Anda di halaman 1dari 14

Tax Planning atas

Pajak Pertambahan Nilai

TM 5:
Irsan Lubis
MANAJEMEN PERPAJAKAN

Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Di dalam UU No. 8 Tahun 1983 tentang PPN dan PPnBM sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan UU No. 42 Tahun 2009 tidak disebutkan
definisi PPN secara eksplisit.
PPN / Value Added Tax (VAT) adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi
dalam negeri oleh Wajib Pajak Orang Pribadi, Badan, dan Pemerintah.
PPN bersifat objektif, tidak kumulatif, dan merupakan pajak tidak langsung.
Maksudnya, pajak tersebut disetor oleh pihak lain yang bukan penanggung
pajak.
Subjek pajak PPN adalah Pengusaha Kena Pajak (PKP).

1
TAX PLANNING atas PPN

1. Memanfaatkan ketentuan mengenai syarat dan kewajiban menjadi Pengusaha


Kena Pajak (PKP)
2. Memanfaatkan ketentuan mengenai barang atau jasa mana yang:
 Terutang PPN

 Terutang tapi tidak dipungut PPN

 Tidak dikenakan PPN

 Dibebaskan dari PPN

3. Memaksimalkan Pajak Masukan


4. Pembuatan dan Pelaporan Faktur Pajak
5. Melakukan Impor Inden pada Importir yang telah memiliki NPWP

TAX PLANNING atas PPN

6. Hindari pengenaan sanksi perpajakan


7. Memanfaatkan fasilitas perpajakan di bidang PPN
8. Kapitalisasi biaya pembangunan ke dalam harga perolehan tanah seperti
biaya pengurugan, pengerasan dll (efisiensi PPN KMS)
9. Perketat term of payment untuk mencegah Wajib Pajak “nalangin” PPN
Pembeli (Pre-financing)
10. Melakukan pemusatan pajak terutang (sentralisasi)
11. Dan sebagainya.

2
1
Syarat Menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP)

Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena
Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan
Undang-Undang.
1. Orang Pribadi atau Badan yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya :
 menghasilkan Barang Kena Pajak (BKP)

 mengimpor Barang Kena Pajak (BKP)

 mengekspor Barang Kena Pajak (BKP)

 melakukan usaha perdagangan

 memanfaatkan Barang Kena Pajak (BKP) tidak berwujud dari luar daerah
pabean
 melakukan usaha Jasa Kena Pajak (JKP)

 memanfaatkan Jasa Kena Pajak (JKP) dari luar daerah pabean

1
Syarat Menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP)

2. Memiliki Peredaran usaha atau Omzet dalam 1 (satu) tahun lebih dari Rp.
4.800.000.000,-
Bagi Orang Pribadi atau Badan yang mempunyai Peredaran usaha atau Omzet
dalam 1 (satu) tahun tidak lebih dari Rp. 4.800.000.000,-. dapat
mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor Pokok Pengusaha Kena Pajak
(PKP) dan disebut Pengusaha Kecil Kena Pajak.
3. Harus mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor Pokok Pengusaha Kena
Pajak (SK-PKP)

3
1
Kewajiban Pengusaha Kena Pajak

1. Menerbitkan Faktur Pajak untuk setiap Penyerahan Barang Kena Pajak dan
atau Jasa Kena Pajak.
2. Menyetorkan PPN yang kurang bayar ke Kantor Pos atau Bank Persepsi
paling lambat pada akhir bulan berikut sebelum melaporkan SPT Masa PPN.
3. Melaporkan Transaksi Penyerahan Barang Kena Pajak, Barang Tidak Kena
Pajak, Jasa Kena Pajak dan Jasa Tidak Kena Pajak ke Kantor Pelayanan
Pajak dengan menggunakan SPT Masa PPN paling lambat pada akhir bulan
berikut.

2
Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP)

Barang Kena Pajak (BKP) adalah objek PPN yang berbentuk barang baik
barang berwujud maupun barang tidak berwujud.
Termasuk dalam pengertian penyerahan Barang Kena Pajak adalah: (10)
1. penyerahan hak atas Barang Kena Pajak karena suatu perjanjian;
2. pengalihan Barang Kena Pajak oleh karena suatu perjanjian sewa beli
dan/atau perjanjian sewa guna usaha (leasing);
3. penyerahan Barang Kena Pajak kepada pedagang perantara atau melalui
juru lelang;
4. pemakaian sendiri dan/atau pemberian cuma-cuma atas Barang Kena Pajak;

4
2
Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP)

5. Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan
semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat
pembubaran perusahaan;
6. penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang atau sebaliknya
dan/atau penyerahan Barang Kena Pajak antar cabang;
7. penyerahan Barang Kena Pajak secara konsinyasi; (dihapus UU No11/2020)
8. penyerahan Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak dalam rangka
perjanjian pembiayaan yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah, yang
penyerahannya dianggap langsung dari Pengusaha Kena Pajak kepada pihak
yang membutuhkan Barang Kena Pajak.

2
Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP)

9. kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau
pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri
atau digunakan pihak lain.
10. penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan oleh PKP, kecuali atas penyerahan aktiva yang Pajak
Masukannya tidak dapat dikreditkan karena perolehan BKP atau JKP yang
tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha dan perolehan
dan pemeliharaan kendaraan bermotor sedan, jeep, station wagon, van, dan
kombi kecuali merupakan barang dagangan atau disewakan.

5
2
Barang Kena Pajak (BKP) Tidak Berwujud

1. Penggunaan atau hak menggunakan hak cipta di bidang kesusastraan, kesenian


atau karya ilmiah, paten, desain atau model, rencana, formula atau proses
rahasia, merek dagang, atau bentuk hak kekayaan intelektual/industrial atau hak
serupa lainnya;
2. penggunaan atau hak menggunakan peralatan/perlengkapan industrial,
komersial, atau ilmiah;
3. pemberian pengetahuan atau informasi di bidang ilmiah, teknikal, industrial, atau
komersial;
4. pemberian bantuan tambahan atau pelengkap sehubungan dengan penggunaan
atau hak menggunakan hak-hak tersebut pada angka 1, penggunaan atau hak
menggunakan peralatan/perlengkapan tersebut pada angka 2, atau pemberian
pengetahuan atau informasi tersebut pada angka 3, berupa :

2
Barang Kena Pajak (BKP) Tidak Berwujud

4.a. penerimaan atau hak menerima rekaman gambar atau rekaman suara
atau keduanya, yang disalurkan kepada masyarakat melalui satelit,
kabel, serta optik, atau teknologi yang serupa;
4.b. penggunaan atau hak menggunakan rekaman gambar atau rekaman
suara atau keduanya, untuk siaran televisi atau radio yang
disiarkan/dipancarkan melalui satelit, kabel, serat optik, atau teknologi
yang serupa; dan
4.c. penggunaan atau hak menggunakan sebagian atau seluruh spektrum
radio komunikasi;

6
2
Barang Kena Pajak (BKP) Tidak Berwujud

5. penggunaan atau hak menggunakan film gambar hidup (motion picture films),
film atau pita video untuk siaran televisi, atau pita suara untuk siaran radio;
dan
6. pelepasan seluruhnya atau sebagian hak yang berkenaan dengan
penggunaan atau pemberian hak kekayaan intelektual/industrial atau hak-
hak lainnya sebagaimana tersebut di atas.

2
Syarat Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP)

Penyerahan barang yang dikenai pajak harus memenuhi syarat-syarat sebagai


berikut: (5)
1. barang berwujud yang diserahkan merupakan BKP,
2. barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan BKP Tidak Berwujud,
3. penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean; dan
4. penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya.
5. dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak maupun Pengusaha yang seharusnya
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, tetapi belum dikukuhkan.

7
2
Tidak Termasuk Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP)

Tidak termasuk dalam pengertian penyerahan Barang Kena Pajak adalah: (5)
1. penyerahan Barang Kena Pajak kepada makelar sebagaimana dimaksud
dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang;
2. penyerahan Barang Kena Pajak untuk jaminan utang-piutang;
3. penyerahan Barang Kena Pajak dalam hal Pengusaha Kena Pajak melakukan
pemusatan tempat pajak terutang;
4. pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka penggabungan, peleburan,
pemekaran, pemecahan, dan pengambilalihan usaha dengan syarat pihak
yang melakukan pengalihan dan yang menerima pengalihan adalah
Pengusaha Kena Pajak; dan

2
Tidak Termasuk Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP)

5. Barang Kena Pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, dan
yang Pajak Masukan atas perolehannya tidak dapat dikreditkan.

8
2
Barang yang Tidak Dikenakan PPN (Pengecualian)

Pengecualian Barang Objek PPN: (4)


1. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung
dari sumbernya (rincian dalam Pasal 4A UU PPN) tidak termasuk Batubara UU
11/2020
2. Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak
(rincian dalam Pasal 4A UU PPN)
3. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan,
warung, dan sejenisnya meliputi makanan dan minuman yang diserahkan oleh
usaha katering atau usaha jasa boga)
4. Uang, emas batangan, dan surat-surat berharga

2
Jasa Kena Pajak (JKP)

Jasa Kena Pajak (JKP) adalah objek PPN yang berbentuk jasa.
Termasuk dalam pengertian penyerahan Jasa Kena Pajak adalah: (4)
1. penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) di dalam Daerah Pabean yang dilakukan
oleh Pengusaha
2. pemanfaatan Jasa Kena Pajak (JKP) dari luar Daerah Pabean di dalam
Daerah Pabean
3. ekspor Jasa Kena Pajak (JKP) oleh Pengusaha Kena Pajak
4. Jasa Kena Pajak yang dimanfaatkan untuk kepentingan sendiri dan/atau yang
diberikan secara cuma-cuma.

9
2
Syarat Penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP)

Penyerahan jasa yang dikenai pajak harus memenuhi syarat-syarat sebagai


berikut: (4)
1. jasa yang diserahkan merupakan Jasa Kena Pajak,
2. penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean;
3. penyerahan dilakukan dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya.
4. dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak maupun Pengusaha yang seharusnya
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, tetapi belum dikukuhkan.

2
Jasa yang Tidak Dikenakan PPN (Pengecualian)

Pengecualian Jasa Objek PPN: (17)


1. Jasa pelayanan kesehatan medis
2. Jasa pelayanan sosial
3. Jasa pengiriman surat dengan perangko;
4. Jasa keuangan;
5. Jasa asuransi;
6. Jasa keagamaan;
7. Jasa pendidikan;
8. Jasa kesenian dan hiburan;

10
2
Jasa yang Tidak Dikenakan PPN (Pengecualian)

9. Jasa penyiaran yang bukan bersifat iklan;


10. Jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam
negeri yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar
negeri;
11. Jasa tenaga kerja;
12. Jasa perhotelan;
13. Jasa yang disediakan oleh Pemerintah dalam rangka menjalankan
pemerintahan secara umum;
14. Jasa penyediaan tempat parkir;

2
Jasa yang Tidak Dikenakan PPN (Pengecualian)

15. Jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam;


16. Jasa pengiriman uang dengan wesel pos; dan
17. Jasa boga atau katering.

11
3
Memaksimalkan Pajak Masukan

 Sebaiknya membeli Barang Kena Pajak (BKP)/Jasa Kena Pajak (JKP) dari
Pengusaha Kena Pajak (PKP) untuk mendapatkan Faktur Pajak.
 Pastikan semua faktur pajak sudah diterima dalam satu masa pajak, jangan
sampai terdapat pajak masukan yang belum dikreditkan.
 Mengkreditkan pajak masukan atas perolehan barang modal seperti misalnya
pembelian mesin-mesin pabrik untuk memproduksi barang-barang yang akan
diekspor maupun yang akan dijual di dalam negeri, juga pembelian bahan
baku untuk proses produksinya.
 Perhatikan syarat sah-nya faktur pajak (masukan) supaya bisa dikreditkan.

4
Pembuatan dan Pelaporan Faktur Pajak

 Terbitkan Faktur Pajak selama mungkin (dalam kurun waktu yang sesuai
ketentuan penerbitan faktur pajak).
 Laporkan faktur pajak sesuai dengan masa pajaknya.
 Hindari pengenaan sanksi, karena PKP tidak membuat faktur pajak dengan
lengkap dan melaporkan dengan tepat waktu, maka akan dikenai sanksi
sebesar 2% dari Dasar Pengenaan Pajak (DPP).
 Meningkatkan jumlah penjualan ekspor karena berdasarkan ketentuan atas
transaksi ekspor dikenakan tarif PPN sebesar 0%

12
5
Melakukan Impor Inden pada Importir yang telah memiliki NPWP

Impor inden adalah suatu kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah


pabean yang dilakukan oleh importir untuk dan atas nama pemesan (indentor)
berdasarkan perjanjian pemasukan barang impor antara importir dengan
indentor, yang segala pembiayaan impor antara lain L/C, bea, pajak, maupun
biaya yang berhubungan dengan impor sepenuhnya menjadi beban indentor dan
sebagai balas jasa importir memperoleh komisi dari indentor.

Berdasarkan ketentuan mengenai impor inden, atas barang yang diberikan dari
importir ke indentor tidak terutang PPN, sedangkan komisi yang dibayarkan
indentor kepada importir terutang PPN dan faktur pajak dapat dikreditkan.

6
Berbagai Sanksi/Denda terkait dengan PPN

1. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP, tetapi tidak membuat faktur
pajak; atau
2. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP, membuat Faktur Pajak, tetapi
tidak tepat waktu.
3. Pengusaha Kena Pajak melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan
penerbitan faktur pajak
4. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP yang tidak mengisi faktur
pajak secara lengkap.
5. Pengusaha Kena Pajak yang gagal berproduksi dan telah diberikan
pengembalian Pajak Masukan

13
7
Pemanfaatan Fasilitas Perpajakan di bidang PPN

1. Fasilitas PPN terutang tidak dipungut:


 Kawasan berikat
 KAPET (Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu)
 EPTE (Entrepot Produksi Untuk Tujuan Ekspor)
 Dll
2. Fasilitas PPN dibebaskan
 Impor dan atau penyerahan BKP tertentu yang bersifat strategis
 Dll
3. Fasilitas insentif PPN di masa Pandemi Covid 19.

-end-

14

Anda mungkin juga menyukai