Anda di halaman 1dari 39

Konseptual Akuntansi Pajak

Penghasilan dan SPT Tahunan


Anggota Kelompok
1. Vareza Andru Bintoro​​​ - 12030120140121
2. Bayu Rachmandhika ​​​- 12030120140134
3. Nazhwa Azzahra Rivana Nasution ​- 12030120140140
4. Wilda Destrilindo - 12030120140159
5. Afiya Nasywa Afma​​​ - 12030120140220
Sub-Bab
Book Tax Accounting
Difference Record

Deferred Tax PSAK 46 SPT Tahunan


Book Tax Difference
Book Tax Difference
Book tax differences adalah perbedaan besaran antara laba akuntansi
atau laba komersial dan laba fiskal atau penghasilan kena pajak.

BTD = Laba Akuntansi - Laba Fiskal

Catatan:
Laba Akuntansi = Laba Sebelum Pająk
Laba Fiskal = Beban Pajak Kini : Tarif PPh Badan
BTD DAN PENGHINDAR PAJAK

Semakin tinggi BTD, maka semakin tinggi kecenderungan


penghindaran pajak

untuk data penelitian, nilai BTD harus diskalakan dengan total


aset untuk mengkontrol ukuran perusahaan
Book tax differences
dibedakan menjadi tiga
Book tax differences

besar Positive

Book tax differences



besar Negative

Book tax differences



besar Kecil
1. Perbedaan Permanen (Permanent Difference)
2. Perbedaan Temporer (Temporary Difference)
Pembahasan =>>
Perbedaan Permanen
(Permanent Difference)
1. Perbedaan yang terjadi karena peraturan perpajakan menghitung
laba fiskal berbeda dengan perhitungan laba menurut standar
akuntansi keuangan tanpa ada koreksi dikemudian hari.
2. Terjadi karena transaksi pendapatan dan beban diakui menurut
akuntansi dan tidak diakui menurut Fiskal ataupun sebaliknya.
3. Disebabkan oleh adanya perbedaan pengaturan terkait pengakuan
penghasilan dan biaya antara Standar Akuntansi Keuangan dan
Ketentuan dalam Peraturan Perpajakan.
4. Perbedaan positif terjadi karena ada laba akuntansi yang tidak diakui oleh
ketentuan perpajakan dan relief pajak, sedangkan perbedaan negatif terjadi
karena adanya pengeluaran sebagai beban laba akuntansi yang tidak
diakuioleh ketentuan fiskal.
5. Perbedaan permanen yang dimaksud diperoleh dari jumlah perbedaan
permanen yang disajikan dalam catatan laporan keuangan dibagi dengan
total asset.
Perbedaan Temporer
(Temporary Difference)
1. Selisih antara laba akuntansi dan labakena pajak (Laba Fiskal) yang
disebabkan oleh ketentuan perpajakan dan memberikan pengaruh di
masa yang akan datang dalam suatu periode tertentu sehingga
pengaruhnya terhadap laba akuntansi dan laba fiskal akhirnya
menjadi sama.
2. Perbedaan temporer terjadi karena adanya perbedaan waktu
antara pengakuan pendapatan dan biaya dalam menghitung laba.
4. Untuk tujuan pelaporan keuangan, pendapatan diakui ketika diperoleh
danbiaya diakui pada saat terjadinya.
5. Perbedaan temporer yang digunakan diperoleh dari besarnya selisih
temporer yang terdapat dalam catatan laporan keuangan dibagi
dengan total asset.
Perbedaan temporer dibagi menjadi perbedaan
waktu positif dan perbedaan waktu negatif.

Perbedaan temporer positif terjadi apabila pengakuan beban untuk


akuntansi lebih lambat dari pengakuan beban untuk pajak atau pengakuan
penghasilan untuk tujuan pajak lebih lambat dari pengakuan penghasilan
untuk tujuan akuntansi.

Perbedaan temporer negatif terjadi jika ketentuan perpajakan mengakui


beban lebih lambat dari pengakuan beban akuntansi komersial atau
akuntansi penghasilan mengakui penghasilan lebih lambat dari pengakuan
penghasilan menurut ketentuan pajak.
Accounting Record
Proses pembukuan maupun pencatatan pajak merupakan kegiatan utama di dalam akuntansi komersial. Dari sisi
pajak, pembukuan dan pencatatan ini menjadi suatu hal yang sangat krusial karena apa yang dibukukan atau
dicatat akan menjadi dasar bagi setiap Wajib Pajak untuk menghitung besarnya pajak yang terutang. Pada
prinsipnya, setiap Wajib Pajak Orang Pribadi yang telah melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, dan
Wajib Pajak Badan di Indonesia wajib menyelenggarakan pembukuan. Hal ini telah diatur di dalam Pasal 28 Ayat
1 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007.

Namun, kewajiban pembukuan dikecualikan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas yang sesuai ketentuan perundang-undangan perpajakan diperbolehkan menghitung penghasilan
neto dengan menggunakan Norma Perhitungan Penghasilan Neto.

Wajib Pajak yang dimaksud antara lain Wajib Pajak Orang Pribadi yang menjalankan usaha atau melakukan
pekerjaan bebas dengan jumlah bruto dalam setahun kurang dari Rp4,8 Milyar.

Sebagai gantinya, Wajib Pajak dengan kriteria tersebut tetap wajib melakukan pencatatan. Kewajiban
pencatatan juga berlaku bagi Wajib Pajak yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

Pembukuan Pajak Menurut Undang-Undang

Di dalam Pasal 1 angka 26 UU KUP, disebutkan bahwa pembukuan merupakan


suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan
data dan informasi keuangan. Informasi keuangan yang dimaksud adalah yang
meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga
perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun
laporan keuangan berupa neraca, serta laporan laba-rugi untuk periode tahun
pajak tersebut.
Pembukuan Pajak Menurut Undang-Undang

Adapun proses pembukuan yang dilakukan setiap Wajib Pajak harus memenuhi
syarat-syarat berikut ini:
1. Harus diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan mencerminkan
keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya.
2. Diselenggarakan di Indonesia dan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan
mata uang rupiah serta disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa
asing yang telah diizinkan oleh Menteri Keuangan.
3. Diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau
stelsel kas.
Pembukuan Pajak Menurut Undang-Undang
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 197/PMK.03/2017 tentang Bentuk dan
Tata Cara Pencatatan Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi, syarat-syarat
penyelenggaraan pencatatan pajak adalah sebagai berikut :

1. Pencatatan harus dilakukan secara teratur dan mencerminkan keadaan yang


sebenarnya dengan menggunakan haruf latin, angka arab, satuan mata uang rupiah,
serta harus disusun menggunakan Bahasa Indonesia.
2. Pencatatan dalam satuan tahun harus dilakukan secara kronologis.
3. Dalam pencatatan pajak, harus menggambarkan peredaran atau penerimaan bruto
dan/atau jumlah penghasilan bruto yang diterima dan/atau diperoleh. Selain itu juga
harus menggambarkan penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau penghasilan yang
pengenaan pajaknya bersifat final.
Deferred Tax

Pajak tangguhan adalah beban pajak (deferred tax expense) atau manfaat
pajak (deferred tax income) yang akan menambah atau mengurangi jumlah
pajak yang harus dibayar di masa depan.
Basic Concept of Deferred Tax

Pengakuan
Konsep dasar pengakuan dalam pajak tangguhan adalah pengakuan asset pada kewajiban
perpajakan yang ditangguhkan atau ditunda pada Laporan Keuangan. Perusahaan yang
membuat laporan keuangan tersebut dapat mengakui besaran nilai yang tercatat pada sebuah
asset. Perusahaan juga dapat melunasi nilai yang tercatat pada kewajiban. Adapun temporary
difference yang dapat menambah jumlah pajak di masa mendatang akan diakui sebagai kewajiban.

Pengukuran
Pengukuran pajak tangguhan tidak dihitung menggunakan tarif pajak yang berlaku untuk saat ini,
melainkan berdasarkan tarif ketika aset direalisasikan maupun saat kewajiban telah dilunasi.
Secara teknis, pengakuan kewajiban maupun aktiva pajak ini tetap dilakukan terhadap kerugian
fiskal yang dapat dikompensasikan. Tak hanya itu saja, temporary difference dari laporan
keuangan usaha komersial maupun fiskal kena pajak nantinya akan dikalikan berdasarkan tarif
pajak yang berlaku.
Basic Concept of Deferred Tax

Penyajian
Dalam konsep dasar penyajian, aset dan kewajiban pajak tangguhan
haruslah dipisahkan antara aset dan kewajiban saat ini. Kemudian,
keduanya harus disajikan pada unsur tidak lancar dalam sebuah neraca. Hal
ini pun berlaku bagi beban maupun penghasilan pajak.
Pengukapan
Berdasarkan PSAK No.46 yang mengatur tentang hal yang berkaitan
dengan pajak tangguhan, dituliskan bahwa pajak tangguhan harus masuk
dalam pengungkapan catatan atas laporan keuangan. Dalam hal ini, Anda
bisa merujuk pada PSAK No.46 khususnya paragraf 56 sampai 63.
Asset Pajak Tangguhan (Deferred Tax Asset)

Menurut PSAK 46, Aset pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan (PPh) yang
dapat dipulihkan pada periode masa depan akibat adanya, akumulasi rugi pajak belum
dikompensasi, perbedaan temporer yang boleh dikurangkan, dan akumulasi kredit pajak
belum dimanfaatkan dalam hal peraturan perpajakan mengizinkan. Dengan definisi ini
muncul konsep tentang “pemulihan pada masa mendatang”. Aset perpajakan tangguhan
merupakan jumlah PPh terpulihkan pada periode mendatang sebagai akibat adanya
perbedaan temporer yang dapat dikurangkan dan sisa kompensasi kerugian.

Laba Pajak > Laba


Akuntansi
CONTOH SOAL Aset Pajak Tangguhan

PT Himalaya memperoleh pendapatan dengan jumlah yang sama pada tahun 2022
dan 2023, masing-masing Rp13.500.000.000. Beban operasi yang timbul juga sama
pada tahun 2022 dan 2023, masing-masing sejumlah Rp6.000.000.000.
Selain beban operasional tersebut, pada tahun 2022 PT Himalaya mengakui kerugian

serta liabilitas terkait sejumlah Rp750.000.000 untuk tujuan pelaporan keuangan.


Pengakuan kerugian itu diakibatkan oleh terjadinya penundaan proses pengadilan
yang melibatkan PT Himalaya.
PT Himalaya tidak diperbolehkan mengurangkan jumlah kerugian tersebut dalam
penghitungan pajak penghasilan sampai dengan liabilitas terkait benar-benar
dibayarkan. Pembayaran itu diperkirakan terjadi pada tahun 2023.
Perbedaan temporer dan jumlah yang dapat dikurangkan
Perbedaan perlakuan atas estimasi kerugian dan liabilitas oleh PT Himalaya
mengakibatkan timbulnya jumlah yang dapat dikurangkan pada tahun 2023 yaitu
Rp750.000.000. Jumlah yang dapat dikurangkan terjadi ketika PT Himalaya
menyelesaikan liabilitas. Yang dimaksud dengan jumlah yang dapat dikurangkan adalah
jumlah yang dapat dikurangkan dalam penghitungan penghasilan kena pajak dan pajak
penghasilan terutang.
Ayat Jurnal Aset Pajak Tangguhan dan
Beban Pajak Penghasilan 2022
Tahun 2022 adalah tahun pertama PT Himalaya beroperasi. PPh terutang tahun
2022 berjumlah Rp1.500.000.000. PT Himalaya menghitung beban pajak
penghasilan sebagai berikut.
Ayat Jurnal Aset Pajak Tangguhan dan
Beban Pajak Penghasilan
202
3
Pada akhir 2023 (tahun kedua), perbedaan/selisih antara nilai buku dengan basis pajak
liabilitas litigasi adalah nol. Tidak ada lagi aset pajak tangguhan pada saat ini. PPh
terutang tahun 2023 adalah Rp1.350.000.000.PT Himalaya menghitung beban pajak
penghasilan 2023 sebagai berikut.
Lanjutan..
2022

PT Himalaya membuat ayat jurnal berikut pada akhir tahun 2023 untuk merekam
beban pajak penghasilan, pajak penghasilan tangguhan, dan PPh terutang.
Liabilitas Pajak Tangguhan (Deferred Tax Liabilities)

Menurut PSAK 46, Liabilitas pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan
terutang pada periode masa depan sebagai akibat perbedaan temporer kena pajak.
Definisi ini juga memunculkan konsep tentang “terutang pada periode mendatang”

Laba Akuntansi >


Laba Pajak
CONTOH SOAL Liabilitas

Pajak Tangguhan
PT Gemerlap Indah adalah perusahaan yang bergerak di bidang penjualan
emas.
Data penjualan emas tahun 2016 sebesar Rp30.500.000.000.
Data penjualan emas tahun 2017 sebesar Rp31.000.000.000.

Laba komersial tahun 2017 sebesar Rp2.000.000.000.


Koreksi fiskal negatif atas biaya penyusutan sebesar Rp100.000.000,
karena biaya penyusutan menurut akuntansi pajak (fiskal) diakui lebih
besar daripada akuntansi komersial.
CONTOH SOAL Liabilitas Pajak Tangguhan

Laba fiskal (pajak) sebesar 2.000.000.000-100.000.000=


1.900.000.000 (Rp1,9 Milyar).
Pajak Penghasilan PPh Badan terutang sebesar
Rp1.900.000.000 × 25% = Rp475.000.000.

penyusutan PPh Badan yang
Apabila tidak ada koreksi fiskal atas
terutang sebesar Rp2.000.000.000 × 25% = Rp500.000.000.
Jadi, kewajiban pajak yang harus ditanggung sebesar
Rp500.000.000-Rp475.000.000 = Rp25.000.000.
PSAK 46

PSAK 46 adalah PSAK yang mengatur bagaimana entitas melaporan pajak


penghasilan dalam laporan keuangan baik dalam laporan posisi keuangan
maupun dalam laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain.
Prinsip Dasar Akuntansi PPh Berdasarkan PSAK 46

PSAK 46 menggunakan konsep akrual dalam mengakui beban, aset dan kewajiban
perpajakan. Prinsip dasar akuntansi pajak penghasilaan yang diatur dalam
PSAK 46 mengharuskan entitas mengakui pajak penghasilan yang kurang bayar
dan pajak penghasilan yang lebih bayar dalam tahun berjalan.
Objek PSAK 46

PSAK 46 diterapkan pada akuntansi pajak penghasilan yang mencakup seluruh


pajak dalam negeri dan luar negeri yang didasarkan pada laba kena pajak. Pajak
penghasilan juga termasuk pajak-pajak, seperti pemotongan pajak atas distribusi
kepada entitas pelapor yang terutang oleh entitas anak, entitas asosiasi, atau
pengaturan bersama.
Surat Pemberitahuan Pajak
Tahunan

Surat Pemberitahuan Pajak Tahunan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk
melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang dalam satu Tahun Pajak.
Batas waktu penyampaian SPT tahunan.
Tata cara penyelesaian surat pemberitahuan pajak

1. Pihak yang Memiliki Kewajiban Mengisi SPT


a. Wajib Pajak orang pribadi yang menerima atau memperoleh penghasilan dari kegiatan usaha dan/atau
pekerjaan bebas.
b. Wajib Pajak orang pribadi yang menerima atau memperoleh penghasilan dari modal dan lain-lain.
c. Pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa/kegiatan yang
jumlahnya telah melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak.
d. Kuasa warisan yang belum terbagi.
e. Pejabat negara, PNS, anggota TNI/POLRI dan pegawai BUMN/D sesuai dengan Keputusan Presiden No. 33
Tahun 1986.
f. Warga Negara Indonesia yang bekerja pada perwakilan negara asing dan perwakilan organisasi internasional.
g. Orang asing yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan atau orang yang dalam
suatu Tahun Pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk tinggal di Indonesia.
h. Masing-masing suami-istri yang dikenakan PPh secara terpisah dalam hal:
1 i. Suami-istri telah hidup berpisah.
j. Dikehendaki secara tertulis oleh suami-istri berdasarkan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan.
Batas Waktu Penyampaian Surat Pemberitahuan
Pajak

1
Thank you!

Anda mungkin juga menyukai