Catatan:
Laba Akuntansi = Laba Sebelum Pająk
Laba Fiskal = Beban Pajak Kini : Tarif PPh Badan
BTD DAN PENGHINDAR PAJAK
Namun, kewajiban pembukuan dikecualikan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas yang sesuai ketentuan perundang-undangan perpajakan diperbolehkan menghitung penghasilan
neto dengan menggunakan Norma Perhitungan Penghasilan Neto.
Wajib Pajak yang dimaksud antara lain Wajib Pajak Orang Pribadi yang menjalankan usaha atau melakukan
pekerjaan bebas dengan jumlah bruto dalam setahun kurang dari Rp4,8 Milyar.
Sebagai gantinya, Wajib Pajak dengan kriteria tersebut tetap wajib melakukan pencatatan. Kewajiban
pencatatan juga berlaku bagi Wajib Pajak yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
Adapun proses pembukuan yang dilakukan setiap Wajib Pajak harus memenuhi
syarat-syarat berikut ini:
1. Harus diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan mencerminkan
keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya.
2. Diselenggarakan di Indonesia dan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan
mata uang rupiah serta disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa
asing yang telah diizinkan oleh Menteri Keuangan.
3. Diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau
stelsel kas.
Pembukuan Pajak Menurut Undang-Undang
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 197/PMK.03/2017 tentang Bentuk dan
Tata Cara Pencatatan Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi, syarat-syarat
penyelenggaraan pencatatan pajak adalah sebagai berikut :
Pajak tangguhan adalah beban pajak (deferred tax expense) atau manfaat
pajak (deferred tax income) yang akan menambah atau mengurangi jumlah
pajak yang harus dibayar di masa depan.
Basic Concept of Deferred Tax
Pengakuan
Konsep dasar pengakuan dalam pajak tangguhan adalah pengakuan asset pada kewajiban
perpajakan yang ditangguhkan atau ditunda pada Laporan Keuangan. Perusahaan yang
membuat laporan keuangan tersebut dapat mengakui besaran nilai yang tercatat pada sebuah
asset. Perusahaan juga dapat melunasi nilai yang tercatat pada kewajiban. Adapun temporary
difference yang dapat menambah jumlah pajak di masa mendatang akan diakui sebagai kewajiban.
Pengukuran
Pengukuran pajak tangguhan tidak dihitung menggunakan tarif pajak yang berlaku untuk saat ini,
melainkan berdasarkan tarif ketika aset direalisasikan maupun saat kewajiban telah dilunasi.
Secara teknis, pengakuan kewajiban maupun aktiva pajak ini tetap dilakukan terhadap kerugian
fiskal yang dapat dikompensasikan. Tak hanya itu saja, temporary difference dari laporan
keuangan usaha komersial maupun fiskal kena pajak nantinya akan dikalikan berdasarkan tarif
pajak yang berlaku.
Basic Concept of Deferred Tax
Penyajian
Dalam konsep dasar penyajian, aset dan kewajiban pajak tangguhan
haruslah dipisahkan antara aset dan kewajiban saat ini. Kemudian,
keduanya harus disajikan pada unsur tidak lancar dalam sebuah neraca. Hal
ini pun berlaku bagi beban maupun penghasilan pajak.
Pengukapan
Berdasarkan PSAK No.46 yang mengatur tentang hal yang berkaitan
dengan pajak tangguhan, dituliskan bahwa pajak tangguhan harus masuk
dalam pengungkapan catatan atas laporan keuangan. Dalam hal ini, Anda
bisa merujuk pada PSAK No.46 khususnya paragraf 56 sampai 63.
Asset Pajak Tangguhan (Deferred Tax Asset)
Menurut PSAK 46, Aset pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan (PPh) yang
dapat dipulihkan pada periode masa depan akibat adanya, akumulasi rugi pajak belum
dikompensasi, perbedaan temporer yang boleh dikurangkan, dan akumulasi kredit pajak
belum dimanfaatkan dalam hal peraturan perpajakan mengizinkan. Dengan definisi ini
muncul konsep tentang “pemulihan pada masa mendatang”. Aset perpajakan tangguhan
merupakan jumlah PPh terpulihkan pada periode mendatang sebagai akibat adanya
perbedaan temporer yang dapat dikurangkan dan sisa kompensasi kerugian.
PT Himalaya memperoleh pendapatan dengan jumlah yang sama pada tahun 2022
dan 2023, masing-masing Rp13.500.000.000. Beban operasi yang timbul juga sama
pada tahun 2022 dan 2023, masing-masing sejumlah Rp6.000.000.000.
Selain beban operasional tersebut, pada tahun 2022 PT Himalaya mengakui kerugian
PT Himalaya membuat ayat jurnal berikut pada akhir tahun 2023 untuk merekam
beban pajak penghasilan, pajak penghasilan tangguhan, dan PPh terutang.
Liabilitas Pajak Tangguhan (Deferred Tax Liabilities)
Menurut PSAK 46, Liabilitas pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan
terutang pada periode masa depan sebagai akibat perbedaan temporer kena pajak.
Definisi ini juga memunculkan konsep tentang “terutang pada periode mendatang”
PSAK 46 menggunakan konsep akrual dalam mengakui beban, aset dan kewajiban
perpajakan. Prinsip dasar akuntansi pajak penghasilaan yang diatur dalam
PSAK 46 mengharuskan entitas mengakui pajak penghasilan yang kurang bayar
dan pajak penghasilan yang lebih bayar dalam tahun berjalan.
Objek PSAK 46
Surat Pemberitahuan Pajak Tahunan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk
melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang dalam satu Tahun Pajak.
Batas waktu penyampaian SPT tahunan.
Tata cara penyelesaian surat pemberitahuan pajak
1
Thank you!