atas kontrak konstruksi dengan menggunakan metode persentase
penyelesaian menurut buku adalah sebesar Rp92.000. Laba atas kontrak
konstruksi untuk tujuan pajak adalah sebesar Rp67.000.

Halaman 40 | 41
Monang Situmorang, CA

c) Penyusutan aset tetap untuk tujuan pelaporan keuangan adalah sebesar


Rp60.000. Penyusutan aset ini adalah sebesar Rp80.000 untuk tujuan SPT.
d) Sanksi administrasi berupa bunga dan denda sebesar Rp3.500 dikurangkan
dalam menghitung laba sebelum pajak penghasilan.
e) Pendapatan bunga yang diakui atas deposito yang telah dikenakan PPh final
sebesar Rp1.500.
Diminta: [Kieso. P19.9. Groupwork]

a. Hitunglah laba kena pajak tahun 2023.


b. Hitunglah aset pajak tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan yang berkaitan
dengan perbedaan temporer yang dijelaskan di atas pada 31 Desember 2023.
c. Buatlah jurnal untuk mencatat beban pajak penghasilan, pajak tangguhan, dan utang
pajak penghasilan.
d. Buatlah bagian beban pajak penghasilan di laporan laba rugi, yang dimulai dengan
“laba sebelum pajak penghasilan.”

Halaman 41 | 41

Anda mungkin juga menyukai