Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PPN DAN PPNBM

DISUSUN OLEH

NAMA: RAJA FAKHRUROZI SAFIRA

0219104153

FAKULTAS BISNIS DAN MANAJEMEN

UNIVERSITAS WIDYATAMA

BANDUNG

2021
BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Apabila dilihat dari sejarahnya, Pajak Pertambahan Nilai merupakan pengganti


dari Pajak Penjualan. Alasan dikarenakan oleh karna Pajak Penjualan sudah tidak
relevan dengan perkembangan zaman. Dan banyak aspek-aspekm yang terbuka
celahnya sehingga dapat menimbulkan penyelundupan yang tidak dapat teratasi. Selain
itu, Pajak Penjualan mempumyai beberapa kelemahan lainnya seperti, mempunyai
banyak tarif yang menyulitkan subjek dan Wajib Pajak.

Pemerintah pun menyadari akan kekurangan dari Pajak Penjualan tersebut, oleh
karna itu diadakan revisi berkala sehingga namanya berubah menjadi Pajak
Pertambahan Nilai (PPN). PPN sendiri memiliki beberapa kelebihan yang menutupi
Pajak Penjualan pendahulunya. Di antaranya seperti, menghilangkan pajak berganda,
menggunakan tariff tunggal, netral dalam persaingan dalam negri, perdagangan
internasional, pola konsumsi dan mendorong ekspor. Oleh karna itu materi mengenai ini
patut untuk dipelajari.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar PPN dan PPnBM

Seperti yang kita ketahui PPN berasal dari Pajak Penjualan yang dimodifikasi.
Pada dasarnya tedapat 2 cara dalam pengambilan Pajak Penjualan, yaitu dengan cara
Single Stage Levies dan Multi-Stage Levies. Pada Single Stage Levies terdapat 3 tempat
dimana pajak tersebut diambil. Yaitu pada pihak produsen atau pedagang besar/grosir,
atau pada tingkat konsumen akhir. Akan tetapi, pada masing-masing tingkatan terdapat
kelemahan-kelemahan yang memungkinkan untuk memberatkan Wajib Pajak dalam
melaksanakan kewajibannya. Pada sistem yang kedua (Multi-Stage Levies) juga terbagi
menjadi 2 sistem, yaitu Cumulative Cascade Svstems dan Non Cumulative System
(Value Added).

Pada Cumulative Cascade Systems pajak dipungut pada tingkat peredaran


barang pada jalur produksi dan distribusi tanpa adanya penyesuaian (adjustment)
terhadap pajak yang telah dibayar pada jalur sebelumnya. Pajak ini dipungut setiap kali
ada pemindahan barang pada jalur berikutnya. Karena tidak ada kredit pajak, maka
beban pajak menjadi berlipat ganda (kumulatif) melebihi tarif yang sebenarnya berlaku
untuk peredaran barang tersebut. Sedangkan pada Non Cumulative System (Value
Added) pajak hanya timbul karena adanya factor produksi yang terpakai untuk
menambah nilai barang tersebut seperti bunga, sewa, upah kerja, termasuk semua biaya
untuk mendapatkan laba. Jadi yang menyebabkan PPN(Value Added Tar) makin
bertambah di setiap tingkatan penjualan adalah adanya unsur-unsur yang menambah
nilai suatu barang yang mempunyai biaya tertentu yang labanya tersebut dapat diambil
pajak darinya. Sehingga tidak terjadi perlipatan ganda biaya pajak karena pada
dasamnya biaya produksi yang produsen keluarkan sudah dibayarkan ketika raw
material tersebut dirubah menjadi produk siap pakai.

Sebelum mengetahui objek apa saja yang dapat dikenakan PPN dan PPnBM,
maka kita harus mengetahui bebrapa aspek yang berkaitan dengan diambilnya pajak
tersebut. Diantaranya seperti, Barang Kena Pajak (BKP), Jasa Kena Pajak (JKP), dan
Pengusaha Kena Pajak (PKP).
1. Barang Kena Pajak (BKP)

Barang Kena Pajak adalah barang berwujud, yang menurut sifat atau hukumnya
dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud.
Barang Kena Pajak adalah barang yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang PPN
1984. Yang dimaksud dengan “Barang Kena Pajak Tidak Berwujud” adalah:

a. Penggunaan atau hak menggunakan hak cipta di bidang kesusastraan, kesenian


atau karya ilmiah, hak paten, atau bentuk atau hak keayaan intelektual/industrial
lainnya
b. Hak menggunakan peralatan/perlengkapan industrial, komersial, atau ilmiah
c. Pemberian pengetahuan atau informasi di ilmiah, teknikal, industrial, atau
komersial
d. Pemberian bantuan tambahan sehubungan dengan menggunakan hak-hak pada
poin a, menggunakan peralatan atau pelenngkap pada poin b, atau pemberian
nformasi pada poin c, berupa :
 Penerimaan atau hak menerima rekaman gambar ataupun suara atau
keduanya, yang disalurkan kepada masyarakat melalui satelit, atau
teknologi yang serupa
 Menggunakan hak rekaman gambar, suara, atau keduanya untuk siaran
televise atau radio
 Penggunaan hak seluruh spectrum radio komunikasi
 Menggunakan hak film gambar hidup, film, atau pita video untuk siaran
televisi, atau rekaman suara untuk siaran radio
 Pelepasan seluruhnya atau sebagian hak yang berkenan dengan
penggunaan atau pemberian hak kekayaan intelektual, industrial, dan
hak-hak lainnya yang tersebut di poin-poin sebelumnya.
e. Jenis barang yang tidak dikenai PPN ditetapkan dengan Peraturan pemerintah
didasarkan atas kelompok-kelompok barang sebagai berikut:
 Barang hasil pertambangan yang diambil langsung dari sumbernya,
seperti:
1. Minyak mentah
2. Gas bumi
3. Panas bumi
4. Batuan hasil tambang
5. Batubara murni
6. Bijih besi, bijh emas, bijh tembaga
 Barang-barang kebutuhan pokok rakyat banyak, seperti
1. Beras
2. Gabah
3. Jagung
4. Sagu
5. Kedelai
6. Garam
7. Daging
8. Telur
9. Susu
10. Buah-buahan
11. Sayuran
 Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, dan tempat
makan sejenisnya.
 Uang, emas, dan surat berharga

2. Jasa Kena Pajak (JKP)

Jasa setiap kegiatan pelayanan yang berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan
hokum yang menyediakan suatu barang, fasilitas, atau hak tersedia untuk dipakai.

Menurut UU PPN 1948 ada beberapa jenis jaa yang menurut UU tidak termasuk JKP,
seperti:

a. Jasa pelayanan medis


b. Jasa pelayanan bidang social
c. Jasa pengiriman surat memakai perangko
d. Jasa keuangan
e. Jasa asuransi
f. Jasa bidang keagamaan
g. Jasa pendidikan
h. Jasa kesenian dan hiburan
i. Jasa penyiaran bukan iklan
j. Jasa angkutan umum darat, air, udara
k. Jasa tenaga kerja
l. Jasa penyedia tempat parker
m. Jasa yang disediakan oleh pemerintah
n. Jasa perhotelan
o. Jasa telpon umum
p. Jasa pengeriman uang dengan wesel pos
q. Jasa boga atau catering

3. Pengusaha Kena Pajak

Orang pribadi yang atau organisasi dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan
usaha menghasilkan barang, kegiatan export import, melakukan perdagangan, atau
memanfaatkan jasa dari luar daerah. Penyerahan Barang Kena PAjak yang dikenai pajak
berdasarkan UU PPN 1984:

a. Kewajiban Pengusaha Kena Pajak:


 Melaporkan usahanya untuk menjadi pengusaha kena pajak
 Memungut PPN dan PPnBM terutang
 Membayarkan PPN yang masih harus dibayarkan
 Melaporkan hitungan pajak

b. Pengecualian kewajiban Pengusaha Kena Pajak


 Pengusaha kecil
 Pengusaha yang barang atau jasanya tidak dikenakan PPN
c. Pengusaha Kecil

Pengusaha kecil merupakan pengusaha yang selama 1 tahun buku melakuakn


penyerahan Barang atau Jasa Kena Pajak dengan jumlah peredaran atau penerimaan
bruto tidak lebiih dari Rp 4.800.000,-.

Beberapa hal yang perllu diketahui sehubungan dengan pengusaha kecil:

 Dilarang membuat faktur pajak


 Tidak wajib memasukan SPT masa PPN
 Diwajbkan membuat pembukuan
 Wajib lapor untuk PKP

d. Penyerahan Barang Kena Pajak


Penyerahan Barang Kena Pajak adalah setiap kegiatan penyerahan barang kena
pajak. Penyerahan yang termasuk kedalam pengertian Penyerahan BKP:
 Penyerahan karna perjanjian, sewa beli
 Penyerahan memalui juru lelang
 Pemakaian pribadi
 Persediaan yang menurut tujuan semula tidak diperjualbelikan

Sedangkan penyerahan barang yang tidak termasuk dalam pengertian penyerahan BKP:

 Penyerahan BKP kepada makelar


 BKP jaminan utang piutang

e. Objek Pertambahan Nilai


a. Penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha
b. Import BKP
c. Penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha
d. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean kedalam Daerah
Pabean
2.2 Dasar Pengenaan Pajak

Dasar Pengenaan Pajak adalah dasar yang dipakai untuk menghitung pajak yang
terutang, berupa: Jumlah Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau nilai
lain yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan.

1. Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak
(BKP), tidak termasuk PPN yang dipungut menurut Undang-Undang PPN
dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.
2. Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta
atau seharusnya diminta oleh pengusaha karena penyerahan Jasa Kena Pajak
(JKP),ekspor Jasa Kena Pajak, atau ekspor Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud, tetapi tidak termasuk PPN yang dipungut menurut Undang-
Undang PPN dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak atau
nilai berupa uang yang dibayar atau seharusnya dibayar oleh penerima jasa
karena pemanfaatan Jasa Kena Pajak dan/atau oleh penerima manfaat Barang
Kena Pajak Tidak Berwujud.
3. Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea
masuk ditambah pungutan lainnya yang dikenakan pajak berdasarkan
ketentuan dalam peraturan perundang-undangan Pabean untuk Impor BKP,
tidak termasuk PPN yang dipungut menurut Undang-Undang PPN.

Cara menghitung PPN dan PPnBM:

1. PKP "A" menjual tunai Barang Kena Pajak dengan Harga Jual Rp 25.000.000,00
Pajak Pertambahan Nilai yang terutang
= 10% x Rp25.000.000.00
= Rp2.500.000,00

PPN sebesar Rp2.500.000,00 tersebut merupakan Pajak Keluaran yang dipungut oleh
Pengusaha Kena Pajak "A"

2. Kemudian PKP "D' menggunakan BKP yang diimpor tersebut sebagai bagian
dari suatu BKP yang atas penyerahannya dikenakan PPN 10% dan PPnBM
dengan tarif misalnya 35%. Oleh karena PPnBM yang telah dibayar atas BKP
yang diimpor tersebut tidak dapat dikreditkan, maka PPnBM sebesar
Rp1.000.000,00 dapat ditambahkan ke dalam harga BKP yang dihasilkan oleh
PKP "D" atau dibebankan sebagai biaya. Misalnya PKP "D" menjual BKP yang
dihasilkannya, maka penghitungan PPN dan PPn BM yang terutang adalah :
1) Dasar Pengenaan Pajak = Rp50.000.000,00
2) PPN=10% x Rp50.000.000,00
= Rp5.000.000,00
3) PPnBM=35% x Rp50.000.000,00
= Rp17.500.000,00

PPN sebesar Rp500.000,00 yang dibayar pada saat impor merupakan pajak masukan
bagi PKP "D' dan PPN sebesar Rp5.000.000,00 merupakan pajak keluaran bagi PKP
"D". Sedangkan PPnBM sebesar Rp1.000.000,00 tidak dapat dikreditkan. Begitu pun
dengan PPnBM sebesar Rp17.500.000,00 tidak dapat dikreditkan oleh PKP "X".

3 Saat Pelaporan PPN / PPnBM


1. PN dan PPnBM yang dihitung sendiri oleh PKP, harus dilaporkan dalam
SPT Masa dan disampaikan kepada Kantor Pela yanan Pajak setempat
paling lama akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
2. PPN dan PPnBM yang tercantum dalam SKPKB, SKPKBT, dan STP
yang telah dilunasi segera dilaporkan ke KPP yang menerbitkan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
PPN atau Pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak Penjualan yang direstrukturisasi
atau dimodifikasi. Banyak kelebihan yang ditawarkan oleh PPN, salah satunya dapat
menghapus kewajiban pajak berganda. Untuk barang yang dianggap mewah ada
perlakuan khusus yang dinamakan PPnBM (Pajak Penjualan atas Barang Mewah). Tarif
untuk PPN sebesar 10 persen, sedangkan untuk PPnBM minimal 10 persen dan paling
tinggi sebesar 200 persen.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/36358965/Makalah_PPN_dan_PPNBM
Direktorat Jenderal Pajak Kementrian Keuangan, "Seri PPN dan PPnBM
– Cara Menghitung PPN dan PPnBM", diakses dari
http://www.pajak.go.id/content/seri-ppn-dan-ppnbm-cara-menghitung-
ppn-dan-ppnbm, pada tanggal 28 Maret 2018 pukul 23.22 WIB.
Direktorat Jenderal Pajak Kementrian Keuangan, "Tata Cara
Pembayaran dan Pelaporan PPN & PPnBM Seri - PPN", diakses dari
http://www.pajak.go.id sites/default/files/BookletPPN.pdf, pada taggal
28
Maret 2018 pukul 23.40 WIB.
Leandri, Alban, "Pengertian e-Faktur: Jenis, Fungsinya, dan Contoh
Faktur Pajak", diakses dari https://www.online-pajak.com /id/ pengertian-e-
faktur- contoh-faktur-pajak, pada tanggal 28 Maret 2018 pukul 22.25 WIB.
Mardiasmo, Perpajakan - Edisi Terbaru 2016, (Yogyakarta: ANDI ;
2016).
Rosdiana, Haula dan Lrianto, Edi Slamet, Pengantar IImu Pajak:
Kebijakan dan Implementasi di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers; 2014).

Anda mungkin juga menyukai