Anda di halaman 1dari 13

Barang Kena Pajak (BKP) dan Barang Tidak Kena Pajak

Kuliah Selasa, 21 Maret 2023

Sesuai Pasal 1 angka 3 UU PPN


• Barang Kena Pajak (BKP) adalah barang yang dikenai pajak berdasarkan
UU PPN, adapun yang dimaksud barang adalah barang berwujud yang
menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau tidak
bergerak, dan barang tidak berwujud.
• Barang bergerak merupakan barang yang dalam penggunaannya dapat
dipindahkan, misalnya Kendraan mobil, kapal, sepeda motor, mesin, dan
komputer. Sebaliknya, barang tidak bergerak berarti barang yang tidak
dapat dipindahkan, seperti tanah dan/atau bangunan.
• Barang tidak berwujud adalah barang yang tidak mempunyai wujud fisik.
Contohnya seperti, hak atas merek dagang, hak paten, dan hak cipta.
Berdasarkan penjabaran ini dapat diketahui jika pada dasarnya semua
barang adalah BKP.
Barang Tidak Kena Pajak Kecuali masuk kelompok barang
Strategis
Sesuai Pasal 4A ayat (2) UU PPN terdapat empat jenis
barang tidak kena pajak.
1. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang
diambil langsung dari sumbernya, diantaranya seperti:
minyak mentah (crude oil), gas bumi (tidak termasuk gas
elpiji yang siap dikonsumsi), panas bumi, asbes, batu tulis,
batu setengah permata, marmer dan nitrat. Selain itu, ada
batubara yang belum diproses menjadi briket batubara, bijih
besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, bijih
perak, serta barang hasil pertambangan dan pengeboran
lainnya yang diambil langsung dari sumbernya.
2. Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat
banyak yang kini diatur dalam PMK 99/2020. Berlaku pada 5 Agustus 2020 ini
menambahkan ikan sebagai barang kebutuhan pokok yang dibutuhkan oleh
rakyat banyak. Barang kebutuhan pokok itu meliputi: beras dan gabah,
jagung, sagu, kedelai, garam konsumsi, daging, telur, susu, buah-buahan,
sayur-sayuran, ubi-ubian, bumbu-bumbuan, gula konsumsi, dan ikan.
Namun, terdapat kriteria tertentu yang berlaku dan telah tercantum dalam
lampiran PMK 99/2020.

3. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan,


warung, dan sejenisnya meliputi makanan dan minuman baik yang
dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk yang diserahkan oleh usaha
katering atau usaha jasa boga. Ketentuan ini untuk menghindari pengenaan
pajak berganda karena sudah menjadi objek pajak daerah.
4. Uang, emas batangan, dan surat-surat berharga. Sebab, PPN merupakan
pajak konsumsi, sementara uang, emas batangan, dan surat berharga
merupakan barang investasi.
JASA KENA PAJAK (JKP)

Sesuai Pasal 1 angka 6 UU PPN, jasa kena pajak adalah jasa yang
dikenai pajak berdasarkan UU PPN. Berdasarkan Pasal 4 ayat 1
huruf c UU PPN untuk menentukan apakah penyerahan jasa
termasuk penyerahan yang terutang PPN, setidaknya terdapat 3
syarat yang harus dipenuhi.
• Jasa yang dikenakan merupakan JKP.
• Penyerahan dilakukan di dalam daerah pabean.
• Penyerahan dilakukan dalam kegiatan usaha atau
pekerjaannya. Namun, sama halnya dengan barang kena
pajak (BKP), UU PPN hanya memerinci jenis jasa yang
dikecualikan.
• Jasa Kena Pajak (JKP) kecuali ditetpakan menurut UU Jenis
Jasa tidak kena pajak di atur Pasal 4A ayat (3) UU PPN
BADAN
SEKUMPULAN ORANG DAN ATAU MODAL YANG MERUPAKAN
KESATUAN BAIK YANG MELAKUKAN USAHA MAUPUN YANG TIDAK
MELAKUKAN USAHA

MELIPUTI :
• PERSEROAN TERBATAS;
• PERSEROAN KOMANDITER;
• PERSEROAN LAINNYA;
• BUMN / BUMD;
• FIRMA, KONGSI; KOPERASI; DANA PENSIUN;
PERSEKUTUAN; PERKUMPULAN; YAYASAN;
ORGANISASI MASSA; ORGANISASI SOSPOL DAN
SEJENISNYA; LEMBAGA; BUT DAN BENTUK BADAN
LAINNYA.
Pengusaha Kena Pajak (PKP)

PKP adalah pengusaha / bisnis / perusahaan yang melakukan


penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP yang
dikenai Pajak Pertambahan Nilai (PPN) berdasarkan Undang-
undang.
Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah Orang Pribadi/Badan yang
dalam kegiatan usahanya:
1. Menghasilkan Barang Kena Pajak (BKP).
2. Mengimpor atau mengekspor BKP.
3. Melakukan usaha perdagangan.
4. Memanfaatkan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean.
5. Melakukan usaha JKP.
6. Memanfaatkan JKP dari luar daerah pabean.
Pengusaha Kena Pajak (PKP)

• Pengusaha yang melakukan penyerahan BKP


wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak, dan wajib
memungut, menyetor, dan melaporkan Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah yang terutang.
• Pengusaha Kecil yang memilih untuk
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
Dikukuhkan sebagai PKP
• Salah satu alasan pengusaha ingin
mendaftar PKP karena pengusaha yang sudah
dikukuhkan sebagai PKP dapat melakukan
pemungutan Pajak Pertambahan Nilai (“PPN”)
atas barang atau jasanya kepada konsumen
yang mengkonsumsi barang dan jasanya dan
• Faktur Pajak Masukan atas pembelian dapat di
kreditkan.
Menerbitkan Faktur Pajak harus PKP
• PKP menjual suatu BKP atau JKP, ia harus
menerbitkan faktur pajak sebagai tanda bukti
dirinya telah memungut pajak dari konsumen.
Barang atau jasa kena pajak yang
diperjualbelikan tersebut telah dikenai
biaya pajak selain harga pokoknya.

• Bagi Non PKP tidak dapat menerbitkan Faktur


Pajak dan tidak dapat mengkreditkan pajak
masukan atas pembelian
FAKTUR PAJAK
Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak oleh
Pengusaha Kena Pajak (PKP), yang melakukan penyerahan
Barang Kena Pajak (BKP) atau penyerahan Jasa Kena.
FUNGSI FAKTUR PAJAK
1. Faktur Pajak berfungsi sebagai bukti pungutan pajak
yang dibuat oleh PKP Penjual atau Pengusaha Jasa.
2. Faktur Pajak berfungsi sebagai bukti pembayaran pajak
kepada PKP yang menyerahkan barang kena pajak atau
jasa kena pajak.
3. Faktur Pajak juga berfungsi sebagai sarana untuk
mengkreditkan Pajak Masukan
Jensi-jenis Faktur Pajak
• PAJAK MASUKAN yaitu Faktur pajak yang didapatkan oleh PKP ketika
melakukan pembelian BKP atau JKP dari PKP lain.

• FAKTUR PAJAK KELUARAN Yaitu faktur pajak yang dibuat oleh PKP pada
saat melakukan penjualan BKP dan JKP.

• Faktur pajak gabungan adalah faktur pajak yang dibuat oleh PKP yang
meliputi seluruh penyerahan yang dilakukan kepada pembeli BKP/JKP
yang sama selama satu bulan kalender. Jadi, faktur pajak ini dikumpulkan
terlebih dahulu selama satu bulan untuk transaksi dari PKP yang sama.

• Faktur pajak digunggung adalah faktur pajak yang tidak diisi dengan
identitas pembeli, nama dan tanda tangan penjual. Faktur pajak
digunggung ini hanya boleh dibuat oleh PKP pedagang eceran.
PEMBAYARAN/PELAPORAN SPT MASA PPN
• Pembayaran dilakukan paling lambat tanggal 7 bulan berikutnya
(Bendaharwan) dan tanggal 15 bulan berikutnya (Non
Bendaharawan) dan batas pelaporan pajaknya pada akhir bulan
berikutnya.

• Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) nomor


242/PMK.03/2014 Pasal 9: Dalam hal tanggal jatuh tempo
pembayaran atau penyetoran pajak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 bertepatan dengan hari libur, pembayaran atau penyetoran
pajak dapat dilakukan paling lambat pada hari kerja
berikutnya.

• Hari libur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu hari Sabtu, hari
Minggu, hari libur nasional, hari yang diliburkan untuk
penyelenggaraan Pemilihan Umum, atau cuti bersama secara
nasional.
Soal 1
Soal 1 PT. Indah Jaya Edwar

Transaski PKP NON PKP


Harga Pokok pembelian oleh masing-masing 100,000,000 100,000,000
PPN Masukan 11,000,000 11,000,000
Jumlah Dibayar per Kas/Utang 111,000,000 111,000,000

Masing-masing menetapkan laba 10% 8%

Harga Jual ke konsumen 110,000,000 119,880,000


PPN Keluaran 12,100,000 -
Jumlah Diterima/dibayar oleh Penjual/konsumen 122,100,000 119,880,000

Pertanyaan : Mana yang menguntungkan konsumen PKP membeli BKP tersebut ?


Kepada PT. Indah Jaya atau Kepada Edwar
Mana yang menguntungkan konsumen Non PKP membeli BKP tersebut ?
Kepada PT. Indah Jaya atau Kepada Edwar

Anda mungkin juga menyukai