Anda di halaman 1dari 9

KELOMPOK 11 – S1 AKUNTANSI B

AHMAD INDRA ASTAMA 1706621036


DEWANTI RIZKA ANANDA PUTRI 1706621059
MUH. KHAMDIH AZIZ 1706621037

BAB 17

AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN BERBASIS PSAK 46

Pajak penghasilan berdasarkan PSAK No.46 bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi
terhadap Pajak Penghasilan, yaitu cara mempertanggungjawabkan konsekuensi pajak pada
periode berjalan dan periode mendatang untuk:

1. Nilai tercatat aset yang diakui pada neraca perusahaan atau pelunasan nilai tercatat liabilitas
yang diakui pada neraca perusahaan.
2. Transaksi-transaksi atau kejadian-kejadian lain pada periode berjalan yang diakui pada
laporan keuangan perusahaan.

Prinsip-Prinsip yang Diterapkan dalam PSAK 46

1) Prinsip pengaturan timbulnya atau keberadaan pajak tangguhan.


Bila ini terjadi, besar kemungkinan bahwa pemulihan aset atau pelunasan liabilitas akan
mengakibatkan pembayaran pajak pada periode mendatang yang lebih besar atau
kemungkinannya lebih kecil dibanding pembayaran pajak sebagai akibat pemulihan aset atau
pelunasan liabilitas yang tidak memiliki konsekuensi pajak, maka timbulnya liabilitas pajak
tangguhan atau aset pajak tangguhan wajib diakui. Dengan demikian dapat terjadi:
a Bila suatu pos diperhitungkan pada tahun pertama, tetapi tidak dikenakan pajak (atau
dapat dikurangkan) pada tahun pertama. Besarnya utang atau piutang pajak
diperhitungkan pada tahun pertama.
b Bila suatu pos diperhitungkan pada tahun pertama, tetapi tidak dikenai pajak (dapat
sebagai pengurang), hal ini tidak ada konsekuensi pajaknya.
2) Prinsip pengaturan perlakuan akuntansi untuk kepentingan konsekuensi liabilitas aset pajak
tangguhan.
Prinsip ini mengharuskan Wajib Pajak memperlakukan konsekuensi pajak dari suatu transaksi
sama dengan cara Wajib Pajak memperlakukan transaksi tersebut, sehingga konsekuensi
pajaknya dapat:
a Diakui dalam laporan laba rugi comprehensive, bila tansaksi diakui dalam laporan
b Diakui secara langsung di luar laba rugi, bila transaksi diakui di luar laba rugi
c Diakui sevafai penyesuaian goodwill (goodwill negative), bila transaksi timbul akibat
kombinasi bisnis.

Berdasarkan PSAK 46, Pajak Penghasilan menggunakan dasar akrual yang mengaru Pajak Penghasilan
yang kurang bayar atau terutang atau pajak yang lebih dibayar dalam masa pajak dan mengakui liabilitas
dan aset pajak tangguhan terhadap konsekuensi pajak periode mendatang, atas transaksi yang telah diakui
sebagai unsur laba komersial tetapi belum diakuinya sebagai laba fiskal atau sebaliknya. Dasar akrual dalam
akuntansi pajak karena faktor kepastian peraturan pajak dan digunakanna self assessment system sebagai
dasar pemungutan pajak.

Prinsip Dasar Akuntansi Pajak Penghasilan menurut PSAK 46

1 Pajak Penghasilan yang kurang bayar pada tahun berjalan atau terutang diakui sebagai
liabilitas pajak kini (current tax liability), sedangkan Pajak Penghasilan yang lebih bayar pada
tahun berjalan diakui sebagai aset pajak kini (current tax assets).
2 Konsekuensi padak periode mendatang yang dapat diatribusikan dengan perbedaan temporer
kena pajak (taxable temporary differences) diakui sebagai liabilitas pajak tangguhan,
sedangkan efek perbedaan temporer yang boleh dikurangkan (deductible temporary
differences) dan sisa kerugian yang belum dikompensasikan diakui sebagai aset pajak
tangguhan.
3 Pengukuran liabilitas dan aset pajak didasarkan pada peraturan perpajakan yang berlaku, efek
perubahan peraturan perpajakan yang akan terjadi di kemudian hari tidak boleh diantisipasi
atau diestimasikan.
4 Penilaian (kembali) aset pajak tangguhan harus dilakukan pada setiap tanggal neraca, terkait
dengan kemungkinan dapat atau tidaknya pemulihan aset pajak tangguhan direalisasikan
dalam periode mendatang.

Perlu dipahami bahwa kebutuhan dalam SAK tidak selamanya


sejalan dengan ketentuan perundang-undangan.
Laporan neraca dan daftar perhitungan laba rugi sebagai laporan yang dihasilkan dari sistem akuntansi
dan/atau pembukuan, karena ada beberapa aturan yang berbeda tentu akan menghasilkan hal yang berbeda
dari sudut pandang bahwa kedua jenis laporan keuangan tersebut memiliki keterkaitan yang dikenal sebagai
sudut pandang artikulasi, tetapi terdapat perbedaan dalam menerapkan sudut pandang ke dalam prinsip
atau ke dalam metode akuntansi. Contohnya SAK menggunakan pendekatan aset-liabilitas (asset-liability
approach) dan undang-undang perpajakan menggnakan pendekatan pendapatan-beban (revenue-expense
approach). Akibat perbedaan metode akuntansi ini, dalam UU Perpajakan maupun SAK tidak mengatur
mengenai liabilitas bagi Wajib Pajak untuk menggunakan dua sistem secara parallel untuk kepentingan
pajak dan untuk kepentingan komersial.

Pada awalnya, masalah pelaporan Pajak Penghasilan dalam laporan keuangan tidak menyajikan beban pajak
penghasilan, tetapi hanya menyajikan dampak Pajak Penghasilan dalam neraca seperti uang muka pajak
untuk Pajak Pendapatan atau Pajak Perseroan (Pajak Penghasilan) bersifat sementara, karena surat
ketetapan pajak belum diterima.

PSAK 46 Paragraf 77 memperkenankan kepada Wajib Pajak untuk memilih:

1. Menghitung Pajak Penghasilan berdasarkan laba akuntansi, tetapi dengan menyajikan selisih
pengaruh perhitungan tersebut dari pajak penghasilan yang terutang sesuai Undang-Undang
Pajak sebagai akibat beda waktu pengakuan pendapatan dan beban di dalam neraca sebagai
Pajak Penghasilan yang ditangguhkan selanjutnya dialokasikan sebagai beban Pajak
Penghasilan atau biaya fiskal tahun berikut.
2. Menghitung Pajak Penghasilan berdasarkan laba fiskal atau Penghasilan Kena Pajak (PKP)
tentu tidak menyajikan pengaruh di dalam neraca (laporan posisi keuangan).

Pengaturan perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan sebagaimana diatur dalam PSAK 46 menekankan
pada:

a Pertanggungjawaban konsekuensi pajak pada periode berjalan atau periode mendatang


untuk:
a) pemilihan nilai tercatat aset dan pelunasan nilai tercatat liabilitas yang disajikan di neraca
b) transaksi atau peristiwa lain dalam periode berjalan yang diakui dan disajikan di laporan
keuangan komersial
b Pengakuan aset pajak tangguhan yang berasal dari sisa kerugian yang belum dikompensasi,
penyajian pajak penghasilan di laporan keuangan komersial.

Perbedaan Temporer

Perbedaan temporer dimaksudkan sebagai perbedaan antara dasar pengenaan pajak (tax base) dari suatu
aset atau liabilitas dengan nilai tercatat pada aset atau liabilitas yang berakibat pada perubahan laba fiskal
periode mendatang. Terjadinya perubahan tersebut dapat bertambah atau berkurang pada saat aset
dipulihkan atau liabilitas dilunasi/dibayar. Perbedaan temporer ini berakibat harus diakuinya aset dan atau
liabilitas pajak tangguhan. Hal ini dapat terjadi pada kondisi:

1. Penghasilan atau beban yang harus diakui untuk menghitung laba fiskal atau laba komersial
dalam periode yang berbeda
2. Goodwill atau goodwill negative yang terjadi saat konsolidasi
3. Perbedaan nilai tercatat dengan tax base dari suatu aset atau liabilitas pada saat pengakuan
awal
4. Bagian dari biaya perolehan saat penggabungan usaha yang bermakna akuisisi dialokasikan
ke aset atau liabilitas tertentu atas dasar nilai wajar, perlakuan ini tidak diperkenankan oleh
Undang-Undang Perpajakan.

Perbedaan Tetap

Perbedaan tetap timbul sebagai akibat adanya perbedaan pengakuan beban dan pendapatan antara pelaporan
komersial dan pajak/fiskal. Akibat perbedaan ini berakibat pada laba komersial dan laba fiskal sebagagai
dasar menghitung pajak yang terutang.

Beban Pajak Penghasilan

Beban pajak terdiri atas beban pajak kini (dalam tahun berjalan) dan beban pajak tangguhan. PSAK 46
memiliki beberapa istilah, diantaranya:

1. Beban Pajak (tax expense): jumlah agregat pajak kini dan pajak tangguhan yang
diperhitungkan dalam penghitungan laba rugi akuntansi pada suatu atau dalam periode
berjalan sebagai beban atau penghasilan
2. Pajak Kini (current tax): jumlah pajak penghasilan yang terutang atas Penghasilan Kena Pajak
dalam periode atau tahun pajak berjalan. Jumlah pajak kini sama dengan beban pajak yang
dilaporkan dalam SPT.
3. Pajak Penghasilan: pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan dikenankan
atas Penghasilan Kena Pajak Perusahaan (penghasilan objek pajak tarif Pasal 17 UU Pajak
Penghasilan)
4. Laba Akuntansi: laba atau rugi bersih dalam suatu periode akuntansi sebelum dikurangi beban
pajak laba (rugi) sebelum pajak.
5. Laba atau Rugi Fiskal (taxable income or loss) atau Penghasilan Kena Pajak: laba atau rugi
dalam suatu tahun pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan menjadi dasar
perhitungan pajak penghasilan yang terutang dalam tahun pajak berjalan.
6. Beban (Penghasilan) Pajak Tangguhan: jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan yang
muncul akibat adanya pengakuan atas liabilitas atau aset pajak tangguhan
7. Liabilitas Pajak Tangguhan (deferred tax liabilities): jumlah beban pajak penghasilan terutang
untuk periode mendatang akibat adanya perbedaan temporer kena pajak (taxable temporary
differences)
8. Aset Pajak Tangguhan (deferred tax assets): jumlah pajak penghasilan yang terpulihkan pada
periode mendatang akibat adanya perbedaan temporer kena pajak
9. Perbedaan temporer kena pajak: perbedaan temporer yang dapat menimbulkan jumlah kena
pajak dalam penghitungan laba fiskal periode mendatang saat tercatat aset terpulihkan atau
nilai tercatat liabilitas dilunasi.

Pajak Kini dan Pajak Tangguhan

Beban Pajak Penghasilan terbagi menjadi dua bagian, yaitu beban pajak kini dan beban pajak
tangguhan/pendapatan pajak tangguhan. Beban pajak tangguhan akan menimbulkan liabilitas pajak
tangguhan dan sebaliknya pendapatan pajak tangguhan dapat menimbulkan aset pajak tangguhan. Liabilitas
pajak tangguhan dapat terjadi apabila perbedaan waktu menyebabkan koreksi negative yang berakibat
beban pajak menurut akuntansi komersial lebih besar dibanding beban pajak menurut undang-undang
perpajakan. Liabilitas pajak tangguhan ini sebagai jumlah pajak terutang untuk periode mendatang sebagai
akibat perbedaan temporer kena pajak. Sedangkan aset pajak tangguhan dapat terjadi apabila perbedaan
waktu menyebabkan koreksi positif yang berakibat beban pajak menurut akuntansi komersial lebih kecil
dibanding beban pajak menurut undang-undang pajak.

Pada pelaksanaannya, tarif pajak penghasilan sesuai pasal 17 UU Pajak Penghasilan yakni sebesar 28%.
Tarif maksimum bagi Wajib Pajak Orang Pribadi sebesar 30% dan Wajib Pajak Badan sebesar 25%. Contoh
penerapannya seperti berikut:
1. Data yang diperoleh dari laporan keuangan PT Sari tahun 2020 beserta unsur koreksinya
sebagai berikut:
a Laba komersial sebelum pajak Rp 6.000.000.000,00
b Koreksi positif atas:
- Beban pemberian natura Rp 200.000.000,00
- Penyusutan bangunan kantor Rp 900.000.000,00
- Pendapatan sewa Rp 40.000.000,00
- Sanksi bunga pajak Rp 150.000.000,00
c Koreksi negative
- Amortisasi Rp 240.000.000,00
- Pendapatan jasa giro Rp 100.000.000,00
- Penyusutan bangunan pabrik Rp 400.000.000,00
Data lainnya berupa kredit pajak atas:
 PPh Pasal 22 Rp 120.000.000,00
 PPh Pasal 23 Rp 20.000.000,00
 PPh Pasal 24 Rp 200.000.000,00
 PPh Pasal 25 Rp 400.000.000,00
Berdasarkan data di atas:
 Hitunglah Penghasilan Kena Pajak!
 Hitunglah pajak yang terutang dan pajak yang kurang atau lebih dibayar!
 Tetapkan aset pajak tangguhan!
 Susunlah ayat jurnal dan penyajiannya dalam laporan keuangan!
Jawab:
Perhitungan Pajak Terutang
Laba Komersial sebelum Pajak Rp 6.000.000.000,00
Koreksi Perbedaan Tetap
- Beban pemberian natura Rp 200.000.000,00
- Pendapatan sewa Rp 40.000.000,00
- Sanksi bunga pajak Rp 150.000.000,00
- Pendapatan jasa giro Rp (100.000.000,00)
Rp 290.000.000,00 +
Rp 6.290.000.000,00
Koreksi Perbedaan Waktu
- Penyusutan bangunan kantor Rp 900.000.000,00
- Amortisasi (Rp 240.000.000,00)
- Penyusutan bangunan pabrik (Rp 400.000.000,00)
Rp 260.000.000,00 +
a Penghasilan Kena Pajak Rp 6.550.000.000,00
b PPh terutang dan PPh yang kurang/lebih bayar:
Total PPh Terutang 25% x Rp 6.550.000.000,00 Rp 1.637.500.000,00
Rp 1.637.500.000,00
PPh Terutang
Kredit Pajak
PPh pasal 22 Rp 120.000.000,00
PPh Pasal 23 Rp 20.000.000,00
PPh Pasal 24 Rp 200.000.000,00
Rp 340.000.000,00
PPh terutang yang dibayar sendiri Rp 1.297.500.000,00
PPh Pasal 25 Rp 400.000.000,00
PPh yang kurang dibayar Rp 897.500.000,00
c Aset Pajak Tangguhan= 25% x 260.000.000,00 = Rp 65.000.000,00
d Ayat jurnal:
Tgl Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
PPh Badan Pajak Kini 1.637.500.000,00
Aset Pajak Tangguhan 65.000.000,00
Pendapatan Pajak Tangguhan 65.000.000,00
PPh 22 Dibayar di muka 120.000.000,00
PPh 23 Dibayar di muka 20.000.000,00
PPh 24 Dibayar di muka 200.000.000,00
PPh 25 Dibayar di muka 400.000.000,00
PPh 29 Terutang 897.500.000,00
Bentuk penyajian dalam laporan keuangan:
Laba komersial sebelum pajak Rp 6.000.000.000,00
Pajak Penghasilan:
Pajak Kini Rp 1.637.500.000,00
Pajak Tangguhan Rp 65.000.000,00 -
Rp 1.572.500.000,00 –
Laba komersial bersih Rp 4.427.500.000,00
2. Data laporan keuanga PT Amanda Tahun 2020 termasuk unsur koreksi sebagai berikut:
a Laba komersial sebelum pajak Rp 5.000.000.000,00
b Koreksi positif atas
- Beban pemberian natura Rp 120.000.000,00
- Pendapatan sewa Rp 80.000.000,00
- Penyusutan bangunan Rp 240.000.000,00
c Koreksi negative amortisasi Rp 400.000.000,00
d PPh Pasal 25 Rp 140.000.000,00
Berdasarkan data di atas:
a Hitunglah pajak terutang!
b Hitunglah pajak yang kurang/lebih dibayar!
c Tetapkan liabolitas pajak tangguhan!
d Susunlah ayat jurnal dan penyajian dalam laporan keuangan!
Jawab:
Perhitungan Pajak Terutang
Laba komersial sebelum pajak Rp 5.000.000.000,00
Koreksi perbedaan tetap
- Beban pemberian natura Rp 120.000.000,00
- Pendapatan sewa Rp 80.000.000,00 +
Rp 200.000.000,00 +
Rp 5.200.000,000,00
Koreksi perbedaan waktu:
- Penyusutan bangunan Rp 240.000.000,00
- Amortisasi (Rp400.000.000,00)
Rp 160.000.000,00 -
Penghasilan kena pajak Rp 5.040.000.000,00
a PPh terutang
Total PPh terutang 25% x 5.040.000.000,00 Rp 1.260.000.000,00
PPh Pasal 25 Rp 140.000.000,00 –
b PPh yang kurang dibayar Rp 1.120.000.000,00
c Liabilitas Pajak Tangguhan = 25% x 160.000.000,00 = Rp 40.000.000,00
d Ayat jurnal:
Tgl Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
PPh Badan-Pajak Kini 1.260.000.000,00
Beban Pajak Tangguhan 40.000.000,00
Liabilitas Pajak Tangguhan 40.000.000,00
PPh 25 dibayar di muka 140.000.000,00
PPh 29 terutang 1.120.000.000,00

Penyajian dalam laporan keuangan


Laba komersial sebelum pajak Rp 5.000.000.000,00
Pajak penghasilan:
Pajak Kini Rp 1.260.000.000,00
Pajak Tangguhan Rp 40.000.000,00
Rp 1.300.000.000,00 -
Laba Komersial Bersih Rp 3.700.000.000,00

Penyajian Dalam Laporan Keuangan


Sesuai dengan PSAK No.1 (Revisi 2009) bahwa liabilitas dan aset untuk pajak kini serta liabilitas
dan aset pajak tangguhan disajikan dalam laporan posisi keuangan. Saat entitas menyajikan aset
lancar dan tidak lancar serta liabilitas jangka pendek dan jangkan panjang sebagai klasifikasi yang
terpisah dalam laporan posisi keuagan, maka aset liabilitas pajak tangguhan tidak diklasifikasikan
sebagai aset lancar (liabilitas jangka pendek).

Anda mungkin juga menyukai