PPh Pasal 21
TM 3:
Irsan Lubis
MANAJEMEN PERPAJAKAN
1
Objek Pajak Penghasilan
2
Berdasarkan penjelasan Pasal 4 ayat (3) huruf d UU PPh, penggantian atau imbalan
dalam bentuk natura atau kenikmatan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa
merupakan tambahan kemampuan ekonomis yang diterima bukan dalam bentuk uang.
Contoh imbalan dalam bentuk natura (berbentuk barang atau fisik), di antaranya
beras, gula, dan sebagainya.
Contoh imbalan dalam bentuk kenikmatan (berbentuk fasilitas), di antaranya seperti
penggunaan mobil, rumah, dan fasilitas pengobatan.
Menurut SE - 03/PJ.23/1984, pengertian Kenikmatan dalam bentuk natura adalah
setiap balas jasa yang diterima atau diperoleh pegawai, karyawan, atau karyawati
dan atau keluarganya tidak dalam bentuk uang dari pemberi kerja.
Natura = Objek PPh 21 (UU No 7/2021 HPP)
Jenis Penghasilan
Pemberi Penghasilan
Benefit in cash (BIC) Benefit in kind (BIK)
1) Pemerintah Objek Pajak Bukan Objek Pajak
2) Bukan Wajib Pajak Objek Pajak Objek Pajak
3) Wajib Pajak yang dikenakan PPh final Objek Pajak Objek Pajak
4) Wajib Pajak yang dikenakan Pajak
Penghasilan berdasarkan norma Objek Pajak Objek Pajak
penghitungan khusus (deemed profit)
5) Wajib Pajak Lainnya (selain di atas) Objek Pajak Objek Pajak
Natura = Objek PPh 21 (UU No 7/2021 HPP)
3
Bukan Wajib Pajak Kantor perwakilan negara asing dan organisasi internasional
yang digolongkan sebagai Bukan Subjek Pajak
Wajib Pajak yang Perusahaan yang bergerak di dalam persewaan
dikenakan PPh final tanah/bangunan dan perusahaan konstruksi
1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai Tetap, baik yang bersifat Teratur
maupun tidak Teratur.
2. Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secara teratur berupa
uang pensiun atau penghasilan sejenisnya.
3. Penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, THT, atau JHT yang
dibayarkan sekaligus, yang pembayarannya melewati jangka waktu 2 tahun sejak
pegawai berhenti bekerja.
4. Penghasilan Pegawai tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas, berupa upah harian, upah
mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang dibayarkan secara bulanan.
5. Imbalan kepada Bukan Pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee, dan
imbalan sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk apapun
4
6. Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang representasi,
uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk
apapun
7. Penghasilan berupa honorarium atau imbalan yang bersifat tidak teratur yang
diterima atau diperoleh anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak
merangkap sebagai Pegawai Tetap pada perusahaan yang sama.
8. Penghasilan berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus atau imbalan lain yang
bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh mantan pegawai.
9. Penghasilan berupa penarikan dana pensiun oleh peserta program pensiun yang masih
berstatus sebagai pegawai, dari dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
MenKeu.
5
5. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga amil
zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah;
6. Sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di
Indonesia yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari lembaga keagamaan
yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah;
7. Beasiswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 (3) UU PPh dan PMK No.
154/PMK.03/2009, yaitu:
a. Beasiswa diterima atau diperoleh Warga Negara Indonesia dari Wajib Pajak
pemberi beasiswa dalam rangka mengikuti pendidikan formal dan/atau pendidikan
nonformal yang dilaksanakan di dalam negeri dan/atau di luar negeri pada
tingkat pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
b. Si penerima beasiswa tersebut tidak mempunyai hubungan istimewa dengan :
Pemilik; Komisaris; Direksi; atau Pengurus, dari Wajib Pajak pemberi beasiswa.
6
Ketentuan Iuran/Tunjangan BPJS
Perhitungan Gaji untuk Dasar Perhitungan Gaji untuk Take Home Pay
Perrhitungan PPh 21: (Gaji diterima):
• Gaji Pokok • Gaji Pokok
• Tunjangan-tunjangan (yg diperkenankan • Tunjangan-tunjangan (yg diberikan
Pajak sebagai Penambah Penghasilan) Perusahaan)
- Tunjangan2 diberikan perusahaan • Potongan-potongan (yg benar-benar
- Bonus, THR dll menjadi Pengurang Penghasilan)
- Tunjangan Premi JKK, JKM, - Iuran JHT/THT/Pensiun yg
Kesehatan ditanggung/dibayar karyawan
• Potongan-potongan (yg diperkenankan - PPh 21
Pajak sebagai Pengurang Penghasilan) - Pinjaman karyawan
- Iuran JHT/THT/Pensiun yg
ditanggung/dibayar karyawan
7
Metode Pemotongan PPh Pasal 21
Dalam Tax Payroll Method, terdapat 3 jenis metode pemotongan PPh Pasal 21, yaitu :
1. NET METHOD, merupakan metode pemotongan pajak dimana pajak ditanggung
perusahaan.
2. GROSS METHOD, merupakan metode pemotongan pajak dimana pajak ditanggung
pegawai.
3. GROSS-UP METHOD, merupakan metode pemotongan pajak dimana pegawai
diberikan tunjangan pajak yang jumlahnya sama besar dengan jumlah pajak yang
dipotong dari pegawai.
Net Method
Perusahaan menanggung PPh Pasal 21 dalam bentuk Benefit in Kind (BIK). Dengan
metode ini, penghasilan yang diterima karyawan dapat diterima secara utuh tanpa
adanya pengurangan PPh Pasal 21.
8
PPh Pasal 21 ditanggung oleh perusahaan
Gross Method
Pegawai menanggung beban pajaknya sendiri. Dengan metode ini penghasilan yang
diterima pegawai akan berkurang sebesar PPh Pasal 21 yang dipotong oleh
perusahaan.
9
PPh Pasal 21 ditanggung oleh pegawai
Gross-up Method
10
PPh Pasal 21 ditanggung oleh perusahaan dengan cara memberikan tunjangan pajak
Ilustrasi 3 Metode
11
Metode 1 (Net) dan 3 (Gross up) Pajak menjadi beban perusahaan,
sehingga perusahaan perlu mempertimbangkan aspek PPh Badan
Dari aspek PPh Badan, metoe 3 (Gross up) hasilnya lebih rendah jumlah pajak yang
menjadi beban perusahan daripada Metode 1 (Net)
12
Pemberian kepada Karyawan dalam Bentuk Benefit In Cash
atau Benefit In Kind
Strategi efisiensi PPh Pasa1 21 dan PPh Badan yang berkaitan dengan biaya
kesejahteraan karyawan tergantung dari kondisi perusahaan.
1. Pada perusahaan yang mempunyai penghasilan bruto lebih dari Rp.50 M sehingga
tidak rnendapat fasilitas pengurangan tarif PPh dan pengenaan PPh Badannya
tidak final, hindari memberikan kesejahteraan kepada karyawan dalam bentuk
natura dan kenikmatan (Benefit in Kind). karena pemberian ini merupakan
pengeluaran yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto (Non Deductible
Expense). Natura = Objek PPh 21 (UU No 7/2021 HPP) Dapat dibiayakan (DE)
2. Bagi perusahaan yang masih menderita rugi, pemberian natura dan kenikmatan
(Benefit in Kind) akan menurunkan PPh Pasal 21, sementara PPh Badan tetap nihil.
Pemberian uang tip, uang pengurusan dokumen atau izin, uang jamuan pimpinan
proyek dalam biaya entertainment atau biaya lain-lain dan tidak dapat melengkapi
dengan daftar nominatif dikoreksi fiskal untuk menghitung PPh Badan
13
Penghitungan PPh Pasal 21 atas Penghasilan yang Sebagian atau
Seluruhnya Diperoleh Dalam Mata Uang Asing
Contoh :
Neill Mc Leary adalah seorang pegawai tetap memperoleh gaji pada bulan Januari
2018 dalam mata uang asing sebesar US$2,000 sebulan.
Kurs yang berlaku untuk bulan Januari 2018 berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan
adalah Rp13.766,- per US$1. Neill Mc Leary berstatus menikah dengan 1anak
Note:
Untuk perhitungan PPh Pasal 21 menggunakan Kurs berdasarkan Keputusan Menteri
Keuangan, sedangkan untuk menghitung jumlah gaji dibayar (THP) menggunakan Kurs
Spot (Spot Rate)
14
PPh Pasal 21 Seluruh atau Sebagian Ditanggung oleh Pemberi
Kerja Net Methods
15
PPh Pasal 21 Terhadap Pegawai Tetap yang Menerima Tunjangan
Tetap Pajak Allowance
16
PPh Pasal 21 Terhadap Pegawai Tetap yang Menerima Tunjangan
Pajak Gross up
17
Ekualisasi Beban Karyawan dengan DPP Objek PPh Pasal 21
Prosedur ekualisasi:
1. Akun-akun yang merupakan objek PPh Pasal 21, khususnya yang terkait dengan
pegawai tetap, dikelompokkan dalam satu akun.
2. Setiap transaksi yang masih terkait dengan objek PPh Pasal 21 diberi kode khusus
pada deskripsinya
3. Pada akhir tahun, seluruh objek PPh Pasal 21 yang tersebar di akun-akun biaya
menurut buku besar dikumpulkan menjadi satu dan ditandingkan dengan penghitungan
PPh Pasal 21 Masa Desember.
4. Jika masih terdapat selisih yang disebabkan oleh penghasilan pegawai tetap, maka
teliti akun yang menampung iuran jamsostek/BPJS Ketenagakerjaan dan pastikan
bahwa Iuran Jaminan Hari Tua (JHT) tidak termasuk dalam objek Pasal 21.
18
Objek PPh Pasal 21 yang dilaporkan dalam SPT PPh Pasal 21:
Penghasilan bruto pegawai tetap Rp.15.000.000.000
Penghasilan bruto selain pegawai tetap Rp. 3.000.000.000
Jumlah Rp.18.000.000.000
Ekualisasi Objek PPh pasal 21 dengan Biaya di SPT Tahunan PPh Badan
Jumlah beban dalam SPT Tahunan PPh Badan 22.252.844.284
Dikurangi:
Pembayaran ke BPJS (JHT dan THT) 24.743.043
Iuran pensiun 279.619.164
Provisi atas imbalan pascakerja 1.075.000.000
Pembayaran gaji honorer di bawah PTKP 37.067.959
Objek PPh Pasal 21 yang dilaporkan di cabang:
KPP B - Cabang 1 2.118.058.956
KPP C – Cabang 2 586.258.750
Jumlah pengurangan 4.120.747.872
19
End
20