BAB 17
Pajak penghasilan berdasarkan PSAK No.46 bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi
terhadap Pajak Penghasilan, yaitu cara mempertanggungjawabkan konsekuensi pajak pada
periode berjalan dan periode mendatang untuk:
1. Nilai tercatat aset yang diakui pada neraca perusahaan atau pelunasan nilai tercatat liabilitas
yang diakui pada neraca perusahaan.
2. Transaksi-transaksi atau kejadian-kejadian lain pada periode berjalan yang diakui pada
laporan keuangan perusahaan.
Berdasarkan PSAK 46, Pajak Penghasilan menggunakan dasar akrual yang mengaru Pajak Penghasilan
yang kurang bayar atau terutang atau pajak yang lebih dibayar dalam masa pajak dan mengakui liabilitas
dan aset pajak tangguhan terhadap konsekuensi pajak periode mendatang, atas transaksi yang telah diakui
sebagai unsur laba komersial tetapi belum diakuinya sebagai laba fiskal atau sebaliknya. Dasar akrual dalam
akuntansi pajak karena faktor kepastian peraturan pajak dan digunakanna self assessment system sebagai
dasar pemungutan pajak.
1 Pajak Penghasilan yang kurang bayar pada tahun berjalan atau terutang diakui sebagai
liabilitas pajak kini (current tax liability), sedangkan Pajak Penghasilan yang lebih bayar pada
tahun berjalan diakui sebagai aset pajak kini (current tax assets).
2 Konsekuensi padak periode mendatang yang dapat diatribusikan dengan perbedaan temporer
kena pajak (taxable temporary differences) diakui sebagai liabilitas pajak tangguhan,
sedangkan efek perbedaan temporer yang boleh dikurangkan (deductible temporary
differences) dan sisa kerugian yang belum dikompensasikan diakui sebagai aset pajak
tangguhan.
3 Pengukuran liabilitas dan aset pajak didasarkan pada peraturan perpajakan yang berlaku, efek
perubahan peraturan perpajakan yang akan terjadi di kemudian hari tidak boleh diantisipasi
atau diestimasikan.
4 Penilaian (kembali) aset pajak tangguhan harus dilakukan pada setiap tanggal neraca, terkait
dengan kemungkinan dapat atau tidaknya pemulihan aset pajak tangguhan direalisasikan
dalam periode mendatang.
Pada awalnya, masalah pelaporan Pajak Penghasilan dalam laporan keuangan tidak menyajikan beban pajak
penghasilan, tetapi hanya menyajikan dampak Pajak Penghasilan dalam neraca seperti uang muka pajak
untuk Pajak Pendapatan atau Pajak Perseroan (Pajak Penghasilan) bersifat sementara, karena surat
ketetapan pajak belum diterima.
1. Menghitung Pajak Penghasilan berdasarkan laba akuntansi, tetapi dengan menyajikan selisih
pengaruh perhitungan tersebut dari pajak penghasilan yang terutang sesuai Undang-Undang
Pajak sebagai akibat beda waktu pengakuan pendapatan dan beban di dalam neraca sebagai
Pajak Penghasilan yang ditangguhkan selanjutnya dialokasikan sebagai beban Pajak
Penghasilan atau biaya fiskal tahun berikut.
2. Menghitung Pajak Penghasilan berdasarkan laba fiskal atau Penghasilan Kena Pajak (PKP)
tentu tidak menyajikan pengaruh di dalam neraca (laporan posisi keuangan).
Pengaturan perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan sebagaimana diatur dalam PSAK 46 menekankan
pada:
Perbedaan Temporer
Perbedaan temporer dimaksudkan sebagai perbedaan antara dasar pengenaan pajak (tax base) dari suatu
aset atau liabilitas dengan nilai tercatat pada aset atau liabilitas yang berakibat pada perubahan laba fiskal
periode mendatang. Terjadinya perubahan tersebut dapat bertambah atau berkurang pada saat aset
dipulihkan atau liabilitas dilunasi/dibayar. Perbedaan temporer ini berakibat harus diakuinya aset dan atau
liabilitas pajak tangguhan. Hal ini dapat terjadi pada kondisi:
1. Penghasilan atau beban yang harus diakui untuk menghitung laba fiskal atau laba komersial
dalam periode yang berbeda
2. Goodwill atau goodwill negative yang terjadi saat konsolidasi
3. Perbedaan nilai tercatat dengan tax base dari suatu aset atau liabilitas pada saat pengakuan
awal
4. Bagian dari biaya perolehan saat penggabungan usaha yang bermakna akuisisi dialokasikan
ke aset atau liabilitas tertentu atas dasar nilai wajar, perlakuan ini tidak diperkenankan oleh
Undang-Undang Perpajakan.
Perbedaan Tetap
Perbedaan tetap timbul sebagai akibat adanya perbedaan pengakuan beban dan pendapatan antara pelaporan
komersial dan pajak/fiskal. Akibat perbedaan ini berakibat pada laba komersial dan laba fiskal sebagagai
dasar menghitung pajak yang terutang.
Beban pajak terdiri atas beban pajak kini (dalam tahun berjalan) dan beban pajak tangguhan. PSAK 46
memiliki beberapa istilah, diantaranya:
1. Beban Pajak (tax expense): jumlah agregat pajak kini dan pajak tangguhan yang
diperhitungkan dalam penghitungan laba rugi akuntansi pada suatu atau dalam periode
berjalan sebagai beban atau penghasilan
2. Pajak Kini (current tax): jumlah pajak penghasilan yang terutang atas Penghasilan Kena Pajak
dalam periode atau tahun pajak berjalan. Jumlah pajak kini sama dengan beban pajak yang
dilaporkan dalam SPT.
3. Pajak Penghasilan: pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan dikenankan
atas Penghasilan Kena Pajak Perusahaan (penghasilan objek pajak tarif Pasal 17 UU Pajak
Penghasilan)
4. Laba Akuntansi: laba atau rugi bersih dalam suatu periode akuntansi sebelum dikurangi beban
pajak laba (rugi) sebelum pajak.
5. Laba atau Rugi Fiskal (taxable income or loss) atau Penghasilan Kena Pajak: laba atau rugi
dalam suatu tahun pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan menjadi dasar
perhitungan pajak penghasilan yang terutang dalam tahun pajak berjalan.
6. Beban (Penghasilan) Pajak Tangguhan: jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan yang
muncul akibat adanya pengakuan atas liabilitas atau aset pajak tangguhan
7. Liabilitas Pajak Tangguhan (deferred tax liabilities): jumlah beban pajak penghasilan terutang
untuk periode mendatang akibat adanya perbedaan temporer kena pajak (taxable temporary
differences)
8. Aset Pajak Tangguhan (deferred tax assets): jumlah pajak penghasilan yang terpulihkan pada
periode mendatang akibat adanya perbedaan temporer kena pajak
9. Perbedaan temporer kena pajak: perbedaan temporer yang dapat menimbulkan jumlah kena
pajak dalam penghitungan laba fiskal periode mendatang saat tercatat aset terpulihkan atau
nilai tercatat liabilitas dilunasi.
Beban Pajak Penghasilan terbagi menjadi dua bagian, yaitu beban pajak kini dan beban pajak
tangguhan/pendapatan pajak tangguhan. Beban pajak tangguhan akan menimbulkan liabilitas pajak
tangguhan dan sebaliknya pendapatan pajak tangguhan dapat menimbulkan aset pajak tangguhan. Liabilitas
pajak tangguhan dapat terjadi apabila perbedaan waktu menyebabkan koreksi negative yang berakibat
beban pajak menurut akuntansi komersial lebih besar dibanding beban pajak menurut undang-undang
perpajakan. Liabilitas pajak tangguhan ini sebagai jumlah pajak terutang untuk periode mendatang sebagai
akibat perbedaan temporer kena pajak. Sedangkan aset pajak tangguhan dapat terjadi apabila perbedaan
waktu menyebabkan koreksi positif yang berakibat beban pajak menurut akuntansi komersial lebih kecil
dibanding beban pajak menurut undang-undang pajak.
Pada pelaksanaannya, tarif pajak penghasilan sesuai pasal 17 UU Pajak Penghasilan yakni sebesar 28%.
Tarif maksimum bagi Wajib Pajak Orang Pribadi sebesar 30% dan Wajib Pajak Badan sebesar 25%. Contoh
penerapannya seperti berikut:
1. Data yang diperoleh dari laporan keuangan PT Sari tahun 2020 beserta unsur koreksinya
sebagai berikut:
a Laba komersial sebelum pajak Rp 6.000.000.000,00
b Koreksi positif atas:
- Beban pemberian natura Rp 200.000.000,00
- Penyusutan bangunan kantor Rp 900.000.000,00
- Pendapatan sewa Rp 40.000.000,00
- Sanksi bunga pajak Rp 150.000.000,00
c Koreksi negative
- Amortisasi Rp 240.000.000,00
- Pendapatan jasa giro Rp 100.000.000,00
- Penyusutan bangunan pabrik Rp 400.000.000,00
Data lainnya berupa kredit pajak atas:
PPh Pasal 22 Rp 120.000.000,00
PPh Pasal 23 Rp 20.000.000,00
PPh Pasal 24 Rp 200.000.000,00
PPh Pasal 25 Rp 400.000.000,00
Berdasarkan data di atas:
Hitunglah Penghasilan Kena Pajak!
Hitunglah pajak yang terutang dan pajak yang kurang atau lebih dibayar!
Tetapkan aset pajak tangguhan!
Susunlah ayat jurnal dan penyajiannya dalam laporan keuangan!
Jawab:
Perhitungan Pajak Terutang
Laba Komersial sebelum Pajak Rp 6.000.000.000,00
Koreksi Perbedaan Tetap
- Beban pemberian natura Rp 200.000.000,00
- Pendapatan sewa Rp 40.000.000,00
- Sanksi bunga pajak Rp 150.000.000,00
- Pendapatan jasa giro Rp (100.000.000,00)
Rp 290.000.000,00 +
Rp 6.290.000.000,00
Koreksi Perbedaan Waktu
- Penyusutan bangunan kantor Rp 900.000.000,00
- Amortisasi (Rp 240.000.000,00)
- Penyusutan bangunan pabrik (Rp 400.000.000,00)
Rp 260.000.000,00 +
a Penghasilan Kena Pajak Rp 6.550.000.000,00
b PPh terutang dan PPh yang kurang/lebih bayar:
Total PPh Terutang 25% x Rp 6.550.000.000,00 Rp 1.637.500.000,00
Rp 1.637.500.000,00
PPh Terutang
Kredit Pajak
PPh pasal 22 Rp 120.000.000,00
PPh Pasal 23 Rp 20.000.000,00
PPh Pasal 24 Rp 200.000.000,00
Rp 340.000.000,00
PPh terutang yang dibayar sendiri Rp 1.297.500.000,00
PPh Pasal 25 Rp 400.000.000,00
PPh yang kurang dibayar Rp 897.500.000,00
c Aset Pajak Tangguhan= 25% x 260.000.000,00 = Rp 65.000.000,00
d Ayat jurnal:
Tgl Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
PPh Badan Pajak Kini 1.637.500.000,00
Aset Pajak Tangguhan 65.000.000,00
Pendapatan Pajak Tangguhan 65.000.000,00
PPh 22 Dibayar di muka 120.000.000,00
PPh 23 Dibayar di muka 20.000.000,00
PPh 24 Dibayar di muka 200.000.000,00
PPh 25 Dibayar di muka 400.000.000,00
PPh 29 Terutang 897.500.000,00
Bentuk penyajian dalam laporan keuangan:
Laba komersial sebelum pajak Rp 6.000.000.000,00
Pajak Penghasilan:
Pajak Kini Rp 1.637.500.000,00
Pajak Tangguhan Rp 65.000.000,00 -
Rp 1.572.500.000,00 –
Laba komersial bersih Rp 4.427.500.000,00
2. Data laporan keuanga PT Amanda Tahun 2020 termasuk unsur koreksi sebagai berikut:
a Laba komersial sebelum pajak Rp 5.000.000.000,00
b Koreksi positif atas
- Beban pemberian natura Rp 120.000.000,00
- Pendapatan sewa Rp 80.000.000,00
- Penyusutan bangunan Rp 240.000.000,00
c Koreksi negative amortisasi Rp 400.000.000,00
d PPh Pasal 25 Rp 140.000.000,00
Berdasarkan data di atas:
a Hitunglah pajak terutang!
b Hitunglah pajak yang kurang/lebih dibayar!
c Tetapkan liabolitas pajak tangguhan!
d Susunlah ayat jurnal dan penyajian dalam laporan keuangan!
Jawab:
Perhitungan Pajak Terutang
Laba komersial sebelum pajak Rp 5.000.000.000,00
Koreksi perbedaan tetap
- Beban pemberian natura Rp 120.000.000,00
- Pendapatan sewa Rp 80.000.000,00 +
Rp 200.000.000,00 +
Rp 5.200.000,000,00
Koreksi perbedaan waktu:
- Penyusutan bangunan Rp 240.000.000,00
- Amortisasi (Rp400.000.000,00)
Rp 160.000.000,00 -
Penghasilan kena pajak Rp 5.040.000.000,00
a PPh terutang
Total PPh terutang 25% x 5.040.000.000,00 Rp 1.260.000.000,00
PPh Pasal 25 Rp 140.000.000,00 –
b PPh yang kurang dibayar Rp 1.120.000.000,00
c Liabilitas Pajak Tangguhan = 25% x 160.000.000,00 = Rp 40.000.000,00
d Ayat jurnal:
Tgl Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
PPh Badan-Pajak Kini 1.260.000.000,00
Beban Pajak Tangguhan 40.000.000,00
Liabilitas Pajak Tangguhan 40.000.000,00
PPh 25 dibayar di muka 140.000.000,00
PPh 29 terutang 1.120.000.000,00